Anda di halaman 1dari 16

KONDISI GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

1. LETAK GEOGRAFI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR


Secara geografis, Kabupaten Halmahera Timur terletak pada: 040104
LU dan 12645 12930 BT. Wilayah administrasi Kabupaten Halmahera
Timur terdiri atas 10 (sepuluh) wilayah kecamatan yaitu kecamatan Maba
Selatan, Maba Kota, Maba, Maba Tengah, Maba Utara, Wasile, Wasile
Timur, Wasile Tengah, Wasile Utara dan Wasile Selatan. Batas-batas
wilayah Kabupaten Halmahera Timur adalah:

Sebelah Utara

: Wilayah Kabupaten Halmahera Utara dan Teluk

Kao
Sebelah Timur
Sebelah Selatan

: Teluk Buli, Laut Halmahera dan Samudra Pasifik


: Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota

Tidore

Sebelah Barat

Kepulauan
: Teluk Kao dan Kota Tidore Kepulauan

Kabupaten Halmahera Timur mempunyai luas wilayah 6.506,19 Km2,


menurut Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Halmahera Timur Nomor 2
tahun 2012, tentang pembentukan desa, jumlah desa yang ada adalah
102, dibagi kedalam 10 (sepuluh) kecamatan masing-masing, kecamatan
Maba Selatan 485,51 Km2, kecamatan Kota Maba 835,71 Km2, kecamatan
Maba 408,50 Km2, kecamatan Maba Tengah 527,68 Km2, kecamatan Maba
Utara 899,45 Km2, kecamatan Wasile Utara 694,59 Km2, Kecamatan
Wasile Tengah 474,90 Km2, kecamatan Wasile Timur 318,40 Km2,
kecamatan Wasile 483,95 Km2, kecamatan Wasile Selatan 1.377,61 Km2.
Selain pulau Halmahera, kabupaten Halmahera Timur juga memiliki 41
buah pulau-pulau kecil yang tersebar di beberapa kecamatan. Daerah
Halmahera Timur hamper seimbang antara pantai dan daratan, yaitu
kurang lebih 54% desa/kelurahan berada di daerah pantai, sedangkan
56% lainnya datar, berbukit sampai pegunungan.

2.

TOPOGRAFI

Topografi wilayah di kabupaten Halmahera Timur bervariasi, berombak,


berbukit, bergelombang hingga bergunung dengan kemiringan berkisar
dari 0% hingga lebih dari 40%. Disepanjang pantai Teluk Kao dari Desa
Hatetabako Kecamatan Wasile Selatan hingga ujung Desa Nusa Ambu
kemiringan lahannya antara 0% hingga 2%. Selain itu di wilayah Buli,
Kecamatan Kota Maba dan Maba Selatan kondisi kemiringan lereng di
pesisir pantai sebagian besarnya berkisar 0% hingga 15%, dengan
ketinggian rata-rata 0 5 meter dari permukaan air laut. Dari data diatas,
dapat dikategorikan bahwa sebagian besar wilayah yang memiliki
ketinggian antara 0 5 dan yang mempunyai elevasi 0 2%, merupakan
daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut (rob). Wilayah yang di
pengaruhi oleh pasang surut (Rob) di Kabupaten Halmahera Timur adalah
Kecamatan Kota Maba, Maba selatan, dan Kecamatan wasile. Adapun
pantai kecamatan Maba antara Teluk Lili (Desa Dorosagu) di timur hingga
hampir ke Tanjung Makali (Desa Wayamli) didominasi lereng dengan
kemiringan 2 15%. Untuk lebih jelasnya ketinggian Kabupaten
Halmahera Timur diatas Permukaan Laut dapat dilihat pada Tabel berikut
ini :

Gambar 1. Peta Topografi Daerah Penyelidikan


Tabel 2.

Ketinggian Kabupaten Halmahera Timur di atas


Permukaan Laut (mdpl)

N
o

Desa/Kelurahan

Ketinggian

Kahayan Kuala

0 25 meter

Sebangau Kuala

0 25 meter

Pandih Batu

0 25 meter

Maliku

0 25 meter

Kahayan Hilir

0 25 meter

Jabiren Raya

0 25 meter

Kahayan Tengah

25 50 meter

Banama Tingang

50 100 meter

3.

GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENYELIDIKAN

Berdasarkan peta geologi, formasi geologi yang ada di wilayah Kabupaten


Halmahera Timur, tersusun atas formasi Aluvium (Qa) yang terbentuk
sejak zaman Holosen dan formasi Batuan Api (Trv). Formasi Aluvium (Qa)
merupakan formasi yang tersusun dari bahan-bahan liat kaolinit dan debu
bersisipan pasir, gambut, kerakal dan bongkahan lepas, merupakan
endapan sungai dan rawa. Sementara formasi Batuan Gunung Api (Trv)
merupakan formasi yang tersusun dari batuan breksi gunung api
berwarna kelabu kehijauan dengan komponennya terdiri dari andesit,
basal dan rijang.
Merujuk data yang ada di laporan sebelumnya dan hasil survai lapangan
Kecamatan Kahayan Tengah, dapat dikemukakan bahwa geologi
permukaan tanah di kawasan perencanaan terdiri dari lapisan humus,
jenis tanah aluvial dan bergambut yang kurang tahan erosi dan memiliki
tingkat resapan yang sangat kecil. Jenis tanah yang terdapat di kawasan
perencanaan ini adalah tanah coklat dan tanah humus yang subur
berwarna hitam pekat.

Dibawah permukaan tanah antara kedalaman 1

5 m terdapat kandungan air tanah yang sementara ini belum layak


digunakan sebagai salah satu sumber kebutuhan air sehari-hari
penduduk disamping air permukaan yang ada yaitu sungai. Sedangkan
untuk air tanah dalam belum diketahui secara pasti sampai adanya
penelitian lanjutan yang lebih detail. Hampir seluruh wilayah
perencanaan ditempati oleh formasi batuan yang relatif berumur muda,
yaitu Plistosen hingga Holosen.

Gambar 2. Peta Geologi daerah Penyelidikan


3.1.

Struktur Geologi

Kabupaten Halmahera Timur berada pada Mendala Fisiografi Halmahera


Timur, yang bagian terbesar berupa pegunungan berlereng curam dengan
torehan sungai yang dalam, dan se-bagian bermorfologi karst. Morfologi
pegunungan berlereng curam cerminan batuan ultra basa, batuan
sedimen dan batuan gunung api Oligo-Miosen dan yang lebih tua.
Morfologi karst terda-pat pada daerah batuan gamping, baik yang
berumur Paleosen-Eosen, Oligo-Miosen maupun Miosen-Paleosen. Batuan
sedimen Miosen-Pliosen membentuk morfologi dengan perbukitan yang
relatif lebih rendah dan lerengnya lebih landai dari pada batuan yang lebih
tua.
Hubungan antara Mendala Halmahera Timur dan Mendala Halmahera
Barat berupa jalur tektonik yang kuat berbatuan sedimen Neogen.
Perlipatan kuat dan persesaran terdapat pada jalur ini. Mendala geologi
Halmahera Timur terutama dibentuk oleh satuan batuan ultrabasa yang
sebarannya cukup luas. Batuan sedimen berumur Kapur (Kd) dan
berumur Peleosen-Eosen (Tped, Tpec, dan Tpel) diendapkan tak
selaras di atas batuan ultrabasa.
Setelah rumpang pengendapan sejak Eosen Akhir hingga Oligosen Awal,
kegiatan gunung api terjadi selama Oligosen Atas-Miosen Bawah, dan
membentuk rempah-rempah yang disatukan sebagai Formasi Bacan
(Tomb). Batuan gunung api Formasi Bacan ini terhampar luas, baik di
Mendala Halmahera Timur maupun di Mendala Halmahera Barat.
Bersamaan dengan itu, terbentuk pula batuan karbonat, yaitu batu
gamping Formasi Tutuli (Tomt). Setelah terjadi rum-pang dalam
pengendapan selama Miosen Bawah bagian atas, terbentuklah cekungan
luas yang berkembang sejak Miosen Atas sampai Pliosen. Di dalam
cekungan itu, diendapkan batupasir berselingan dengan napal, tufa,
konglomerat yang membentuk Formasi Weda (Tmpw), batuan

konglomerat yang membentuk satuan Tmpc, dan batuan karbonat yang


membentuk Formasi Tingteng (Tmpt). Pengangkatan terjadi pada jaman
Kuarter sebagaimana ditunjukkan oleh batu gamping terumbu di
pantai daerah lengan timur Halmahera.
3.2.

Kondisi Tanah

Jenis tanah yang dominan adalah Podsol Merah Kuning dan Tanah
Kompleks. Uraian masing-masing jenis tanah tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Tanah Latosol mempunyai bahan induk yang berasal dari Tuff Vulkan
dan terdiri dari Latosol Vulkanik dan Latosol Gunung. Di atas tanah
tersebut terdapat tanaman perkebunan serta ke-bun campuran
berbagai tanaman (keras dan tanaman semusim);
2. Tanah aluvial terdapat di daerah datar (lereng kurang dari 15 persen)
yang terbentuk dari endapan sungai. Terdiri dari 2 jenis, yaitu Aluvial
Pantai dan Aluvial Lembah. Aluvial Pantai biasanya terdapat di
wilayah pantai yang subur, dan ditanami oleh masyarakat dengan
tanaman kelapa dan ke-bun campuran. Aluvial Lembah terdapat di
pedalaman dan biasanya ditanami tanaman pangan (sawah) dan
sayuran
3. Tanah Podsolik terdiri dari Podsolik Merah Kuning yang mempunyai
bahan induk metamorphosis yang terdapat di Kecamatan Wasile,
sedangkan Podsol Coklat Kelabu berasal dari batuan
metamorphosis yang terletak di Kecamatan Maba Selatan.
4. Tanah Kompleks terdiri dari beberapa jenis yang tidak dapat atau
sulit dipisahkan sendiri-sendiri. Tanah ini umumnya terletak di
bagian tengah pulau dan memiliki vegetasi hutan.
4. HIDROLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Kondisi hidrologi khususnya kondisi air tanah dan air permukaan di Desa
Maba Kabupaten Halmahera Timur sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim
dan curah hujan serta keberadaan sungai, mata air, Daerah Aliran Sungai
(DAS) dengan debet air yang bervariasi antara 0,1 sampai dengan 0.5 liter
per detik.
4.1

Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air,
sungai danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan
dengan air bawah tanah atau air atmosfer. Air permukaan secara alami
terisi melalui presipitasi dan secara alami berkurang melalui penguapan
dan rembesan ke bawah permukaan sehingga menjadi air bawah tanah
atau air tanah. Pada prinsipnya perhitungan ketersediaan air didasarkan
pada curah hujan, luas DAS dan karakteristik lahan. Pada waktu hujan
turun akan menjadi beberapa jenis aliran dan tersimpan (tertampung),
antra lain seperti: aliran permukaan (run-off), infiltrasi, aliran di bawah
tanah, evapo-transpirasi, volume air yang tersimpan di vegetasi, daerah
depresi dan dalam tanah sesuai kapasitas tampungannya (field capacity).
(Kodoatie, & Sjarief, 2005)
Uraian tersebut juga mengandung arti bahwa ketersediaan air optimal
adalah membuat curah hujan yang turun dapat menjadi dependable flow
yang optimal yaitu dengan menampung sebanyak-banyaknya air hujan
dan sekaligus menahan run-off sebesar-besarnya. Menampung air hujan
dan menahan run-off merupakan konsep memanen hujan (rainfall
haversting). (Kodoatie, & Sjarief, 2005).
Potensi sumberdaya air suatu wilayah atau kawasan dapat ditinjau dari
sisi volume dan kualitas air yang dapat dihasilkan wilayah bersangkutan.
Pada umumnya berdasarkan sumbernya, potensi sumberdaya air
khususnya air tawar dapat digolongkan menjadi :
1. Potensi air hujan (presipitasi),
2. Potensi air permukaan berupa air sungai dan air danau
3. Potensi air tanah dalam dan air tanah dangkal. Masing-masingnya
dapat diukur dengan besar debit air (volume air per satuan waktu).
Secara kualitatif, potensi air kelompok pertama (presipitasi) dapat
dikatakan cukup tinggi di seluruh wilayah karena pada umumnya memiliki
curah hujan tahunan tinggi. Kelompok air kedua (air permukaan) rendah
karena di seluruh Provinsi Maluku Utara dialiri oleh banyak sungai kecil

dengan kerapatan sungai rendah sampai sedang. Hal yang sama pada
sumber air tanah dalam dan dangkal.

Gambar 2. DAS merupakan daerah kesatuan sistem infrastruktur


keairan
Keterangan gambar :
N

Komponen, Fungsi Dan

o
1
2
3
4
5
6
7
8

Sistem

Komponen, Fungsi Dan

Sungai
Waduk, danau, situ, embung
Sistem Irigasi
Jaringan air bersih
Sistem drainase perkotaan
Air tanah
PLTA
Pengendalian banjir dan

Sistem
Pengendalian sedimentasi
Navigasi
Pantai
Aktifitas konservasi
Pengendalian kekeringan
Penanggulangan longsor
Rawa
Hutan

genangan
Pengendalian erosi

Dll

Keberadaan air permukaan yang berasal dari air hujan yang tidak dapat
diserap oleh tanah dan kemudian menjadi aliran permukaan (runoff)
melalui sungai. Pada umumnya air sungai yang mengalir di kawasan
hutan (tutupan vegetasi) yang masih rapat masih dapat dijamin belum
terkontaminasi limbah, sehingga untuk mengolah menjadi air minum
dapat dilakukan dengan cara sederhana dan biaya murah. Potensi volume
air hujan dapat dimanfaatkan dengan menggunakan Instalasi
Penampungan Air Hujan (IPAH).
Gabungan beberapa DAS menjadi Wilayah Sungai. Untuk aliran
permukaan daerah aliran sungai merupakan satu kesatuan sistem sumber

daya air. Secara alami sesuai hukum gravitasi, air mengalir dari hulu ke
hilir, dari gunung (daerah yang tinggi) menuju ke laut (daerah yang lebih
rendah). Beberapa komponen, fungsi dan sistem sumber daya air
ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 3. Peta Wilayah Aliran Sungai Di Daerah Penyelidikan


Kota Maba sebagai Ibu Kota Kabupaten Halmahera Timur termasuk
Daerah Aliran Sungai atau DAS karena ditengah wilayah kota Maba
terdapat aliran sungai Kimalaha yang berada antar desa Sangaji dan Desa
Soagimalahan.

Tabel 3. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Halmahera Timur


No
.
1
2
3
4
5
6
7
8

Nama Sungai
Ake Akelamo
Air Onat
Air Sangaji
Ake Waci
Ake koke
Air Dodaga
Ake Noe
Kimalaha

Luas DAS (Km2)


825
417
824
368
775
284
200
223

Sumber: Bapeda Kab. Halmahera Timur, 2013


Kondisi hirdologi dan hidrogeologi di Kabupaten Halmahera Timur dapat
dijabarkan dan dikelompokkan sebagai berikut :
a.

Hidrologi Sungai, aliran air permukaan yang mengalir di wilayah


Kabupaten Halmahera Timur (Kabupaten Halmahera Timur) adalah
Sungai

Kahayan.

Secara

umum

pola

aliran

sungai

tersebut

memperlihatkan pola aliran meranting dengan stadium aliran


dewasa hingga tua, yang ditandai oleh pola meander yang sangat
kuat hingga membentuk danau-danau kecil sebagai akibat meander
terpotong. Daya dukung air merupakan salah satu parameter yang
sangat penting dalam perencanaan tata ruang. Untuk itu, perlu
adanya suatu tinjauan tentang keadaan potensi sumber-sumber air.
Sungai Kahayan dengan anak-anak sungainya adalah prasarana
transportasi alam yang sangat penting, karena sungai-sungai
tersebut menghubungkan wilayah Kabupaten Halmahera Timur
dengan wilayah sekitarnya dan menghubungkan desa-desa di
wilayah utara Kabupaten Halmahera Timur dengan pusat kotanya,
karena keterbatasan prasana jalan yang menghubungkan pusat kota
dengan wilayah (desa/kelurahan) di utara dan selatan Kabupaten
Halmahera Timur.

Gambar 4. Peta Daerah Aliran Sungai di daerah penyelidikan dan


sekitarnya.

b.

Air tanah bebas


Kondisi ini dapat ditemukan pada sumur-sumur penduduk, muka air
tanah berkisar antara 2-3 meter di bawah muka tanah setempat
dengan kualitas yang sangat beragam. Hal ini di pengaruhi oleh
kondisi tanah. Wilayah yang kondisi air tanahnya kurang baik dan
tidak dapat dikonsumsi pada umumnya terdapat di Kota Maba,
Kecamatan Maba, dan kecamatan Maba Selatan, sedangkan pada
kondisi tanah yang baik, kondisi air tanahnya dapat di manfaatkan
sebagai sumber air terdapat di kecamatan Wasile, Wasile Timur,
Wasile Selatan, Wasile Tengah, Maba Utara dan Maba Tengah.
c. Mata air adalah air tanah yang keluar ke permukaan tanah karena
akuifer terpotong oleh topografi. Mata air ini ditemukan pada batas
antara pelapukan tanah dengan bantuan dasar. Beberapa mata air
ini terdapat di mata air Lolos Manidi kecamatan Kota Maba dan mata
air Tujuh Bidadari di kecamatan Wasile.
d. Di Desa Maba Kabupaten Halmahera Timur,Daerah Aliran Sungai
atau DAS terdekat adalah DAS Sangaji.
e. Berdasarkan hasil kegiatan penyelidikan dan pengukuran debit di
lapangan maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Gambar 5. Lokasi pengamatan dan pengambilan sample

Tabel 4. Koordinat sample dan hasil pengamatan di Desa Maba,


Haltim

Koordinat

N
o

Lokasi

Hasil Survey

Debi
t

Suh
u
p
H

'

"

'

"

m3/d
et

Lokasi 1

0
0

5
0

12,0
0

12
8

1
4

9,10

0,5

8,
2

Lokasi 2

0
0

5
0

10,0
0

12
8

1
5

8,20

0,4

Lokasi 3

0
0

5
0

1,80

12
8

1
3

54,1
0

Lokasi 1

0
0

5
4

36,1
0

12
8

1
7

Lokasi 2

0
0

5
4

35,9
0

12
8

Lokasi 1

0
0

5
5

22,7
0

Lokasi 2

0
0

5
5

25,5
0

MA

TD
S
0

cm

14

2829

20,0
0

8,
2

14

28

2030

0,5

8,
3

13

29

1540

35,4
0

0,3

8,
6

36

32

20,0
0

1
7

31,3
0

0,2

8,
6

36

33

3050

12
8

1
8

36,1
0

0,3

8,
6

36

32

20,0
0

12
8

1
8

31,8
0

0,3

8,
6

36

33

3050

Sungai
Wayanof

Sungai
Gamesan

Sungai Gao

Sungai
Buaya

Data Primer PT. Dayasarana, Okt 2015

Gambar 6. Peta Lokasi Rencana pembangunan waduk Sangaji, sumber


Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Sumberdaya Air, Balai Wilayah Sungai Maluku Utara

Anda mungkin juga menyukai