Sebelah Utara
Kao
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Tidore
Sebelah Barat
Kepulauan
: Teluk Kao dan Kota Tidore Kepulauan
2.
TOPOGRAFI
N
o
Desa/Kelurahan
Ketinggian
Kahayan Kuala
0 25 meter
Sebangau Kuala
0 25 meter
Pandih Batu
0 25 meter
Maliku
0 25 meter
Kahayan Hilir
0 25 meter
Jabiren Raya
0 25 meter
Kahayan Tengah
25 50 meter
Banama Tingang
50 100 meter
3.
Struktur Geologi
Kondisi Tanah
Jenis tanah yang dominan adalah Podsol Merah Kuning dan Tanah
Kompleks. Uraian masing-masing jenis tanah tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Tanah Latosol mempunyai bahan induk yang berasal dari Tuff Vulkan
dan terdiri dari Latosol Vulkanik dan Latosol Gunung. Di atas tanah
tersebut terdapat tanaman perkebunan serta ke-bun campuran
berbagai tanaman (keras dan tanaman semusim);
2. Tanah aluvial terdapat di daerah datar (lereng kurang dari 15 persen)
yang terbentuk dari endapan sungai. Terdiri dari 2 jenis, yaitu Aluvial
Pantai dan Aluvial Lembah. Aluvial Pantai biasanya terdapat di
wilayah pantai yang subur, dan ditanami oleh masyarakat dengan
tanaman kelapa dan ke-bun campuran. Aluvial Lembah terdapat di
pedalaman dan biasanya ditanami tanaman pangan (sawah) dan
sayuran
3. Tanah Podsolik terdiri dari Podsolik Merah Kuning yang mempunyai
bahan induk metamorphosis yang terdapat di Kecamatan Wasile,
sedangkan Podsol Coklat Kelabu berasal dari batuan
metamorphosis yang terletak di Kecamatan Maba Selatan.
4. Tanah Kompleks terdiri dari beberapa jenis yang tidak dapat atau
sulit dipisahkan sendiri-sendiri. Tanah ini umumnya terletak di
bagian tengah pulau dan memiliki vegetasi hutan.
4. HIDROLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Kondisi hidrologi khususnya kondisi air tanah dan air permukaan di Desa
Maba Kabupaten Halmahera Timur sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim
dan curah hujan serta keberadaan sungai, mata air, Daerah Aliran Sungai
(DAS) dengan debet air yang bervariasi antara 0,1 sampai dengan 0.5 liter
per detik.
4.1
Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air,
sungai danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan
dengan air bawah tanah atau air atmosfer. Air permukaan secara alami
terisi melalui presipitasi dan secara alami berkurang melalui penguapan
dan rembesan ke bawah permukaan sehingga menjadi air bawah tanah
atau air tanah. Pada prinsipnya perhitungan ketersediaan air didasarkan
pada curah hujan, luas DAS dan karakteristik lahan. Pada waktu hujan
turun akan menjadi beberapa jenis aliran dan tersimpan (tertampung),
antra lain seperti: aliran permukaan (run-off), infiltrasi, aliran di bawah
tanah, evapo-transpirasi, volume air yang tersimpan di vegetasi, daerah
depresi dan dalam tanah sesuai kapasitas tampungannya (field capacity).
(Kodoatie, & Sjarief, 2005)
Uraian tersebut juga mengandung arti bahwa ketersediaan air optimal
adalah membuat curah hujan yang turun dapat menjadi dependable flow
yang optimal yaitu dengan menampung sebanyak-banyaknya air hujan
dan sekaligus menahan run-off sebesar-besarnya. Menampung air hujan
dan menahan run-off merupakan konsep memanen hujan (rainfall
haversting). (Kodoatie, & Sjarief, 2005).
Potensi sumberdaya air suatu wilayah atau kawasan dapat ditinjau dari
sisi volume dan kualitas air yang dapat dihasilkan wilayah bersangkutan.
Pada umumnya berdasarkan sumbernya, potensi sumberdaya air
khususnya air tawar dapat digolongkan menjadi :
1. Potensi air hujan (presipitasi),
2. Potensi air permukaan berupa air sungai dan air danau
3. Potensi air tanah dalam dan air tanah dangkal. Masing-masingnya
dapat diukur dengan besar debit air (volume air per satuan waktu).
Secara kualitatif, potensi air kelompok pertama (presipitasi) dapat
dikatakan cukup tinggi di seluruh wilayah karena pada umumnya memiliki
curah hujan tahunan tinggi. Kelompok air kedua (air permukaan) rendah
karena di seluruh Provinsi Maluku Utara dialiri oleh banyak sungai kecil
dengan kerapatan sungai rendah sampai sedang. Hal yang sama pada
sumber air tanah dalam dan dangkal.
o
1
2
3
4
5
6
7
8
Sistem
Sungai
Waduk, danau, situ, embung
Sistem Irigasi
Jaringan air bersih
Sistem drainase perkotaan
Air tanah
PLTA
Pengendalian banjir dan
Sistem
Pengendalian sedimentasi
Navigasi
Pantai
Aktifitas konservasi
Pengendalian kekeringan
Penanggulangan longsor
Rawa
Hutan
genangan
Pengendalian erosi
Dll
Keberadaan air permukaan yang berasal dari air hujan yang tidak dapat
diserap oleh tanah dan kemudian menjadi aliran permukaan (runoff)
melalui sungai. Pada umumnya air sungai yang mengalir di kawasan
hutan (tutupan vegetasi) yang masih rapat masih dapat dijamin belum
terkontaminasi limbah, sehingga untuk mengolah menjadi air minum
dapat dilakukan dengan cara sederhana dan biaya murah. Potensi volume
air hujan dapat dimanfaatkan dengan menggunakan Instalasi
Penampungan Air Hujan (IPAH).
Gabungan beberapa DAS menjadi Wilayah Sungai. Untuk aliran
permukaan daerah aliran sungai merupakan satu kesatuan sistem sumber
daya air. Secara alami sesuai hukum gravitasi, air mengalir dari hulu ke
hilir, dari gunung (daerah yang tinggi) menuju ke laut (daerah yang lebih
rendah). Beberapa komponen, fungsi dan sistem sumber daya air
ditunjukkan dalam gambar berikut.
Nama Sungai
Ake Akelamo
Air Onat
Air Sangaji
Ake Waci
Ake koke
Air Dodaga
Ake Noe
Kimalaha
Kahayan.
Secara
umum
pola
aliran
sungai
tersebut
b.
Koordinat
N
o
Lokasi
Hasil Survey
Debi
t
Suh
u
p
H
'
"
'
"
m3/d
et
Lokasi 1
0
0
5
0
12,0
0
12
8
1
4
9,10
0,5
8,
2
Lokasi 2
0
0
5
0
10,0
0
12
8
1
5
8,20
0,4
Lokasi 3
0
0
5
0
1,80
12
8
1
3
54,1
0
Lokasi 1
0
0
5
4
36,1
0
12
8
1
7
Lokasi 2
0
0
5
4
35,9
0
12
8
Lokasi 1
0
0
5
5
22,7
0
Lokasi 2
0
0
5
5
25,5
0
MA
TD
S
0
cm
14
2829
20,0
0
8,
2
14
28
2030
0,5
8,
3
13
29
1540
35,4
0
0,3
8,
6
36
32
20,0
0
1
7
31,3
0
0,2
8,
6
36
33
3050
12
8
1
8
36,1
0
0,3
8,
6
36
32
20,0
0
12
8
1
8
31,8
0
0,3
8,
6
36
33
3050
Sungai
Wayanof
Sungai
Gamesan
Sungai Gao
Sungai
Buaya