Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

FITOMEDISIN
HEPATITIS

Disusun Oleh :
Elisabeth Sara

510 130 11 214

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan tepat
waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fitomedisin dan untuk menambah pengetahuan mahasiswa/i mengenai tanaman
yang dapat digunakan sebagai obat hepatitis.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen Farmasi terutama
dosen pembimbing mata kuliah Fitomedisin, semua pihak yang terkait dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik dan demi kemajuan pada
makalah-makalah berikutnya.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kami maupun para pembaca.

Makassar, Agustus 2016

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis adalah salah satu dari penyakit hati (Liver) yang ditandai dengan
suatu perdangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati. Ada beberapa jenis
hepatitis yaitu hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, dan hepatitis E.
Pengobatan menggunakan bahan alam (tanaman obat) dapat digunakan
dalam mengatasi dan mengobati hepatitis. Pengobatan dengan cara ini memiliki
beberapa keuntungan seperti harganya yang relatif murah dan efek samping yang
ditimbulkan sedikit.
Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai obat hepatitis
diantaranya Viscum album, Tinospora cordifolia, Curcuma xanthorrhiza, Panax
gingseng, Phylantus niruri, Glycyrrhiza glabra, Ganoderma lucidum, Imperata
cylindrical yang mengandung alkaloid purin. Masing-masing tanaman secara
umum akan dijelaskan mengenai klasifikasi taksonomi, deskripsi tanaman,
kandungan kimia, khasiat, efek farmakologi, simplisia yang digunakan, uji
preklinis, uji klinis, dosis, efek samping, kontraindikasi serta bentuk sediaan yang
beredar dipasaran.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
mengenai klasifikasi taksonomi, morfologi, kandungan kimia, khasiat, efek
farmakologi, uji pre klinis maupun klinis yang dilakukan pada berbagai tanaman
yang berkhasiat dalam melawan penyakit hepatitis.
1.3 Manfaat
Makalah ini bermanfaat sebagai media informasi.
1.4 Metode Pengumpulan data
Data-data yang ada dalam makalah ini, penulis dapatkan dari hasil studi
pustaka, dengan mendapatkannya dari berbagai sumber baik yang ada di
perpustakaan maupun yang penulis dapatkan dari hasil pencarian melalui internet.
BAB 2
ISI

2.1. Hepatitis
Hepatitis adalah salah satu dari penyakit hati (Liver) yang ditandai dengan
suatu perdangan yang terjadi pada organ tubuh seperti hati.
Banyak kasus hepatitis tidak diobati karena tidak ada gejala atau gejala
dikira diakibatkan hanya oleh serangan flu biasa. Gejala hepatitis yang paling
umum adalah nafsu makan hilang, kelelahan, demam, pegal sekujur tubuh, mual
dan muntah serta nyeri pada perut. Beberapa orang mungkin mengalami air seni
yang menjadi berwarna gelap, buang air besar berwarna pucat, dan kulit serta
mata menguning (disebut ikterus atau jaundice).
Jenis Hepatitis
a. Hepatitis A

Hepatitis A adalah

satu-satunya

hepatitis yang tidak serius dan dapat sembuh secara spontan tanpa
meninggalkan jejak. Penyakit ini bersifat akut, hanya membuat kita sakit
sekitar 1 sampai 2 minggu. Penyebab hepatitia A yaitu Virus Hepatitis A
(HAV) melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang
terinfeksi. Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan menyantap
makanan memudahkan penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya
berjangkit di masyarakat yang kesadaran kebersihannya rendah. Hepatitis
A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan
kerusakan permanen.
b. Hepatitis B

Hepatitis B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat fatal.
Virus Hepatitis B (HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah
(injeksi intravena, transfusi), peralatan medis yang tidak steril atau dari ibu
ke anak pada saat melahirkan. Pada 90% kasus HBV menghilang secara
alami, tetapi pada 10% kasus lainnya virus tersebut tetap bertahan dan
mengembangkan penyakit kronis, yang kemudian bisa menyebabkan
sirosis atau kanker hati.
c. Hepatitis C

Hepatitis C dapat menular terutama melalui darah. Virus ditularkan


terutama melalui penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obatobatan, pembuatan tato yang dilakukan dalam kondisi tidak higienis.
Penularan virus hepatitis C (HCV) juga dimungkinkan melalui hubungan
seksual dan dari ibu ke anak saat melahirkan, tetapi kasusnya lebih jarang.
Seperti halnya pada hepatitis B, banyak orang yang sehat menyebarkan
virus ini tanpa disadari. Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B.
Namun, hepatitis C lebih berbahaya karena virusnya sulit menghilang.

Pada sebagian besar pasien (70% lebih), virus HCV terus bertahan di
dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi liver.
d. Hepatitis D

Hepatitis D, juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang memerlukan
pertolongan virus hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya
ditemukan pada orang yang terinfeksi hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV)
adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari semua virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar
15 juta orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi
hepatitis D. Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau
setelah seseorang terkena hepatitis B kronis (superinfeksi). Orang yang
terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit
akut serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang
terkena superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi
hepatitis D kronis yang berpeluang besar (70%-80%) menjadi sirosis.

e. Hepatitis E

Hepatitis E mirip dengan hepatitis A. Virus hepatitis E (HEV) ditularkan


melalui kotoran manusia ke mulut dan menyebar melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Tingkat tertinggi infeksi hepatitis E terjadi
di daerah bersanitasi buruk yang mendukung penularan virus. Hepatitis
E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi kronis.
Secara umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka
panjang. Pada sebagian sangat kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu
hamil, hepatitis E menyebabkan gagal hati akut yang berbahaya.
TES FUNGSI HATI
Tes fungsi hati dapat dilakukan dengan pemeriksaan ALT (Alanin
aminotranferease), AST (aspartat aminotransferase), ALP (Alkalin
phosphatase), bilirubin, albumin, dan total protein. Alkalin phosphatase
(ALP) merupakan indikator kerusakan hepar. Alanin aminotranferease
(ALT) dan aspartat aminotransferase (AST) adalah enzim yang terletak di
sel-sel hati, jika sel-sel hati terluka maka akan masuk ke sirkulasi umum
(Corwin, 2001.)

2.2. Tanaman Yang Berkhasiat Dalam Pengobatan Hepatitis


No.
1
2
3
4

Nama Tanaman
Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza)
Meniran (Phyllanthus niruri)
Jombang (Taraxacum officinale)
Inggu (Ruta angustifolia)

Suku

Simplisia

Zingiberaceae

Rimpang

Euphorbiaceae
Asteraceae
Rutaceae

Herba
Herba dan akar
Herba

5
6
7

Mimba (Azadirachta indica)


Kedelai (Glycne max)
Alang-alang (Imperata cylindica)

Meliaceae
Fabaceae
Poaceae

Bambu kuning (Bambusa sp)

Gramineae

Brotowali (Tinospora perculata)

10

Ketapang (Terminalia cattapa)


Semanggi gunung (Hydrocotyle

11
12
13
14
15
16

sibthorpioides)
Umbi bangle (Zingiber purpureum)
Daun serut (Malpighia coccigera)
Reishi mushroom (Ganoderma
lucidum)
Viscum album
Keladi Tikus (Typhonium

17

flagelliforme)
Glycyrrhiza glabra

18

Silybum marianum

19
20
21
22

Sarang semut (Myrmecodia


pendens)
Ginseng (Panax ginseng)
Andrographis paniculata
Centella asiatica

2.2.1 Tinospora cordifolia

Menispermaceae

Daun
Biji
Akar
Tunas mudanya
(rebung)
Daun dan Batang

Combretaceae

Daun

Umbelliferae(Apiaceae)

Herba

Zingiberaceae
Malpighiaceae

Rimpang
Daun

Ganodermataceae

Buah

Viscaceae
Aracaceae

Buah
Herba

Fabaceae
Asteraceae

Radix

Rubiaceae

Umbi

Araliaceae
Acanthaceae
Apiaceae

Rimpang
Herba
Herba

Gambar. Tinospora cordifolia


Taksonomi
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Bangsa

: Ranunculales

Suku

: Menispermaceae

Marga

: Tinospora

Jenis

: Tinospora cordifolia

(Abhimanyu Sharma et al., 2010)

Kandungan Kimia
Alkaloid, diterpene lakton, steroid, glycosides aliphatic compounds, polisakarida.
(Abhimanyu Sharma et al., 2010). Senyawa aktif dalam Tinospora cordifolia yaitu

Alkaloid berperan dalam aktivitas hepatoprotektif secara signifikan (B. T. Kavitha


et al., 2011).

Gambar. Kandungan Kimia Tinospora cordifolia

(Soham Saha and Shyamasree Ghosh, 2012)


Efek Farmakologi
Antioksidan, anti alergi, anti inflamasi, anti-diabetes, anti-artritis,
anti-malaria, anti-osteoporosis, hepatoprotektif (Avnish K. Updahyay et al., 2010).
Tinospora cordifolia untuk mengobati Hepatitis B. (Lakshmi C. Mishra, 2003)

Uji Pre-klinis dan Uji Klinis


Dilakukan penelitian pada tikus Albino dengan berat 150- 200 gram.
Terdapat 6 perlakuan, kelompok 1 diberikan normal saline, kelompok 2 diberikan
CCl4, kelompok 3 diberikan sirup Liv. 52 selama 20 hari diikuti dengan pemberian
CCl4, kelompok 4; 5; dan 6 diberikan larutan ekstrak T. cordifolia 1ml/100g
diberikan secara oral 2 kali sehari pada tikus selama 10; 20; dan 30 hari. Dari hasil
penelitian menunjukkan kelompok 3 dengan pemberian CCl4 mengalami kenaikan
Alanine Transaminase (ALT), Alkaline phosphatase (ALP), dan Total Bilirubin,
sedangkan kelompok dengan pemberian T. cordifolia menunjukkan penurunan
ALT, ALP, dan total bilirubin. Hal itu menunjukkan ekstrak T. cordifolia efektif
mengontrol kadar ALT, ALP dan bilirubin total dalam penelitian tersebut. Dari
hasil penelitian menunjukkan Tinospora cordifolia adalah agen hepatoprotektif
yang kuat. Penggunaan tanaman ini dapat digunakan dalam pengobatan herbal
untuk gangguan hati. (Vipin Kumar et al., 2012)
Pada Uji Klinis, dilakukan penelitian pada 20 pasien yang terinfeksi
hepatitis diberikan obat Tinospora cordifolia

4 tablet (masing- masing 500 mg)

sehari tiga kali selama 4 minggu. Hasilnya menunjukkan bahwa Tinospora

cordifolia berperan untuk mengobati gejala yang dialami pasien. (Kirti Sinha et
al., 2004)
Efek samping, Kontraindikasi, dan Dosis
Efek samping dari obat Tinospora cordifolia

dapat menurunkan gula

darah sehingga untuk pasien dengan pengobatan diabetes harus disesuaikan


dengan penggunaan Tinospora cordifolia. Efek samping lainnya yaitu dapat
meningkatkan sistem imun, sehingga untuk pasien dengan penyakit autoimun
seperti Multiple Sclerosis, Lupus, Rheumatoid Arthritis sebaiknya menghindari
pemakaian obat Tinospora cordifolia.
Kontraindikasi obat Tinospora cordifolia bagi ibu hamil dan menyusui.
Dosis yaitu 300 mg ekstrak batang Tinospora cordifolia 3 kali sehari untuk 8
minggu.
Interaksi Obat
Obat Tinospora cordifolia memiliki interaksi obat dengan obat antidiabetes dimana kedua obat tersebut memiliki efek yang sama yaitu menurunkan
gula darah. Sehingga pemakaian keduanya akan mengakibatkan gula darah akan
semakin menurun (Avnish K. Updahyay et al., 2010).
Selain itu juga memiliki interaksi obat dengan obat immunosupresan.
Dimana Tinospora cordifolia memiliki efek meningkatkan sistem imun sehingga
dapat menurunkan efektivitas obat immunosupresan tersebut. (Manjrekar PN et
al.)

2.2.2 Viscum Album

Taksonomi
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Tracheophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Bangsa

: Santalales

Suku

: Santalaceae

Marga

: Viscum L.

Jenis

: Viscum album L.

(Nickrent DL, 2004)

Kandungan Kimia
Ekstrak Viscum album mengandung mistletoe lectins, glikoprotein
sitotoksik yang biasa dikenal dengan sebutan viscumin atau aglutinin yang
merupakan anggota dari protein yang menonaktifkan ribosom tipe 2, dan
viscotoxin yang merupakan peptida asam amino-46 yang merusak membran sel.
Dalam Viscum album juga memiliki kandungan kimia lain seperti polisakarida,
alkaloid, flavonoid, triterpen, sterol (Yang Li et al., 2011).
Efek Farmakologi
Dapat menurunkan peningkatan serum Alanine Aminotransferase (ALT),
Aspartate Aminotransferase (AST), dan Alkaline Phosphatase (ALP), serta
mencegah perkembangan nekrosis hati yang disebabkan oleh CCl4 (Omar et al.,
2010). Viscum album untuk mengobati Hepatitis C (Lakshmi C. Mishra, 2003)

Uji Preklinis
Penelitian dengan hewan percobaan tikus Sprague- Dawley berat 120- 130
gram. Terdapat 6 perlakuan. Kelompok 1- 5 diberikan CCl4 dalam minyak zaitun
(1:1 vol/vol) secara oral pada dosis 2,8 ml/kg dan selanjutnya setiap minggu
diberikan CCl4 dosis 0,14 ml/kg untuk mempertahankan kerusakan hati.
Kelompok satu sebagai kelompok kontrol diberikan normal saline, kelompok 2
dan 3 diberikan 0,1 atau 0,2 ml/kg ekstrak Viscum album secara subkutan satu
minggu sekali. Kelompok 4 diberi Silymarin 25 mg/kg secara oral setiap hari.
Kelompok 5 diberikan ekstrak Viscum album 0,2 ml/kg secar subkutan dan
Silymarin 25 mg/kg secara oral satu minggu sekali selama 30 hari. Kelompok 6
diberikan saline tanpa CCl4 setiap hari selama 30 hari. Setelah 30 hari perlakuan,
tikus dimatikan dengan anestesi eter dan hati tikus diambil untuk diteliti. Dari
hasil penelitian kadar Alanine aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase
(AST), dan alkaline phosphatase (ALP) dalam plasma meningkat karena CCl4.
Pemberian 0,1 mL/kg ekstrak Viscum album menurunkan kadar ALT sebanyak
51,2%; AST sebanyak 52,6%; dan ALP sebanyak 27,7%. Sedangkan untuk
pemberian 0,2 mL/kg ekstrak Viscum album menurunkan kadar ALT sebanyak
65,6%; AST sebanyak 61,1%; dan ALP sebanyak 57,6%. Hasil dari 0,2 mL/kg
ekstrak Viscum album dikombinasikan dengan Silymarin menurunkan kadar ALT,
AST, dan ALP dalam plasma sebesar 73,1%; 67,6%; dan 65,8%. Dari hasil
penelitian ini membuktikan ekstrak Viscum album dapat mengobati kerusakan
hati. (Omar et al., 2010).
Efek Samping, Kontraindikasi, dan Dosis
Efek samping yang dihasilkan seperti FLS (Flu like symptoms), demam,
menghasilkan reaksi lokal pada tempat bekas injeksi, dan adanya reaksi alergi.
Jika dikombinasi dengan Mistletoe lectin (ML) dapat menimbulkan efek
hepatotoksik yang reversible. Kontraindikasi dari obat Viscum album untuk ibu
hamil dan menyusui.
Dosis yang diberikan akan berpengaruh kepada efek yang ditimbulkan.
Seperti dari sebuah hasil penelitian dapat dilihat bahwa, efek pemberian Viscum
album tergantung dari dosis yang diberikan. Pemberian Viscum album (0,1 dan 0,2

ml/kg) secara signifikan dapat menurunkan ALT sebesar 51,2% dan 65,6%; AST
sebesar 52,6% dan 61,1%; serta ALP sebesar 27,7% dan 57,6%. Sedangkan,
Viscum album (0,2 mL/kg) yang diberikan bersama dengan Silymarin
menghasilkan penurunan ALT dalam plasma sebesar 73,1%; AST sebesar 67,6%;
dan ALP 65,8% (Omar et al., 2010).
Interaksi Obat
Obat Viscum album memiliki interaksi obat dengan obat anti- hipertensi
dimana kedua obat tersebut memiliki efek yang sama yaitu menurunkan tekanan
darah. Sehingga pemakaian keduanya akan mengakibarkan tekanan darah akan
semakin menurun (Henriettes Herbal, 2011). Selain itu juga memiliki interaksi
obat dengan obat immunosupresan. Dimana Viscum album memiliki efek
meningkatkan sistem imun sehingga dapat menurunkan efektivitas obat
immunosupresan tersebut (Anik Savoie et al.)
2.2.3 Curcuma xanthorrhiza Roxb

Gambar 1. Curcuma xanthorrhiza Roxb


Temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb) merupakan salah satu kekayaan alam
asli Indonesia, temulawak mengandung kurkuminoid dan minyak atsiri yang
berkhasiat untuk menjaga kesehatan dari berbagai penyakit. Rimpang temulawak
yang terdapat di Jawa Barat.
Kurkuminoid berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi (antiperadangan),
antibakteri, antihepatotoksik (anti liver), antikolesterol, antikanker dan anti

platelet agregasi (pembekuan darah yang bisa menyebabkan stroke). Sementara


salah satu komponen minyak atsiri yang dikandungnya, yakni xanthorrhizol
adalah antikanker, terutama kanker payudara.
Aktivitas imunomodulator dari kurkumin (salah satu kandungan dalam
kurkuminoid) juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit. Dibandingkan ginseng, komponen dalam temulawak jauh lebih
banyak.
a. Klasifikasi
Kerajaan

: Plantae

Sub Kerajaan : Tracheobionta


Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Sub Kelas

: Commelinidae

Bangsa

: Zingiberales

Suku

: Zingiberaceae

Marga

: Curcuma

Jenis

: Curcuma Xanthorrhiza Roxb.

b. Deskripsi Tanaman
Temulawak pada dasarnya merupakan tumbuhan terna dengan batangsemu
yang bisa mencapai ketinggian di atas 1 meter tetapi jarang yang melewati 2
meter. Batang temulawak berwarna hijau atau coklat gelap dengan akar rimpang
yang terbentuk secara sempurna dan dilengkapi sistem percabangan yang kuat.
Setiap batang temulawak memiliki 2 sampai 9 helai daun bentuk bundar
memanjang. Warna daunini bervariasi, bisa hijau atau coklat keunguan terang
hingga gelap. Daunnya memiliki panjang antara 31 cm sampai 85 cm. Sedangkan
lebarnya bisa 10 cm sampai 18 cm. Jumlah daunnya ada 5 namun 3 bagian

diantaranya lebih panjang dari yang lain, berwarna hijau tua. Kelopak bunga
berwarna putih berbulu, panjang 8 13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung
dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bungaberbentuk bundar memanjang
berwarna putih dengan ujung yang berwarna merahdadu atau merah, panjang 1.25
2cm dan lebar 1 cm. Rimpang ini berkembang subur pada kondisi tanah yang
gembur.
c. Kandungan Kimia
Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid yang didalamnya terdapat
kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri yang terdiri
dari kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, fellandren, borneol,
tumerol, xanthorrhizol, sineal, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol,
turmerol, artmeron, sabinen,germakron,atlantone (Wijayakusuma,2007).
d. Efek Farmakologi
Rimpang temulawak mempunyai efek farmakologi yaitu hepatoprotektor,
menurunkan kadar kolestrol, antiinflamasi, laxative, diuretik, meningkatkan
produksi ASI, tonikum, dan menghilangkan nyeri sendi, khasiat lain yaitu sebagai
analgesik,

antibakteri,

antijamur,

antidiabetik,

antidiare,

antiinflamasi,

antihepatotoksik, antioksidan, antitumor, depresan, diuretik, hipolipidemik, dan


insektisida
e. Uji Pre klinik untuk Efek Antihepatotoksik
Pemberian seduhan rimpang temulawak sebesar 400, 800 mg/kg bobot
mencit selama 6 hari serta 200, 400 dan 800 mg/kg bobot mencit pada mencit
selama 14 hari mampu menurunkan aktivitas enzim Glutamic Pyruvic
Transaminase (GPT) akibat dosis hepatotoksik parasetamol dan mampu
mempersempit

luas

daerah

nekrosis

parasetamol

secara

nyata.

Daya

antihepatotoksik tergantung pada besarnya dosis maupun jangka waktu


pemberiannya (Raharjo, 2010).
f. Uji Pre klinik untuk Efek Hipolipidemik

Penggunaan temulawak sebagai minuman pada ternak kelinci betina


menunjukkan bahwa tidak terdapat lemak tubuh pada karkas dan jaringan lemak
di sekitar organ reproduksi (Raharjo, 2010). Pada tikus dengan diet tinggi
kolesterol, temulawak tidak menurunkan tingginya kolesterol serum walaupun
menurunkan kolesterol hati. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa
kurkuminoid tidak mempunyai efek yang nyata terhadap lemak serum dan lemak
hati, maka disimpulkan bahwa temulawak mengandung zat aktif selain
kurkuminoid yang dapat merubah metabolisme lemak dan lipoprotein.
g. Uji Klinis
Obat-obatan yang telah dikembangkan untuk memperbaiki kelainan fungsi
hati pada hepatitis kronik antara lain:
1. Schizandrae yang dapat menghambat nekroinflamasi sel hati, normalisasi
fungsi hati, regenerasi sel hati, anti-hepatocarcinogenesis
2. Sylimarin, mempunyai efek anti oksidan kuat, stabilisator membrane sel,
regenerasi sel hati, dan memuluhkan kerusakan struktur sel hati
3. Curcuma, mempunyai efek kolagoga (mengaktifkan sekresi kolesterol dan
empedu)
4. Liquiritiae, dapat meningkatkan sistem imunitas (imunoregulator)
5. Vitamin B6, membantu metabolisme asam amino yang dibutuhkan oleh hepar
6. Choline bitartrate, menjaga kenormalan fungsi hati, melindungi hati dari
sirosis
Sediaan yang akan diuji:

Shizandrae tunggal
Satu macam kaplet berisi ekstrak schizandrae fructus 135 mg

Shizandrae kombinasi
Satu kaplet berisi schizandrae fructus 135 mg, sylimarin phytosome 35 mg,
ekstrak curcuma xanthorizzae 150 mg, liquiritiae radix 135 mg, choline
bitartrate 150 mg, vitamin B6 2 mg
Kriteria inklusi adalah penderita hepatitis kronik dan tidak sedang menjalani

terapi anti virus.

Dasar diagnosis hepatitis kronis adalah penderita sudah

diketahui minimal dalam 6 bulan terakhir mempunyai kadar SGOT dan SGPT >

1,5 kali diatas batas atas nilai normal. Terhadap seluruh subyek penelitian
dilakukan pemeriksaan SGOT, SGPT, bilirubin total, PT, INR. Penderita
mendapat kaplet schizandrae tunggal 3 x 1 per hari atau Schizandrae kombinasi 3
x 1 kaplet per hari selama 28 hari. Jumlah penderita yang menyelesaikan
penelitian dari kelompok schizandrae tunggal sebanyak 19 orang dan dari
kelompok scizandrae kombinasi sebanyak 18 orang. Lima belas orang perempuan,
22 orang laki-laki, berumur antara 21 76 tahun
Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa, pemberian kombinasi
schizandrae fructus 135 mg, sylimarin phytosome 35 mg, ekstrak curcuma
xanthorizzae rhiz. 150 mg, liquiritiae radix 135 mg, choline bitartrate 150 mg, B6
2 mg sebanyak 3 x 1 kaplet / hari selama 28 hari menunjukan penurunan SGOT
dan bilirubin total yang lebih baik dibandingkan schizandrae fructus 135 mg
tunggal.
h. Contoh sediaan yang beredar

Gambar 5. Sediaan Curcuma xanthorrhiza Roxb

2.2.4 Panax ginseng

Gambar 6. Panax ginseng


a. Klasifikasi
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Bangsa

: Apiales

Suku

: Araliaceae

Marga

: Panax

Jenis

: Panax ginseng

b. Deskripsi tanaman
Ginseng terkenal di masyarakat Cina dan Korea sebagai obat sejak 5000
tahun yang lalu.Ginseng dipercayai selama berabadabad untuk menjaga
kesehatan dan menyembuhkan penyakit serta telah berbudaya dalam kehidupan
masyarakat Cina dan Korea sampai hari ini .Ginseng China dan Korea ternyata
merupakan tanaman yang sama jenis yaitu Panax ginseng dari famili Araliaceae
.Seiring dengan kemajuan masa kini , ginseng telah dibuat dalam berbagai bentuk
produk untuk dipasarkan ke luar negeri. Produk yang dipasarkan adalah teh
ginseng , tablet dan madu. Tanaman temulawak siap dipanen pada umur 10-12
bulan, dengan dicirikan tanaman sudah senescen (mengering batang dan
daunnya). Penelitian tentang terapi dengan ekstrak ginseng pada pasien diabetes,
hipertensi, kanker, dan penyakit lain menunjukkan peningkatan kondisi kesehatan
yang relatif cepat dan tanpa efek samping. Hasil ini dibandingkan dengan

penggunaan obat kimia yang seringkali bersifat toksik serta menimbulkan


komplikasi.
c. Kandungan Kimia

d. Efek Farmakologi
1. Ginsenoside memiliki aktivitas antibiotik dan antivirus hepatitis.
2.
Ginsenoside bekerja sebagai hepatoprotektif dengan mekanisme
antioksidan Ginsenoside meningkatkan aktivitas enzim superoksida
dismutase (SOD), catalase (CAT), glutathione peroxidase(GPx),
glutathoine reductase (GR), glutathione transferase (GSH)
3. Ginsenoside mampu menekan mitogen-activated protein kinase
(MAPK), nuclear factor kappa B (NF-kB) dan inducible nitric oxide
synthase (iNOS) untuk proliferasi sel kanker hati (Tung, 2012)
e. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol.

Dalam uji toksisitas akut ini, digunakan mencit galur DDY jantan,
bobot badan 24-34 gram
Hasil
LD 50 oral

225,575 mg/kg BB.

Berdasarkan batasan

Gleason

179,179 283,983

termasuk aman.

f. Contoh

Sediaan

Gambar 7. Sediaan Panax ginseng

2.2.5 Phylantus niruri L.

rentang

Gambar . Phylantus niruri


a. Klasifikasi (www.plantamor.com)
Kerajaan

: Plantae

Sub Kerajaan

: Tracheobionta

Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Rosidae

Bangsa

: Euphorbiales

Suku

: Euphorbiaceae

Marga

: Phyllanthus

Jenis

: Phyllanthus niruri L.
Nama umum

Indonesia

: Meniran

Melayu

: Dukung anak

Pilipina

: Sampa sampalukan

Nama simplisia
Phyllanthi Herba

b. Deskripsi Tanaman

Artikel yang dilansir dari meniran.com menjelaskan bahwa tanaman ini


adalah tanaman herbal tegak yang mempunyai tinggi 0,5-1 meter dan dapat
tumbuh diberbagai tempat sehingga sangat mudah dijumpai disekitar kita.
Tanaman meniran memiliki morfologi batang yang berbentuk bulat berbatang
basah dengan tinggi kurang dari 50 cm dengan bentuk daun tunggal bersiri genap
dengan setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk yang berukuran kecil
dan lonjong. Tanaman meniran memiliki buah yang rasanya pahit, serta bunga
yang terdapat pada ketiak daun menghadap ke arah bawah.
Di Indonesia meniran tumbuh secara liar di daerah gembur yang mengandung
pasir, di ladang, di tepi sungai dan di pantai. Tumbuhan meniran berupa perdu dan
mudah sekali tumbuh. Tanaman meniran dapat tumbuh pada dataran tinggi pada
ketinggian 1-1000 mdpl.
c. Kandungan Kimia
Phyllanthus niruri Linn mengandung beberapa senyawa aktif seperti senyawa
flavonoid (kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, ruitn, kaemferol, dalam
bentuk bebas dan terikat sebagai glikosida), alkaloid (entnorsekurini), terpenoid,
polifenol, tanin, kumarin, saponin dan lignan (filantin, hipofilantin, nirantin,
nirtetralin, norsekurinin, sekurinin, alosekurinin, nirfilin, filinirunin) (Paithankar,
2011)
d. Efek Farmakologi
Phyllanthus niruri Linn, merupakan tanaman kecil dan menjadi salah satu
herbal yaang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, antara lain sebagai
antiradang, dieuretik dan penghancur batu ginjal karena ekstrak

Phyllanthus

niruri dapat menghambat agregasi kristal oksalat sebelum terjadi penumpukan,


anti malaria, antipiretik dan antidiabetes.

Uji pre klinis dan klinis telah

membuktikan herbal tersebut memiliki aktivitas imunostimulasi. Senyawa


flavonoid yang terkandung dalam P. niruri L berkhasiat sebagai antioksidan dan
antineoplastik. Ekstrak P. niruri L diduga memiliki aktivitas sebagai antikanker
namun masih harus diuji melalui in vivo pada hewan coba. (Sawitri,2012)

Selain itu, genus Phyllanthi (Euphorbiaceae) banyak digunakan untuk


mengobati penyakit kuning dan hepatitis Thyagarainan et al. menemukan bahwa
P. amarus memiliki aktivitas anti-HBV untuk pertama kalinya pada tahun 1982.
Penelitian selanjutnya menunjukan

bahwa

tanaman genus Phyllanti

dapat

menghambat aktivitas DNA polimerase yakni suatu enzim yang dibutuhkan oleh
virus hepatitis untuk bereproduksi sehingga dengan dihambatnya enzim tersebut
maka

proses transkripsi mRNA dan replikasi HBV akan terganggu dan

mengurangi jumlah virus hepatitis B di dalam darah. (Qiu, 2013)


e. Uji Preklinis
Percobaan dilakukan pada bebek yang telah positif terinfeksi DHBV.
Kemudian di kelompokan secara acak menjadi lima kelompok. Tiga kelompok
diberikan dosis nirtetralin B masing masing ( 25, 50, 100 mg/kg/hari). Kelompok
yang menjadi kontrol positif diberikan dosis nirtetralin B sebanyak 50 mg/kg/hari
dan kelompok kontrol (normal saline). Obat diberikan secara oral selama 14 hari
secara terus menerus. Pada akhir percobaan, bebek dimatikan dan diambil
jaringan hatinya untuk diuji histopatologi. Kemudian dilakukan pemeriksaan
HBSAg dan HBeAg. Hasilnya secara signifikan pemberian nirtetralin B dapat
mengurangi kadar HBsAg plasma dan sekresi HBeAg dengan penghambatan
tertinggi pada dosis 100 mg/kg/hari. (Liu,2014)

f. Uji Klinis
Meniran berfungsi sebagai liver detoxyfying pada penderita liver. Ekstrak
etanol 95% dari meniran efektif membunuh virus hepatitis B, dimana aktivitas
antiviral diukur pada serum pasien yang positif mengidap virus hepatitis B dengan
mekanisme memblok enzim DNA polymerase yang dibutuhkan virus hepatitis B
untuk bereplikasi. (usia,2010)
Sebuah penelitian menunjukan 37 pasien dengan positif virus hepatitis B
diobati dengan dosis harian 600 mg meniran selama 30 hari. 59% dari pasien

mengalami penurunan kadar HbsAg

dua minggu setelah pengobatan selesai.

(Paithankar, 2011)
g. Dosis
Dosis yang tepat dari meniran tergantung pada beberapa faktor seperti usia
pengguna, kesehatan, dan beberapa kondisi lainnya. Pada saat ini tidak ada
informasi ilmiah yang cukup untuk menentukan kisaran yang tepat. Dianjurkan
untuk mengikuti petunjuk yang relevan pada label produk dan berkonsultasi
apoteker atau dokter atau profesional kesehatan lainnya sebelum menggunakan.
h. Contoh sediaan

Gambar . Contoh Sediaan

2.2.6 Glycyrrhiza glabra

Gambar . Glycyrrhiza glabra


a. Klasifikasi Tanaman (Damle,2014)
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Rosales

Suku

: Leguminosae

Marga

: Glycyrrhiza

Jenis

: Glycyrrhiza glabra

Nama Simplisa

: Glycyrrhiza radix

b. Deskripsi Tanaman
Tanaman akar manis ini merupakan tanaman sejenis polong-polongan yang
berasal

dari

Eropa

Selatan dan

beberapa

bagian

wilayah Asia.

Nama liquorice berasal dari bahasa Yunani kuno yang artinya "akar manis". Akar
manis termasuk tanaman tahunan berbentuk terna dan dapat tumbuh sampai satu
meter dengan daun yang tumbuh seperti sayap dengan panjang 7 sampai 15 cm.
Daun-daunnya dapat berjumlah 9-17 helai dalam satu cabang. Bunga akar manis
tersusun secara inflorescens (berkelompok dalam satu cabang),warnanya berkisar
dari keunguan sampai putih kebiru-biruan serta berukuran panjang 0,8-1,2 cm.
Buah akar manis berpolong dan berbentuk panjang sekitar 2-3 cm, dan
mengandung biji.

c. Kandungan Kimia
Hasil isolasi dari tanamana Glycyrrhiza glabra mengandung pati,

pektin,

polisakarida, gula sederhana, asam amino, tanin, flavonoid, minyak atsiri.


Kandungan utama dari tanaman ini adalah senyawa Glycyrrhizin (Asam
glychyrrhizin) sebesar 10-25 % dari ekstrak Glycyrrhiza radix. Selain itu, terdapat
juga senyawa

saponin, triterpenoid dan flavonoid. Golongan flavonoid yang

ditemukan diantaranya; liquirtin, isoliquertin, liquiritigenin dan rhamnoliquirilin.


Senya flavonoid inilah yang memberikan warna kuning pada tanaman
Glycyrrhiza glabra. (Damle, 2014)
d. Efek Farmakologi
Glycyrrhiza glabra
ekspektoran.

memiliki efek farmakologi sebagai antitusif dan

Ekstrak dari tanaman

Glycyrrhiza glabra ditemukan dapat

mengobati sakit tenggorakan dan bantuk namun mekanisme spesifiknya belum


diketahui. Liquorice telah terbukti dapat menurunkan iritasi dan menghasilkan
efek espektoran. Carboneksolon (senyawa sintesis turunan dari Glycyrrhiza)
menstimulasi produksi mukus oleh lambung dan juga menstimulasi sekresi mukus
trakea, menghasil penawar rasa sakit dan efek ekspektoran. (Damle, 2014).
Glycyrrhizin secara signifikan dapat mengobati kerusakan hati yang
disebabkan oleh induksi CCl4 dengan konsentrasi 25-200 g/ml. Asam 18 glycyrrhetic

(sebuah

aglikon

asam

glycyrrhizin)

menunjukkan

aktivitas

hepatoprotektif. Bermanfaat juga sebagai profilaksis dan terapi pada ulser


lambung dan duodenal, dyspepsia, sebagai agen antiinflamasi pada reaksi alergi,
reumatik, antibakteri, antivirus, sera sebagai imunomudulator. (Damle, 2014).
e. Uji Pre Klinis
Reaksi peroksidase lipid, stres oksidatif, dan transaminase adalah beberapa
penyebab terjadinya disfungsi hati. Studi dirancang untuk mengevaluasi
kemampuan silymarin (SLN) dan glycyrrhizin (GLN) dalam rejimen dosis yang
berbeda untuk mengurangi stres oksidatif pada tikus yang mengalami kerusakan
hati yang terinduksi oleh hepatotoksin karbon klorida. Tikus albino jantan (jumlah
60) secara acak dikelompokan menjadi enam kelompok. Kelompok A sebagai
kontrol positif, kelompok B,C,D,E dan F diberikan dosis CCl 4 dua kali seminggu

untuk menginduksi kerusakan hati. Setiap kelompok menerima dosis SLN dan
GLN yang berbeda-beda selama enam minggu. Hasilnya, pemberian dosis SLN
dan GLN dapat mengurangi ALT,AST, ALP dan meningkatkan super oksida
dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation peroksidase (GSH-Px), glutation
reduktase (GR), Glutathione S-transferase (GST) sehingga dapat disimpulkan
bahwa SLN dan GLN memiliki efek hepatoprotektif.(Rasool, 2014)
f. Uji Klinis
Dalam penelitian ditemukan bahwa glycyrrhizin dalam ekstrak licorice
terbukti dapat menekan sekresi hepatitis B virus (HBV) surface antigen (HbsAg)
pada penderita hepatitis B. Uji klinik menggunakan suatu dekokta dari akar
licorice yang diberikan secara oral 15-20ml, tiga kali sehari selama 10-20 hari
memperlihatkan adanya pengurangan sakit pada hati dalam selang waktu 8 hari,
dan hasil pemeriksaan air kemih menunjukan hasil negatif terhadap pigmen
bilirubin pada hari ke 10. (Usia, 2010)
g. Dosis, Efek Samping dan Kontra Indikasi
Dosis:
Dosis harian 2-15 gram untuk maag dan gastritis. Asupan harian yang
disarankan untuk glycyrrhizin 0,2 mg/kg/hari.
Efek Samping:
Glycyrrhizin dapat menyebabkan efek okular, hipokalemia dan hipertensi,
penyakit kardiovaskuler.
Kontra Indikasi:
Pasien dengan hipertensi ,
Hipokalemia , atau
Insufisiensi ginjal kronis , dan selama kehamilan.

h. Contoh sediaan

Gambar . Contoh Sediaan

2.2.7. Reishi mushroom (Ganoderma lucidum)

Gambar 10. Reishi mushroom


a. Klasifikasi
Kerajaan
: Fungi
Divisi
: Basidiomycota
Kelas
: Basidiomycetes
Bangsa
: Polyporales
Suku
: Ganodermataceae
Marga
: Ganoderma
Jenis
: Ganoderma lucidum P. Karsten
(P. Dinesh Babu, 2010)
b. Deskripsi Tanaman

Reishi mushroom tumbuh liar di kayu busuk dan tunggul pohon. Jamur ini
berukuran besar, berwarna merah dengan eksterior mengkilap dan bertekstur
kayu. Di Cina, Reishi mushroom disebut Lingzhi sedangkan di Indonesia disebut
jamur sinduk. Simplisia yang digunakan yaitu berupa tubuh buah yang sudah
kering. Ganoderma termasuk dalam kelompok jamur kayu. Beberapa jamur ini
parasit di pohon, dapat ditanam pada media serbuk gergajian kayu seperti jamur
saprofit. Jamur ling zhi memiliki tubuh buah berbentuk sinduk, mempunyai
tangkai sepanjang 3-10 cm yang menancap kedalam medianya. Diujung tangkai
terdapat tubuh buah berbentuk setengah lingkaran yang melebar dengan diameter
10-20 cm. Tubuh buah berwarna kuning (1-2 bulan) , kemudian berubah menjadi
merah atau coklat tua, yang kemudian dapat dipanen untuk dijadikan bahan baku
pembuatan obat-obatan, termasuk jamu (P. Dinesh Babu, 2010)
c. Kandungan Kimia
Sebagian besar jamur terdiri dari sekitar 90% air. Sisanya 10% yang terdiri
dari protein 10-40%, lemak 2-8%, karbohidrat 3-28%, serat 3-32%, fosfor,
magnesium, selenium, zat besi, seng dan tembaga. Selain itu, jamur mengandung
berbagai molekul bioaktif seperti terpenoid, steroid, fenol, nukleotida dan
turunannya, glikoprotein dan polisakarida. Protein jamur mengandung semua
asam amino esensial dan terutama kaya lisin dan leusin. Total kandungan lemak
rendah dan proporsi yang tinggi dari asam lemak tak jenuh ganda relatif terhadap
total asam lemak jamur dianggap kontributor yang signifikan terhadap nilai
kesehatan jamur. Secara fisiologis polisakarida, peptidoglikan dan triterpen adalah
tiga kandungan aktif utama pada Ganoderma lucidum (Angel trigos, 2011)

Isolasi dari tubuh buah berhasil mendapatkan beberapa macam triterpenoid yang
bersifat bioaktif yaitu , ganoderic acid, ganodermic acids, lucidenic acid, lucidone,
ganoderal, ganoderol (Solomon, 2013)
d. Efek Farmakologi
Polisakarida pada Reishi mushroom dapat digunakan sebagai antikanker.
Reishi mushroom juga memberikan tindakan sebagai hepatoprotektif, antivirus,
dan efek menguntungkan pada system kardiovaskuler, rheumatoid arthritis,
sindrom kelelahan kronis dan diabetes (Solomon, 2013). Adanya aktivitas
inhibitor -glukosidase (Kim et al 2004 )
e. Uji Preklinik
Uji preklinik menggunakan tikus, dengan tetrachloride yang menyebabkan
hepatits, terjadi penghambatan kerusakan hati dengan pemberian dosis reishi
tinctur dan hati dapan beregenerasi menjadi baru kembali.
Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan (n=5 ekor). Kelompok I
sebagai kontrol normal (tanpa perlakuan); kelompok II sebagai kontrol negatif
(parasetamol dosis toksik 2,5 g/kg bb); kelompok III-V berturut-turut diberi
ekstrak etanol 50% jamur lingzhi dalam CMC Na 1% (peroral) dosis 0,5; 1 dan 2
g/kg bb 1 kali sehari selama 7 hari berurutan, diberi parasetamol 2,5 g/kg bb dan
pada jam ke-48 setelah induksi parasetamol, diambil darahnya guna penetapan
aktivitas SGPT dengan metode GPT ALAT.
Sesaat kemudian, hewan uji diambil hatinya untuk dibuat preparat histologi.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 50% jamur
lingzhi 1 kali sehari selama 7 hari berurutan pada tikus putih jantan dosis 0,5; 1
dan

g/kgbb

mempunyai

efek

hepatoprotektif

yang

memiliki

daya

hepatoprotektif berurutan 81,91%; 85,50% dan 96,82%.


Gambaran histologi sel-sel hati tikus menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak etanol 50% jamur lingzhi 1 kali sehari selama 7 hari berurutan mulai dosis
0,5; 1 dan 2 g/kg bb memberikan efek hepatoprotektif terhadap kehepatotoksikan
parasetamol (mengurangi nekrosis hati) (Sujono,2010).
f. Uji Klinik
Fraksi polisakarida dan triterpen pada Ganoderma lucidum menunjukan
adanya efek proteksi pada hati Studi yang dilakukan secara double-blind,

randomized dan multi center bertujuan untuk mengevaluasi keamanan serta


efikasi dari ekstrak G. lucidum pada pasien hepatitis B kronis.
Sebanyak 90 pasien dengan hepatitis B kronis, hepatitis B viral DNA positif
dan peningkatan level aminotransferasi dimasukan dalam studi prospektif ini.
Kepada 60 pasien diberikan Ganopoly dan placebo kepada 30 pasien lainnya
selama 12 minggu. Pengaruh terapi pada tingkat HBV DNA dan aktivitas
aminotransferase dalam serum dan HBeAg diselidiki. 78 pasien (52 dari 60 & 26
dari 30) masuk tahap efikasi dan keamanan.
Hasilnya pada kelompok yang menerima Ganopoly terdapat penurunan
antigen HB serta HBV DNA yang signifikan (P < 0.05). Responden yang
memiliki level AST < 100 U/L sebanyak 41% (n=29), sedangkan yang memiliki
level AST > 100 U/L sebanyak 65% (n=23). Dari studi ini dapat disimpulkan
bahwa Ganopoly dapat ditoleransi dengan baik serta memiliki aktifitas yang baik
dalam melawan virus hepatitis (Gao, et al., 2010)
g. Mekaninsme, Dosis, Kontraindikasi dan Efek Samping
Mekanisme
Skema mekanisme jamur lingzhi sebagai hepatoproketor dan obat hepatitis B
adalah sebagai berikut (Solomon, 2013)

Dosis
Untuk mengobati penyakit kanker, hepatitis B kronis, jantung dan diabetes
yaitu 600-1800 mg tiga kali sehari selama 12 minggu. Untuk risiko penyakit
jantung, dua kapsul 360 mg diminum dua kali sehari selama 12 minggu. Untuk

tekanan darah tinggi, 55 mg ekstrak reishi diminum setiap hari selama empat
minggu. Untuk menajemen nyeri pada herpes zoster, 12 24 gram reishi kering di
minum tiga kali sehari selama 10 hari. Untuk keracunan oleh Russula
subnigricans,100 gram reishi direbus dalam 600 ml air perdosis. Untuk
proteinuria, 500-1,125 mg diminum setiap hari hingga 26 bulan. (Solomon, 2013)
Kontra indikasi
Reishi mushroom dapat meningkatkan resiko perdarahan saat dikonsumsi
dengan obat yang dapat meningkatkan resiko perdarahan seperti aspirin, warfarin,
heparin, ibuprofen, naproxen. Reishi dapat menurunkan kadar gula darah, untuk
orang yang mengonsumsi obat-obatan diabetes melalui mulut atau insulin harus
dipantau ketat. Reishi juga dapat berinteraksi dengan adenosine, zat yang
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan saraf, agen yang menurunkan
kolesterol, anestesi, antibiotik, agen antikanker, ARV, agen antivirus, agen
jantung, agen hormonal, agen-hati merusak, agen paru-paru, agen muskuloskeletal
, penghilang rasa sakit, agen kulit, agen lambung dan usus, hormon tiroid.
Gunakan hati-hati pada orang dengan gangguan kekebalan tubuh atau tiroid dan
mereka yang menggunakan agen untuk sistem kekebalan tubuh atau tiroid.
Gunakan hati-hati pada pasien dengan lambung, usus, kulit, otot, tulang,
sistem saraf, hormonal, atau gangguan pernapasan pada pasien dengan gangguan
hati atau mereka yang memakai agen merusak hati. Hindari pada pasien dengan
alergi atau sensitivitas diketahui reishi, setiap bagian-bagiannya, atau anggota
keluarga pabrik. Hindari pada wanita hamil atau menyusui, atau pada anak-anak,
karena kurangnya informasi keselamatan yang memadai. (Solomon, 2013)
Efek samping
Efek samping yang paling umum dilaporkan adalah ruam kulit, pusing, dan
sakit kepala. Reishi juga dapat menyebabkan tinja berdarah, nyeri tulang, nyeri
payudara, diare, kulit yang meradang, influenza, insomnia, gatal, pusing,
kehilangan libido, ketidaknyamanan perut ringan, mual, sakit tenggorokan, dan
hidung meler. Reishi dapat meningkatkan risiko perdarahan, menurunkan kadar
gula darah, menyebabkan tekanan darah rendah. (Solomon, 2013)
Sediaan di Pasaran

Gambar 11. Sediaan GanoPoly

2.2.8 Akar Alang-Alang (Imperita cylindrica)

Gambar 12 : simplisia akar alang-alang (a), akar alang-alang (b)


a. Klasifikasi
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophiyta

Kelas

: Liliopsida

Bangsa

: Poales

Suku

: Poaceae

Marga

: Imperata

Jenis

: Imperata cylindrical

Simplisia

: Akar

(http://www.plantamor.com)

b. Deskripsi Tanaman

Alang-alang atau ilalang (Imperata cylindrica) adalah jenis tanaman


rumput-rumputan

liar

awalnya

memiliki

fungsi untuk mencegah

erosi

(Herbal,2014). Di beberapa daerah di Indonesia alang-alang dikenal dengan nama


ilalang. Alang-alang merupakan tumbuhan menahun dengan tinggi 1 sampai 1.5
meter, mudah berkembang biak, mempunyai rimpang kaku yang tumbuh menjalar.
Batangnya padat, bukunya atau ruasnya berambut jarang. Alang-alang tumbuh liar
di lahan terbuka atau sedikit terlindung, seperti ladang atau perkebunan.
Bunganya menguncup dengan panjang 6 30 cm, berwarna putih dan mempunyai
biji-biji sangat kecil sekitar 1 mm dan berwarna coklat tua. Bunga atau bijinya
berambut halus dan mudah diterbangkan angin. Alang-alang banyak terdapat di
pulau jawa dengan ketinggian tempat tumbuh dari 0-2700 mdpl. Tumbuhan ini
biasa ditemukan liar di hutan, lapangan rumput, sisi jalan, dan lahan-lahan lain
yang mendapat sinar matahari cukup. (Kurdi, 2010 )
c. Kandungan Kimia
Akar alang-alang memiliki banyak kandungan senyawa bioaktif. Akar
alang-alang mengandung senyawa golongan sterol, arundoin, fermenol,
isoarborinol, katekol, kumarat, asam asetat, asam malat, asam sitrat, dan kalsium.
Akar dan daun alang-alang mengandung beberapa turunan flavonoid, yaitu 3,4,7trihidroksi flavon, 2,3-dihidroksi kalkon, flavonol tersubstitusi, 6-hidroksi
flavanol. Fraksi etil asetat akar alang-alang mengandung flavonoid yang termasuk
ke dalam golongan flavon, flavonol, tersubstitusi pada 3-OH, isoflavon. Dalam
fraksi air terkandung flavonoid golongan flavon tanpa OH bebas, flavon, flavonol
tersubstitusi pada 3-OH, dan isoflavon. (Rini, 2012).
d. Efek Farmakologi
Alang-alang berkhasiat sebagai pembersih darah, penambah nafsu makan,
radang ginjal akut, demam, batuk, darah tinggi, demam, mimisan, kencing darah,
dan hepatitis akut. Terkait potensi akar alang-alang sebagai obat hepatitis akut
disebabkan oleh senyawa bioaktif yang terdapat pada akar alang-alang yang
berperan sebagai hepatoprotektor. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid yang

terdapat pada akar alang-alang dapat dikaitkan dengan potensi hepatoprotektor


alang-alang. (Rini, 2012).
e. Uji Preklinis
Toksisitas Akut
Mencit percobaan diadaptasikan selama satu minggu di kandang biokimia
dan ditimbang bobot badan 3 hari sekali. Dalam penentuan LD50 akan digunakan
5 kelompok dosis ( 10 mencit/kelompok), yaitu 2000, 5000, 10000, 15000, dan
20000 mg/kg BB. Satu kelompok lainnya sebagai kontrol dan hanya akan dicekok
akuades. Semua hewan pada setiap kelompok hanya menerima ekstrak satu kali
untuk setiap dosis yang telah ditentukan (dosis tunggal), lalu hewan diamati dan
dicatat tingkat kematiannya pada 24 jam pertama untuk menentukan kisaran dosis
yang tidak menimbulkan kematian dan dosis yang menimbulkan kematian guna
memperoleh LD50. Pengamatan dilanjutkan hingga hari ke 14, pengamatan
meliputi gejala klinis seperti nafsu makan, bobot badan, serta tingkah laku (Rini,
2012).
Pemberian dosis tunggal 2000, 5000, 10000, 15000, dan 20000 mg/Kg BB
tidak menyebabkan kematian pada mencit setelah 24 jam pengamatan.
Pengamatan bobot badan, setelah perlakuan tidak menunjukkan adanya gejalagejala toksik yang timbul pada hewan uji. Bobot badan mencit pada semua
kelompok mengalami peningkatan (Rini,2012).
Peningkatan ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol akar alang-alang tidak
toksik setelah pemberian dosis tertinggi, yaitu 20000 mg/Kg BB. Nilai LD50
tidak dapat ditentukan karena hingga dosis terbesar, yaitu 20000 mg/Kg BB, tidak
menyebabkan kematian pada mencit. Meskipun LD50 tidak dapat ditentukan
melalui penelitian ini, namun dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol akar alangalang praktis nontoksik berdasarkan klasifikasi toksisitas (Rini,2012).
Berdasarkan uji histopatologi, pemberian dosis 20000 mg/Kg BB
menyebabkan nekrosis pada hati mencit, sedangkan pemberian dosis di bawah

20000 mg/Kg BB tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap sel hati
mencit (Rini,2012).
Nekrosis adalah kematian sel akibat perlukaan jaringan yang didahului
dengan kerusakan sel-sel hati, gangguan integritas membran plasma, keluarnya isi
sel, dan timbulnya respon inflamasi yang menyebabkan banyak sel mati. Ciri-ciri
nekrosis adalah tampaknya fragmen sel disertai reaksi radang (Rini,2012).
Analisis data
Analisis statistik terhadap kadar enzim ALT dan AST dilakukan dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yaitu uji analysis of varian
(ANOVA) dan uji lanjutan uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf
=0.05. Seluruh data tersebut dianalisis menggunakan program perangkat lunak
statistical analysis system (SAS) (Rini, 2012)
Uji Aktivitas ALT
Hasil uji in vivo menunjukkan ekstrak etanol akar alang-alang dosis 750
mg/Kg BB mampu memberikan perlindungan terhadap hati tikus Wistar dari
kerusakan akibat parasetamol dengan jumlah enzim ALT dan AST yang lebih
rendah dibandingkan kelompok perlakuan ekstrak akar alang-alang lainnya (Rini,
2012).
Jumlah enzim ALT kelompok tikus yang mendapatkan ekstrak etanol 70%
dosis 750 mg/Kg BB lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan dosis
500 mg/kg BB, dosis 250 mg/kg BB, kelompok kontrol positif, dan kelompok
kontrol negatif dengan jumlah enzim ALT (Rini, 2012).
Berdasarkan hasil uji statistik Duncan, kelompok perlakuan dosis 750
mg/kg BB tidak berbeda nyata dengan kelompok norma. Sementara itu, kelompok
perlakuan dosis 500 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB berbeda nyata dengan
kelompok perlakuan 750 mg/kg BB dan kelompok normal, serta tidak berbeda
nyata dengan kelompok kontrol negatif (Rini, 2012).

Hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dosis 750
mg/kg BB mempunyai efek hepatoprotektor seperti yang terjadi pada kelompok
normal, sedangkan kelompok perlakuan dosis 500 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB
tidak memberikan efek hepatoprotektor seperti yang terjadi pada kelompok
kontrol negatif (Rini, 2012).
Penelitian Terhadap Ekstrak Etanol Akar Alang-Alang
Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat keamanan melalui uji toksisitas
akut, mengkaji khasiat hepatoprotektor, serta menganalisis kandungan fitokimia
ekstrak etanol akar alang-alang pada tikus Wistar yang diinduksi parasetamol.
Parameter

uji

biokimia

yang

digunakan

untuk

menganalisis

aktivitas

hepatoprotektor adalah enzim transaminase alanin aminotransferase (ALT) dan


aspartat amino transferase (AST). Kerusakan jaringan hati akan dievaluasi
melalui uji histopatologi. Akar alang-alang yang diekstrak menggunakan etanol
70% menghasilkan rendemen sebesar 12.48%. Analisis fitokimia menunjukkan
bahwa esktrak etanol akar alang-alang mengandung alkaloid dan triterpenoid
(Rini, 2012).
Ekstrak etanol akar alang-alang dosis 750 mg/Kg BB berkhasiat sebagai
hepatoprotektor, hal ini didasarkan pada hasil analisis aktivitas ALT dan AST
dengan nilai secara berurutan 68.6 dan 221.2 U/L (kelompok normal), 222.2 dan
509.6 U/L (kelompok dosis 750 mg/Kg BB), 491.2 dan 576.4 U/L (kelompok
kontrol positif), 517.4 dan 527.8 U/L (kelompok dosis 500 mg/Kg BB), 555.6 dan
660.0 U/L (kelompok kontrol negatif), dan 558.4 dan 595 U/L (kelompok dosis
250 mg/Kg BB). Jaringan hati tikus yang diberi ekstrak etanol akar alang-alang
750 mg/kg BB tidak menunjukkan kerusakan seperti fibrosis dan tanda-tanda
lainnya pada uji histopatologi organ hati. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
ekstrak etanol akar alang-alang memiliki khasiat sebagai hepatoprotektor (Rini,
2012)
f. Dosis, Efek Samping dan Kontraindikasi
Dosis:

Tidak ada dosis yang disepakati untuk akar alang-alang. Sedangkan cara
penggunaan akar alang-alang adalah sebagai berikut:
1. Direbus, 250 gram akar alang-alang dibersihkan lalu direbus kedalam air 3
gelas air selama 10 menit, lalu diminum. Rebusan ini biasa digunakan
untuk diuretik, penyakit kuning, hipertensi, sakit perut dan sebagainya
2. Obat gosok, akar kemudian dihancurkan kemudian dicampur dengan
minyak untuk mengobati batuk
Efek Samping:
efek samping yang muncul biasanya pusing, mual, dan peningkatan buang air.
Kontra Indikasi:
Penderita lambung lemah dan banyak buang air kecil dilarang mengonsumsi akar
alang-alang.
g. Sediaan Dipasaran

Gambar13. Sediaan akar alang-alang


BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.

Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati karena virus yang
menyerang serta menyebabkan peradangan dan kerusakan pada sel-sel dan
fungsi organ hati.

Pengobatan menggunakan bahan alam (tanaman obat) dapat digunakan

dalam mengatasi dan mengobati hepatitis.


Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai obat hepatitis
diantaranya adalah alkaloid purin, seperti Viscum album, Tinospora
cordifolia, Curcuma xanthorrhiza, Panax gingseng, Phyllantus niruri,
Glycyrrhiza glabra, Ganoderma lucidum, Imperata cylindrica, dll

Virus

HEPATITIS
A

HEPATITIS
B

HEPATITIS
C

HEPATITIS
D

HEPATITIS
E

Virus Hepatitis
A (HAV)

Virus Hepatitis
B (HBV)

Virus Hepatitis
C (HCV)

Virus Hepatitis
D (HDV)

Virus Hepatitis
E (HEV)

Hubungan
seksual, darah
(injeksi iv
transfusi),
peralatan
medis yg tidak
steril/ dari ibu
ke anak saat
melahirkan.

Penggunaan
jarum suntik
untuk
menyuntikkan
obat-obatan,
pembuatan tato
yang dilakukan
dalam kondisi
tidak higienis.

Infeksi
hepatitis D
dapat terjadi
bersamaan
atau setelah
terkena
hepatitis B
kronis
(superinfeksi).

Kotoran
manusia masuk
ke mulut dan
menyebar
melalui
makanan /
minuman yang
terkontaminasi.

Pengembangka
n penyakit
kronis.

Mengganggu
fungsi liver.

Berpeluang
besar menjadi
sirosis.

Gagal hati akut


yang
berbahaya.

Gambar
Virus

Persebaran

Menyebabka
n

Makanan dan
air yang
terkontaminasi
oleh tinja orang
yang terinfeksi.

Pembengkakan
hati.

3.2. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman-tanaman yang dapat
digunakan sebagai bahan obat.

DAFTAR PUSTAKA

Angel trigos, j. s. (2011). Biologically active metabolites of the genus Ganoderma


: Three decades of myco-chemestry research . Revista Mexicana De
Micologia Vol 34, 63-83.
Abhimanyu Sharma, Asmita Gupta, Sakshi Singh Amla Batra. 2010. Tinospora
cordifolia (Willd.) Hook. F. & Thomson - A plant with immense economic
potential. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research

Anik Savoie, Valerie Lavastre, Martin Pelletier et al. 2000. Activation of human
neutrophils by the plant lectin Viscum album agglutinin-I: modulation of de
novo protein synthesis and evidence that caspases are involved in induction
of apoptosis. Journal of Leukocyte Biology.
Anonim.

Informasi

Spesies

Phyllanthus

niruri

L.

Retrivied

from

http://www.plantamor.com/index.php?plant=990
Anonim.

Meniran

dan

Khasiatnya.

Retrivied

from

http://meniran.com/menirandan-khasiatnya/
Anonim. Retrivied from http://www.drugs.com/npp/licorice.html
Arianti, Rini. 2012. Aktivitas Hepatoprotektor dan Toksisitas Akut Ekstrak Akar
Alang-Alang. IPB
Avnish K. Upadhyay, Kaushal Kumar, Arvind Kumar, Hari S. Mishra. 2010.
Tinospora cordifolia (Willd.) Hook. f. and Thoms. (Guduchi) validation
of the Ayurvedic pharmacology through experimental and clinical studies.
NCBI.
B. T. Kavitha, S. D. Shruthi. 2011. Phytochemical analysis and hepatoprotective
properties of Tinospora cordifoliaagainst carbon tetrachloride-induced
hepatic damage in rats. NCBI.
Damle, Monica. 2014. Glycyrrhiza glabra ( Liquorice)-A Potent Medicinal Herb.
International Journal of Herbal medicine 2 (2) : 132-136.
European Medicines Agency. 2012. Assessment report on Viscum album L.,
herba. Committee on Herbal Medicinal Products (HMPC).
Gao, Yihui, et al. A Phase I/II Study of a Ganoderma lucidum (Curt.: Fr.) P.
Hepatitis . International Journal of Medicinal Mushrooms.
Inhibitor from The Fungus Ganoderma Lucidum. Journal of Microbiology
Karst. (Ling Zhi, Reishi Mushroom) Extract in Patients with Chronic

Kim, S.D., dan H.J. Nho. 2004. Isolation And Characterization of glucosidase42: 223 - 227.
Kirti Sinha, N P Mishra, J Singh, and SPS Khanuja. 2004. Tinospora
cordifolia (Guduchi), a reservoir plant for therapeutic applications: A
Review. Indian Journal of Traditional Knowledge.
Kurdi, A. (2010 ). Tanaman Herbal Indonesia. Jakarta .
Lakshmi C. Mishra. 2003. Scientific Basis for Ayurvedic Therapies. CRC Press.
Liu, Sheng.,et.al. 2014. In Vitro and In Vivo Anti-Hepatitis B Virus Activities of
The Lignan Nirtetralin B Isolated From Phyllanthus niruri L. Journal Of
Ethnopharmacology 157: 62-68.
Manjrekar PN, Jolly CI, Narayanan S. 2000. Comparative studies of the
immunomodulatory activity of Tinospora cordifolia and Tinospora sinensis.
NCBI.
Nickrent DL. 2004. Viscum Album. NCBI.
Omar Mohamed ABDEL-SALAM, Amany Ameen SLEEM, Nermeen M.
SHAFFIE. 2010. Effect of Viscum album on acute hepatic damage caused
by carbon tetrachloride in rats. Turk J Med Sci.
Paithankar, V.V.,Raut K.S., Charde R.M., Vyas J.V. 2011. Phyllanthus Niruri : A
Magic Herb. Research in Pharmacy 1(4): 1-9.
P. Dinesh Babu, R. S. (2010). the Sacred Mushroom "Reishi". American-Eurasian
Journal of Botany, 107-110.
Qiu, Li-Peng., Ke-Ping Chen,. 2013. Anti-HBV derived from botanical origin.
Institute of life Science, Fitoterapia Journal 84 : 140-157.
Rasool, Muhammad., et.al.
marianum (Silymarin)

2014. Hepatoprotective Effects of Silybum


and Glycyrrhiza

glabra (Glycyrrhizin)

Combination: A Possible Synergy. Hindawi Publishing Corporation.

in

Sawitri, Endang,. Ign. Riwanto., Tjahjono., Edi Dharmana.2012. Ekstrak


Phyllanthus niruri Linn., Pertumbuhan Tumor dan Proliferasi sel Kanker
Kolorektal. Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro. Semarang.
Soham Saha and Shyamasree Ghosh. 2012. Tinospora cordifolia: One plant,
many roles. NCBI.
Sujono, Tanti A. 2010. Efek Hepatoprotektor Ekstrak Jamur Lingzhi (Ganoderma
Systematic Reviewthe 2010. Standard Research Collaboration. Journal of
the Society for Integrative Oncology, Vol 8, No 4. p 148-159
Ulbricht, Catherine, et al. Review: Reishi Mushroom (Ganoderma lucidum):
Usia, Tepy. 2010. Pemanfaatan Tanaman Obat Untuk Sakit Hati. Retrivied from
http://www.ikatanapotekerindonesia.net/articles/34-pharmacynews/308pemanfaatan-tanaman-obat-untuk-sakit-hati.html
Vipin Kumar, Pankaj K. Modi, K. K. Saxena. 2012. Exploration of
Hepatoprotective Activity of Aqueous Extract of Tinospora Cordifolia- An
Experimental Study. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research.
Wasser, Solomon P. Reishi or Ling Zhi (Ganoderma lucidum).2013. Institute of
Evolution, University of Haifa, Mount Carmel, Haifa, Israel
Yang Li, Yan-Li Zhao, Yong-Ping Yang, Xiao-Li Li. 2011. Chemical constituents
of Viscum album var. meridianum. Elsevier Biochemical Systematics and
Ecology

Anda mungkin juga menyukai