Anda di halaman 1dari 26

1

1. PENDAHULUAN
Canola merupakan kepanjangan dari Canadian Oil Low Acid. Canola adalah salah
satu rape seed (biji-bijian), utamanya yang digunakan adalah Oilseed rape (Brassica napus)
yang diproduksi oleh petani tanaman Kanada sejak tahun 1986 menggunakan pembudidayaan
tanaman tradisional dan teknik seleksi (Brown, 2008). Minyak canola digunakan dalam
banyak aplikasi, yakni margarine, minyak goreng, dan minyak salad/ minyak sayur, selain itu
aplikasi yang berkaitan dengan industri adalah industri kosmetik, bahan tambahan makanan,
pelumas, dan plastik. Bentuk tanaman canola ini dapat dilihat pada Gambar 1.

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Petani Australia dan lahan canola beserta biji rape seed yang telah
dipanen, (b) Biji rape seed

Minyak rape seed merupakan salah satu sumber minyak sayur, dan sering digunakan
sebagai minyak salad. Tanaman canola memiliki keunikan tersendiri dibanding minyak bijibijian lainnya, yakni dalam hal kandungan asam lemak erusit (C22:1) yang sangat kecil,
yakni 2% (Kim, 2009). Asam lemak erusit yaitu asam lemak yang menyebabkan tumpukan

asam lemak tinggi pada arteri manusia sehingga sangat berbahaya bagi manusia. Adapun
kandungan kimia pada minyak canola dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen kimia minyak canola dan produk samping canola

Sumber: Hicking, (2001); Przybylski, (2008)


Penurunan kadar asam erusit ini merupakan perkembangan teknologi dari para
petani, teknologi yang dilakukan merupakan teknologi tradisional yaitu teknik tradisional,
perkawinan silang tanaman dan teknik seleksi. Selain memiliki kandungan asam lemak jenuh
yang rendah, minyak canola memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tunggal yang sangat
tinggi, dimana asam lemak ini tidak akan menurunkan HDL, yaitu kolesterol yang baik untuk
darah. Dengan kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi maka sangat disarankan bagi
kesehatan dalam hal keseimbangan konsumsi antara asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh, dan merupakan sumber vitamin B1 yang baik. Canola oil juga kaya akan asam lemak
omega-3 dibanding minyak sayur lainnya. Omega-3 sangat penting bagi tubuh dalam
mengurangi resiko penyakit radang seperto penyakit jantung dan kanker. Sebagian besar
masyarakat mengonsumsi minyak sayur yang tinggi omega-6 dan terlalu sedikit omega-3,
sehingga konsumsi minyak canola disarankan untuk memenuhi kebutuhan dalam hal asam
lemak esensial omega-3.
Tanaman canola telah banyak dibudidayakan di Kanada, Amerika, beberapa negara
Eropa, dan baru-baru ini di Australia. Sekitar 80% tanaman canola yang ada di Kanada
merupakan tanaman transgenik, yakni tanaman yang telah mengalami modifikasi genetic.
Tanaman transgenik canola yaitu canola yang tahan terhadap herbisida, terutama herbisida
yang menyerang gulma. Minyak canola telah diterima sebagai GRAS (Generally Recognized
as Safe) oleh federasi makanan dan obat-obatan Amerika, yakni instansi yang mengatur

penerimaan maupun larangan makanan dan obat-obatan yang beredar di Amerika. Adapun
proses pembuatan minyak canola dapat dijelaskan pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Proses pembuatan minyak canola (Kim, 2009).

2. CANOLA TRANSGENIK
Saat ini, tanaman canola yang telah mengalami modifikasi genetik dapat dibagi
menjadi dua macam berdasarkan sifat tanaman yang diinginkan, yaitu:
1. Tanaman canola trangenik tahan terhadap herbisida
2. Tanaman canola yang mengalami modifikasi genetik metabolisme, yakni
enzim.
Pada makalah ini, canola transgenik yang kami bahas memiliki cakupan yang
terbatas, yakni berdasarkan jurnal yang kami temukan. Untuk canola transgenik yang

tahan terhadap herbisida, kami hanya membahas dua macam herbisida yang merupakan
sifat interest yang akan disisipkan gen-nya pada tanaman canola, yaitu herbisida
glyphosate atau glufosinate ammonium dan bromoxynil. Untuk canola yang mengalami
modifikasi genetik berkaitan dengan metabolisme adalah canola transgenik dengan
modifikasi oleh ekspresi antisense dari gen pengkode enzim stearoyl-acy carrier protein.

2.1 Canola Transgenik Modifikasi Gen Pengkode Enzim


Pendahuluan
Berdasarkan tingkat kebutuhan produsen dalam memproduksi tanaman canola
maka tujuan genetic engineering yang digunakan juga berbeda. Berdasarkan kegunaan
minyak canola yang bermacam-macam (seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan),
maka susunan gen dalam tanaman juga perlu diperhatikan. Pada canola transgenik yang
mengalami modifikasi pada susunan gen pengkode enzim ini memiliki tujuan produksi
yang berbeda dengan canola transgenik tahan herbisida. Pada canola transgenik ini,
modifikasi gen yang dilakukan bertujuan untuk menghasilkan produk minyak canola yang
memiliki karakteristik fisik dan kimia sebagai minyak goreng.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa minyak canola memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang rendah dan asam lemak tak jenuh yang tinggi. Hal ini
memang sangat bermanfaat bagi kesehatan jika dijadikan sebagai minyak sayur atau
minyak salad yang dijadikan sebagai pelengkap makanan penutup. Akan tetapi,
karakteristik ini tidak diinginkan dalam industri minyak goreng, karena kandungan asam
lemak tak jenuh pada minyak akan berbahaya bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh
asam lemak tak jenuh akan mengalami polimerisasi atau penggumpalan jika digunakan
untuk menggoreng baik secara deep frying maupun hanya dipanaskan saja. Selain itu,
akan terbentuk trans fatty acids serta radikal bebas yang bersifat toksik dan karsinogenik.
Selama penggorengan, perubahan karakterisik fisik dan kimia pada minyak sangat
berpengaruh pada kualitas minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari perubahan minyak
setelah mendapat perlakuan panas, yaitu bagaimana tingkat degradasi, oksidasi, dan hidrolisis
yang terjadi pada komponen-komponen penyusun minyak, utamanya asam lemak. Kecepatan
dekomposisi ini tergantung pada komposisi minyak, suhu yang digunakan, lama
penggorengan, tipe makanan yang digoreng (Petukhov, 1999). Dari beberapa faktor itu,

tingkat ketidakjenuhan dari minyak merupakan faktor yang paling penting dalam kestabilan
penggorengan pada minyak. Oleh karena itu, tingginya kandungan asam lemak tak jenuh
utamanya asam linoleat (C18:3), yaitu sebesar 9-11%,

menyebabkan minyak canola

memiliki keterbatasan dalam kestabilan penggorengan dan cenderung berbahaya bagi


kesehatan. Oleh karena itu, dibutuhkan modifikasi secara genetik untuk mengurangi kadar
asam lemak tak jenuh pada tanaman canola dan yang perlu dilakukan adalah modifikasi gen
pengkode enzim dalam sintesis asam lemak tak jenuh.
Asam lemak tak jenuh yang ada pada tanaman canola yaitu asam oleat C18:1
(MUFA), asam linoleat C18:2 dan asam linolenat C18:3 (PUFA). Asam lemak ini memiliki
persentase yang cukup tinggi dalam canola, sedangkan asam lemak jenuh yang ada dalam
canola dalam jumlah sedikit adalah asam palmitat (C16:0) dan asam stearat (C18:0).
Modifikasi pada sintesis asam lemak ini dilakukan pada gen pengkode enzim stearoyl- acyl
carrier protein (stearoyl-ACP) desaturase (EC 1.14.99.6), yaitu enzim yang berperan dalam
katalisis pada inisiasi proses pengurangan tingkat jenuh pada asam lemak pada biosintesis
asam lemak. Enzim inilah yang memiliki peran dalam mengatur komposisi asam lemak jenuh
(asam stearat) dan asam lemak tak jenuh (asam lemak). Reaksi biosintesis dapat dilihat pada
Gambar 3.
Modifikasi gen pada sistem biosintesis asam lemak pada minyak sayur telah banyak
diteliti, seperti pada pengurangan asam erusit dari minyak canola (Knutzon, 1991),
pengurangan asam linoleat pada minyak rami, dan peningkatan asam stearat hingga enam kali
lipat dari tanaman semula (wild type) safflower (hingga di atas 12%) dan kedelai (hingga di
atas 30%). Beberapa penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan komposisi asam lemak yang
diinginkan yang sesuai dengan tujuan industri dan dapat digunakan sebagai minyak edible.
Metode yang dilakukan dalam modifikasi gen ini adalah metode antisense RNA, metode ini
dirasa cukup efektif dalam pengurangan jumlah enzim tertentu dalam suatu tanaman.
Biosintesis asam lemak terjadi pada seluruh jaringan tanaman, sehingga akan lebih efisien
jika teknologi antisense RNA ini dilakukan pada fase benih, maka ekspresi gen akan dilihat
pada fase benih dewasa tanpa menggangu biosintesis pada membran sem daun dan jaringan
lainnya pada tanaman. Jenis benih yang akan dimodifikasi gen pengode enzimnya ada dua
spesies yakni Brassica napa dan Brassica napus.

Gambar 3. Reaksi desaturasi dan elongasi pada sintesis asam lemak. (Estiasih, 2010)

Prinsip dari teknologi antisense ini adalah gen yang akan dikloning digabungkan
(ligasi) dengan vektor dalam orientasi yang berkebalikan. Hal ini berarti ketika gen kloning
direkam oleh RNA akan dihasilkan mRNA yang bersifat kebalikan dari normal gen. Sehingga
bisa disebut bahwa komplemen RNA ini merupakan antisense dari RNA gen normal,
terkadang ada yang menyebut asRNA (Brown, 1991). RNA antisense dapat menghambat
terjadinya sintesis produk dari gen yang mengkode. Hal ini disebabkan oleh gabungan antara
mRNA dan antisense RNA yang membentuk untai ganda terdegradasi oleh enzim
ribonuklease dan tidak dapat dikenali oleh ribosom, sehingga tidak terjadi proses
penerjemahan asam amino (translasi). skema dari teknologi ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Skema dari pelaksanaan teknologi RNA Antisense (Purves et al., 2000)
Keterangan: untai ganda berwarna biru adalah DNA

Metode dan Material


Adapun beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Isolasi klon cDNA dari enzim desaturase stearoyl-ACP
cDNA yang diinginkan diperoleh dari plasmid vektor pCGN1703 yang diperoleh
dari penelitian sebelumnya (Hamilton, 1990). Plasmid ini dikonstruksi dari poliRNA
Brassica rapa dan enzim restriksi yang digunakan adalah EcoRI. Melalui pendekatan dari
penelitian sebelumnya mengenai klon cDNA enzim desaturase stearoyl-ACP pada minyak
jarak (23), diperoleh 6 klon hibrid yang dimurnikan, dan hanya satu saja yang diambil yaitu
pada plasmid pCGN3235. Diketahui pada pCGN3235, asam-asam amino penyusun enzim ini

terdiri dari 382 asam amino dan 1495 pasang basa. Identifikasi dari klon cDNA enzim ini
telah dicocokkan secara homologi dengan sequens enzim desaturase stearoyl-ACP pada
tanaman bunga matahari dan jarak yang telah dipublikasikan (Thompson, 1991; Shanklin,
1991; Knutzon, 1991).
2. Konstruksi plasmid
Fragmen HindIII dan PvuII pada pCGN3235 mengkode empat asam amino untuk
ujung amino dan sembilan asam amino untuk ujung karboksil dari protein prekursor enzim
desaturase stearoyl-ACP yang akan digunakan dalam produksi kontruksi antisense pada
benih. Orientasi antisense dilakukan dua sekuens yaitu pada sequens regulator enzim
stearoyl-ACP pada gen napin B. napa yaitu 1,7 kb untuk ujung 5 dan 1, 25 kb untuk ujung
3, dan sequens regulator dari gen ACP biji B. rapa yaitu 1,5 kb untuk ujung 5 dan 1,5 kb
untuk ujung 3. Kedua gen antisense ini diinsersikan di antara sisi XbaI dan KpnI pada
plasmis pCGN1557 untuk memproduksi plasmid pCGN3242, yang merupakan gen antisense
dari enzim desaturase stearoyl-ACP. Skema orientasi sekuens RNA ini dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 5. Skema RNA antisense dari gen pengkode enzim desaturase stearoyl-ACP
Sumber : Knutzon (1991)
3. Transformasi pada tanaman
Pemindahan plasmid rekombinan dilakukan oleh mediator bakteri Agrobacterium.
Explant tanaman hipokotil yang telah berumur 7 hari yang telah mengalami pretreatment
diinkubasi dengan Agrobacterium yang telah disisipkan plasmid. Plasmid telah berpindah ke
dalam jaringan kalus setelah dua hari dikultivasi dengan Agrobacterium. Tanaman yang
dijadikan control adalah benih yang ditanam dalam rumah kaca atau explant hipokotil tanpa
disisipkan Agrobacterium. Adapun beberapa pengamatan yang dilakukan adalah:
a. Tujuh hari kemudian, explant dipindah ke dalam media regenerasi tunas,
b. 5 9 minggu setelah inisiasi kultur, tunas yang berwarna hijau tumbuh dari
kalus yang ditanam pada media seleksi kanamisin,
c. Dua minggu kemudian, tunas dipindah ke dalam media induksi akar yang
mengandung kanamisin juga,

d. Daun yang tumbuh diuji aktivitas neomisin fosfotransferase dengan uji dot
blot,
e. Setelah menghasilkan biji, maka akan dibandingkan dengan biji yang
dihasilkan tanaman control.
4. Seleksi gen rekombinan
Masuknya gen rekombinan ke dalam jaringan kalus diuji melalui ada tidaknya gen
resisten terhadap antibiotik kanamisin. Adanya gen resisten ini ditunjukkan dengan adanya
germinasi benih yang ditumbuhkan pada analog kanamisin (G418), atau suatu media yang
dapat menguji ada tidaknya aktivitas sel akibat gen resisten antibiotik kanamisin. Telah
diketahui bahwa tunas yang telah berakar dan kotiledon resisten terhadap G418.
5. Analisis asam lemak
Sampel yang berupa biji yang matang dan belum diuji melalui reaksi metanolisis
asam (27) dan metil ester yang terbentuk akan diuji melalaui Gas Chromatography kapiler.
Komposisi asam lemak dalam bentuk persentase akan diketahui melalui perbandingan antara
luas area puncak dan standar internal trigliserida 17:0.
6. Uji enzim desaturase stearoyl-ACP
Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar aktivitas enzim desaturase stearoylACP.
7. Deteksi protein enzim desaturase stearoyl-ACP
Benih yang telah dewasa diekstrak dalam potassium fosfat dengan jumlah tertentu.
Sebanyak 20 mikroliter ekstrak diuji proteinnya dengan elektroferesis. Protein enzim
desaturase dilihat dengan kit immunodetection dibandingkan dengan desaturase pada
safflower (Thompson, 1991).
Hasil
Dari 50 tanaman transgenik (tanaman dengan ode 3242-T-1) yang diuji, diperoleh
dua kelas yang dibagi berdasar komposisi asam stearatnya. Kelas pertama berisi tanaman
yang berjumlah 21 buah, yang memiliki komposisi asam stearat yang tinggi yakni berkisar
(21,5 32 %), sedangkan kelas yang kedua dengan jumlah 29 buah, yaitu tanaman dengan
komposisi asam stearat yang rendah, hampir sama dengan tanaman kontrol yakni 1,0 1, 6%.
Kenaikan persentase asam stearat disertai dengan penurunan persentase asam oleat, yang
merupkan produk dari enzim desaturase stearoyl-ACP. Untuk jumlah palmitat yang
merupakan precursor bagi stearat tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan adanya
modifikasi gen pengkode enzim ini. Komposisi asam lemak dari dua kelas tanaman

transgenik ini dapat dilihat pada Gambar 6. Dari hasil perbandingan antara dua kelas ini
yakni 21 : 29 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dengan teori
perbandingan insersi dari konstruksi antisense RNA yang diharapkan yakni 1 : 1.

Gambar 6. Komposisi asam lemak dari dua kelas tanaman transgenik B. rapa 3242-T
Sumber : Knutzon (1991)
Dari hasil uji aktivitas enzim desaturase stearoyl-ACP, menunjukkan bahwa tidak
dideteksi adanya aktivitas enzim pada tanaman yang mengandung asam stearat banyak, tidak
seperti aktivitas enzim yang terjadi pada tanaman yang masih normal. Hal ini dapat
disebabkan karena biosintesis akan terhenti jika akumulasi asam stearat yang dihasilkan
terlalu banyak, sedangkan enzim yang ada tidak dapat mengimbangi banyaknya stearat yang
dihasilkan. Pemisahan fenotip tinggi stearat, penekanan aktivitas enzim desaturase stearoylACP, dan pengurangan level protein desaturase mengindikasikan bahwa tanaman transgenik

10

3242-T mengandung insersi fungsional antisense RNA. Komposisi asam stearat beserta
aktivitasnya enzimnya dapat dilihat pada Tabel 2.

11

Tabel 2. Komposisi asam stearat dan aktivitas enzim desaturase stearoyl-ACP.

Sumber: Knutzon (1991)


Saat germinasi, tanaman transgenik 3242-T hanya mampu bergerminasi sebesar 53%
jika dibandingkan tanaman control sebesar 100%. Hal ini ada kaitannya dengan tingginya
jumlah stearat pada tanaman, terutama dari sisi fenotip yang dihasilkan. Germinasi yang
terjadi sangat lemah, pelindung biji berwarna cerah dan embrio berwarna hijau-olive yang
jika dibandingkan dengan tanaman control yang berwarna kuning. Adanya perubahan
komposisi lemak ini dapat mempengaruhi metabolism sel semua jaringan, dan untuk
menyembuhkan tanaman ini maka diberi perlakuan tambahan yaitu pertunasan dipindah pada
medium yang berisi garam jenis B5, 2% sukrosa dan vitamin (Knutzon, 1991). Dari 37
tanaman yang dapat disembuhkan yang kemudian dilakukan uji resisten kanamisin, maka
dihasilkan 22 tunas yang dapat tumbuh akarnya pada media kanamisin, dan 14-15 tunas tidak
dapat tumbuh media kanamisin, sehingga dapat disimpulkan bahwa yang tidak tumbuh akar
merupakan tanaman dengan tipe wild.
Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa komposisi asam lemak dalam minyak
tertentu, utamanya minyak rape seed komersial dapat diatur dengan teknologi rekayasa
genetik. Konstruksi gen desaturase stearoyl-ACP antisense merupakan cara yang efektif
untuk meningkatkan persentase asam stearat dari dua jenis canola, yaitu B. napa dan B.
napus. Kenaikan asam stearat pada tanaman transgenik tidak mengubah komposisi lipid dari
beberapa jaringan tanaman, seperti daun.

12

Dari penelitian jurnal ini dapat disimpulkan bahwa tanaman rape seed penghasil minyak
canola yang memiliki persentase asam stearat tinggi karena mengalami modifikasi gen
enzim desaturase stearoyl-ACP. Tanaman transgenik ini dapat dapat digunakan dan
dipertimbangkan untuk dilanjutkan dalam produksi komersial minyak canola yang
memiliki stabilitas dalam penggorengan yang baik. Selain itu, penelitian ini dapat
dijadikan bahan untuk mempelajari regulasi pada metabolism lipid, terutama biosintesis
asam lemak. Akhirnya, peningkatan kadar asam stearat pada minyak canola melalui
rekayasa genetic dapat memprediksi keberhasilan modifikasi gen komposisi minyak sayur
atau minyak salad.
2.2 Canola Transgenik Tahan Herbisida
Sebuah uji keamanan telah dilakukan pada makanan yang berasal dari canola, yang
telah genetiknya dimodifikasi menjadi toleran terhadap kelompok herbisida oxynil yang
terdiri dari bromoxynil dan ioxynil. Canola hasil rekayasa genetic dipasarkan sebagai canola
jenis Navigatortm. Keluarga oxynil herbisida bertindak dengan transpor elektron penghambat
pada fotosistem II di tanaman.
Penghambatan transpor elektron menyebabkan produksi oksida super
mengakibatkan perusakan membran sel dan menghambat pembentukan klorofil, yang
menyebabkan kematian tanaman (Comai dan Stalker 1986). Toleransi baik bromoxynil (3,5dibromo-4- hydorxybenzonitrile) atau ioxynil (3,5-di-iodo-4-hydroxybenzonitrile) telah
tercapai melalui ekspresi dalam instalasi dari enzim nitrilase bakteri yang hydrolyses
herbisida ke senyawa tidak aktif, non-phytotoxic. Nitrilase ini berasal dari bakteri Klebsiella
pneumoniae subspesies ozaenae dan bertanggung jawab untuk cepat merendahkan
bromoxynil dalam tanah. Nitrilase ini memungkinkan bakteri untuk memanfaatkan
bromoxynil sebagai satu-satunya sumber nitrogen (McBride et al 1986). Bromoxynil
terutama efektif pada gulma berdaun lebar umum di bidang canola. Alasan rekayasa canola
untuk menjadi bromoxynil-toleran adalah untuk memungkinkan bromoxynil yang berisi
herbisida yang akan digunakan untuk kontrol pasca-munculnya gulma berdaun lebar di
tanaman canola tanpa melukai tanaman. Canola dimodifikasi dikembangkan untuk
komersialisasi di Kanada, di mana ia tumbuh baik untuk keperluan rumah tangga dan untuk
ekspor. Meskipun tingkat saat canola dan perdagangan komoditas antara Kanada dan
Selandia Baru dan Australia relatif kecil, beberapa makanan olahan impor mungkin
modifikasi genetik mengandung minyak canola.

13

Modifikasi genetika pada canola


Metode yang digunakan dalam modifikasi genetik Canola (Brassica napus L.
oleifera Metzg.) Line Westar berubah dengan plasmid pRPA-BL-150a menggunakan metode
Agrobacterium tumefaciens-mediated transformasi. Strain (non phytopathogenic yaitu) dari
Agrobacterium tumifaciens, EHA 101 yang digunakan (Hood et al 1986). Agrobacteriummediated sistem transformasi dipahami dengan baik, dan secara luas digunakan dalam
bioteknologi tanaman (Zambryski 1992). Regenerasi tanaman berubah dilakukan di hadapan
bromoxynil sebagai satu-satunya agen selektif. Transformasi ini menghasilkan pemilihan
transformasi tunggal - Westar-Oxy-235 - yang kemudian digunakan dalam persilangan
seksual dengan elit baris canola untuk menghasilkan varietas kanola Navigator tm digunakan
dalam komersial produksi.
Fungsi dan Peraturan gen novel
Transformasi kanola dengan plasmid pRPA-BL-150a menghasilkan transfer dari
ekspresi gen tunggal kaset. Genetik elemen yang terkandung dalam gen kaset ekspresi
dijelaskan pada Tabel 3 di bawah ini dan organisasi mereka digambarkan dalam Gambar 7.
Tabel 3. Deskripsi dari kaset ekspresi gen yang terkandung dalam pRPA-BL-150a

Sekuen
Gen
35S
promoter

Enhance
r

Sumber

Virus mosaik kembang kol


(CaMV)
Promoter 35S wilayah
(Gardner et al
1981).

Pemimpin non-diterjemahkan
dari RuBisCO
gen subunit kecil berasal dari
jagung
(Lebrun et al 1987).

Fungsi

Sebuah promotor untuk tingkat


tinggi konstitutif(terjadi di semua
bagian tanaman dan pada semua
tahap pengembangan) gen ekspresi
dalam jaringan tanaman.

Non-diterjemahkan urutan
promotor
membantu menstabilkan mRNA
dan meningkatkan
terjemahan.

14

oxy

Gen diisolasi dari Klebsiella


subspesies pneumoniae ozaenae
pengkodean nitrilase enzim
Stalker (et
al 1988).

Inactivates bromoxynil herbisida


dan menganugerahkan toleransi
bromoxynil bila diekspresikan
pada tanaman.

NOS 3

3 'non wilayah-diterjemahkan
dari
sintase nopaline gen diisolasi
dari
Agrobacterium tumefaciens
plasmid
pTi37 (Bevan et al 1983).

Berisi sinyal untuk penghentian


transkripsi dan mengarahkan
polyadenylation.

Gen oxy
Gen oxy diisolasi dari bakteri tanah subspesies bakteri Klebsiella pneumoniae.
Ozaenae dan mengkodekan enzim yang memetabolisasikan bromoxynil herbisida (Stalker
dan McBride 1987). 1150 pasangan basa gen oxy telah sepenuhnya diurutkan dan
dikodekannya enzim, nitrilase, telah sepenuhnya ditandai (Stalker et al 1988). Ketika
ditransfer menjadi tanaman, gen yang telah dikode susunan asam aminonya menghasilkan
sifat yang toleran keluarga oxynil herbisida termasuk bromoxynil dan ioxynil. Mekanisme
toleransi melibatkan detoksifikasi herbisida oleh enzim nitrilase. Degradasi ini efektif untuk
inaktivasi herbisida dan memungkinkan tanaman bisa hidup dan terus tumbuh meskipun
diberikan perlakuan aplikasi herbisida.
Unsur genetik Lainya
The pRPA plasmid-BL-150a adalah perbatasan ganda tanaman vektor transformasi
biner yang berisi segmen DNA dikarakterisasi dengan baik diperlukan untuk seleksi dan
replikasi plasmid pada bakteri serta kanan dan kiri terhadap batas perbatasan
daerah DNA (T-DNA) yang ditransfer ke tanaman genom DNA (Tabel 2).
Ini adalah wilayah di mana ekspresi gen kaset dimasukkan. DNA berada
di luar daerah T-DNA biasanya tidak bisa ditransfer ke tanaman DNA genom
(Zambryski 1992). Semua kloning DNA dan konstruksi vektor dilakukan dengan
menggunakan host bakteri Escherichia coli DH5, turunan dari laboratorium umum E. coli
K-12 strain.

15

Gambar 7. Organisasi gen pada rekayasa genetic canola toleran herbisida

Karakterisasi gen di tanaman


Pemilihan baris tanaman tanaman terjadi setelah transformasi Westar dengan pRPABL-150a, regenerasi plantlet yang diambil dari kultur jaringan dan dipindahkan ke tanah.
Tanaman berubah kemudian diuji untuk toleransi herbisida, serta karakteristik agronomis
lainnya, dalam rangka pilih acara transformasi terbaik. Line Westar-Oxy-235 kemudian
dipilih dan digunakan untuk semua studi lebih lanjut, serta untuk seksual persilangan dengan
garis elit.

16

Karakterisasi penyisipan T-DNA


Southern blotting (Southern 1975) digunakan untuk mengkarakterisasi T-DNA
dimasukkan dalam hal menyisipkan jumlah (jumlah kejadian integrasi), integritas masukkan
(ukuran gen), dan urutan luar perbatasan T-DNA (termasuk gen resistensi gentamisin dan
plasmid asal replikasi). Genomik DNA diisolasi dari jaringan daun dari garis induk nonberubah, Westar dan dari generasi T3 dari garis kanola berubah, Westar-Oxy-235. Untuk
menentukan jumlah DNA-T yang tersisipkan, DNA genom dicerna dengan baik EcoR1 atau
HindIII, yang berada pada 5 'dan 3' ujung gen oksigen, masing-masing (lihat Gambar 1).
Jumlah pita hasil hibridisasi terdeteksi akan mewakili jumlah salinan hadir oksi gen di dalam
genom tanaman, dan karena itu berfungsi sebagai indikator jumlah insersi T-DNA.
Dalam waktu tertentu, hanya satu band hybridising yang terdeteksi, menunjukkan
bahwa hanya satu salinan gen oksigen adalah hadir dalam Westar-Oxy-235. Tidak ada band
hybridising terdeteksi dalam DNA genom terisolasi dari kontrol non-berubah. Untai ganda
pada DNA genom baik EcoR1 maupun HindIII menghasilkan sebuah band hybridising
tunggal sesuai dengan ukuran dari daerah pengkode gen oksigen (1150 pb). Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh coding daerah telah ditransfer. Untuk menentukan jika ada
urutan dari luar perbatasan T-DNA telah dipindahkan ke genom tanaman, DNA genom dari
kedua-Westar Oxy-235 dan parental control telah diperiksa dengan fragmen DNA yang sesuai
untuk wilayah-322 ori dari pBR322. Tidak ada band hybridising yang terdeteksi,
menunjukkan bahwa asal mula replikasi bakteri telah belum ditransfer.
Analisis PCR digunakan untuk menentukan apakah gen resistensi gentamisin telah
ditransfer selama proses transformasi. DNA diekstraksi dari jaringan daun dipanen
dari Westar-Oxy-235 dan garis parental control digunakan dalam analisis. Plasmid DNA,
yang mengandung gen resistensi gentamisin, digunakan sebagai bahan referensi dan positif
kontrol untuk analisis. Tidak ada fragmen DNA gentamisin-spesifik dapat amplifikasi dari
DNA diekstraksi dari Westar-Oxy-235, menunjukkan bahwa gentamisin yang gen resistensi
belum ditransfer.
Sifat Dari Modifikasi Genetik
Bromoxynil-toleran canola line Westar-Oxy-235 dihasilkan oleh pengalihan oksi gen
dari bakteri tanah Klebsiella ozaena, dengan menggunakan Agrobacterium-mediated

17

transformasi sistem. Kode gen oxy untuk nitrilase enzim, yang mengubah bromoxynil
herbisida (3,5-dibromo 4hydrobenzonitrile) ke dalam non-phytotoxic metabolit 3,5-dibromo4-hidroksibenzoat asam (DBHA). Tidak ada gen lain ditransfer dan kanola berubah itu
terbukti fenotipik dan genotypically stabil oleh studi segregasi dan pemetaan. modifikasi
tidak melibatkan transfer dari setiap gen resistensi antibiotik.
Karakterisasi protein novel
Protein baru, nitrilase, merupakan spesifik enzim untuk herbisida oxynil. Hal ini
ditemukan mudah terdeteksi dalam ekstrak daun dari tanaman dimodifikasi, tetapi hanya
hadir di sangat rendah tingkat di biji. Tidak ada protein terdeteksi ditemukan di minyak
sulingan. Toksisitas potensial dan alergenisitas dari nitrilase dianggap dalam penilaian.
Protein dari keluarga yang sama seperti nitrilase yang mana-mana di seluruh binatang dan
kerajaan tumbuhan, dan dikonsumsi oleh hewan dan manusia. Nitrilase sendiri tidak memiliki
kesamaan yang signifikan terhadap racun protein yang dikenal atau alergen dan cepat dicerna
dalam kondisi yang meniru pencernaan manusia. Tidak adanya toksisitas nitrilase telah
dikonfirmasi melalui uji toksisitas akut pada tikus. Nitrilase, juga tidak dapat dideteksi dalam
minyak canola halus, karena itu paparan protein, melalui konsumsi minyak dimurnikan dari
canola bromoxynil-toleran, akan menjadi nol. Jadi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
ada potensi untuk menjadi baik nitrilase beracun atau alergi bagi manusia.
Potensi toksisitas DBHA, produk sampingan dari detoksifikasi bromoxynil
olehnitrilase, juga dipertimbangkan. Bukti menunjukkan bahwa DBHA tidak menunjukkan
potensi untuk menjadi racun bagi manusia di tingkat eksposur diperkirakan.

3. PEMASARAN GM-CANOLA
Dari beberapa Negara di seluruh dunia, telah banyak yang melakukan
pembudidayaan tanaman canola (rape seed). Negara penghasil canola terbesar adalah Kanada
dan Amerika Serikat. Produksi canola beserta negara produsennya dapat dilihat pada Tabel 3.
Canola ditanam untuk dihasilkan bijinya yang akan dilanjutkan pada produksi
minyak. Minyak canola bermanfaat bagi aplikasi industry dan pangan. Selain itu, canola juga
memiliki potensi untuk produksi biodiesel, sehingga konsumsi di dunia juga meningkat.
Negara Uni Eropa dan China merupakan konsumen terbesar untuk canola dan tercatat lebih

18

dari 60% pengguna manfaat canola. Data konsumen canola dapat dilihat pada Tabel 4.
Negara uni Eropa menggunakan canola untuk dua fungsi, yaitu sebagai produk edible dan
sebagai biodiesel. Untuk negara Chinam India, Kanadan Jepang, dan Meksiko menggunakan
canola untuk produksi minyak.
Tabel 3. Negara Penghasil canola/ rape seed

Sumber: US Dept. of Agriculture (2008)


Tabel 4. Data domestic konsumsi dari canola / rape seed

Sumber: US Dept. of Agriculture (2008)


Kanada merupakan Negara pengekspor canola, negara ini tercatat memiliki andil
sebesar 70% dalam perdagangan canola. Dalam 10 tahun terakhir (berakhir 2007/2008),
ekspor Kanada mengalami peningkatan dari 4.000 menjadi 5.000 ton. Pengekspor utama
Canada yaitu Jepang, yaitu berkisar 40% dari keseluruhan perdagangan canola yang terjadi di

19

Kanada, kemudian diikuti Pakistan, Cina, dan Meksiko. Data ekspor canola yang terjadi di
Kanada dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data ekspor canola di Kanada

Sumber: Canola Council of Canada (2009)

4. DAMPAK KESEHATAN, GIZI, dan LINGKUNGAN


Dalam hal ini, masih banyak pro dan kontra mengenai efek pangan transgenik
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Dalam makalah ini, penyusun mengemukakan
efek pangan transgenik terutama GM canola pada kesehatan dan lingkungan di Australia. Hal
ini dirasa telah mewakili semua Negara yang menggunakan pangan transgenik, karena
Australia merupakan Negara terakhir yang mengkomersialisasikan penggunaan GM canola.
Pemerintah Australia menyerahkan tanggung jawab dalam hal regulasi dan perijinan GMO
pada lembaga independent yaitu Gene Technology Regulator. Paparan yang dilaksanakan
oleh lembaga ini harus disampaikan kepada masyarakat secara transparan dan konsultasi
public merupakan bagian dari proses. Instansi ini mengumpulkan informasi dari beberapa
agensi, aparat yuridis atau organisasi non-pemerintah.
Asosiasi Konsumen Australia, mengidentifikasi tiga pokok utama yang menjadi
perhatian masyarakat dalam efek pangan GM terhadap kesehatan, yakni:

Adanya transfer gen resisten antibotik dari pangan GM ke dalam tubuh manusia dan
hewan

20

Pembentukan allergen baru atau perpindahan dari pangan tradisional ke dalam


varietas transgenik

Uji keamanan pangan tertentu masih belum membuktikan bahwa pangan GM aman.
Begitu pula efek canola transgenik dalam hal lingkungan, masih banyak beberapa

potensi permasalahan yang belum terselesaikan hingga saat ini. Adapun permasalahan
lingkungan yang berkaitan dengan canola transgenik adalah:

Adanya kejadian terbentuknya superweed yaitu gulma yang dapat bertahan dan
resisten terhadap herbisida, sehingga petani harus menggunakan herbisida yang sangat
beracun untuk mengontrol gulma yang terinfeksi gen resisten herbisida.
Untuk mencegah kesalahpahaman konsumen terhadap pangan transgenik canola, maka

diperlukan pelabelan yang jelas. Tetapi dalam sebuah penelitian yang mencakup tentang produk
canola trasnsgenik toleran terhadap herbisida. Dalam penelitian ini, faktor kunci adalah

kebutuhan untuk menetapkan bahwa makanan yang bergizi cukup dan akan mendukung
pertumbuhan yang khas dan kesejahteraan. Dalam kebanyakan kasus, ini dapat dicapai
melalui pemahaman tentang genetik modifikasi dan konsekuensinya, bersama-sama dengan
analisis komposisi luas makanan. Dimana, berdasarkan data yang tersedia, masih ada
kekhawatiran atau keraguan dalam hal ini, oleh karena itu kita perlu hati-hati untuk kasus
studi makan pada hewan dapat memberikan jaminan-ulang lebih lanjut bahwa makanan yang
bergizi cukup. Studi tersebut dapat dianggap perlu jika analisis komposisi menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam sejumlah komponen atau nutrisi yang penting, atau di mana
ada kekhawatiran bahwa bioavailabilitas kunci nutrisi dapat dikompromikan oleh sifat
perubahan genetik untuk makanan.
Dalam kasus yang berasal dari minyak canola transgenic toleran terhadap herbisida
memperlihatkan data komposisi untuk menunjukkan kecukupan gizi minyak. Namun, studi
konsumsi pada daya cerna minyak canola dievaluasi sebagai informasi pendukung tambahan,
utamanya dalam kaitannya dengan kesehatan bagi manusia. Uji konsumsi ini dilakukan
melalui studi pakan pada tikus.
Sebuah studi makan 28 hari dilakukan pada tikus untuk membandingkan efek dari
konsumsi canola kue yang terbuat dari produk canola non transgenik (Westar dan Tanto) dan
transgenik (Tidak diobati dan yang diperlakukan dengan bromoxynil). Penelitian ini

21

dilakukan di sesuai dengan Prinsip-prinsip OECD Praktik Laboratorium yang Baik (OECD,
1982). Dari hari 1 sampai 28, setiap jenis kue diberikan libitum pada 10% konsentrasi untuk
kelompok lima jantan dan lima ekor tikus betina. tanda-tanda klinis dicatat setidaknya sekali
sehari selama penelitian. pemeriksaan fisik tambahan terperinci dilakukan mingguan. bobot
Tubuh diukur pada hari -1, 1, 8, 15, dan 22 dan pada akhir pengorbanan. Berat makanan yang
diberikan kepada setiap binatang dan yang tersisa di akhir periode konsumsi makanan tercatat
untuk setiap minggu di seluruh periode pengobatan. Dari catatan, konsumsi rata-rata
mingguan dihitung untuk tikus masing-masing. Tumpahan makanan juga dicatat. Untuk studi
patologi klinis sampel darah, dikumpulkan sebelum nekropsi. Pada pengujian nekropsi
makroskopik eksternal permukaan, lubang dan seluruh tubuh major cavities, organ dan
jaringan telah dilakukan. Setiap temuan makroskopik signifikan dicatat dan jaringan (kelenjar
adrenal, jantung, ginjal, hati dan limpa) sampel yang diambil.
Hasil
Tidak ada kematian dan tidak ada tanda-tanda klinis toksisitas dalam kelompok. Juga
tidak berat badan rata-rata, rata-rata konsumsi harian, hematologi atau kimia klinis
dipengaruhi oleh jenis canola diberikan. Demikian juga, tidak ada perbedaan yang terlihat
pada makroskopik observasi, atau pemeriksaan mikroskopis organ sampel. Pada tingkat
inklusi 10% dari kue kanola dalam pakan, karena itu, tidak ada perbedaan antara kontrol dan
kanola transgenik dalam kemampuan mereka untuk mendukung pertumbuhan dan baik
menjadi tikus.
Tidak ada gangguan kesehatan masyarakat yang potensial dan masalah keamanan
telah diidentifikasi dalam penilaian canola line Westar-Oxy-235. Atas dasar aplikasi data
yang diajukan sekarang, dan informasi lain yang tersedia, minyak berasal dari bromoxyniltolerancanola line Westar-Oxy-235 dianggap aman dan bergizi sebagai minyak halus berasal
dari varietas kanola konvension.
Dapat disimpulkan bahwa makanan dari produk canola transgenik toleran terhadap
herbisida telah dievaluasi untuk nya keamanan untuk konsumsi manusia. Sejumlah kriteria
yang digunakan dalam kajian ini termasuk: karakterisasi gen, asal mereka dan fungsi,
perubahan pada DNA, protein dan tingkat makanan keseluruhan; stabilitas gen canola yang
diperkenalkan di genom, komposisi analisis, evaluasi dan perubahan dimaksud tidak
diinginkan, dan yang alergenisitas potensi dan toksisitas dari protein yang baru diungkapkan.

22

5. REGULASI
Pada tahun 2008, genetically modified (GM) canola tahan herbisida telah
dikomersialisasikan si Australia untuk pertama kalinya, yakni dalam skala kecil di New South
Wales dan Victoria. Di Kanada, GM canola telah dikomersialisasikan pada tahun 1996. Pada
tahun 2000, Bdana Regulasi Pangan Kanada mengadakan survey terhadap lading canola dan
produksinya, hasil yang diperoleh yaitu potensi tanaman canola sangat menguntungkan, di
antaranya dalam hal pengembangan lahan, produk yang dihasilkan dalam jumlah banyak,
mudah, dan pengontrolan terhadap gulma menjadi lebih baik, begitu pula dengan biaya
produksi yang dibutuhkan menurun serta mudah membersihkan lahan yang ditanami.
Untuk protocol bagi negara pengimpor ditentukan oleh masing-masing negara,
sesuai dengan kebijakan masing-masing Negara dan perjanjian internasioan seperti Protokon
Cartagena. Tujuna dari protocol ini adalah untuk melindungi keragaman biologi dari potensi
resiko yang disebabkan oleh organism transgenik. Protocol Cartagena mengijinkan Negaranegara untuk mengimpor tanaman transgenik jika Negara tersebut menjamin bukti-bukti
bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi. Beberapa regulasi Negara-negara pengimpor
canola/ rape seed dapat dijabarkan seperti di bawah berikut:
1. Jepang
Produk pangan tidak dapat diimpor jika mengandung varietas GM yang

dilarang,
Canola dapat diimpor jika mengandung varietas GM yang diijinkan,
Terdapat toleransi sebesar 5% untuk keberadaan non GM pangan dalam

pangan GM yang diimpor,


Terdapat toleransi sebesar 1% untuk keberadaan varietas GM pada bahan
pangan yang telah diijinkan oleh Negara lain, tetapi masih belum di

Jepang,
Uji regular pangan dan impor bahan baku impor dilaksanakan oleh
Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Pangan, serta Kementrian

Kesejahteraan dan Kesehatan Masyarakat


Protocol Cartagena dalam Keamanan Biology digunakan di Jepang sejak
Januari 2004.

2. Meksiko
Meksiko merupakan pelanggan utama Amerika Serikat dalam hal produk

pertanian, sehingga mengkuti peraturan dalam Amerika Serikat,


Meksiko telah menjadi anggota Proyokol Cartagena sejak September
2003.

23

3. China

Produk yang diimpor harus memiliki ijin dalam penggunaan dan penjualan
produk

Telah diverifikasi keamanan produk bagi manusia, hewan, lingkungan, dan


institusi yang terkait dengan pengukuran keamanan.

Seluruh pangan GM yang dijual di Cina harus dilabel secara jelas

4. Pakistan

Mengijinkan segala impor pangan GM untuk pangan dan bahan baku,


larangan impor dari Kanada telah dibatalkan sejak tahun 2003

Pakistan masih belum bergabung dalam Protokol Cartagena.

5. Amerika serikat

Yang terpenting dalam penerimaan produk GM adalah ijin dari (1) US


Department of Agriculture Animal and Plant Health Inspection Service; (2)
Environmental Protection Agency; dan (3) US Department of Health and
Human Services Food and Drug Administration.

Amerika Serikat belum menjadi anggota Protokol Cartagena.

6. Uni Eropa

Uni Eropa telah menerima adanya produk GMO dalam jumlah tertentu,
tergantunga tanaman transgenik yang akan diimpor, secara garis besar
peraturan dalam Uni Eropa sangat ketat untuk mengimpor dan proses serta
bukan untuk makanan dan pembudidayaan

Uni Eropa mengijinkan keberadaan GMO yang tidak memenuhi persyaratan


dengan toleransi 0,5% untuk impor, perijinan ini dikeluarkan oleh European
Food Safety Authority.

Uni Eropa merupakan anggota Protokol Cartagena,


Harus ada pelabelan yang jelas bagi produk GM, terutama status GM dan
ketersediaan traceability.

7. Kanada

Badan yang mengatur perijinan impor adalah Canadian Food Inspection


Agency
Kanada beum menjadi anggota Protokol Cartagena

24

8. Bangladesh

Bangladesh tidak mempunyai mekanisme khusus untuk mendeteksi adanya


rekayasa genetic terhadap organism dalam komoditas impor, begitu pula
perijinan bagi produk yang mengandung organism rekayasa biologi. Secara
konsekuen, Bangladeh tidak melarang impor dari berbagai komoditas
meskipun status produk tersebut adalah produk rekayasa biologi
Bangladesh tergabung dalam Protokol Cartagena.

25

REFERENCES
Brown, J. Lynne. 2008. Publication of Canola Oil. Pennsylvania : Agriculture Sciences
Pennsylvania State University.
Brown T.A. 1991. Gene Cloning. UK: Chapman and Hall, hal 302-304.
Canola Council of Canada. 2009. Cereals and Oilseeds Review - Statistics Canada &
Canadian Grain Commission. Retrieved 20 April 2009, from Canola Council
of Canada website: http://www.canola-council.org/currseedexp.aspx
Estiasih, T. 2010. Biosintesis Asam Lemak, Diktat Kuliah Biokimia. Malang: Fakultas
Teknologi Pertanian
Hicking D. 2001. Canola Meal Feed Industry Guide. Retrieved 1 February 2008,
from Canola Council of Canada website: www.canola-council.org
Kim, Hon. 2009. Information Paper for Genetically Modified Canola. Australia:
Ministerial GMO Industry Reference Group.
Przybylski R. 2008. Canola Oil Physical And Chemical Properties. Retrieved 1
February 2008, from Canola Council of Canada website: www.canolacouncil.org
Petukhov, I., Malcolmson, L.J., Przybylski, R., Amstrong, L. 1999. Frying Performances
of Genetically Modified Canola Oils. Canada: JAOCS, Vol. 76, no. 5
Knutzon, D.S., Thompson, G.A., Radke, S.E., Johnson, W.B. Knauf, V.C., Kridl, J.C.
1991. Modification of Brassica seed Oil by Antisense Expression of A
Stearoyl-acyl carrier protein Desaturase Gene. Proc. Natl. Acad. Sci. USA.
Vol. 89, pp. 262402628, April 1992.
Knutzon, D. S., Scherer, D. E. & Schreckengost, W. E. 1991. Nucleotide Sequence of a
Complementary DNA Clone Encoding Stearoyl-Acyl Carrier Protein
Desaturase from Casto Bean, Ricinus communis. Plant Physiol (1991) 96, 344345.
Shanklin, J. & Somerville, C. 1991. Stearoyl-Acyl Carrier Protein Desaturase from
Higher Plants is Structurally Unrelated to the Animal and Fungal Homologs.
Proc. Nat. Acad. Sci. USA 88, 2510-2514.
Thompson, G. A., Scherer, D. E., Foxall-Van Aken, S., Kenney, J. W., Young, H. L., Shintani,
D. K., Kridl, J. C. & Knauf, V. C. (1991) Proc. Natl. Acad. Sci. USA 88,2578-2582.

26

Theologis, A., Zarembinski, T.L., Oeller, P.W., Liang, X., Ael, S. 1992. Modification Of
Fruit Ripening by Suppressing Gene Expression. Plant Physiol. (1992) 100, 549551
United States Department of Agriculture. 2008. United States Department of
Agriculture Foreign Agriculture Services Production Supply and
Distribution. Retrieved 26 December 2008, from United States Department of
Agriculture website: http://www.fas.usda.gov/psdonline/psdQuery.aspx
Purves, Sadava., Heller., Orians. 2000. Life The Science of Biology. 7th edition. London.

Anda mungkin juga menyukai