1. PENDAHULUAN
Canola merupakan kepanjangan dari Canadian Oil Low Acid. Canola adalah salah
satu rape seed (biji-bijian), utamanya yang digunakan adalah Oilseed rape (Brassica napus)
yang diproduksi oleh petani tanaman Kanada sejak tahun 1986 menggunakan pembudidayaan
tanaman tradisional dan teknik seleksi (Brown, 2008). Minyak canola digunakan dalam
banyak aplikasi, yakni margarine, minyak goreng, dan minyak salad/ minyak sayur, selain itu
aplikasi yang berkaitan dengan industri adalah industri kosmetik, bahan tambahan makanan,
pelumas, dan plastik. Bentuk tanaman canola ini dapat dilihat pada Gambar 1.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Petani Australia dan lahan canola beserta biji rape seed yang telah
dipanen, (b) Biji rape seed
Minyak rape seed merupakan salah satu sumber minyak sayur, dan sering digunakan
sebagai minyak salad. Tanaman canola memiliki keunikan tersendiri dibanding minyak bijibijian lainnya, yakni dalam hal kandungan asam lemak erusit (C22:1) yang sangat kecil,
yakni 2% (Kim, 2009). Asam lemak erusit yaitu asam lemak yang menyebabkan tumpukan
asam lemak tinggi pada arteri manusia sehingga sangat berbahaya bagi manusia. Adapun
kandungan kimia pada minyak canola dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen kimia minyak canola dan produk samping canola
penerimaan maupun larangan makanan dan obat-obatan yang beredar di Amerika. Adapun
proses pembuatan minyak canola dapat dijelaskan pada Gambar 2 berikut ini:
2. CANOLA TRANSGENIK
Saat ini, tanaman canola yang telah mengalami modifikasi genetik dapat dibagi
menjadi dua macam berdasarkan sifat tanaman yang diinginkan, yaitu:
1. Tanaman canola trangenik tahan terhadap herbisida
2. Tanaman canola yang mengalami modifikasi genetik metabolisme, yakni
enzim.
Pada makalah ini, canola transgenik yang kami bahas memiliki cakupan yang
terbatas, yakni berdasarkan jurnal yang kami temukan. Untuk canola transgenik yang
tahan terhadap herbisida, kami hanya membahas dua macam herbisida yang merupakan
sifat interest yang akan disisipkan gen-nya pada tanaman canola, yaitu herbisida
glyphosate atau glufosinate ammonium dan bromoxynil. Untuk canola yang mengalami
modifikasi genetik berkaitan dengan metabolisme adalah canola transgenik dengan
modifikasi oleh ekspresi antisense dari gen pengkode enzim stearoyl-acy carrier protein.
tingkat ketidakjenuhan dari minyak merupakan faktor yang paling penting dalam kestabilan
penggorengan pada minyak. Oleh karena itu, tingginya kandungan asam lemak tak jenuh
utamanya asam linoleat (C18:3), yaitu sebesar 9-11%,
Gambar 3. Reaksi desaturasi dan elongasi pada sintesis asam lemak. (Estiasih, 2010)
Prinsip dari teknologi antisense ini adalah gen yang akan dikloning digabungkan
(ligasi) dengan vektor dalam orientasi yang berkebalikan. Hal ini berarti ketika gen kloning
direkam oleh RNA akan dihasilkan mRNA yang bersifat kebalikan dari normal gen. Sehingga
bisa disebut bahwa komplemen RNA ini merupakan antisense dari RNA gen normal,
terkadang ada yang menyebut asRNA (Brown, 1991). RNA antisense dapat menghambat
terjadinya sintesis produk dari gen yang mengkode. Hal ini disebabkan oleh gabungan antara
mRNA dan antisense RNA yang membentuk untai ganda terdegradasi oleh enzim
ribonuklease dan tidak dapat dikenali oleh ribosom, sehingga tidak terjadi proses
penerjemahan asam amino (translasi). skema dari teknologi ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Skema dari pelaksanaan teknologi RNA Antisense (Purves et al., 2000)
Keterangan: untai ganda berwarna biru adalah DNA
terdiri dari 382 asam amino dan 1495 pasang basa. Identifikasi dari klon cDNA enzim ini
telah dicocokkan secara homologi dengan sequens enzim desaturase stearoyl-ACP pada
tanaman bunga matahari dan jarak yang telah dipublikasikan (Thompson, 1991; Shanklin,
1991; Knutzon, 1991).
2. Konstruksi plasmid
Fragmen HindIII dan PvuII pada pCGN3235 mengkode empat asam amino untuk
ujung amino dan sembilan asam amino untuk ujung karboksil dari protein prekursor enzim
desaturase stearoyl-ACP yang akan digunakan dalam produksi kontruksi antisense pada
benih. Orientasi antisense dilakukan dua sekuens yaitu pada sequens regulator enzim
stearoyl-ACP pada gen napin B. napa yaitu 1,7 kb untuk ujung 5 dan 1, 25 kb untuk ujung
3, dan sequens regulator dari gen ACP biji B. rapa yaitu 1,5 kb untuk ujung 5 dan 1,5 kb
untuk ujung 3. Kedua gen antisense ini diinsersikan di antara sisi XbaI dan KpnI pada
plasmis pCGN1557 untuk memproduksi plasmid pCGN3242, yang merupakan gen antisense
dari enzim desaturase stearoyl-ACP. Skema orientasi sekuens RNA ini dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Skema RNA antisense dari gen pengkode enzim desaturase stearoyl-ACP
Sumber : Knutzon (1991)
3. Transformasi pada tanaman
Pemindahan plasmid rekombinan dilakukan oleh mediator bakteri Agrobacterium.
Explant tanaman hipokotil yang telah berumur 7 hari yang telah mengalami pretreatment
diinkubasi dengan Agrobacterium yang telah disisipkan plasmid. Plasmid telah berpindah ke
dalam jaringan kalus setelah dua hari dikultivasi dengan Agrobacterium. Tanaman yang
dijadikan control adalah benih yang ditanam dalam rumah kaca atau explant hipokotil tanpa
disisipkan Agrobacterium. Adapun beberapa pengamatan yang dilakukan adalah:
a. Tujuh hari kemudian, explant dipindah ke dalam media regenerasi tunas,
b. 5 9 minggu setelah inisiasi kultur, tunas yang berwarna hijau tumbuh dari
kalus yang ditanam pada media seleksi kanamisin,
c. Dua minggu kemudian, tunas dipindah ke dalam media induksi akar yang
mengandung kanamisin juga,
d. Daun yang tumbuh diuji aktivitas neomisin fosfotransferase dengan uji dot
blot,
e. Setelah menghasilkan biji, maka akan dibandingkan dengan biji yang
dihasilkan tanaman control.
4. Seleksi gen rekombinan
Masuknya gen rekombinan ke dalam jaringan kalus diuji melalui ada tidaknya gen
resisten terhadap antibiotik kanamisin. Adanya gen resisten ini ditunjukkan dengan adanya
germinasi benih yang ditumbuhkan pada analog kanamisin (G418), atau suatu media yang
dapat menguji ada tidaknya aktivitas sel akibat gen resisten antibiotik kanamisin. Telah
diketahui bahwa tunas yang telah berakar dan kotiledon resisten terhadap G418.
5. Analisis asam lemak
Sampel yang berupa biji yang matang dan belum diuji melalui reaksi metanolisis
asam (27) dan metil ester yang terbentuk akan diuji melalaui Gas Chromatography kapiler.
Komposisi asam lemak dalam bentuk persentase akan diketahui melalui perbandingan antara
luas area puncak dan standar internal trigliserida 17:0.
6. Uji enzim desaturase stearoyl-ACP
Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar aktivitas enzim desaturase stearoylACP.
7. Deteksi protein enzim desaturase stearoyl-ACP
Benih yang telah dewasa diekstrak dalam potassium fosfat dengan jumlah tertentu.
Sebanyak 20 mikroliter ekstrak diuji proteinnya dengan elektroferesis. Protein enzim
desaturase dilihat dengan kit immunodetection dibandingkan dengan desaturase pada
safflower (Thompson, 1991).
Hasil
Dari 50 tanaman transgenik (tanaman dengan ode 3242-T-1) yang diuji, diperoleh
dua kelas yang dibagi berdasar komposisi asam stearatnya. Kelas pertama berisi tanaman
yang berjumlah 21 buah, yang memiliki komposisi asam stearat yang tinggi yakni berkisar
(21,5 32 %), sedangkan kelas yang kedua dengan jumlah 29 buah, yaitu tanaman dengan
komposisi asam stearat yang rendah, hampir sama dengan tanaman kontrol yakni 1,0 1, 6%.
Kenaikan persentase asam stearat disertai dengan penurunan persentase asam oleat, yang
merupkan produk dari enzim desaturase stearoyl-ACP. Untuk jumlah palmitat yang
merupakan precursor bagi stearat tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan adanya
modifikasi gen pengkode enzim ini. Komposisi asam lemak dari dua kelas tanaman
transgenik ini dapat dilihat pada Gambar 6. Dari hasil perbandingan antara dua kelas ini
yakni 21 : 29 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dengan teori
perbandingan insersi dari konstruksi antisense RNA yang diharapkan yakni 1 : 1.
Gambar 6. Komposisi asam lemak dari dua kelas tanaman transgenik B. rapa 3242-T
Sumber : Knutzon (1991)
Dari hasil uji aktivitas enzim desaturase stearoyl-ACP, menunjukkan bahwa tidak
dideteksi adanya aktivitas enzim pada tanaman yang mengandung asam stearat banyak, tidak
seperti aktivitas enzim yang terjadi pada tanaman yang masih normal. Hal ini dapat
disebabkan karena biosintesis akan terhenti jika akumulasi asam stearat yang dihasilkan
terlalu banyak, sedangkan enzim yang ada tidak dapat mengimbangi banyaknya stearat yang
dihasilkan. Pemisahan fenotip tinggi stearat, penekanan aktivitas enzim desaturase stearoylACP, dan pengurangan level protein desaturase mengindikasikan bahwa tanaman transgenik
10
3242-T mengandung insersi fungsional antisense RNA. Komposisi asam stearat beserta
aktivitasnya enzimnya dapat dilihat pada Tabel 2.
11
12
Dari penelitian jurnal ini dapat disimpulkan bahwa tanaman rape seed penghasil minyak
canola yang memiliki persentase asam stearat tinggi karena mengalami modifikasi gen
enzim desaturase stearoyl-ACP. Tanaman transgenik ini dapat dapat digunakan dan
dipertimbangkan untuk dilanjutkan dalam produksi komersial minyak canola yang
memiliki stabilitas dalam penggorengan yang baik. Selain itu, penelitian ini dapat
dijadikan bahan untuk mempelajari regulasi pada metabolism lipid, terutama biosintesis
asam lemak. Akhirnya, peningkatan kadar asam stearat pada minyak canola melalui
rekayasa genetic dapat memprediksi keberhasilan modifikasi gen komposisi minyak sayur
atau minyak salad.
2.2 Canola Transgenik Tahan Herbisida
Sebuah uji keamanan telah dilakukan pada makanan yang berasal dari canola, yang
telah genetiknya dimodifikasi menjadi toleran terhadap kelompok herbisida oxynil yang
terdiri dari bromoxynil dan ioxynil. Canola hasil rekayasa genetic dipasarkan sebagai canola
jenis Navigatortm. Keluarga oxynil herbisida bertindak dengan transpor elektron penghambat
pada fotosistem II di tanaman.
Penghambatan transpor elektron menyebabkan produksi oksida super
mengakibatkan perusakan membran sel dan menghambat pembentukan klorofil, yang
menyebabkan kematian tanaman (Comai dan Stalker 1986). Toleransi baik bromoxynil (3,5dibromo-4- hydorxybenzonitrile) atau ioxynil (3,5-di-iodo-4-hydroxybenzonitrile) telah
tercapai melalui ekspresi dalam instalasi dari enzim nitrilase bakteri yang hydrolyses
herbisida ke senyawa tidak aktif, non-phytotoxic. Nitrilase ini berasal dari bakteri Klebsiella
pneumoniae subspesies ozaenae dan bertanggung jawab untuk cepat merendahkan
bromoxynil dalam tanah. Nitrilase ini memungkinkan bakteri untuk memanfaatkan
bromoxynil sebagai satu-satunya sumber nitrogen (McBride et al 1986). Bromoxynil
terutama efektif pada gulma berdaun lebar umum di bidang canola. Alasan rekayasa canola
untuk menjadi bromoxynil-toleran adalah untuk memungkinkan bromoxynil yang berisi
herbisida yang akan digunakan untuk kontrol pasca-munculnya gulma berdaun lebar di
tanaman canola tanpa melukai tanaman. Canola dimodifikasi dikembangkan untuk
komersialisasi di Kanada, di mana ia tumbuh baik untuk keperluan rumah tangga dan untuk
ekspor. Meskipun tingkat saat canola dan perdagangan komoditas antara Kanada dan
Selandia Baru dan Australia relatif kecil, beberapa makanan olahan impor mungkin
modifikasi genetik mengandung minyak canola.
13
Sekuen
Gen
35S
promoter
Enhance
r
Sumber
Pemimpin non-diterjemahkan
dari RuBisCO
gen subunit kecil berasal dari
jagung
(Lebrun et al 1987).
Fungsi
Non-diterjemahkan urutan
promotor
membantu menstabilkan mRNA
dan meningkatkan
terjemahan.
14
oxy
NOS 3
3 'non wilayah-diterjemahkan
dari
sintase nopaline gen diisolasi
dari
Agrobacterium tumefaciens
plasmid
pTi37 (Bevan et al 1983).
Gen oxy
Gen oxy diisolasi dari bakteri tanah subspesies bakteri Klebsiella pneumoniae.
Ozaenae dan mengkodekan enzim yang memetabolisasikan bromoxynil herbisida (Stalker
dan McBride 1987). 1150 pasangan basa gen oxy telah sepenuhnya diurutkan dan
dikodekannya enzim, nitrilase, telah sepenuhnya ditandai (Stalker et al 1988). Ketika
ditransfer menjadi tanaman, gen yang telah dikode susunan asam aminonya menghasilkan
sifat yang toleran keluarga oxynil herbisida termasuk bromoxynil dan ioxynil. Mekanisme
toleransi melibatkan detoksifikasi herbisida oleh enzim nitrilase. Degradasi ini efektif untuk
inaktivasi herbisida dan memungkinkan tanaman bisa hidup dan terus tumbuh meskipun
diberikan perlakuan aplikasi herbisida.
Unsur genetik Lainya
The pRPA plasmid-BL-150a adalah perbatasan ganda tanaman vektor transformasi
biner yang berisi segmen DNA dikarakterisasi dengan baik diperlukan untuk seleksi dan
replikasi plasmid pada bakteri serta kanan dan kiri terhadap batas perbatasan
daerah DNA (T-DNA) yang ditransfer ke tanaman genom DNA (Tabel 2).
Ini adalah wilayah di mana ekspresi gen kaset dimasukkan. DNA berada
di luar daerah T-DNA biasanya tidak bisa ditransfer ke tanaman DNA genom
(Zambryski 1992). Semua kloning DNA dan konstruksi vektor dilakukan dengan
menggunakan host bakteri Escherichia coli DH5, turunan dari laboratorium umum E. coli
K-12 strain.
15
16
17
transformasi sistem. Kode gen oxy untuk nitrilase enzim, yang mengubah bromoxynil
herbisida (3,5-dibromo 4hydrobenzonitrile) ke dalam non-phytotoxic metabolit 3,5-dibromo4-hidroksibenzoat asam (DBHA). Tidak ada gen lain ditransfer dan kanola berubah itu
terbukti fenotipik dan genotypically stabil oleh studi segregasi dan pemetaan. modifikasi
tidak melibatkan transfer dari setiap gen resistensi antibiotik.
Karakterisasi protein novel
Protein baru, nitrilase, merupakan spesifik enzim untuk herbisida oxynil. Hal ini
ditemukan mudah terdeteksi dalam ekstrak daun dari tanaman dimodifikasi, tetapi hanya
hadir di sangat rendah tingkat di biji. Tidak ada protein terdeteksi ditemukan di minyak
sulingan. Toksisitas potensial dan alergenisitas dari nitrilase dianggap dalam penilaian.
Protein dari keluarga yang sama seperti nitrilase yang mana-mana di seluruh binatang dan
kerajaan tumbuhan, dan dikonsumsi oleh hewan dan manusia. Nitrilase sendiri tidak memiliki
kesamaan yang signifikan terhadap racun protein yang dikenal atau alergen dan cepat dicerna
dalam kondisi yang meniru pencernaan manusia. Tidak adanya toksisitas nitrilase telah
dikonfirmasi melalui uji toksisitas akut pada tikus. Nitrilase, juga tidak dapat dideteksi dalam
minyak canola halus, karena itu paparan protein, melalui konsumsi minyak dimurnikan dari
canola bromoxynil-toleran, akan menjadi nol. Jadi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
ada potensi untuk menjadi baik nitrilase beracun atau alergi bagi manusia.
Potensi toksisitas DBHA, produk sampingan dari detoksifikasi bromoxynil
olehnitrilase, juga dipertimbangkan. Bukti menunjukkan bahwa DBHA tidak menunjukkan
potensi untuk menjadi racun bagi manusia di tingkat eksposur diperkirakan.
3. PEMASARAN GM-CANOLA
Dari beberapa Negara di seluruh dunia, telah banyak yang melakukan
pembudidayaan tanaman canola (rape seed). Negara penghasil canola terbesar adalah Kanada
dan Amerika Serikat. Produksi canola beserta negara produsennya dapat dilihat pada Tabel 3.
Canola ditanam untuk dihasilkan bijinya yang akan dilanjutkan pada produksi
minyak. Minyak canola bermanfaat bagi aplikasi industry dan pangan. Selain itu, canola juga
memiliki potensi untuk produksi biodiesel, sehingga konsumsi di dunia juga meningkat.
Negara Uni Eropa dan China merupakan konsumen terbesar untuk canola dan tercatat lebih
18
dari 60% pengguna manfaat canola. Data konsumen canola dapat dilihat pada Tabel 4.
Negara uni Eropa menggunakan canola untuk dua fungsi, yaitu sebagai produk edible dan
sebagai biodiesel. Untuk negara Chinam India, Kanadan Jepang, dan Meksiko menggunakan
canola untuk produksi minyak.
Tabel 3. Negara Penghasil canola/ rape seed
19
Kanada, kemudian diikuti Pakistan, Cina, dan Meksiko. Data ekspor canola yang terjadi di
Kanada dapat dilihat pada Tabel 5.
Adanya transfer gen resisten antibotik dari pangan GM ke dalam tubuh manusia dan
hewan
20
Uji keamanan pangan tertentu masih belum membuktikan bahwa pangan GM aman.
Begitu pula efek canola transgenik dalam hal lingkungan, masih banyak beberapa
potensi permasalahan yang belum terselesaikan hingga saat ini. Adapun permasalahan
lingkungan yang berkaitan dengan canola transgenik adalah:
Adanya kejadian terbentuknya superweed yaitu gulma yang dapat bertahan dan
resisten terhadap herbisida, sehingga petani harus menggunakan herbisida yang sangat
beracun untuk mengontrol gulma yang terinfeksi gen resisten herbisida.
Untuk mencegah kesalahpahaman konsumen terhadap pangan transgenik canola, maka
diperlukan pelabelan yang jelas. Tetapi dalam sebuah penelitian yang mencakup tentang produk
canola trasnsgenik toleran terhadap herbisida. Dalam penelitian ini, faktor kunci adalah
kebutuhan untuk menetapkan bahwa makanan yang bergizi cukup dan akan mendukung
pertumbuhan yang khas dan kesejahteraan. Dalam kebanyakan kasus, ini dapat dicapai
melalui pemahaman tentang genetik modifikasi dan konsekuensinya, bersama-sama dengan
analisis komposisi luas makanan. Dimana, berdasarkan data yang tersedia, masih ada
kekhawatiran atau keraguan dalam hal ini, oleh karena itu kita perlu hati-hati untuk kasus
studi makan pada hewan dapat memberikan jaminan-ulang lebih lanjut bahwa makanan yang
bergizi cukup. Studi tersebut dapat dianggap perlu jika analisis komposisi menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam sejumlah komponen atau nutrisi yang penting, atau di mana
ada kekhawatiran bahwa bioavailabilitas kunci nutrisi dapat dikompromikan oleh sifat
perubahan genetik untuk makanan.
Dalam kasus yang berasal dari minyak canola transgenic toleran terhadap herbisida
memperlihatkan data komposisi untuk menunjukkan kecukupan gizi minyak. Namun, studi
konsumsi pada daya cerna minyak canola dievaluasi sebagai informasi pendukung tambahan,
utamanya dalam kaitannya dengan kesehatan bagi manusia. Uji konsumsi ini dilakukan
melalui studi pakan pada tikus.
Sebuah studi makan 28 hari dilakukan pada tikus untuk membandingkan efek dari
konsumsi canola kue yang terbuat dari produk canola non transgenik (Westar dan Tanto) dan
transgenik (Tidak diobati dan yang diperlakukan dengan bromoxynil). Penelitian ini
21
dilakukan di sesuai dengan Prinsip-prinsip OECD Praktik Laboratorium yang Baik (OECD,
1982). Dari hari 1 sampai 28, setiap jenis kue diberikan libitum pada 10% konsentrasi untuk
kelompok lima jantan dan lima ekor tikus betina. tanda-tanda klinis dicatat setidaknya sekali
sehari selama penelitian. pemeriksaan fisik tambahan terperinci dilakukan mingguan. bobot
Tubuh diukur pada hari -1, 1, 8, 15, dan 22 dan pada akhir pengorbanan. Berat makanan yang
diberikan kepada setiap binatang dan yang tersisa di akhir periode konsumsi makanan tercatat
untuk setiap minggu di seluruh periode pengobatan. Dari catatan, konsumsi rata-rata
mingguan dihitung untuk tikus masing-masing. Tumpahan makanan juga dicatat. Untuk studi
patologi klinis sampel darah, dikumpulkan sebelum nekropsi. Pada pengujian nekropsi
makroskopik eksternal permukaan, lubang dan seluruh tubuh major cavities, organ dan
jaringan telah dilakukan. Setiap temuan makroskopik signifikan dicatat dan jaringan (kelenjar
adrenal, jantung, ginjal, hati dan limpa) sampel yang diambil.
Hasil
Tidak ada kematian dan tidak ada tanda-tanda klinis toksisitas dalam kelompok. Juga
tidak berat badan rata-rata, rata-rata konsumsi harian, hematologi atau kimia klinis
dipengaruhi oleh jenis canola diberikan. Demikian juga, tidak ada perbedaan yang terlihat
pada makroskopik observasi, atau pemeriksaan mikroskopis organ sampel. Pada tingkat
inklusi 10% dari kue kanola dalam pakan, karena itu, tidak ada perbedaan antara kontrol dan
kanola transgenik dalam kemampuan mereka untuk mendukung pertumbuhan dan baik
menjadi tikus.
Tidak ada gangguan kesehatan masyarakat yang potensial dan masalah keamanan
telah diidentifikasi dalam penilaian canola line Westar-Oxy-235. Atas dasar aplikasi data
yang diajukan sekarang, dan informasi lain yang tersedia, minyak berasal dari bromoxyniltolerancanola line Westar-Oxy-235 dianggap aman dan bergizi sebagai minyak halus berasal
dari varietas kanola konvension.
Dapat disimpulkan bahwa makanan dari produk canola transgenik toleran terhadap
herbisida telah dievaluasi untuk nya keamanan untuk konsumsi manusia. Sejumlah kriteria
yang digunakan dalam kajian ini termasuk: karakterisasi gen, asal mereka dan fungsi,
perubahan pada DNA, protein dan tingkat makanan keseluruhan; stabilitas gen canola yang
diperkenalkan di genom, komposisi analisis, evaluasi dan perubahan dimaksud tidak
diinginkan, dan yang alergenisitas potensi dan toksisitas dari protein yang baru diungkapkan.
22
5. REGULASI
Pada tahun 2008, genetically modified (GM) canola tahan herbisida telah
dikomersialisasikan si Australia untuk pertama kalinya, yakni dalam skala kecil di New South
Wales dan Victoria. Di Kanada, GM canola telah dikomersialisasikan pada tahun 1996. Pada
tahun 2000, Bdana Regulasi Pangan Kanada mengadakan survey terhadap lading canola dan
produksinya, hasil yang diperoleh yaitu potensi tanaman canola sangat menguntungkan, di
antaranya dalam hal pengembangan lahan, produk yang dihasilkan dalam jumlah banyak,
mudah, dan pengontrolan terhadap gulma menjadi lebih baik, begitu pula dengan biaya
produksi yang dibutuhkan menurun serta mudah membersihkan lahan yang ditanami.
Untuk protocol bagi negara pengimpor ditentukan oleh masing-masing negara,
sesuai dengan kebijakan masing-masing Negara dan perjanjian internasioan seperti Protokon
Cartagena. Tujuna dari protocol ini adalah untuk melindungi keragaman biologi dari potensi
resiko yang disebabkan oleh organism transgenik. Protocol Cartagena mengijinkan Negaranegara untuk mengimpor tanaman transgenik jika Negara tersebut menjamin bukti-bukti
bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi. Beberapa regulasi Negara-negara pengimpor
canola/ rape seed dapat dijabarkan seperti di bawah berikut:
1. Jepang
Produk pangan tidak dapat diimpor jika mengandung varietas GM yang
dilarang,
Canola dapat diimpor jika mengandung varietas GM yang diijinkan,
Terdapat toleransi sebesar 5% untuk keberadaan non GM pangan dalam
Jepang,
Uji regular pangan dan impor bahan baku impor dilaksanakan oleh
Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Pangan, serta Kementrian
2. Meksiko
Meksiko merupakan pelanggan utama Amerika Serikat dalam hal produk
23
3. China
Produk yang diimpor harus memiliki ijin dalam penggunaan dan penjualan
produk
4. Pakistan
5. Amerika serikat
6. Uni Eropa
Uni Eropa telah menerima adanya produk GMO dalam jumlah tertentu,
tergantunga tanaman transgenik yang akan diimpor, secara garis besar
peraturan dalam Uni Eropa sangat ketat untuk mengimpor dan proses serta
bukan untuk makanan dan pembudidayaan
7. Kanada
24
8. Bangladesh
25
REFERENCES
Brown, J. Lynne. 2008. Publication of Canola Oil. Pennsylvania : Agriculture Sciences
Pennsylvania State University.
Brown T.A. 1991. Gene Cloning. UK: Chapman and Hall, hal 302-304.
Canola Council of Canada. 2009. Cereals and Oilseeds Review - Statistics Canada &
Canadian Grain Commission. Retrieved 20 April 2009, from Canola Council
of Canada website: http://www.canola-council.org/currseedexp.aspx
Estiasih, T. 2010. Biosintesis Asam Lemak, Diktat Kuliah Biokimia. Malang: Fakultas
Teknologi Pertanian
Hicking D. 2001. Canola Meal Feed Industry Guide. Retrieved 1 February 2008,
from Canola Council of Canada website: www.canola-council.org
Kim, Hon. 2009. Information Paper for Genetically Modified Canola. Australia:
Ministerial GMO Industry Reference Group.
Przybylski R. 2008. Canola Oil Physical And Chemical Properties. Retrieved 1
February 2008, from Canola Council of Canada website: www.canolacouncil.org
Petukhov, I., Malcolmson, L.J., Przybylski, R., Amstrong, L. 1999. Frying Performances
of Genetically Modified Canola Oils. Canada: JAOCS, Vol. 76, no. 5
Knutzon, D.S., Thompson, G.A., Radke, S.E., Johnson, W.B. Knauf, V.C., Kridl, J.C.
1991. Modification of Brassica seed Oil by Antisense Expression of A
Stearoyl-acyl carrier protein Desaturase Gene. Proc. Natl. Acad. Sci. USA.
Vol. 89, pp. 262402628, April 1992.
Knutzon, D. S., Scherer, D. E. & Schreckengost, W. E. 1991. Nucleotide Sequence of a
Complementary DNA Clone Encoding Stearoyl-Acyl Carrier Protein
Desaturase from Casto Bean, Ricinus communis. Plant Physiol (1991) 96, 344345.
Shanklin, J. & Somerville, C. 1991. Stearoyl-Acyl Carrier Protein Desaturase from
Higher Plants is Structurally Unrelated to the Animal and Fungal Homologs.
Proc. Nat. Acad. Sci. USA 88, 2510-2514.
Thompson, G. A., Scherer, D. E., Foxall-Van Aken, S., Kenney, J. W., Young, H. L., Shintani,
D. K., Kridl, J. C. & Knauf, V. C. (1991) Proc. Natl. Acad. Sci. USA 88,2578-2582.
26
Theologis, A., Zarembinski, T.L., Oeller, P.W., Liang, X., Ael, S. 1992. Modification Of
Fruit Ripening by Suppressing Gene Expression. Plant Physiol. (1992) 100, 549551
United States Department of Agriculture. 2008. United States Department of
Agriculture Foreign Agriculture Services Production Supply and
Distribution. Retrieved 26 December 2008, from United States Department of
Agriculture website: http://www.fas.usda.gov/psdonline/psdQuery.aspx
Purves, Sadava., Heller., Orians. 2000. Life The Science of Biology. 7th edition. London.