Disusun oleh
dr. Wida Agustina Aisyah
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Oleh:
Disahkan Oleh:
Dokter Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Mini Projek sebagai tugas program dokter internship dengan
judul PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KEMBANGBAHU LAMONGAN JAWA TIMUR dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan mini projek ini. Penulis berharap semoga hasil dari penulisan
ini kelak dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN . 2
KATA PENGANTAR.. 3
DAFTAR ISI.... 4
BAB I PENDAHULUAN.... 5
LATAR BELAKANG .... 5
PERNYATAAN MASALAH......... 6
TUJUAN DAN MANFAAT... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 7
BAB III METODE 16
BAB IV HASIL 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB 1
Mini projek dokter internship April 2015
PKM Kembang Bahu - Lamongan
Page 4
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi dapat didefinisikan sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental,
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi-fungsi dan proses
reproduksi, bukan hanya terbebas dari suatu penyakit ataupun kecacatan. Pemeliharaan
kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting dan sebaiknya dilakukan sejak dini yaitu
pada usia remaja.
Masa remaja adalah masa transisi antara kanak-kanak dengan dewasa yang relatif
belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial. Pada masa ini, remaja mulai memasuki
tahap kematangan biologis disertai adanya dorongan seks meningkat yang dapat
menempatkan remaja pada kondisi yang rawan seperti kebiasaan berperilaku seksual berisiko
tinggi, apabila mereka tidak dibekali dengan informasi yang benar.
Menurut survei penduduk tahun 2000, di Indonesia, remaja usia 15-19 tahun
berjumlah sekitar 22,3 juta, dimana sebagian besar tidak memiliki pengetahuan mengenai
masalah reproduksi yang sehat secara benar dan bertanggungjawab. Begitu pula dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dessiana pada tahun 2010 terhadap siswa SMA di perkotaan
(Kota Lamongan) dan pedesaan (Kabupaten Lamongan) yaitu rendahnya tingkat pengetahuan
remaja terhadap kesehatan reproduksi, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan
tingkat pengetahuan antara siswa SMA di perkotaan dan pedesaan mengenai kesehatan
reproduksi remaja. Modernisasi, globalisasi, teknologi dan informasi serta berbagai faktor
lain turut mempengaruhi perubahan perilaku kehidupan remaja yang kemudian berpengaruh
pada perilaku kehidupan kesehatan reproduksi mereka.
Berdasarkan fakta yang didapat dari survey kesehatan reproduksi remaja Indonesia
(SKRRI) tahun 2002-2003, terungkap bahwa remaja usia 15-24 tahun yang pernah
melakukan hubungan seksual untuk remaja perempuan adalah sebesar 1%, remaja laki-laki
adalah sebesar 5%. Begitu pula tentang pengetahuan penyakit menular ternyata sebesar
65,5% perempuan dan 60% laki-laki tidak mengetahui gejala penyakit menular seksual.
Menurut deskripsi singkat kasus konseling dan medis Divisi Youth Clinic MCR (Lamongan)
PKBI Jawa Timur tahun 2005 menunjukkan bahwa hubungan seks pranikah menempati
urutan pertama dari masalah kesehatan reproduksi yaitu sebesar 206 kasus.
Banyaknya permasalahan yang dihadapi remaja, khususnya mengenai kesehatan
reproduksi maka dirasakan perlunya pendekatan secara komprehensif dan multidisiplin.
Orang tua, teman sebaya, sekolah atau lembaga pendidikan, pemuka agama maupun pemuka
masyarakat turut berpengaruh terhadap upaya peningkatan kesadaran reproduksi remaja.
Untuk mewujudkan peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi tersebut
dibutuhkan suatu tindakan nyata. Oleh karena itu, kami dokter internsip periode 25 Februari
2015 25 februari 2016 telah melaksanakan kegiatan berupa penyuluhan dan sesi tanya
jawab mengenai kesehatan reproduksi kepada remaja pada tanggal 23 April 2015 di Aula
SMA Pelang Lamongan.
Mini projek dokter internship April 2015
PKM Kembang Bahu - Lamongan
Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mini projek dokter internship April 2015
PKM Kembang Bahu - Lamongan
Page 6
2.1 Definisi
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan sistim reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh
ka arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja,
tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan. Masa remaja merupakan periode
peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
2.2 Tahapan Remaja
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 13 tahun. Dengan ciri khas :
ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih
banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 16 tahun. Dengan ciri
khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang
seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 20 tahun. Dengan ciri khas :
mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra
jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun
setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena
proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan
massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia, yang terjadi
pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya berbeda.
Selain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada remaja
perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.
Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam
kesehatan reproduksi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat
untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu
melaksanakan fungsi reproduksinya. Perubahan yang terjadi yaitu :
Munculnya tanda-tanda seks primer; terjadi haid yang pertama (menarche) pada
remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
o Pada remaja laki-laki; tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah
besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih besar,
badan berotot, tumbuh kumis diatas bibir, cambang dan rambut di sekitar
kemaluan dan ketiak.
o Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,
tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar.
Siklus menstruasi
Siklus ovulasi
1.Peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH , selanjutnya
hipofise mengeluarkan LH
2.Peningkatan LH merangsang pelepasan oosit sekunder (MASA SUBUR) dari folikel
berisi oosit yang tidak matur
Dalam folikel yg terpilih berisi oosit yang matur dan terjadi ovulasi
8 hari setelah ovulasi korpus luteum berfungsi mensekresi estrogen dan progesteron
Jika tidak terjadi implantasi,korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun
Infertilitas
Sumber malapetaka
Pemahaman ttg perilaku seksual remaja adalah PENTING, karena remaja merupakan
masa peralihan dari perilaku seksual anak dewasa.
Kurang pemahaman sangat merugikan remaja & keluarga perkembangan penting
Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi a.l:
Perkembangan fisik
Perkembangan psikis
Proses belajar
Sosio kultural
Faktor berpengaruh:
Saat pubertas, tdk memahami perubahan yg dialaminya
Kontrol sosial kurang tepat (terlalu ketat/ longgar)
Frekuensi pertemuan dg pacar >> & tanpa kontrol
Kondisi keluarga
Kontrol ortu kurang
Status ekonomi
Korban pelecehan seksual
Kehamilan remaja
Kehamilan & mjd ortu pd masa remaja Risiko medis & psikososial pd ibu (remaja)
dan bayinya.
Factor penyebab :
Hub seks pranikah
Penanganan:
Medis
Psikososial
Kebijakan sistem pelayanan komprehensif: penilaian risiko, intervensi
pencegahan, plynn psikososial sblum remaja terinfx (konseling),
penatalaksanaan penyakit terkait HIV.
Penyediaan layanan yang ramah dan mudah diakses bagi remaja, tanpa
memandang usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan situasi keuangan mereka.
Adanya dukungan terpenuhinya hak setiap remaja untuk menikmati seks dan
ekspresi seksualitas mereka dalam cara-cara yang mereka pilih sendiri.Penyediaan
informasi dan pemberian hak mendapatkan pendidikan mengenai reproduksi
dan seksualitas. Informasi dan pendidikan yang diberikan ini harus mendorong
terjadinya independensi dan keyakinan diri remaja, dan memberikan pengetahuan
agar mereka bisa membuat keputusan sendiri terkait reproduksi dan seksual
mereka.
Adanya jaminan kerahasiaan dalam relasi sosial dan seluruh aspek dari
seksualitas mereka.
Penyediaan informasi yang bisa diakses sesuai dengan perkembangan remaja.
Setiap remaja yang aktif secara seksual atau tidak; dan yang memiliki
keragaman orientasi seksual bisa mendapatkan informasi agar mereka merasa
nyaman dengan tubuh dan seksualitas mereka sendiri.
Setiap
remaja
mendapatkan
persiapan
untuk
memiliki
ketrampilan
melakukan negosiasi dalam relasi sosialnya, termasuk dalam masa pacaran dan dalam
melakukan tindakan seks yang lebih aman (bagi yang seksual aktif).
Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali remaja, untuk
terbebas dari resiko kematian karena kehamilan, khususnya bagi remaja perempuan.
Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal ini adalah
perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan kesinambungan.
Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja
dan setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas pilihan-pilihan mereka.
Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan
kesejahteraan perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi dan pendidikan
kesehatan reproduksi yang memadai tersebut.
Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat, terbebas
dari penafsiran ajaran yang sempit, kepercayaan, tradisi, mitos-mitos, dan filosofi
yang dapat membatasi kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
dan seksual.
Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk
mendesak pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah kesehatan reproduksi
menjadi prioritas kebijakan negara.
Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi anakanak dan remaja untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi, pelecehan,
perkosaan, penyiksaan, dan kekerasan seksual.
Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak
mendapatkan pelayan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman, dan dapat diterima.
Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini berarti
setiap individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk diskriminasi
termasuk kehidupan keluarga, reproduksi, dan seksual.Hak untuk memilih bentuk
keluarga. Artinya, mereka berhak merencanakan, membangun, dan memilih
bentuk keluarga (hak untuk menikah atau tidak menikah).
Hak atas kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur kehidupan seksual
dan reproduksinya, sehingga tidak seorang pun dapat memaksanya untuk hamil,
aborsi, ber-KB dan sterilisasi.
Free Sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks
bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat
memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human
Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim
remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami
perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya
juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja.
Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi remaja terkait
kesehatan reproduksi ini.
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar
masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual dengan pacar
merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa berhubungan seksual hanya sekali tidak
akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga
dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.
Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum
waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori aborsi
provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada
juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena
berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD
umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum siap
menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan berdampak
pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan kehamilan.
Pernikahan dan Kehamilan Dini
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Di beberapa daerah, dominasi
orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini
remaja perempuan. Alasan terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti
hamil di luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah dini, baik
secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak sehingga
rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat melahirkan. Perempuan
dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilan sering mengalami
kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan dengan distribusi makanan yang
tidak merata, antara janin dan ibu yang masih dalam tahap proses pertumbuhan.
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar menular melalui hubungan
seksual baik melalui vagina, mulut, maupun dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular
dengan transfusi darah dan dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Dampak yang
ditimbulkannya juga sangat besar sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi,
keguguran, kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian.
BAB III
METODE
A. Rancangan Mini proyek
Mini proyek ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui data rekam medis
elektronik maupun fisik di Puskesmas, serta kuesioner yang diberikan kepada responden
remaja.
BAB IV
HASIL
A. DATA GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIK
Kecamatan Kembangbahu adalah salah satu kecamatan dari 27 Kecamatan yang berada di
Kabupaten Lamongan dengan jarak orbitasi kurang lebih 15 KM dari Ibukota Kabupaten
Lamongan atau 14 KM dari arah kota Lamongan (Kota terdekat)
Mini projek dokter internship April 2015
PKM Kembang Bahu - Lamongan
Page 16
Batas wilayah: Sebelah Utara Kecamatan Sukodadi Sebelah timur Kecamatan Tikung
Sebelah Selatan Kecamatan Mantup sebelah Barat Kecamatan Sugio
Pembagian Wilayah : Kecamatan Kembangbahu terdiri atas 18 desa 77 dusun 100 RW
354 RT dengan komposisi jumlah penduduk 21.939 Jiwa laki-laki dan 22.360 Jiwa
Perempuan, Luas wilayah 6.384,320 Ha dengan tataguna tanah 3.795,430 Ha untuk sawah,
1.890,020 Ha tegal, 476,250 Ha Pekarangan, Tanah Hutan Negara 16 Ha dan lain-lain
205,720 Ha. Tanah data bagian utara dengan kemiriingan 65% sisanya 35 % bagian selatan.
Adapun struktur tanah secara uimum dengan jenis alovial 10 %, Gromosol 90 % dan
kedalaman air tanah rata-rata 20 meter. Data data di wilayah Kembangbahu, jumlah SD 31
unit, MI 18 unit, SMPN 3 unit, Tsanawiyah 3 unit, SMA 1 unit, Aliyah 3 unit dan Bank
Pasar I unit, BRI I Unit, LKURK I1 Unit Koperasi 5 unit bank desa I unit serta pasar desa 2
unit.
B. SUMBER DAYA KESEHATAN
NO
JENIS TENAGA
JUMLAH
1.
Dokter Umum
2.
Dokter Gigi
3.
Perawat
4.
Bidan
21
5.
Perawat Gigi
6.
Ahli Gizi
7.
Apoteker
8.
Asisten Apoteker
9.
Analis
10.
Koordinator Imunisasi
11.
Sanitarian
12.
13.
Administrasi Umum
14.
Administrasi Loket
15.
JUMLAH
43
Sarana Prasarana
Jumlah
T T UGD
T T Rawat Inap
20
VIP
Klas I
Klas II
Klas III
ECG
Spectrofotometri
PONED kit
Ambulance
USG
UGD Set
Berdasarkan studi observasi data primer bersumber dari pencatatan pasien di Poliklinik
Puskesmas Kembangbahu bulan Januari-April 2015 terdapat 1 pasien terkena HIV ( 48 thn ),
1 pasien sifilis ( 36 thn ).
1. DATA RESPONDEN
Setelah dilakukan analisa data terhadap tingkat pengetahuan remaja terhadap
tingkat pengetahuan pada siswi kelas X dan XI di MA Maarif Kembangbahu Lamongan
mendapatkan hasil mean 71,59 dan standart deviasi 18,45.
Standart deviasi
18,45
reproduksi
Berdasarkan tingkat pengetahuan remaja
No
Gambaran
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
Pengetahuan
Baik
8,82
2.
Cukup
29
86,06
3.
Kurang
Jumlah
2
34
5,12
100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi pada siswi kelas X dan XI MA Maarif Kembangbahu Lamongan, yang
berpengetahuan baik 3 siswi (8,82%), berpengetahuan cukup 29 siswi (86,06%) dan
pengetahuan kurang 2 siswi (5,12%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan remaja putri tentang anemia pada siswi kelas X dan XI di MA Maarif
Kembangbahu Lamongan terbanyak pada kategori cukup yaitu 29 siswi (86,06%).
Hasil tersebut diatas menunjukkan bahwa kasus infeksi menular seksual dan
kehamilan dibawah umur terhitung sedikit di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu, serta
dalam skala kecil populasi remaja cukup baik tingkat pengetahuannya tentang kesehatan
reproduksi. Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan tetap harus sering dilakukan
penyuluhan secara intim terhadap remaja sehingga beberapa hal dapat dievaluasi sehubungan
dengan penanggulangan infeksi menular seksual maupun kenakalan remaja:
1. Skrining di rawat jalan dan Posyandu yang kurang, sehubungan dengan terbatasnya
alat
2. Belum adanya penyuluhan rutin di sekolah yang melibatkan guru dan organisasi siswa
Untuk itu perlu dilakukan intervensi promotif dan preventif yang efektif dan efisien sebagai
upaya menurunkan prevalensi freesex maupun infeksi menular seksual, dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat terutama remaja.
Langkah yang dapat ditempuh sebagai strategi penyuluhan antara lain:
1. Kerjasama yang rutin dan terjadwal antara tenaga kesehatan Puskesmas dengan guru
serta siswa, berupa pendampingan untuk penyuluhan di sekolah atau dalam bentuk
Focused Group Discussion
2. Penggunaan media social di internet berupa akun Facebook, Twitter dan lain-lain,
sebagai sarana penyuluhan yang minim biaya namun efektif dan efisien.
3. Pemanfaatan layanan pesan singkat melalui BBM, Whatsapp dan lain-lain sebagai
sarana untuk berkomunikasi secara langsung dengan mengirimkan informasi seputar
kesehatan reproduksi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar
22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan.Sedangkan
remaja di wilayah Kecamatan Kembang Bahutingkat pengetahuannya terhitung cukup baik.
Masa remaja, yakni usia antara usia 11 20 tahun adalah suatu periode masa pematangan
organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan.Memasuki masa remaja yang
ditandai dengan perubahan fisik primer maupun sekunder,maka remaja akan dihadapkan
pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan
yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh
pada kehidupan kejiwaan remaja. Keterbatasan akses dan informasi yang kurang tepat
mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja di Indonesia dapat berdampak
negatif dalam kehidupannya, misalnya banyaknya kasus free seks, KTD, aborsi remaja, dan
lain- lain. Bila remaja dibekali pengetahuan kesehatan reproduksi yang komprehensif, maka
remaja dapat lebih bertanggung jawab dalam berbuat dan mengambil keputusan
sehubungan dengan kesehatan reproduksinya. Peran keluarga, sekolah, lingkungan maupun
dinas terkait sangat penting agar tercipta generasi remaja yang berkualitas.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Atun, dkk. 2004. IMS atau Penyakit Kelamin, dalam Kesehatan Reproduksi Remaja,
Kerjasama Jaringan Khusus Kesehatan untuk Anak Jalanan Perempuan di Yogyakarta,
bersama PKBI-DIY. Yogyakarta.
Caesarina Ancah. 2009. Kespro Remaja, disampaikan pada Seminar Nasional Seksualitas dan
Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris. Juni 2009. Jember-Jawa Timur.
Eriyani Linda Dwi. Kesehatan Reproduksi Remaja: Menyoal Solusi. 2006, disampaikan pada
Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris, Juni 2009.
Jember-Jawa Timur.
Habsjah, dkk. 1995. Peranan Ayah vis-a-vis Ibu dan Pranata Sosial Lainnya dalam
Pendidikan Seks Remaja. The Population Council and The Atma Jaya Research Centre,
Jakarta.
Khisbiyah, dkk. 1996. Kehamilan tak Dikehendaki di Kalangan Remaja, Pusat Penelitian
Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mukhatib MD. 2009. Problem Kesehatan Reproduksi Remaja: Tawaran Solusi, disampaikan
pada Seminar Nasional Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Remaja di PP. Nuris, Juni
2009. Jember-Jawa Timur.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media, Jakarta.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung
Seto.Jakarta.
Tim Mitra Inti. 2009. Mitos Seputar Masalah Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi,
Yayasan Mitra Inti. Jakarta.
Utomo Iwu Dwisetyani. 2009. Panduan Materi Dasar untuk Guru, dapat Menjadi Dasar
untuk Dikembangkan dan Disesuaikan dengan Keadaan dan Kondisi Kebudayaan Lokal.
Australian Demographic and Social Research Institute, Australian National University,
Konsultan Kesehatan Reproduksi Remaja UNFPA. Jakarta.
Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta.
Widaninggar. 2004. Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Kecakapan Hidup (Life
Skills Education) untuk Pencegahan HIV dan AIDS. Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.