12.70.0022
12.70.0117
Siti Qolifah
12.70.0167
Rr. Ernadya E. P
12.70.0176
Talentea Cezar
12.70.0191
1. PENDAHULUAN
Salah satu cara pengolahan ubi jalar ungu adalah dengan digoreng.
Penggorengan merupakan unit operasi yang merubah kualitas bahan
pangan
sehingga
perusakan
enzim
mempunyai
dan
efek
pengawetan
mikroorganisme
secara
karena
thermal,
terjadi
serta
2000). Kelemahannya adalah uap air yang keluar dari bahan tidak bisa
keluar langsung ke udara bebas tapi terjebak di dalam minyak panas
sehingga menunjang terjadinya hidrolisis.
minyak
teroksidasi
menjadi
karbonil
volatil,
asam
pada
permukaan
bahan
sewaktu
penggorengan,
serta
Selain itu, ada jenis metode penggorengan yang lain yaitu Vacuum
frying yang merupakan suatu metode penggorengan bahan pangan
dengan kadar air yang tinggi (berair) seperti buah-buahan. Bila bahan
dengan kadar air yang tinggi digoreng dengan cara biasa, maka bisa
terjadi letupan-letupan karena adanya gelembung-gelembung air yang
keluar dari bahan pangan atau karena adanya air dalam bahan pangan
tersebut dan adanya perbedaan tekanan sehingga bahan pangan yang
dihasilkan tidak bisa renyah. Keuntungan atau kelebihan dari vacuum
frying ini adalah mencegah terjadinya letupan-letupan pada saat
pemanasan, proses pemanasannya terjadi secara bertahap sehingga
lebih efektif, dan menghasilkan bahan pangan yang renyah. Sedangkan
kerugian atau kekurangan dari vacuum frying ini adalah harganya
mahal, biaya operasi, dan perawatannya mahal, membutuhkan banyak
energi, dan hanya dapat digunakan untuk bahan pangan dengan kadar
air yang tinggi (Fellows, 1992).
Dalam teknologi penggorengan ada suatu mesin yang disebut mesin
penggoreng vakum. Mesin penggoreng vakum memiliki prinsip utama
melakukan penggorengan pada kondisi vakum, yaitu 700 mmHg
dibawah tekanan atmosfer, normal. Kondisi vakum ini menyebabkan
penurunan titik
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo/Bangsa : Solanales
Familia/Suku : Convolvulaceae
Genus/Marga : Ipomoea
Species/Jenis : Ipomoea batatas. L.
Ubi ungu merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi. Kandungan
karbohidrat dalam ubi ungu termasuk dalam karbohidrat kompleks dengan klasifikasi
Indeks Glikemik (IG) 54. Nilai Indeks Glikemik < 55 tergolong dalam kelompok rendah,
IG 55-70 sedag, dan IG >70 tinggi. IG yang rendah lebih lamban dicerna oleh tubuh
sehingga tidak menaikkan kadar glukosa darah secara cepat (Oktavia 2007). Ubi jalar ungu
juga mengandung vitamin (A, B1, B2, C, dan E), mineral (kalsium, kalium, magnesium,
tembaga, dan seng), serat pangan, serta karbohidrat bukan serat (Almatsier 2005). Warna
ungu pada ubi jalar ini disebabkan karena adanya pigmen antosianin yang ada pada bagian
kulit hingga ke daging umbinya (Sarwono,2005). Total kandungan antosianin ubi jalar
bervariasi berkisar antara 20 mg/100 g sampai924 mg/100 g berat basah. Pigmennya lebih
stabil jika dibandingkan antosianin dari sumber lain, seperti kubis merah, bluberi, dan
jagug merah. Kandungan antosianin dalam ubi jalar ungu berfungsi sebagai antioksidan,
antikanker, antibakteri, mencegah penyakit jantung dan stroke) (Apriyanto 2002). Ubi jalar
ungu dapat menjadi antikanker karena mengandung selenium dan iodine (Direktorat Gizi
dan Kesehatan, 1993). Ubi jalar ungu mempunyai kandungan betakaroten yang tinggi yaitu
9900 mkg/100 g. Betakaroten merupakan provitamin A yang di dalam tubuh akan diubah
menjadi vitamin A. Betakaroten juga termasuk antioksidan yang berperan dalam
mengurangi konsentrasi radikal peroksil. Kadar protein ubi jalar ungu berkisar 0,19-1,8%.
Rendahnya kadar gula dapat disebabkan protein yang larut dalam air (Leach 2002).
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Ubi Jalar Ungu, Putih dan Kuning
Kandungan Gizi
Ubi Kuning
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Air (g)
Serat Kasar (g)
Kadar Gula (g)
- karoten (g)
Antosianin (g)
123
1,8
0,7
27,9
68,5
1,2
0,4
30,2
110,15
123
1,8
0,7
27,9
68,5
0,9
0,4
31,2
30,2
136
1,1
0,4
32,3
71,2
1,4
0,3
114
32,2
3. PROSES PRODUKSI
Cara pembuatan keripik ubi jalar ungu yaitu, mula-mula ubi jalar ungu dicuci untuk
menghilangkan tanah yang melekat pada kulit ubi jalar ungu, kemudian ditiriskan yaitu
proses pengeringan ubi yang telah selesai dicuci sebelum tahap penggorengan. Setelah itu,
dilakukan pengupasan, selama pengupasan ubi jalar ungu yang telah dikupas direndam
dalam air sampai pengupasan selesai. Kemudian dipotong tipis-tipis dengan alat perajang
dan direndam larutan natrium bisulfit 0,3-0,5% agar tidak terjadi perubahan warna menjadi
cokelat. Setelah itu, direndam dalam air kapur sirih untuk membrikan tekstur keripik yang
renyah dan dicuci kembali hingga bersih.dilakukan perendaman Tahap selanjutnya,
pembubuan untuk memberikan bumbu pada keripik sesuai dengan rasa yang diinginkan sehingga
bumbu tercampur secara merata pada keripik.
kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan, salah satu fungsi pengemasan bahan
pangan yaitu harus dapat mempertahankan produk agar bersih da memberikan
perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya. Untuk melindungi produk dan
tidak terjadi perubahan warna, rasa, dan aroma maka kemasan yang digunakan harus bisa
melindungi produk dari uap air. Kemasan yang digunakan hendaknya berupa kemasan
dengan permeabilitas air rendah, yaitu kemasan yang sulit ditembus uap air. Proses
pengemasan juga harus sempurna untuk mempertahankan kualitas produk.
selulosa,
serta
keragaman
kandungan
air
selama
Suhu dan fenol menyebabkan degradasi warna pada antosianin yang akhirnya
terjadi pencoklatan. Kerusakan akibat panas melalui dua tahap, pertama hidrolisis terjadi
pada ikatan glikosidik antosianin sehingga menghasilkan aglikon-aglikon yang tidak stabil.
Kedua, cincin aglikon terbuka membentuk gugus karbinol dan kalkon. Degradasi ini dapat
terjadi lebih lanjut jika terdapat oksidator sehingga terbentuk senyawa yang berwarna
cokelat (Hayati, 2012). Degradasi betakaroten juga terjadi pada saat penggorengan bahwa
kerotenoid akan mengalami kerusakan pada suhu tinggi yaitu melalui degradasi thermal
sehingga terjadi dekomposisi karotenoid yang mengakibatkan turunnya intensitas warna
karoten atau terjadi pemucatan warna. Hal ini terjadi pada kondisi oksidatif. Selain itu,
oksidasi betakaroten dapat menyebabkan penyimpangan citarasa. Pada suhu 60C belum
mengalami kerusakan, sedangkan pada suhu 180C pada kondisi vakum terjadi sedikit
kerusakan (Erawati, 2006).
8.
9.
10.
11. METODE UNTUK MENJAGA KUALITAS DAN NUTRISI PRODUK
SETELAH PROSES PENGOLAHAN
12.
Metode untuk mempertahankan kualitas setelah proses penggorengan pada ubi jalar
ungu yaitu, keripik ubi jalar ungu setelah digoreng diletakkan dalam wadah dan disekitar
ruangan memiliki kelembaban yang rendah serta suhu ruang 27-32C supaya kerenyahan
keripik tetap terjaga. Selain itu, Keripik ubi ungu diletakkan ditempat yang
tidak kontak langsung dengan cahaya atau apabila ingin dikemas
dengan kemasan yang tidak transparan agar warna stabil. Selanjutnya,
wadah keripik ubi ungu setelah digoreng diusahakan tertutup dan tidak
kontak dengan udara karena keripik ubi ungu yang mengandung minyak
apabila kontak dengan oksigen dapat menyebabkan oksidasi. Disisi lain,
masa simpan dari bahan pangan yang digoreng ditentukan oleh
kelembaban setelah digoreng (Azizah et al., 2009).
13.
14. KESIMPULAN
Warna cokelat dipermukaan keripik dipengaruhi oleh komposisi kimia bahan serta
Kerenyahan selalu dihubungkan dengan kadar air. Semakin rendah kadar air keripik
maka makin renyah. Kerenyahan keripik merupakan salah satu kriteria yang disukai
konsumen.
15.
16. DAFTAR PUSTAKA
17.
Astawan, M.W. & M. Astawan. (1988). Teknologi Pengolahan
Pangan Hewani Tepat Guna. Akademika Pressindo. Jakarta.
18. Azizah, A. H; Wee, K. C; Azizah, O; & Azizah, M. (2009). Effect of
boiling and stir frying on total phenolics, carotenoids and radical
scavenging activity of pumpkin (Cucurbita moschato). Malaysia.
19.
20.
Apriyantono, A. 2002. Pengaruh Pengolahan terhadap Nilai Gizi dan Keamanan
Pangan. Karumo Women dan Education. Jakarta.
21.
Direktorat Gizi Depkes RI (1993).
22.
Erawati, C.M. 2006. Kendali Stabilitas Betakaroten Selama
Proses Produksi Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). IPB Bogor.
23.
24.
Fellows, P. (1990). Food Processing Technology Principles and
Practise. Ellis Horwood Limited. New York.
25.
Fellows, P. (1992). Food Processing Technology : Principle
and Practise. Ellis Horwood Limited. New York.
26. Hayati, E.K., Budi, U.S., Hermawan, R. 2012. Konsentrasi Total
Senyawa Antosianin Ekstrak Kelopak Bunga Rosella : Prngaruh
Temperatur dan pH. Malang.
27.
Leach, H.W.2002. Gelatinization of starch. In: Whistler, R.L. and E.F. Paschal
(eds). Starch: Chemistry and Tecnology. Vol.1. Academic Press. New York.
28.
Oktavia, D. 2007. Kajian Makanan Ringan Ekstrudat. Jurnal II Standarisasi SNI 012086. 2000. 9 (4).
29. Rukmana, R. (1997). Budidaya Nangka. Kanisius. Yogyakarta.
32.
Sartika, R. A. D. (2009). Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng
(Deep Frying) Terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Makara, sains, vol. 13, no. 1.
33.
Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar, Cara Budi Daya yang Tepat, Efisien dan Ekonomis.
Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Depok.
34. Sharma, et all. (2000). Food process Enginering : Theory and
Laboratory Experiments. John Wiley & Sons, Inc. New York.
35. Winarno, F. G,; S. Fardiaz.; & D. Fardiaz. (1980). Pengantar
Teknologi Pangan. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
36.