Anda di halaman 1dari 25

VISKOMETER

Viskometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur viskositas


atau kekentalan suatu larutan. Kebanyakan viscometer mengukur
kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler),
bila cairan itu mengalir cepat maka viskositas cairan itu rendah (misalnya
cair) dan bila cairan itu mengalir lambat maka dikatakan viskositasnya
tinggi (misalnya madu). Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju
aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Ini merupakan salah
satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan
maupun gas.
Ada beberapa viscometer yang sering digunakan untuk menentukan
viskositas suatu larutan, yaitu :
1. Viskometer ostwald
2. Viskometer Hoppler
3. Viskometer Cup and Bo
4. Viskometer Cone and Plate (Brookefield)

1.

Viskometer ostwald

Viskometer Ostwald yaitu dengan cara mengukur waktu yang


dibutuhkan bagi cairan dalam melewati 2 tanda ketika mengalir
karena gravitasi melalui viskometer Ostwald.

Untuk mengkalibrasi viskometer Ostwald adalah dengan air yang


sudah diketahui tingkat viskositasnya.

Cara penggunaannya adalah :

1.

pergunakan viskometer yang sudah bersih.

2.

Pipetkan cairan ke dalam viskometer dengan menggunakan pipet.

3.
Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball sampai melewati 2
batas.
4.
Siapkan stopwatch , kendurkan cairan sampai batas pertama lalu
mulai penghitungan.
5.

Catat hasil, Dan lakukan penghitungan dengan rumus.

6.
Usahakan saat melakukan penghitungan kita menggenggam di
lengan yang tidak berisi cairan.

2.

Viskometer Hoppler

Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara hoppler, berdasarkan


hukum stokes (berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat
cair).

Prosedur Kerja Dengan Viskosimeter Hoppler

1.

Ukur diameter bola

2.

Timbang massa bola

3.

Ukur panjang tabung viscometer dari batas atas - batas bawah

4.

Tentukan massa jenis masing- masing cairan

5.

Ukur temperature alat viskositas Hoppler

6.

Isi tabung dengan aquades dan dimasukkan bola

7.

Pada saat bola diatas, stopwatch dihidupkan

8.

Pada saat bola dibawah, stopwatch dimatikan

9.

Catat waktu bola jatuh dari batas atas sampai batas bawah

10.

Tabung dibalik

11. Ulangi prosedur 3 6 sebanyak 3 kali berturut- turut, pada


temperature lain dan cairan yang lain

3.

Viskometer Cup and Bob

Dalam viskometer ini sampel dimasukkan dalam ruang antara


dinding luar bob/rotor dan dinding dalam mangkuk (cup) yang pas
dengan rotor tersebut. Berbagai alat yang tersedia berbeda dalam
hal bagian yang berputar, ada alat dimana yang berputar adalah
rotornya, ada juga bagian mangkuknya yang berputar.

Alat viscotester adalah contoh viskometer dimana yang berputar


adalah bagian rotor. Terdapat dua tipe yaitu viscotester VT-03 F dan
VT- 04 F :

1. VT -04 F digunakan untuk mengukur zat cair dengan viskositas


tinggi,
2. VT-03F untuk mengukur zat cair yang viskositasnya rendah.

Prinsip pengukuran viskositas dengan alat ini adalah cairan uji


dimasukkan kedalam mangkuk, rotor dipasang .kemudian alat
dihidupkan. Viskositas zat cair dapat langsung dibaca pada skala .

4.

Viskometer Cone and Plate (Brookefield)

Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah


papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut
digerakkan oleh motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya
digeser didalam ruang semit antara papan yang diam dan kemudian
kerucut yang berputar.

Viscometer Cone/ Plate adalah alat ukur kekentalan yang


memberikan peneliti suatu instrumen yang canggih untuk
menentukan secara rutin viskositas absolut cairan dalam volume
sampel kecil. Cone dan plate memberikan presisi yang diperlukan
untuk pengembangan data rheologi lengkap.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini,


misalnya:

1.

Dipakai pada cone dan plate

2.

ukuran sample

3. waktu yang dibutuhkan untuk memungkinkan sampel untuk


menstabilkan pada pelat sebelum terbaca
4.

kebersihan kerucut dan plat

5.

jenis bahan, tinggi atau rendah viskositas, ukuran partikel

6. tipe cone, cone rentang yang lebih rendah memberikan akurasi yang
lebih tinggi
7.

shear rate ditempatkan untuk sampel

Prosedur Kalibrasi untuk Cone/Plate Viscometer

1. Atur jarak antara cone spindle dengan plate sesuai dengan Instruction
Manual
2. Pilih viscosity standard yang akan memberikan nilai pembacaan
antara 10% hingga 100% dari Full Scale Range (FSR). Sebaiknya pilih
standard dengan nilai mendekati 100% FSR.

3. Masukkan sample ke dalam cup dan biarkan selama 15 menit untuk


mencapai suhu setting
4.

Lakukan pengukuran dan catat hasilnya baik % Torque dan cP.

Catatan :

Spindle harus berputar minimum 5 putaran sebelum pengukuran


diambil.

Penggunaan standard pada rentang 5 cP s.d 5.000 cP dianjurkan


untuk instrument cone/plate. Jangan gunakan viscsity standard diatas
5.000 cP.

Toleransi dari viscometer Brookfield adalah 1% dari Full Scale Range


(FSR). FSR adalah nilai maksium yang mampu diukur oleh alat
dengan kombinasi setting Spindle dan Kecepatan putar spindle yang
kita tetapkan. Sedangkan toleransi dari cairan standard adalah 1%
dari nilai viscosity cairan yang bersangkutan.

1. VISKOSITAS
A.

Pengertian

Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas.
Sehingga cairan mempuyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas.
Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur. Koefisien gas pada tekanan
tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan
naiknya tegangan.
Viskositas (kekentalan) dapat diartikan sebagai suatu gesekan di dalam cairan
zat cair. Kekentalan itulah maka diperlukan gaya untuk menggerakkan suatu
permukaan untuk melampaui suatu permukaan lainnya, jika diantaranya ada
larutan baik cairan maupun gas mempunyai kekentalan air lebih besar daripada
gas, sehingga zat cair dikatakan lebih kental daripada gas.
Koefisien viskositas fluida atau disingkat sebagai perbandingan tegangan
luncur F/A, dengan cepat perubahan tegangan luncur :

B. Dasar Teori Viskositas


Koefisien viskositas secara umum diukur dengan dua metode, yaitu :
1. Viskositas Ostwald
Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah tertentu cairan dicatat dan
dihitung dengan menggunakan hubungan :

Karena P = . g . h maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :
P = tekanan hidrostatik
R = jari-jari kapiler / tabung
T = waktu aliran zat cair sebanyak volume (V) dengan beda tinggi (h)
l = panjang kapiler / tabung
Umumnya koefisien viskositas dihitung dengan membendingkan laju aliran cairan
yang koefisien viskositasnya diketahui.
Hubungan itu adalah :

Dimana : d . t = laju aliran


1. Metode bola jatuh
Metode bola jatuh menyangkut gaya gravitasi yang seimbang dengan gerakan
aliran pekat dan hubungannya adalah :

Dimana :
b = bola jatuh atau manik-manik

g = konstanta gravitasi
Pada persamaan di atas bila digunakan perbandingan maka akan didapatkan :

dicatat dengan stopwatch. Percobaan diulangi lagi dengan cairan pembanding


setelah dibersihkan. Dengan ini ditentukan t1 dan t2.
Viskositas suatu cairan murni merupakan indeks hambatan air
cairan atau larutan. Viskositas dapat diukur dengan menggunakan tabung Cannon
Fenske, yaitu dengan menghitung waktu alir zat cair di dalam tabung Cannon
Fenske. Cara ini juga untuk menghitung jari-jari molekul. Caranya yaitu setelah
didapatkan waktu alir zat cair maka akan didapatkan viskositas dari zat cair
tersebut. Selanjutnya akan didapat slope (A), akhirnya akan didapatkan jari-jari (r)
dengan menggunakan persamaan :
A = 6,3 x 1021 x r3
Dimana :
A = slope
Persamaan tersebut didapatkan dari persamaan yang telah diturunkan oleh
Einstein.
Aliran cairan viskositas dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu :
1. Aliran laminer atau aliran kental
Menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil.
1. Aliran turbulen
Menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih
besar.
Dengan kata lain pembagian ini ialah pertama bagian air yang mengalir seakanakan mengikuti suatu garis tak putus, bik lurus maupun melengkung. Ada bagianbagian yang alirannya berputar-putar dengan putaran yang tidak jelas ujung dan
pangkalnya.
Aliran yang mengikuti suatu garis (lurus ataupun melengkung) yang jelas
ujung dan pangkalnya disebut aliran garis arus atau dalam bahasa Inggris disebut
aliran Streamline. Secara lebih cermat dikatakan bahwa aliran garis arus adalah
aliran yang tiap partikel yang melalui suatu titik mengikuti suatu garis yang sama
seperti partikel-partikel lain melalui titik itu. Selain itu, pada aliran garis arus arah
gerak partikel-partikel itu sama dengan arah aliran secara keseluruhan. Garis yang
dilalui oleh partikel-partikel itu pada aliran seperti ini disebut garis arus.

Berbeda dengan aliran garis arus, ada aliran yang disebut aliran
turbulent. Aliran turbulent ditandai oleh adanya aliran berputar. Ada partikelpartikel yang arah geraknya berbeda, bahkan berlawanan dengan arah gerak
keseluruhan fluida. Jika aliran turbulent maka akan terdapat pusaran-pusaran dalam
gerakannya dan lintasan partikel-partikelnya senantiasa berubah. Aliran turbulent
menggambarkan laju aliran yang beasar melqlui pipa dengan diameter yang lebih
besar.
Sifat dari fluida sejati adalah kompersibel, artinya volume dan massa
jenisnya akan berubah bila diberikan tekanan. Selain itu juga fluida sejati
mempunyai viskositas yaitu gesekan di dalam fluida sedangkan dalam anggapan
fluida ideal semua sifat-sifat ini diabaikan.
Viskositas di dalam zat cair disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul dan
di dalam gas disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran antar molekul yang
bergerak dengan cepat. Terutama dalam arus turbulent, viskositas ini naik dengan
cepat sekali hamper berbanding lurus dengan pangkat tiga kecepatannya. Makin
besar kecepatannya, makin besar viskositasnya.
Viskositas zat cair lebih besar daripada gas. Viskositas gas sedemikian
kecilnya sehingga sering diabaikan. Viskositas fluida bergantung kepada suhunya.
Viskositas ini pada umumnya yaitu zat cair, yang umumnya berkurang jika suhunya
naik. Tetapi sebaliknya viskositas gas lebih besar jika suhunya naik.
Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan. Karena
itu terdapat gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung
dari kekentalan zat cair tersebut.

Dimana :
= angka kental dinamis
G

= gaya gesek

= luas lapisan
dV
dV/dY

= beda kecepatan antara dua lapisan berjarak dY


= gradient kecepatan

Pengukuran viskositas merupakan cara termudah dalam menentukan berat


molekul dan jari-jari molekul. Diantaranya, yaitu untuk menentukan viskositas dapat
digunakan :

1. Viskometer Oswald
Digunakan untuk menentukan viskositas dari suatu cairan dengan
menggunakan air sebagai pembandingnya. Caranya yaitu dengan membandingkan
waktu alir dan berat jenis cairan yang akan ditentukan dengan berat jenis cairan
dan waktu alir.
Persamaan, yaitu :

Dimana :

Hubungan antara viskosits dan suhu pertama kali ditemukan oleh Carransicle pada
tahun 1913.
Pada viskositas Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah cairan tertentu mengaliri pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh
gaya beratnya sendiri.
Pengukuran viskositas merupakan cara termudah dan termurah dalam
menentukan berat molekul makro. Persamaan yang digunakan dalam pengukuran
viskositas dengan viscometer ostwald adalah :

Pengukuran viskositas mempunyai beberapa bentuk diantaranya adalah :


1. Viskositas spesifik

2. Viskositas reduksi

= =

3. Viskositas intrinsik

= limit

Dimana : C = konsentrasi makro molekul (gr/100 ml)


Einsteinlah yang pertama kali menghubungkan viskositas dengan berat
molekul yaitu pada tahun 1906. Einstein memperlihatkan bahwa viskositas

larutan molekul membentuk bulatan yang encer dapat dicari dengan menggunakan
rumus :

Dimana : = fraksi volume zat terlarut makro molekul


Dengan menyusun kembali persamaan di atas, diperoleh :

Karena makro molekul biasanya tidak berbentuk bulat maka sp/ pada persamaan di
atas mempunyai nilai lebih besar dari 2,5.
C.

Hukum Stokes

gaya gravitasi
berikut :

Benda bulat dengan radius r dan rapat adalah d yang jatuh karena
melalui fluida dengan rapat dm akan dipengaruhi gaya sebagai

f1 = 4/3 r3 ( d dm ) g
Benda yang jatuh mempunyai kecepatqan yang makin lama makin besar
tetapi dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda
jatuh makin besar. Pada saat kesetimbangan, besarnya kecepatan benda jatuh
adalah tetap (v konstan). Menurut George Stokes, untuk benda bulat tersebut
besarnya gaya gesek pada saat kesetimbangan adalah :
f2 = 6 r V
f1 = f2
4/3 r3 ( d dm ) g = 6 r V

Rumus ini berlaku bila jari-jari benda yang jatuh relative besar bila
dibandingkan dengan jarak antara molekul-molekul fluida.
Rumus Stokes inilah yang merupakan dasar viskositas atau viscometer bola
jatuh. Viscometer ini tersiri dari gelas silinder dengan cairan yang akan diteliti dan
dimasukkan dalam thermostat.
Bola baja dengan rapat d dan diameter r dijatuhkan ke dalam tabung dan
waktu yang diperlukan untuk jatuh di antara dua tanda a dan b dicatat dengan
stopwatch.

D.

Pengaruh Temperatur Terhadap Viskositas

Viscositas merupakan besaran yang harganya tergantung terhadap


temperatur. Pada kebanyakan fluida cair, bila temperatur naik viscositas akan turun,
dan sebaliknya bila temperatur turun maka viscositas akan naik. Pada
Dinyatakan dengan rumus:
; A dan B tetapan untuk cairan tertentu
T = Temperatur mutlak
Rumus ini dapat dipakai untuk cairan murni, adapun rumus untuk sistem
beberapa cairan adalah:
; A, B dan C adalah tetapan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap fluida, gas atau cairan, memiliki suatu sifat yang dikenal
sebagai viskositas, yang dapat didefinisikan sebagai tahanan yang
dilakukan suatu lapisan fluida terhadap suatu lapisan lainnya. Salah
satu cara untuk menentukan viskositas cairan adalah metode kapiler dari
Poiseulle, metode Ostwald merupakan suatu variasi dari metode Poiseulle.
Pada percobaan kali ini kita menghitung viskositas larutan yang berguna
untuk menentukan tahanan fluida berdasarkan suhu yang berbeda- beda.
Viskositas dari suatu cairan murni adalah indeks hambatan aliran cairan.
Pada percobaan ini kita akan mempelajari tentang pengaruh suhu
terhadap viskositas cairan. Cairan yang digunakan dapat bermacammacam, namun pada percobaan ini cairan yang digunakan adalah aseton,
kloroform dan toluena sedangkan air bertindak sebagai cairan
pembanding. Dengan melakukan percobaan ini kita akan mengetahui
cairan mana yang memiliki viskositas yang tertinggi.

1.2 Prinsip dan Aplikasi Percobaan


Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan viskositas suatu cairan yang
diukur pada suhu tertentu dengan menggunakan viskometer oswald dan
air yang berperan sebagai pembandingnya. Selain itu juga dapat
ditentukan rapatan masa cairan pada suhu tertentu dengan menggunakan
piknometer.
Aplikasi percobaan ini adalah sering dijumpai pada pelumas mesin
yang kita kenal dengan oli. Oli yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin
kendaraan berbeda-beda karena tipe mesin kendaraan juga membutuhkan
kekentalan yang berbeda pula. Sebagai pelumas mesin, oli akan membuat
gesekan antar komponen didalam mesin bergerak lebih halus dengan cara
masuk kedalam celah- celah mesin sehingga memudahkan mesin untuk
mencapai suhu kerja yang ideal.

1.3 Tujuan Percobaan


Menentukan viskositas cairan dengan metode oswald dan mempelajari
pengaruh suhu terhadap viskositas cairan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Viskositas
Sifat- sifat fluida, viskositas memerlukan perhatian yang terbesar
dalam telaahan tentang aliran fluida. Viskositas adalah sifat fluida yang
mendasari diberikannya tahanan terhadap tekanan geser oleh fluida
tersebut. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju
perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tekanan geser
berbanding lurus dengan viskositas ( Sukardjo, 2002).
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu caian atau
fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan eat dengan
hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir
cepat, sedangkan lainnya mengalir secaa lambat. Cairan yang mengalir
cepat seperti contohnya air, alkohol, dan bensin karena memiliki nilai
viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin,
minyak asto, dan madu karena mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas
tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan ( Yazid, 2005).
Viskositas (kekentalan) cairan akan menimbulkan gesekan antar- bagian
atau lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain. Hambatan
atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi di dalam zat cair.
Viskositas gas ditimbulkan oleh peristiwa tumbukan yang terjadi antara
molekul-molekul gas ( Yazid, 2005).
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara patikel zat cair. Zat cair ideal
tidak mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai
berikut ( Wylie, 1992) :
a.
Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk
permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.
b.

Mempunyai rapat masa dan berat jenis.

c.

Dapat dianggap tidak termampatkan.

d.

Mempunyai viskositas (kekentalan).

e.

Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan.

Viskositas adalah salah satu sifat polimer yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan suatu membran, karena viskositas ini menggambarkan
cepat atau lambatnya cairan tersebut mengalir. Dalam pembuatan
membran serat berongga ada batasan viskositas larutan polimer minimal
yang harus dimiliki oleh larutan yang akan dipintal ( Ahmad, 2007).

2.2 faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Viskositas


Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut (Bird,
1987):
a.

Tekanan

Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas


tidak dipengaruhi oleh tekanan.
b.

Temperatur

Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas


naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekulmolekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak
sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian
viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
c.

Kehadiran zat lain

Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan


tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak
ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas
akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu
alirnya semakin cepat.
d.

Ukuran dan berat molekul

Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol
cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta
laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
e.

Berat molekul

Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.


f.

Kekuatan antar molekul

Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO


dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.

2.3 Metode Pengukuran Viskositas dengan Metode Ostwald


Metode ini ditentukan berdasarkan hukum Poisulle menggunakan alat
viskometer oswaltd. Penetapannya dilakukan dengan jalan mengukur

waktu yang diperlukan untuk mengalirkan cairan dalam pipa kapiler dari a
ke b. Sejumlah cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan
kedalam viskometer yang diletakkan pada thermostat. Cairan kemudian
diisap degan pompa kedalam bola csampai diatas tanda a. Cairan
dibiarkan mengalir kebawah dan waktu yang diperlukan dari a ke b dicatat
menggunakan stowatch (Rosian, 2009).
Pada metode oswaltd yang diukur adalah waktu yang diperlukan
oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan
gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan
sejumlah tertentu cairan dipipet kedalam viskometer. Cairan kemudian
dihisap melalui labu ukur dari viskometer sampai permukaan cairan lebih
tinggi dari batas a. Cairan dibiarkan turun ketika permukaan cairan
turun melewati batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang
dibutuhkan cairan untuk melewati jarak antara a dari b dapat ditentukan.
Tekanan P merupakan perbedaan tekanan antaa kedua ujung pipa U dan
besarnya diasumsikan sebanding dengan berat jenis cairan ( Ronana,
2009).
Viskositas dihitung sesuai persamaan Poisulle berikut ( Sutiah, dkk.,
2008): dimana t adalah waktu yang diperlukan cairan bervolume yang
mengalir melalui pipa kapiler, L adalah panjang dan r adalah jari- jari.
Tekanan P merupakan perbedaan aliran kedua yang pipa viskometer dan
besarnya diasumsikan sebanding dengan berat cairan. Pengukuran
viskositas yang tepat dengan cara itu sulit dicapai. Hal ini disebabkan
haga r dan L sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan pengukuran
terutama r sangat besa pengaruhnya karena harga ini dipangkatkan
empat. Untuk menghindari kesalahan tersebut dalam prakteknya
digunakan suatu cairan pembanding. Cairan yang paling sering digunakan
adalah air ( Sutiah, dkk., 2008).
Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama
berlaku Jadi bila dan cairan pembanding diketahui, maka dengan
mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui
alat yang sama dapat ditentukan cairan yang sudah diketahui
rapatannya ( Sutiah, dkk., 2008).
Tabel viskositas cairan pada berbagai suhu (satuan poise) (Bird, 1987)
Cairan

0C

10 C

20 C

30 C

40 C

50 C

Air

0,0179

0,013

0,0101

0,0080

0,0065

0,0055

Gliserin

105,9

34,4

13,4

6,29

2,89

1,41

Anilin

0,102

0,065

0,0044

0,0316

0,0227

0,0185

Bensin

0,0091

0,0076

0,0065

0,0056

0,0050

0,0044

Etanol

0,0177

0,0147

0,012

0,0100

0,0083

0,007

Minyak
lobak

25,3

3,85

1,63

0,96

Perbedaan nilai viskositas menengah dan region periperal ini


menunjukkan parameter nilai K. Ketika k > 1 maka nilai viskositas lebih
dari menengah, k=1 viskositasnya sama dalam keadaan apapun, k < 1
viskositasnya ditengah region( Rao, dkk., 2003). Tujuan dari hubungan
momentum memberikan informasi kinetik dalam viskositas ( Gavin, S.
Dkk., 2007). Dimana adalah viskositasi, t adalah temperatur dalam satuan
international kelvin.

BAB III
METODOLOGI

3. 1 Alat dan Bahan


Alat- alat yang digunakan adalah Botol semprot, erlenmeyer, klem
oswald, piknomete, pipet ukur, statif , stopwatch, viskometer oswald.
Bahan- bahan yang digunakan adalah akuades, aseton, kloroform, dan
toluena.

3.2 Analisis Bahan


3.2.1 Akuades (H2O)
Cairan tidak berwarna dengan rumus senyawa H2O dan memiliki nilai
derajat relatif 1. Titik leleh 0 C dan titik didih 100 C. Dalam fase gas, air
terdiri dari 1 molekul H2O dengan sudut ikatan H-O-H. Air merupakan
pelarut yang sangat baik, yang dapat melarutkan banyak elektrolit dan
bersifat netral. ( Daintith, 1994; Kusuma, 1983).

3.2.2 Aseton (CH3COCH3)

Aseton merupakan senyawa atsiri yang mudah terbakar dan tidak


berwarna, memiliki rapatan sebesa 0,79. Titik lebur -95,4 C, titik ddih
56,2 C. Aseton adalah keton yang paling sederhana yang dapat
bercampur dengan air. Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan
sebagai bahan mentah pembuatan plastik. Dianjurkan menggunakan
masker dan sarubg tangan dalam pemakaiannya karena baunya yang
menyengit dapat mengganggu pernapasan. (Daintith, 1994).

3.2.3 Kloroform ( CHCl3)


Nama sistematiknya adalah triklorometana. Zat cair yang tidak berwarna,
berbau harum dan beracun. Larut dalam alkohol,benzena dan air. Memiliki
titik leleh -65,3 C, titik didih 61 C. Kloroform merupakan arsenik yang
ampuh tetapi dapat merusak hati. Cara penangannya adalah dianjurkan
memakai masker dan sarung tangan dalam pemakaian kloroform karena
kloroform berbau tajam yang dapat merusak hati (Basri, 2003: Daintith,
1994).

3.2.4 Toluena ( CH3C6H5)


Senyawa aromatik merupakan turunan benzena berbentuk cair dan tak
berwarna , serta mudah terbakar. Diperoleh dari pengolahan minyak bumi
digunakan untuk bahan bakar pesawat terbang, untuk pembuatan fenol
dan sebagai pelarut cat dan resin. Mempunyai titik leleh -94C dan titik
didih 111C (Mulyono, 2006).

3.3 Cara Kerja


Langkah yang dilakukan adlah yang pertama viskometer diletakkan pada
posisi vertikal. Cairan (akuade,kloroform, toluena dan aseton) dipipet
sejumlah tertentu ( 10-15 ml) dalam reservoir A sehingga jika cairan ini
dibawa ke reservoir B dan permukaannya melewati garis m, reservior A
kira-kira masih terisi setengahnya.
Dengan dihisap atau ditiup (melalui sepotong karet) dibawa cairan B
sampai sedikit diatas garis m, kemudian dibiarkan cairan mengalir secara
bebas. Dicatat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan dari m ke n.
Pengerjaan ini dilakukan bebepara kali. Kemudian ditentukan massa
cairan pada suhu yang bersangkutan dengan piknometer. Semua
pengerjaan dilakukan untuk cairan pembanding (akuades) dengan
penggunaan viskometer yang sama.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data pengamatan


No

1.

2.

3.

4.

Cairan

Akuad
es

Aseton

Klorofo
rm

Toluen
a

Wak
tu

Mas
a
sam
pel

30C

35C

40C

45C

05.0

05.1

04.9

04.7

05.1

05.0

04.9

04.9

05.1

05.0

05.0

04.6

04.5
9

04.1

03.8

03.8
8

03.4
2

04.0

03.8

03.9

04.8
6

04.0

03.8

03.9

03.7

03.6

03.7

03.7

03.6

03.8

03.8

03.7

03.8

03.7

03.7

03.8

04.7

04.8

04.6

04.5

05.0

04.6

04.3

04.6

05.0

04.6

04.4

04.3

30C

35C

40C

45C

25,7

25,6

25,6

25,6

23,5

23,5

23,4

23,4

29,9

29,9

29,9

29,8

24,2

23,9

24

24,2

4.2 Pembahasan
4.2.1. Analisis prosedur
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahanapabil
a dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu
menjadi viscousyaitu menjadi
lunak dan dapat mengalir pelan. Dalam percobaan ini diamati pengaruh
viskositas cairan terhadap fungsi suhu. Dari pengamatan yang dilakukan
dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar suhunya maka semakin
cepat laju alirnya dan semakin besar nilai viskositas maka semakin lama
waktu alirnya.
Percobaan viskositas cairan ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan
zat cair dengan metode ostwalt dan untuk menyelidiki pengaruh suhu
terhadap kekentalan zat cair. Prinsipnya adalah membandingkan
viskositas fluida dengan cairan pembanding, disini yang bertindak sebagai
cairan pembanding adalah akuades. Alasan digunakan akuades karena
viskositas akuades sudah ada standar satuannya.
Prinsip dari metode oswald adalah sejumlah tertentu cairan dimasukkan
ke dalam A, kemudian dengan cara mengisap atau meniup cairan dibawa
ke B, sampai melewati garis m. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir
secara bebas dan diukur waktu yang diperlukan untuk mengalir dari
garis m ke n. Gambar dapat dilihat di rangkaian alat.
Pada percobaan ini pertama-tama, diletakkan viskometer pada posisi
vertikal. Dipipet sejumlah tertentu (10-15ml) cairan (akuades, kloroform,
toluena dan aseton) yang telah dipanaskan dengan variasi suhu. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat
cair. Lalu di masukkan larutan ke dalam reservoir A sehingga jika cairan ini
dibawa ke reservoir B dan permukaannya melewati garis m, reservior A
kira-kira masih terisi setengahnya. Jangan sampai terisi terlalu penuh
karena cairan dapat tumpah ketika di hisap. Dengan dihisap, cairan B
dibawa sampai sedikit diatas garis m, kemudian dibiarkan cairan mengalir
secara bebas. Dicatat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan dari m ke
n. Setiap variasi suhu, dilakukan tiga kali pengaliran air secara bebas, jadi
waktu yang diperoleh ada tiga untuk lebih menambah keakuratan.
Setelah didapat waktunya, dapat ditentukan massa cairan pada suhu yang
bersangkutan dengan piknometer. Dilakukan semua pengerjaan untuk
cairan pembanding (akuades). Larutan sampel yang digunakan adalah
aseton, kloroform dan toluena, penggunaan ketiga larutan tersebut
karena memiliki viskositas (kekentalan) yag tidak jauh berbeda. Dalam
percobaan digunakan viskometer yang sama. Harus menggunakan

piknometer dan viskometer yang sama karena setiap alat itu berbedabeda massanya.

4.2.2. Analisis hasil


Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur dengan
menggunakan alat viscometer. Semakin tinggi viskositas suatu bahan
maka bahan tersebut akan makin stabil karena pergerakan partikel
cenderung sulit dengan semakin kentalnya suatu bahan. Nilai viskositas
berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu bahan yang artinya berkaitan
dengan nilai stabilitas emulsi bahan. Viskositas atau kekentalan dari
suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya
perlawanan terhadap gaya geser.
Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekulmolekul cairan. Suatu cairan dimana viskositas dinamiknya tidak
tergantung pada temperatur, dan tegangan gesernya proposional
(mempunyai hubungan liniear) dengan gradien kecepatan dinamakan
suatu cairan Newton. Perilaku viskositas dari cairan ini adalah menuruti
Hukum Newton untuk kekentalan.
Berat Jenis (specific weight) dari suatu benda adalah besarnya gaya
grafitasi yang bekerja pada suatu massa dari suatu satuan volume, oleh
karena itu berat jenis dapat didefinisikan sebagai: berat tiap satuan
volume. Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan pengukuran massa
jenis masing-masing zat yang akan dicobakan, yaitu aquades, aseton,
kloroform dan toluen, dengan suhu 30oC, 35oC, 40o C dan 45oC.
Percobaan ini dilakukan dengan menimbang piknometer kosong yang
bertujuan untuk mengetahui masa pikonometer kosong agar mengetahui
masa sampel ketika dimasukkan kedalam piknometer. Saat pengisian ke
dalam piknometer tidak boleh terdapat gelembung karena akan
mempengaruhi hasil penimbangan.
Dari hasil diketahui bahwa suhu berbanding terbalik dengan massa jenis
zat. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil massa jenis zat-nya. Hal ini
disebabkan karena ketika suhu mengingkat, molekul pada zat cair akan
bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya
molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan semakin
kecil.
Pada percobaan selanjutnya, zat cair yang telah ditentukan massa
jenisnya dimasukkan ke dalam viskometer dengan mengusahakan agar
tidak ada gelembung dalam viskometer. Hal ini bertujuan agar aliran
laminar tidak terganggu oleh adanya gelembung yang akan

mengakibatkan waktu yang diperoleh tidak sesuai dengan waktu yang


seharusnya.
Pada percobaan ini digunakan tiga jenis larutan dengan suhu yang
berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
viskositas zat cair.
Dari hasil analisis di atas, diperoleh bahwa methanol memiliki koefisien
viskositas lebih rendah debandingkan etanol. Selain itu dapat pula
diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas
semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam
larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun.Pada percobaan ini
kita menggunakan akuades sebagai pembanding. Hal ini dilakukan karena
akuades sudah memiliki ketetapan untuk nilai viskositasnya Hasil yang
didapat dari grafik yaitu semakin besar suhu maka akan semakin kecil
massa jenis zat-nya. Hal ini karena ketika suhu meningkat, molekul pada
zat cair akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul,
akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis akan
semakin kecil. Selain itu dapat pula diketahui bahwa semakin tinggi suhu
larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena pada
suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga
viskositasnya menurun. Molekul semakin merapat sehingga molekulmolekul pada tiap bahan berkumpul dan menyebabkan massa memadat
karena suhu yang digunakan kecil.Selain itu juga terjadi interaksi di
antara molekul-molekul zat yang melibatkan ikatan hidrogen
yang menyebabkan jarak antar molekul juga semakin kecil.
Percobaan ini menggunakan metode Oswald. Metode Ostwald yang diukur
adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah tertentu cairan untuk
mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat
cairan itu sendiri. Disini juga dapat ditentukan hubungan waktu alir
terhadap viskositas. Semakin lama waktu alir maka viskositas semakin
kecil. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin encer suatu zat cair maka
waktu alirnya akan semakin lama.
Nilai viskositas yang diperoleh pada suhu yang dingin antara aseton dan
etanol menunjukan bahwa nilai densitas air lebih besar apabila
dibandingkan dengan densitas aseton dan densitas etanol. Hal ini karena,
massa air lebih besar daripada massa etanol dan aseton.Dari hasil
perhitungan densitas pada setiap suhu dan bahan diperoleh nilai yang
densitas yang naik turun, terkadang densitas menunjukan kenaikan harga,
namun terkadang pula densitas menunjukan penurunan harga. Hal ini
dikarenakan massa yang diperoleh pada tiap bahan menunjukan angka
yang naik turun.

Viskositas dipengaruhi oleh gaya Van Der Waals. Gaya Van Der Waals
adalah gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol. Selain
itu juga dipengaruhi oleh energi ambang, yaitu sejumlah energi minimum
yang diperlukan oleh suatu zat untuk dapat bereaksi hingga terbentuk zat
baru.. Waktu yang dihasilkan cairan untuk mengalir bebas pun berbedabeda. Ini disebabkan karena proses antara pemanasan dan waktu
mengukur viskositas terlalu jauh. Bisa juga karena tingkat ketelitian yang
rendah karena pada percobaan ini kita menggunakan termometer untuk
mengatur suhu. Padahal agar suhu terjaga dengan baik, seharusnya di
gunakan thermostat.
Dari perhitungan yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa semakin
banyak waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir, maka
viskositas cairan tersebut semakin besar pula. Hsl ini berarti waktu yang
diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir sebanding atau berbanding
lurus dengan viskositasnya.
Dari percobaan diperoleh hasil percobaan yaitu densitas bahan
harga masing-masing viskositas tiap bahan dan grafik hubungan antara
1/T terhadap Ln . Dari harga densitas yang diperoleh pada suhu yang
dingin antara aseton, klooform dan toluena menunjukan bahwa nilai
densitas air lebih besar apabila dibandingkan dengan densitas aseton dan
larutan sampel lainnya. Hal ini karenakan, massa air lebih besar daripada
massa aseton dan lainnya. Dari hasil perhitungan densitas pada setiap
suhu dan bahan diperoleh nilai yang densitas yang naik turun,
terkadang densitas menunjukan kenaikan harga, namun terkadang pula
densitas menunjukan penurunan harga.
Hal ini dikarenakan massa yang diperoleh pada tiap bahan menunjukan
angka yang naik turun. Pada hasil percobaan diperoleh viskositas cairan
yang menunjukan bahwa semakin rendahnya suhu maka viskositas yang
diperoleh akan semakin besar. Hal ini
dikarenakan karena molekul semakin merapat sehingga molekul-molekul
pada tiap bahan berkumpul dan menyebabkan
massa memadat karena suhu yang digunakan kecil . Selain itu juga terjadi
interaksi di antara molekul-molekul zat yang melibatkan ikatan
hidrogen yang menyebabkan jarak antar molekul juga semakin kecil.
Dari percobaan diperoleh hubungan densitas dengan suhu, yakni
semakin besar suhu maka densitas yang diperoleh akan semakin mengecil
, hal inidikarenakan massa pada larutan akan berkurang akibat adanya pe
rgerakanmolekul pada larutan yang menyebabkan adanyainteraksi antar
molekul sehinggaterjadi gaya london yang menyebabkan jarak antar
molekul semakin besar. Dari percobaan dapat kita lihat bahwa, aseton
memiliki nilai viskositas yang lebih besar daripada etanol.

Hal ini dikarenakan densitas aseton yangdiperoleh memiliki jumlah yang


lebih besar daripada etanol.
Nilai A yang diperoleh besar, karena harga b yang diperoleh pun bermuata
n positif sehingga A yang diperoleh besar. Sedangkan nilai E
bermuatan negatif karena a yang diperoleh bernilai minus. Dari grafik
diperoleh grafik data yang linier.

Anda mungkin juga menyukai