Disusun Oleh :
A.
B.
C.
D.
E.
(1440231100082)
(1440231100072)
(1440231100081)
(1440231100049)
(1440231100046)
1.1.
Latar Belakang
Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa
Tengah. Salah satu sektor industri di Kabupaten Pati yang dapat menyerap
tenaga kerja adalah industri kecap. Dimana terdapat industri kecap yang
tersebar di 9 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Pati.
Kecamatan Juwana, Pati dan Tayu merupakan 3 kecamatan dengan jumlah
perusahaan industri kecap terbanyak, yaitu masing-masing 6 perusahaan
industri kecap. Dilihat dari jumlah tenaga kerjanya Kecamatan Pati, Tayu dan
Juwono memiliki jumlah tenaga kerja paling banyak. Jumlah tenaga kerja
pada industri kecap di Kecamatan Pati sebanyak 143 orang, sedangkan
Kecamatan Tayu sebanyak 56 orang serta Kecamatan Juwana sebanyak 24
orang tenaga kerja.
Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati tahun
2009 diketahui bahwa Kecamatan Pati memiliki distribusi persentase paling
besar, yaitu sebesar 54%, Kecamatan Tayu 21% dan Kecamatan Juwana
sebesar 9% dari total tenaga kerja pada industri kecap di Kabupaten Pati.
Berdasarkan data tahun 2009 Kecamatan Pati merupakan kecamatan yang
paling banyak terdapat industri kecap dengan 6 industri. Dengan banyaknya
jumlah industri di kecamatan tersebut juga berpengaruh terhadap banyaknya
jumlah tenaga kerja yang digunakan serta banyaknya kapasitas produksi yang
akan dihasilkan.
Dari 6 industri kecap yang tersebar di Kecamatan Pati tahun 2009
pada akhir tahun 2010 diketahui bahwa jumlah industri kecap di Kecamatan
Pati menjadi 2 industri. Berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan
diketahui bahwa faktor pemasaran merupakan faktor utama penyebab tidak
mampu berkembangnya industri kecap tersebut yang akhirnya menyebabkan
industri tersebut gulung tikar dan hanya tersisa 2 industri kecap, yaitu industri
kecap Ikan Lele dan Tiga Keong.
Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati tahun
2009 menunjukan bahwa jumlah tenaga tertentu yang seharusnya dapat
.3 Tujuan
1 Mengetahui seberapa besar pengaruh faktor upah terhadap produktivitas
tenaga kerja di industri kecap di kecamatan Pati kabupaten Pati Jawa
2
Tengah.
Mengetahui seberapa besar pengaruh faktor umur terhadap produktivitas
tenaga kerja di industri kecap di kecamatan Pati kabupaten Pati Jawa
Tengah.
Mengetahui seberapa besar pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap
produktivitas tenaga kerja di industri di kecamatan Pati kabupaten Pati
Jawa Tengah.
.4 Manfaat.
Hasil dari karya tulis ini dapat memberikan informasi kepada industri
mengenai produksinya agar dapat dijadikan bahan evaluasi kerja industrinya
serta
dapat
menambah
pengetahuan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi.
.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. pengaruh upah terhadap produktivitas tenaga kerja
Teori upah efisiensi yang dikembangkan oleh Cafferty (1990) meramalkan
bahwa apabila pekerja dengan mendapatkan upah yang tinggi maka dia dapat
memenuhi kebutuhan fisik minimum hidupnya, sehingga dengan demikian
apabila kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi maka pekerja akan berangkat
ketempat pekerjaannya dengan tenang, dan bagi pekerja sendiri dia akan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Identifikasi Variabel
3.1.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut
independent variable. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah upah,
tingkat pendidikan, dan usia.
3.1.1.1 Upah
Upah disini merupakan hasil atau timbal balik dari pekerjaan
yang dilakukan oleh para pekerja yang diterima setiap minggu
= koefisien regresi
X1 = upah
X2 = tingkat pendidikan
X3 = usia
=
Uji Statistik t
Langkah langkah Uji t adalah sebagai berikut :
a) Menentukan Hipotesis
H0 : 1 = 0 : suatu varibel independen tidak berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen.
Ha : 1 0 : suatu varibel independen berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen.
b) Menghitung nilai thitung
t= 1se
(1)
c) Mencari nilai kritis dari t tabel dengan mengetahui nilai df (degree of freedom)
yaitu (n-k).
d) Menentukan taraf nyata yaitu = 0,05
e) Keputusan menolak atau menerima H0 adalah sebagai berikut :
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
3.3.2 Asumsi 2
Pada asumsi ini bertujuan melihat apakah dalam pengumpulan data
primer bisa diterima kebenaranya atau tidak adanya keraguan dari
responden dalam memberikan informasi dan tidak berubah-ubah
informasi setiap kali dilakukan observasi jika terdapat data tersebut maka
data harus dihilangkan tidak bisa digunakan untuk sebuah penelitian.
3.3.3 Uji zero mean of error disturbance
Untuk mengetahui bahwasanya nilai dari
(miu) adalah = 0.
3.3.4 Heteroskedastisitas
Adalah keadaan dimana faktor/variabel gangguan mempunyai variabel
yang tidak konstan. Pengujian gejala heteroskedasitas dapat dilakukan
dengan whitetest, yaitu meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas
dan perkalian variabel bebas. Pedoman dalam model whitetest adalah jika
BAB IV
ANALISIS DATA
1. Analisis Hasil Regresi
Data yang kami pakai dalam penelitian ini menggunakan data sekunder jadi
tidak memerlukan pengujian asumsi 2 karena asumsi ini hanya digunakan
untuk data primer.
3. Uji Zero mean of error disturbance
Dari tabel zero mean di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata = 0 atau
jika mendekati 0 maka bisa di asumsikan sebagai 0.
4. Heteroskedasticity
Pada tabel diatas probability dari obs*R-squared yaitu 0,0013 maka terkena
hetero. Kemudian dilakukan pengobatan dengan metode HAC.
5. Uji Autokorelasi
Pada data yang kami gunakan menggunakan data cross section sehingga tidak
diperlukan adanya uji autokorelasi.
6. Uji Zero Covariance
Dari tabel diatas diketahui bahwa semua probabilitas bernilai 1 pada semua
variabel, maka dapat dipastikan bahwa tidak ada hubungan antara dengan
variabel bebas.
7. Asumsi 7
Diketahui dari data tersebut bahwa semua data dari variable bervariasi atau
tidak ada data dari variable yang sama dengan variable lain.
9. Asumsi 9
Dalam penelitian ini kami mengambil variable dependent yaitu tingkat
produktivitas tenaga kerja dan variable independentnya yaitu upah, tingkat
pendidikan dan usia sudah sesuai berdasarkan teori yang menjelaskan
faktor-faktor penting yang mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga
kerja.
10. Uji Multikolinearitas
Suatu data dikatakan terindikasi terkena multikol apabila R-squared tinggi dan
probabilitinya tidak signifikan maka diperlukan uji korelasi. Dari hasil di atas
probabilitasnya yang signifikan ada dua variable yaitu upah dan tingkat
pendidikan maka dapat diartikan tidak terjadi multikoliniearitas pada data
tersebut sehingga tidak perlu di tes dengan matriks korelasi
BAB V
KESIMPULAN
1. Upah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas
tenaga kerja. Yang artinya jika tingkat upah mengalami kenaikan maka
produktivitas tenaga kerja juga akan mengalami kenaikan pula. Hal ini telah
sesuai dengan teori hubungan upah dengan produktivitas tenaga kerja yaitu
ketika upah naik maka produktivitas tenaga kerja juga akan naik.
2. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan, dengan
demikian jika tingkat pendidikan semakin tinggi maka produktivitas tenaga
kerja juga akan meningkat, dan hal ini sesuai dengan teori hubungan tingkat
pendidikan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu. 1999. Organisasi Dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktifitas.
Sarwoko. 2005. Dasar-dasar Ekonometrika. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sinungan,
Muchdarsyah. 2008. Produktifitas apa dan bagaimana. Jakarta: PT. Bumi Asksara.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta. Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi : teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada.