Anda di halaman 1dari 37

Laporan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan tenaga kerja di lingkungan kerja Bengkel

DI SUSUN OLEH :

1. Amelia Fitriana 1713201002

2. Devi 1713201009

3. Haslinda Pratiwi 1713201014

4. M Fariz Husaini 1713201021

5. Winda Senthya Mitrinas 1713201039

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU


JAMBI

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kami yang
berjudul“Pemberdayaan tenaga kerja di lingkungan kerja Bengkel” dapat disusun
sesuai dengan harapan. Laporan ini dapat dijadikan bahan sumber bacaan dan
merupakan sarana untuk kami sebagai menambah syarat untuk melengkapi tugas
dalam mata kuliah pemberdayaan masyarakat yang telah ditugaskan.Tugas ini
dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama Semua pihaksecara
langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dan
perhatiannya selama penyusunan Tugas ini.

Akhir kata, Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih
luas kepada penulis dan pembaca. Kamimengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah pemberdayaan masyarakat, anggota kelompok serta semua
pihakyang telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan dan semoga
segala bantuan yang telah diberikan semua pihak menjadi amalan yang
bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan laporan ini menjadi
informasi yang bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.
Walaupunlaporan ini masih jauh dari sempurnaoleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
laporan ini.

Juni 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................3
1.4 Manfaat penulisan...........................................................................3

BAB II Pembahasan

2.1 Definisi pemberdayaan masyarkat ................................................4


2.2 Tujuan pemberdayaan masyarakat ................................................4
2.3 Pemetaan Berdasarkan Kelompok Pekerja, Jenis Usaha/Bidang
Kegiatan, Lokasi Kerja dan Cara Kerja...........................................8
2.4 Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Bahaya di
lingkungan kerja Bengkel..............................................................15
2.5 Pos ukk ( pmk 100 ttg pos ukk terintegrasi )................................24

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan....................................................................................46

3.2 Saran..............................................................................................47

Daftar Pustaka.....................................................................................48

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemberdayaan merupakan suatu cara atau teknik untuk mendorong


individu / masyarakat untuk berubah perilakunya dari perilaku hidup tidak sehat
menjadi perilaku hidup sehat agar terhindar dari penyakit, resiko dan bahaya yang
ada. saat melakukan pemberdayaanseorang fasilitator/sanitarianmenyentuh
perasaan, perilaku dan hati individu / masyarakat agar mau melakukan perubahan.
Pemberdayaan dapat dilakukan dimana saja di lingkungan desa maupun di
lingkungan tenaga kerja salah satunya di bengkel. Bengkel merupakan salah satu
lingkungan kerja yang memiliki jenis bahaya kesehatan yang beragam, mulai dari
faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial. Berbeda halnya dengan
bahaya keselamatan, dampak bahaya kesehatan tidak dapat langsung
terlihat.Penyakit yang diakibatkan oleh bahaya kesehatan lebih banyak
berkontribusi dalam kematian dibandingkan dengan bahaya keselamatan. Hal ini
terlihat dari data International Labour Organization (ILO) yang menyatakan
bahwa setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena
penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi
dari 250 juta kecelakaan, dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat
kerja dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan
baru setiap tahunnya. Sementara data dari Dewan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional (DK3N), setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja,
160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja.Dengan melihat angka kejadian
tersebut, perlu adanya upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
akibat kerja pada pekerja, salah satunya adalah dengan melakukan penilaian risiko
kesehatan. Penilaian risiko kesehatan terdiri dari identifikasi bahaya, penilaian
exposure, penilaian risiko, serta penentuan prioritas tindakan pengendalian
terhadap bahaya.

Bengkel menyediakan pelayanan dalam bentuk perbaikan, pengecatan,


pengelasan serta perawatan kendaraan. Penggunaan teknologi dalam setiap

1
kegiatan di bengkel, selain membantu dalam pekerjaan, tidak jarang juga dapat
menimbulkan pengaruh buruk apabila tidak dikelola dengan baik. Bahaya
kesehatan di lingkungan kerja dapat dilihat dari awal proses kegiatan
perbengkelan hingga akhir kegiatan.Berdasarkan studi literatur, bahaya kesehatan
yang dapat muncul di lingkungan kerja bengkel yaitu bising dan getaran untuk
faktor fisik, penggunaan thinner pada proses pengecatan untuk faktor kimia,
sanitasi lingkungan untuk faktor biologi, dan adanya bahaya ergonomi, serta stress
kerja untuk faktor psikosial. Bahaya yang dapat muncul di lingkungan kerja
memiliki batasan yang perlu diperhatikan, yang sering disebut Nilai Ambang
Batas (NAB).

Nilai Ambang Batas (NAB) untuk setiap bahaya pun berbeda-beda


berdasarkan regulasi yang telah ditetapkan suatu negara.Setiap bahaya yang ada di
lingkungan kerja tidak diperbolehkan melampaui Nilai Ambang Batas (NAB)
yang telah ditentukan karena sangat berbahaya bagi kesehatan pekerja.Menjamin
kesehatan pekerja berbanding lurus dengan meningkatnya produktivitas kerja
sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.Untuk mencapai hal
tersebut, perlu adanya pengendalian khusus untuk menangani bahaya-bahaya yang
ada di lingkungan kerja.Namun, sebelum menetapkan pengendalian bahaya yang
tepat perlu dilakukannya penilaian risiko.Penilaian risiko kesehatan adalah suatu
alat yang digunakan untuk mengetahui bahaya dan dampaknya terhadap kesehatan
di tempat kerja dengan melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko, serta
pengendalian. Untuk itulah perlu adanya pemberdayaan di lingkungan kerja
bengkel untuk mengendalikan resiko dan bahaya yang ada.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang harus dibahas dalam


laporan ini adalah
 bagaimana melakukan pemberdayaan di lingkungan kerja bengkel?
 Apa saja resiko dan bahaya yang terdapat di lingkungan kerja bengkel?
 Bagaimana pengendalian resiko dan bahaya yang ada?

2
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah pemberdayaan masyarakat dan untuk memperluas pengetahuan tentang
pemberdayaan tenaga kerja di lingkungan bengkel dengan melakukan penilaian
resiko serta pengendaliannya.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan laporan ini adalah menambah pengetahuan penulis
dan pembaca mengenaipemberdayaan tenaga kerja di lingkungan bengkel dengan
melakukan penilaian resiko dan pengendaliannya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemberdayaan Masyarakat


Menurut Rappaport (1985) Pengertian pemberdayaan masyarakat ini
merupakan sekumpulan praktek serta kegiatan yang kemudian diungkapkan di
dalam bentuk simbol simbol. Simbol tersebut kemudian mengomunikasikan
mengenai suatu kekuatan yang tangguh untuk dapat mengubah hal yang ada
didalam diri(inner space), orang lain yang dianggap penting serta juga masyarakat
kita. menurut Sumodiningrat (1999) Arti pemberdayaan masyarakat (society
empowerment) ini merupakan suatu agenda konsep serta pembangunan yang
mendukungan kemampuan masyarakat. Tujuan yang kemudian diharapkan di
dalam pemberdayaan ini ialah untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang
mandiri, baik itu di dalam bidang pendidikan, ekonomi, ataupun juga di dalam
bidang industri.

2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Mardikanto (2014:202) Terdapat 6 tujuan dari pemberdayaan


masyarakat, diantaranya :

1. Perbaikan Kelembagaan (Better Institution)


Dengan perbaikan ini maka kemudian diharapkan dapat atau bisa
memperbaiki kelembagaan serta pengembangan jejaring kemitraan usaha.
2. Perbaikan Usaha (Better Business)
Perbaikan pendidikan (semangat di dalam belajar), diperbaikinya unsur
aksesbisnislitas, aktivitas serta juga perbaikan pada kelembagaan, yang
diharapkan kemudian dapat atau bisa memperbaiki bisnis yang dijalankan.
3. Perbaikan Pendapatan (Better Income)
Dengan adanya perbaikan bisnis tersebut kemudian diharapkan ada suatu
perbaikan pendapatan yang diperoleh, dan juga pendapatan keluarga
maupun masyarakat.
4. Perbaikan Lingkungan (Better Environment)
Perbaikan tersebut kemudian diharapkan dapat memperbaiki lingkungan

4
baik itu secara fisik atau juga sosial, disebabkan karna biasanya kerusakan
lingkungan tersebut disebabkan oleh kemiskinan atau juga penghasilan
terbatas.
5. Perbaikan Kehidupan (Better Living)
Tingkat pendapatan serta keadaan lingkungan yang membaik, diinginkan
dapat atau bisa memperbaiki kondisi kehidupan dari tiap-tiap keluarga
masyarakat.
6. Perbaikan Masyarakat (Better Community)
Kehidupan yang lebih baik akan terdukung apabila lingkungan fisik serta
sosialnya yang ada pun akan menjadi lebih baik, hal tersebut kemudian
diharap dapat terwujud dengan kehidupan masyarakat yang juga lebih baik

Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

 Prinsip Kesetaraan

Prinsip yang paling utama dan yang wajib dipegang di dalam proses
pemberdayaan masyarakat ini adalah adanya kesetaraan/kesejajaran kedudukan
diantara masyarakat itu dengan lembaga, yang kemudian melaksanakan beberapa
program pemberdayaan masyarakat, baik itu laki-laki atau juga perempuan.
Dinamika yang dibangun ini merupakan ketertarikan kesetaraan di dalam
pengembangan mekanisme dari pengalaman, pengetahuan serta juga keahlian
antara satu sama lainnya. Masing-masing itu kemudian saling mengakui kelebihan
serta kekurangan sehingga kemudian terjadi proses saling belajar.

 Prinsip Partisipasi

Program pemberdayaan yang dapat atau bisa menstimulasi kemandirian


masyarakat ialah program yang sifatnya partisipasif, dilakukan, diawasi,
terencana, serta dievaluasi oleh masyarakat. Namun untuk sampai ke tingkat
tersebut kemudian memerlukan waktu serta juga proses pendampingan yang
mengikutsertakan pendamping, yang kemudian memiliki komitmen tinggi pada
pemberdayaan masyarakat.

5
 Prinsip Keswadayaan Atau Kemandirian

Prinsip ini kemudian menghargai serta juga mengutamakan kemampuan


masyarakat itu dibanding bantuan dari pihak lain. Konsep terseh8tmtak
memandang orang miskin yakni sebagai objek yang tak mempunyai suatu
kemampuan (the save not), melainkan dengan sebagai subjek yang pasti memiliki
kemampuan sedikit (the have litte). Mereka mempunyai kemampuan di dalam
menambung pengetahuan yang mendalam mengenai masalah usahanya, tahu
tentang kondisi geografisnya, memiliki tenaga kerja serta kemauan dan juga
memiliki norma bermasyarakat yang telah atau sudah lama dipatuhi. Seluruhnya
itu harus digali serta menjadi modal dasar di dalam proses pemberdayaan.
Bantuan dari pihak lain ini sifatnya materiil yang kemudian harus dilihat sebagai
penunjang, sehingga pemberian bantuan tersebut tak membuat lemahnya tingkat
keswadayaan.

 Prinsip Berkelanjutan

Program pemberdayaan tersebut juga harus dirancang agar dapat berkelanjutan,


meskipun pada awalnya peran pendamping itu lebih dominan dari masyarakat
sendiri. Namun dengan perlahan serta pasti, peran pendamping tersebut kemudian
akan semakin berkurang. Serta pada akhirnya hilang disebabkan karna masyarakat
sudah mampu untuk mengelola aktivitasnya sendiri

2.1 Komposisi tim fasilitasi di komunitas :

LEAD FASILITATOR DEVI

CO FASILITATOR WINDA SENTHYA MITRINAS

CONTENT RECORDER
M FARIZ HUSAINI

6
PROSES
HASLINDAH PRATIWI
FASILITATOR

ENVIRONMENT
AMELIA FITRIANA
SETTER

Ket :
 Lead facilitator adalah fasilitator utama atau memimpin alur untuk
mempermudah alur pemberdayaan masayrakat
 Co fasilitator adalah perwakilan atau pembantu fasilitaor utama dalam alur
pemberdayaan masyarakat
 Content recorder adalah orang yang merekam dalam proses pemberdayaan
masyarakat
 Process fasilitator adalah orang yang menjaga dan mengontrol alur dan
waktu dala proses pemberdayaan masyarakat
 Environment setter adalah penataan suasana fasilitasi dan menjaga suasana
fasilitasi agar tetap kondusif dalam proses pemberdayaan masyarakat

2.2 Bahan pemberdayaan / alat bantu peraga

Pengelasan pengecatan Mengganti Mengganti oli


kelistrikan
mobil

7
1. Pengelasan
Pengelasan adalah proses atau cara perbuatan menyambung besi dengan
cara membakar secara teknik pegelasan itu di definisikan sebagai sebuah
kegiatan menyambung logam dengan pengelasan pada berbagai bentuk
dan posisinya. Untuk mengelas pada mobil pun kita tidak boleh
sembarangan ngelas karena pada proses ini kita harus teliti dan harus tau
apa saja yang kekurangan pada mobil tersebut sehingga kita dapat
mengelas pada mobilnya dan juga kita harus mempunyai alat dan
safetynya untuk mengelas.
Alat alat yang di butuhkan untuk mengelas mobil
1) mesin las
secara garis besar mesin las di bagi menjadi dua jenis yaitu mesin las arus
searah (dc weldingmachine) dan mesin las arus bolak balik(ac welding
machine)
2) kabel las

ada dua kabel yang di gunakan pada mesin las yaitu kabel primer dan
kabel sekunder. Kabel primer (primary powe cable) merupakan kabel yang
berfungsi untuk menghubungkan mesin las dengan sumber tenaga.phasa
pada mesin las berbeda beda dan jumlah phasa pada mesin las harus di
sesuaikan dengan jumlah kawat inti yang terdapat pada kabel primer di
tambah satu kawat yang berfungsi sebagai penghubung mesin las dan
masa tanah (grounding). Sedangkan kabel sekunder adalah kabel kabel
yang di gunakan untuk proses pengelasan. Kabel sekunder terdiri dari dua
kabel yang masing masing di hubungkan dengan penjepit (holder) benda
kerja dan penjepit (tang) elektroda. Kabel kabel sekunder ini harus mudah
di tekuk atau di gulung (tidak kaku). Kabel yang di gunakan untuk
mengelas harus sesuai dengan kapasitas arus maksimum mesin las.

8
3) Tang las

Tang las berfungsi untuk menjepit elektroda. Pembuatan tang las tidak
sembarangan dan harus di buat dengan bahan yang berisolasi tahan panas
serta arus listrik.

4) Klem masa

Klem masa/penjepit di gunakan untuk menghubungkan meja kerja dll ke


kabel massa sebaiknya di gunakan bahan untuk klem massa/penjepit sama
dengan bahan yang di gunakan pada tang elektroda.

Alat safety untuk mengelas


1) Pakaian kerja las atau apron
2) Sarung tangan las atau welding gloves
3) Sepatu las atau safety shoes
4) Helm las
5) Masker las
2. Pengecatan
Pengecatan adalah sebuah proses untuk membuat lapisan cat tipis atau bisa
di bilang cair atau bubuk di atas sebuah benda dan kemudian membuat
lapisan cat ini mengeras dengan cara mengeringkannya dan agar terlihat
lebih bagus pada mobilnya. pada proses pengecatan ini bukan
sembarangan di Cat karena untuk mengecat mobilnya kita harus ada alat
dan bahan bahannya yang di perlukan serta kita harus ada juga safetynya
supaya tidak terkena bahan kimia dari cat tersebut bahan yang di perlukan
untuk mengecat mobil adalah:

1. varnish/resin
2. aditif,pigmen,dan solvent/thiner
 Alat-alat untuk mengcat mobil
1) Perkakas
2) waher walder
3) co2 MIG
4) mixing machine

9
5) spot repair
6) polishing
 Alat safety untuk mengecat mobil
1) kacamata/goggles
2) respirator
3) particle mask/disposable
4) sarung tangan
5) sepatu keselamatan
6) baju teknisi dan topi
3. Mengganti kelistrikan pada mobil
1) Melepas baterai pada mobil bertujuan untuk perwatan baterai,penggantian
baterai dan melakukan perbaikan kendaraan yang perlu melepas baterai
2) Menggantikan baterai lama menjadi baterai baru
3) Melakukan bantuan starter akibat energi yang di simpan pada baterai tidak
cukup untuk melakukan starter

Alat safety untuk mengganti baterai mobil:


1) Menggunakan jas tertentu
2) Harus menggunakan masker
4. Menggantikan oli pada mobil
Setiap mobil pasti melakukan pergantian oli mesin yang berfungsi untuk
melumasi komponen dan kerja mesin mobil dan juga menjaga suhu mesin
mobil. Alat safety yang di gunakan untuk mengganti oli:
1. Jas tertentu supaya baju tidak terkena oli panas dll
2. Harus menggunakan masker supaya tidak terkena bahan kimia
3. Harus menggunakan sarung tangan supaya tidak terkena oli panas
2.3 Pemetaan Berdasarkan Kelompok Pekerja, Jenis
Usaha/Bidang Kegiatan, Lokasi Kerja dan Cara Kerja

Jenis usaha/ Jumlah


Bidang Pekerj Lokasi Kerja Cara Kerja
kegiatan a
1. Bahan kawat las harus
sesuai dengan bahan objek yang
akan dilas.

10
Pengelasan 12 2. Objek yang akan dilas
Jl. Kebun Handil sebaiknya diletakan pada tempat
No 1 RT .003 RW yang mendatar, sehingga
00 Jambi memudahkan welder untuk
mengelasnya.
3. Disarankan
menggunakan arus las DC,
karena DC tidak memercikan
api berlebihan sehingga mudah
untuk mengatur seberapa besar
atau kecilnya percikan itu
dibutuhkan. Dan juga
kebanyakan kawat las
membutuhkan arus DC.
4. Untuk melakukan
pengelasan, sebaiknya objek
yang akan dilas ditekan atau
dirapatkan. Sehingga saat
pengelasan tipis saja sudah
dapat merapatkan, menutup,
bahkan menyambungkan objek
tanpa harus memiliki bekas las
yang sangat tebal.
5. Pengaturan besarnya
arus sangat dibutuhkan, karena
jika arus terlalu kecil itu tidak
dapat mendapatkan hasil las
yang maksimal. Bahkan hasil
las tidak akan kuat, sehingga
kemungkinan hasil las akan
terlepas.
6. Jarak saat melakukan
pengelasan sebaiknya 2-3mm
dari objek, karena jika terlalu
dekat ataupun jauh. Hasil
pengelasan tidak akan
maksimal.
7. Disaat pengelasan
berjalan dan tiba-tiba welder
memutuskan untuk berenti,
sebelum memulai lagi
disarankan bersihkan kerak
pada hasil las dengan
menggetok-getokan palu kepada
objek pengelasan.
8. Hindari pendinginan
tiba-tiba setelah selesai
melakukan pengelasan,
contohnya disiram dengan air.
Ini sangat tidak dianjurkan,
karena beberapa bahan akan
mudah retak.

11
1. Membersihkan bagian
mobil yang ingin di cat, langkah
ini adalah langkah pertama
Pengecatan 13 dalam proses pengecatan. Guna
untuk membersihkan bagian
Jl. Kebun Handil yang ingin di cat dari debu dan
No 1 RT .003 RW kotoran yang menempel pada
00 Jambi bagian tersebut. Sehingga saat
akan melakukan langkah
berikutnya akan memiliki hasil
yang maksimal.
2. Pendempulan,
pendempulan ini adalah langkah
kedua dalam proses pengecatan.
Karena pendempulan ini akan
membantu meratakan antara
celah yang ingin di cat dengan
bagian bodi mobil yang masih
bagus disekitarnya.
Pendempulan ini juga tidak
dapat sembarang, karena hasil
pendempulan yang bagus akan
mempengaruhi hasil pengecatan
juga. Hasil pendempulan yang
bagus adalah pendempulan yang
terlihat padat, tidak terlihat
bolong – bolong. Akan tetapi
tetap merata dengan bodi
sekitarnya.
3. Amplas bagian yang
telah didempul, hal ini harus
dilakukan secara sangat teliti.
Karena saat pengamplasanpun
harus memastikan bahwa bagian
yang diamplas tersebut jangan
sampai terlalu tipis dan juga
jangan terlalu tebal. Setidaknya
sama rata dengan bagian sekitar
yang tidak harus di cat lagi.
Karena jika hasil pengamplasan
terlalu tipis ataupun masih tebal
hasil pengecatan pasti tidak
akan maksimal dengan ketidak
rataan bagian yang ingin dicat
dengan bodi sekitarnya.
4. Siapkan cat yang ingin
digunakan, saat sudah selesai
melakukan 3 langkah diatas
bengkel harus mempersiapkan
cat yang ingin digunakan,
Karena jangan sampai
membuang waktu dengan
kegiatan lain, akan tetapi jika

12
warna yang digunakan dengan
mobil pelanggan bengkel
tersebut tidak memiliki warna
tersebut bengkel cat tersebut
harus mencampurkan warna
yang mereka miliki agar
medapatkan warna yang sama
dengan warna mobil pelanggan.
Bengkel Tekno menggunakan
cat Roberlo asal Spanyol,
Roberlo adalah salah satu jenis
cat ternama yang sudah
diketahui dunia
5. Mulai memasuki
langkah pengecatan, sebelum
melakukan pengecatan sesuai
warna yang dibuthkan. Baiknya
semprotkanlah terlebih dahulu
warna untuk dasar pengecata.
Disarankan wara netral akan
tetapi tiak redup dan kusam.
6. Tambakan clear dan
compound, guna clear dan
compound sendiri adalah. Clear,
ini adalah bahan untuk
memberikan kesan mengkilat
pada suatu mobil yang telah
mendapatkan pengecatan ulang
untuk beberapa bagian bodi
mobil, dan compound adalah
untuk meratakan hasil
pengecatan ataipun sisa – sisa
cat yang kasar.
7. Setelah itu tunggu
sampai cat dan clear menyatu
dan menghasilkan bodi mobil
yang tetap mengkilat sembari
menunggu cat kering, setelah itu
barulah melakukan langkah
akhir.
8. Pemolesan, ini adalah
langkah akhir dari semua
langkah diatas. Pemolesan
berfungsi memberikan kesan
lebih mewah dan mengkilat
pada cat yang terdapat pada
bodi mobil.
Mengganti 14 Jl. Kebun Handil 1. Hidupkan mesin dan
listrik mobil No 1 RT .003 RW biarkan menyala selama proses
00 Jambi penggantian aki.
2. Siapkan battery charger
untuk menghindari gejala

13
menurunnya daya listrik pada
saat proses penggantian aki.
3. Kaitkan kabel battery
charger pada ujung kabel kepala
aki untuk memastikan daya
listrik tetap terjaga.
4. Kendurkan baut pada kedua
kutub aki dan angkat aki dengan
hati-hati.
5. Lebih aman lepas terlebih
dahulu terminal negatif baru
kemudian melepas terminal
yang positif.
6. Pasang aki baru yang sesuai
dengan spesifikasi.
7. Kencangkan baut pada
kedua kutub aki dan pastikan
aki terpasang dengan kuat.
8. Terakhir, lepaskan battery
charger.

1. Mobil dibawa ke lift untuk


Mengganti oli 15 Jl. Kebun Handil diangkat hingga mekanik
No 1 RT .003 RW memiliki ruang yang cukup
00 Jambi untuk membuka baut
pembuangan oli yang berada di
bagian mesin.
2. Siapkan bak penampungan
oli bekas dan letakkan tepat di
bawah lubang pembuangan oli
mesin.
3. Kemudian kendurkan atau
buka baut pembuangan oli.
4. Begitu baut oli terlepas, oli
mesin akan mengalir keluar dan
tunggu hingga habis atau tidak
ada oli yang menetes keluar dari
lubang pembuangan.
5. Setelah oli mesin habis
terbuang tutup kembali baut
pembuangan.
6. Turunkan mobil lalu buka
tutup oli dan tuangkan oli
mesin yang baru dan sesuai
spesifikasi mesin dan kapasitas
oli di mesin (umumnya sekitar 4
liter).
7. Kemudian cek volume oli
dengan dipstick, idealnya oli
berada di antara batas minimum
dan maksimum pada dipstick.
8. Jika volume oli sudah tepat,

14
tutup kembali lubang pengisian
oli dengan oli cap dan selesai

2.4 Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Bahaya di


lingkungan kerja Bengkel
Gangguan
Jenis
No Resiko Akibat Pengendalian
Pekerjaan
Kerja
1 Pengelasan Fisik :
1.Kebisingan Gangguan Kebisingan dapat dikontrol
kenyamanan, salah satunya dengan
dan penurunan pemakaian alat pelindung
daya dengar diri. Alat pelindung diri
sementara / yang digunakan adalah ear
menetap muff yang menutupi
seluruh telinga eksternal
dan dapat mengurangi
bising sampai 14 dengan
40-50 dB
2. suhu Efek fisik suhu pengendalian terhadap
adalah suhu lingkungan dilakukan
meningkatkan dengan pengendalian
denyut jantung, administratif dan
mudah pengontrolan terhadap
berkeringat, tidak kesehatan. Pengendalian
seimbang kadar administratif berupa
air dan garam pendidikan/pelatihan yaitu
dalam tubuh, dan instruksi kerja berupa
perubahan aliran penggantian cairan yang
darah di kulit. diakibatkan oleh
Efek psikis adalah lingkungan kerja yang
kemampuan kerja panas; safety talk 3 kali
yang berkurang, dalam seminggu; dan
mudah lelah, pengurangan pajanan area
konsentrasi kerja. Pengontrolan
berkurang terhadap kesehatan
dilakukan dengan
mengganti cairan dengan
air minum. Pengendalian
dengan mengganti cairan
dengan air minum dapat
mengembalikan keadaan
dehidrasi yang ditimbulkan
oleh lingkungan kerja yang
panas
3. getaran mengurangi Atur waktu istirahat agar
kapasitas kerja tidak terlalu sering terpapar
fisik dan getaran
menurunkan
kemampuan

15
otot
4.pencahayaa Pencahayaan
n yang kurang
dapat
menyebabkan
kelelahan mata
dengan
berkurangnya
daya dan efisiensi penambah penerangan
kerja mata, khusus di area kerja.
kelelahan Penambahan penerangan
mental,keluhan- dapat membantu
keluhan pegal di mengurangi efek buruk
daerah mata dan yang timbulkan oleh
sakit kepala di penerangan yang kurang
sekitar mata
5. radiasi Pajanan radiasi
ultraviolet dapat
menyebabkan
photokeratitis dan
conjungtivitis.
Nyeri pada mata,
keluar airmata,
tidak mampu Penggunaan alat pelindung
melihat sinar, diri berupa welding mask
kulit terbakar dan welding gloves.
merupakan tanda
telah terjadi
pajanan radiasi
yang dengan
panjang
gelombang 270-
280 nm
Apabila terhirup
oleh hidung dan
saluran
Kimia : pernafasan secara
Debu dan terus menerus Penggunaan apd berupa
asap las dapat masker
menyebabkan
penyakit
pernafasan

Ergonomi:
1. posisi Posisi kerja yang Pihak management
kerja yang salah dapat mengevaluasi stasiun kerja

16
salah
menimbulkan
yang biasa di tempati oleh
keluhan
pekerja pengelasan
penyakit dan
kemudian mengadakan
pegal – pegal
perombakan stasiun kejra
Meningkatkan
2. masa kerja guna untuk memperkecil
keluhan otot
yang terlalu keluhan otot yang ada.
pada pekerja
lama
Mengalami sakit
di tengkuk, bahu,
pinggang,
punggung,
pergelangan
tangan, lutut,
Pak
betis dan
(penyakit Di lakukan pemberdayaan
pergelangan kaki
akibat kerja) kepada pekerja bengkel
selain itu juga
pengelasan
bisa terkena
penyakit seperti
batuk, gatal pada
kulit dan mata,
mata perih dan
demam
Penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri) berupa
sengatan listrik, pakaian kerja, sepatu
Kak
tergores, luka keselamatan, helm,
(kecelakaan
terbuka, bahkan penyumbat telinga,
akibat kerja)
kematian pelindung wajah, topeng,
dan sarung tangan.

2 Pengecatan Kimia pada saat Penggunaan APD berupa


Kandungan pengecatan itu masker penutup mulut, agar
bahan kimia dapat pada saat pengecetan bahan
yang ada menyebabkan kita kimia yang terkandung
pada cat bisa menjadi didalam cet tidak langsung

17
pening dan terhirup
pernapasan
menjadi sesak
karena di dalam
cat itu terdapat
bahan kimia.
Pak Proses pengecatan Penggunaan apd berupa
(penyakit dapat masker serta
akibat kerja) menyebabkan mengupayakan pengadaan
pengecatan penyakit ruang khusus pengecatan
gangguan fungsi untuk meminimalisir
paru karena selalu kejadian rhinitis bagi
menghirup aroma pekerja bengkel
cat yang banyak
mengandung zat
kimia yang dapat
membuat
pekerjaan
terhambat. selain
itu, proses
pengecatan juga
dapat
mengakibatkan
penyakit rhinitis
atau radang
selaput lendir
pada hidung
peradangan ini
dapat
menyebabkan
rasa tidak nyaman
bagi pekerja
3 Kimia Pada saat proses Penggunaan apd berupa
pengecekan/peng sarung tangan
gantian air aki
apabila kontak

18
secara terus
menerus dapat
menyebabkan
penyakit dan
Mengganti iritasi pada kulit
kelistrikan Kecelakaan pada saat kita penggunaaan APD, berupa
mobil akibat kerja mengganti pakaian kerja, sepatu
(KAK ) kelistrikan pada keselamatan, helm,
mobil kita penyumbat telinga,
menyentuh kedua pelindung wajah, topeng,
konduktor pada dan sarung tangan )
rangkaian listrik
yang bertegangan
tinggi dampaknya
menghentikan
fungsi jantung
dan menghambat
pernapasan,gerak
an kita menjadi
spontan akibat
terkena arus
listrik dan dapat
menyebabkan kita
menjadi cedera
Ergonomi postur kerja saat Pengaturan waktu istirahat
melakukan
pengecekan/peng
gantian air aki,
terdapat 4 postur
dengan risiko
tinggi yaitu
punggung, bahu
kiri, siku kiri,
tangan dan
pergelangan

19
tangan kanan; 3
postur dengan
risiko sedang
yaitu leher, bahu
kanan, siku kiri,
serta tangan dan
pergelangan
tangan kiri; serta
1 postur dengan
risiko ringan yaitu
pada bagian kaki.
PAK Pada proses
(Penyakit penambahan air
akibat kerja) aki jika terus
kontak dengan aki
Penggunaan apd berupa
yang
sarung tangan
mengandung
bahan kimia dapat
menyebabkan
penyakit kulit

20
4 Mengganti Fisik: pada saat pekerja Penggunaan APD (Alat
oli mobil Pencahayaan mengganti oli Pelindung Diri) berupa
yang kurang mobil pekerja itu pakaian kerja, sepatu
ketika proses harus teliti keselamatan, helm,
penggantian melihat benda penyumbat telinga,
oli kecil serta pekerja pelindung wajah, topeng,
itu memerlukan dan sarung tangan.
cahaya lokal
karena kalo tidak
ada cahaya lokal
maka pekerja itu
terganggu dan
dapat
menyebabkan
mobil rusak dan
juga kita terkena
oli panas
Ergonomi saat penggantian Pengaturan waktu istirahat
oli terdapat
gerakan repetitif
yang dilakukan
lebih dari 2 kali
per menit dan
durasi posisi
statik yang lebih Penggunaan apd berupa
sarung tangan
dari 1 menit
sehingga
menyebabkan
keluhan otot
kimia
Penggunaan apd berupa
zat kimia yang sarung tangan
terdapat pada oli
dapat Menjauhkan bahan – bahan
yang mudah terbakar dan
menyebabkan
menyediakan APAR dan
kulit kering dan memastikan semua
peralatan yang di gunakan

21
pada efek jangka
pendek dapat
memberikan efek
pada otak seperti
pusing, mual dan
sakit kepala
sedangkan untuk
efek jangka
panjang dapat
Pak menyebabkan
(penyakit penyakit aman, serta teliti dalam
akibat kerja) pekerja yang bekerja

mengganti selalu kontak


oli dengan oli dapat
menyebabkan
KAK penyakit
(kecelakaan dermatitis kontak
akibat kerja) Dapat
Pada saat menyebabkan
proses ledakan dan
charging aki, kebakaran
dan
pengecekan
kelistrikan

2.5 ELEMEN PEMICU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA


PEDAGANG ASONGAN

22
Elemen pemicuan adalah peluru bagi seorang fasilitator yang digunakan
untuk memicu masyarakat untuk melakukan sebuah perubahan dengan membuat
komitmen

TABEL 2.8.1
TABEL ELEMEN PEMICUAN TUKANG BENGKEL

Elemen Pemicuan Penjelasan Alat P.R.A yang digunakan


Rasa Malu Jika tukang bengkel tidak Peta kondisi lingkungan
menggunakan APD dengan baik (mengexplore kondisi bengkel
dan benar maka berpotensi kuku saat para tukang bengkel
dan tangan kotor serta hitam bekerja)
akibat memperbaiki kendaraan dan
terkena bekas oli dan lainnya, Transect walk: Mengexplore
akibatnya merasa malu tukang bengkel yang tidak
memperdulikan penggunaan
APD saat bekerja

Form diskusi grup dengan alat


peraga (gambar APD) antar
tukang bengkel agar
mengetahui pentingnya
penggunaan APD saat bekerja

Takut Sakit Pengaturan jam bekerja bengkel dan Menayangkan video edukasi
jam istirahat (tentang pengaturan jam kerja
dengan jam istirahat)
jika tidak menggunakan APD dengan
benar menyebabkan cedera dan Mengajak para bekerja bengkel
lainnya untuk bermain menebak APD
dan fungsinya yang
Sakit jika tidak menggunakan APD, berhubungan dengan akibat dari
sakit jika terjadi kecelakaan kerja tidak menggunakan APD dan
menyimpulkan permainan
tersebut yang berkaitan dengan
pentingnya penggunaan APD

2.5 Pos ukk ( pmk 100 ttg pos ukk terintegrasi )

23
 Definisi Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK) Terintegrasi
Pos UKK merupakan wadah untuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
pada pekerja sektor informal yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat pekerja melalui pemberian pelayanan kesehatan dengan
pendekatan utama promotif dan preventif, disertai kuratif dan rehabilitatif
sederhana/terbatas (Kemenkes RI, 2015).
Pos UKK juga merupakan suatu wadah pelayanan kesehatan kerja yang
berada di tempat kerja dan dikelola oleh pekerja itu sendiri (kader) yang
berkoordinasi dengan Puskesmas (sebagai pembina) dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Pos UKK Terintegrasi adalah Pos UKK yang dalam pelaksanaan kegiatan dan
substansinya dipadukan dengan program atau kegiatan kesehatan lainnya yang
terdapat pada kelompok pekerja dan bentuk peran serta masyarakat dalam
melakukan kegiatan deteksi dini, pemantauan faktor risiko pada penyakit akibat
kerja dan kecelakaan kerja, pengendalian penyakit menular dan tidak menular,
pengendalian penyakit bersumber binatang, serta program gizi, kesehatan
reproduksi, kesehatan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan lingkungan, dan PHBS
yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.
 Tujuan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi Beberapa hal yang merupakan
tujuan dari pembentukan Pos UKK
menurut Depkes (2006) dibagi menjadi tujuan umum, dan tujuan khusus,
yaitu:
a. Tujuan Umum Mewujudkan masyarakat pekerja yang sehat dan produktif
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat pekerja tentang kesehatan
kerja;
2) Meningkatkan kemampuan masyarakat pekerja untuk menolong
dirinya sendiri;
3) Meningkatkan pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh
kader, masyarakat pekerja dan tenaga kesehatan yang terlatih
kesehatan kerja;

24
4) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat pekerja
terhadap risiko dan bahaya akibat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan;
5) Meningkatkan dukungan dari pengambil kebijakan terhadap Pos UKK;
6) Meningkatkan peran aktif lintas program dan lintas sektor terkait
dalam penyelenggaraan Pos UKK
 Manfaat pembentukan Pos UKK menurut Depkes (2006) terbagi bagi 4
penerima manfaat, yaitu:
a. Bagi Masyarakat Pekerja Permasalahan kesehatan kerja dapat dideteksi
secara dini, dan masyarakat pekerja dapat memperoleh pelayanan
kesehatan kerja yang dapat dijangkau
b. Bagi Kader Kesehatan
1) Kader mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan kerja;
2) Kader mendapatkan kebanggaan dapat berkontribusi pada masyarakat.

c. Bagi Puskesmas:

1) Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas;

2) Dapat mengoptimalkan fungsi Puskesmas utamanya pemberdayaan


masyarakat.

d. Bagi Sektor Lain:


1) Dapat memadukan kegiatan sektornya utamanya yang berkaitan dengan
kesejahteraan
2) Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih efektif dan
efisien.

 Strategi Pelaksanaan Kegiatan Pos UKK Terintegrasi Menurut Siagian (2004)

strategi adalah rencana yang disatukan, luas, dan berintegrasi yang


menghubungkan keunggulan strategis kegiatan dengan tantangan lingkungan,
yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari kegiatan dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat oleh pelaksana. Sedangkan menurut Mintzberg
(1998) pengertian strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah
terencana (a directed course of action) untuk mencapai serangkaian tujuan atau

25
cita cita yang telah ditentukan; sama halnya dengan konsep strategi perencanaan.
Strategi pelaksanaan kegiatan Pos UKK Terintegrasi menurut Kemenkes (2015)
agar mencapai keberhasilan program, yaitu:

a. Sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah, pihak legislatif, pemerintah


daerah serta pemangku kepentingan;
b. Peningkatan peran pemerintah dan masyarakat (profesi, dunia usaha,
pendidikan) dalam perencanaan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi;
c. Peningkatan jejaring kerja dengan melibatkan lintas program, lintas sektor
dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait baik di Pusat maupun
Provinsi, dan Kabupaten/Kota dan puskesmas;
d. Pendekatan integratif pada kelompok masyarakat pekerja;
e. Pemberdayaan masyarakat dengan melakukan survei mawas diri dan
musyawarah masyarakat kelompok pekerja;
f. Menstimulasi ketersediaan sarana dan prasarana di Pos UKK;
g. Peningkatan kemampuan dan keterampilan pada petugas kesehatan dalam
pengendalian faktor risiko penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja,
penyakit menular, penyakit tidak menular, gangguan kesehatan reproduksi,
gangguan kesehatan jiwa, masalah gizi, rendahnya PHBS, kurangnya
latihan/aktivitas fisik dan kebugaran jasmani;
h. Peningkatan upaya promosi kesehatan melalui metode penyuluhan dan
berbagai media komunikasi, informasi dan edukasi;
i. Penyebarluasan informasi, diantaranya melalui kajian berbasis bukti
ilmiah sesuai kearifan lokal, sistem informasi, pengumpulan data hasil
implementasi kegiatan dalam bentuk foto, gambar, data, tulisan, dan
dipublikasikan melalui berbagai media baik lokal, nasional maupun
internasional;
j. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan terintegrasi di Pos UKK dengan
kepersertaan dalam Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan
atau program Indonesia Sehat, dan kepesertaan dalam Jaminan
Ketenagakerjaan;
 Penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi Penyelenggaraan Pos UKK
Terintegrasi diatur dalam lampiran

26
Permenkes RI No. 100 tahun 2015 tentang Pos Upaya Kesehatan Kerja
Terintegrasi. Berdasarkan peraturan tersebut diketahui bahwa terdapat 6 poin
utama dalam penyelenggaraan Pos UKK Terintegrasi, yaitu: persyaratan
pembentukan, persiapan, penyelenggaraan, sistem rujukan, sarana & prasarana,
serta pembiayaan Pos UKK Terintegrasi
1. Persyaratan Pembentukan Pos UKK Terintegrasi Menurut Umar (2011)
persyaratan adalah suatu kondisi atau kemampuan yang harus dipenuhi
atau dimiliki oleh sistem, produk, layanan, hasil, atau komponen untuk
memenuhi kontrak, standar, spesifikasi, atau dokumen resmi lainnya.
Persyaratan dalam pembentukan Pos UKK Terintegrasi pada prinsipnya
sama dengan pembentukan Pos UKK yang ada selama ini, yaitu:
a. Dibentuk harus berasal dari keinginan pekerja sendiri;
b. Dibentuk harus dari jenis pekerjaan yang sama;
c. Dibentuk dalam kelompok pekerja yang sejenis berjumlah 10-50
orang pekerja;
d. Kader untuk tiap Pos UKK minimal 10% dari jumlah pekerja;
e. Kader berasal dari kelompok pekerja atau masyarakat.
 Jenis kegiatan di Pos UKK Terintegrasi terdiri dari:
 Promotif
1) Penyuluhan, konseling kesehatan kerja, penyakit tidak
menular, penyakit menular, gizi, kesehetan jiwa,
kesehatan reproduksi dan menyusui/ASI, kesehatan ibu,
kesehatan lingkungan, (PHBS), kesehatan olah raga.
2) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan kerja,
penyakit tidak menular, penyakit menular, gizi, kesehatan
jiwa, kesehatan reproduksi, kesehatan ibu, kesehatan
lingkungan, kesehatan olahraga, PHBS melalui media
KIE
3) Penimbangan tinggi badan dan berat badan
4) Aktivitas kebugaran bagi pekerja
5) Sarasehan intervensi menuju norma sehat dalam bekerja

27
6) Surveilans kesehatan kerja melalui pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, dan diseminasi sebagai
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk
menghasilkan informasi sebagai bahan pengambilan
keputusan
7) Pencatatan dan pelaporan
 Preventif
1) Inventarisasi jenis pekerjaan agar dapat mengetahui risiko
yang mungkin timbul (PAK dan KAK)
2) Pengenalan risiko bahaya di tempat kerja
3) Penyediaan contoh dan kepatuhan penggunaan Alat
Pelindung Diri
4) Mendorong upaya perbaikan lingkungan kerja seperti
perbaikan aliran udara, pengolahan limbah, perbaikan
ergonomi
5) Pengamatan jentik di lingkungan kerja
 Kuratif
Pelayanan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
Sederhana, Pelayanan Pertolongan Pertama pada Penyakit
(P3P) dan Pelayanan kuratif yang dapat diintegrasikan
dengan kegiatan Puskesmas keliling (Pusling)
 Rehabilitatif
Pelayanan rehabilitatif berupa pemulihan dengan alat-alat
sederhana
 Sarana dan Prasarana Pos UKK Terintegrasi
Untuk melaksanakan kegiatan Pos UKK Terintegrasi bias menggunakan
sarana yang tersedia (dalam ruang atau luar ruang) baik sendiri maupun gabungan
dengan usaha lain yang bisa difungsikan untuk tempat berkumpul dan melakukan
kegiatan. Peralatan yang tersedia sekurangnya, terdiri dari:
a. Meja;
b. Kursi;
c. Timbangan badan;

28
d. Alat ukur tinggi badan;
e. Tensimeter digital;
f. Alat ukur lingkar perut;
g. Lampu senter;
h. Kotak P3K dan isinya (P3K kit);
i. Media KIE;
j. Alat tulis dan buku untuk pencatatan pelaporan;
k. Obat bebas;
l. Contoh APD sesuai dengan jenis pekerjaan;
m. Buku panduan.
 Pembiayaan Pos UKK Terintegrasi
Pembiayaan dapat bersumber dari APBN, APBD dan sumber lain yang
tidak mengikat seperti dari partisipasi masyarakat pekerja dan
pengusaha/swasta sesuai peraturan yang berlaku; Sumber lain, seperti arisan,
koperasi, wirausahaan lain atau dana bergulir
 Contoh gambar kegiatan di pos ukk

29
30
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemberdayaan merupakan cara atau teknik untuk mendorong orang atau


sekelompok orang untuk merubah perilakunya dari yang tidak sehat menjadi
sehat, agar sehat secara rohani maupun jasmani. Melakukan pemberdayaan dapat
dilakukan pada lingkungan kerja manapun. Pemberdayaan masyarakat memiliki 3
tahap, yaitu: pra pemberdayaan, proses pemberdayaan, dan pasca pemberdayaan.

Dalam melakukan pemberdayaan dilingkungan kerja bengkel dengan cara


pembentukan komposisi fasilitator, alat bantu peraga atau bahan pemberdayaan,
pemetaan berdasarkan kelompok kerja, jenis usaha atau bidang kegiatan, lokasi
kerja dan cara kerja, dan mengidentifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
bahaya dilingkungan kerja. Dalam melakukan pemberdayaan dilingkungan kerja
bengkel, ada 4 bahan pemberdayaan atau alat bantu peraga peraga, yaitu:
pengelasan pengecatan mengganti kelistrikan mobil, dan mengganti oli.
Melakukan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian bahaya dilingkungan
kerja bengkel penting dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yang ada seperti
fisik, kimia dan ergonomi.

31
Pos ukk terintegrasi merupakan wadah untuk upaya kesehatan berbasis
masyarakat, pada pekerja sektor informal yang dikelola dan diselenggarakan dari
oleh untuk dan bersama masyarakat pekerja. Salah satu alasan dibentuknya pos
ukk terintegrasi ialah setiap tempat kerja memiliki potensi bahaya yang dapat
berdampak buruk bagi pekerja. Dalam Permenkes no 100 tahun 2015
penyelenggaraan pos ukk terdapat 3 tingkat yang memiliki peran penting dalam
persiapan pos ukk, yaitu provinsi, kabupaten atau kota, dan puskesmas. Jenis
kegiatan pos ukk berupa promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

3.2 SARAN

Laporan ini memang diakui banyak kekurangan terkait dengan pembahasan yang
kurang mendalam dalam beberapa bagian. Berikut ini beberapa saran yang terkait
dengan laporan pemberdayaan pada lingkungan kerja bengkel:

 Disarankan untuk kebutuhan pembuatan laporan selanjutnya agar lebih


baik dan mendalam.
 Pemberdayaan masyarakat penting dilakukan agar pekerja aman dan
selamat. Hal itu perlunya peran dari provinsi, kabupaten atau kota, dan
puskesmas untuk mengadakan pemberdayaan masyarakat dan
pembentukan pos uk

32
DAFTAR PUSTAKA

Lestari mona, dkk. 2017.Penilaian risiko kesehatan kerja di bengkel auto 2000.
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 8(3):145-159.
Jalajuwita N.R, Paskarini I. 2015. Hubungan posisi kerja dengan keluhan
muskuloskeletal pada unit pengelasan pt x bekasi. The indonesian journal of
occupational safety and health. 4(1):33-42.
Husaini, dkk. 2017. Faktor penyebab penyakit akibat kerja pada pekerja las.
Jurnal mkmi. 13(1):73-79.
Gerem, M. K., Grogol, K., & Cilegon, K. (2018). PEMETAAN MASALAH DAN
PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM KESEHATAN PADA
MASYARAKAT KELURAHAN GEREM, KECAMATAN GROGOL,
KOTA CILEGON Suci Pujiati. 6(2).
Kesehatan, U., Terintegrasi, K., Lembaran, T., & Republik, N. (2016). BERITA
NEGARA. (78).
Sunita R, Meinisasti R. 2019. PROFIL BIERNACKI REACTION PADA
PEKERJA CAR PAINT DI BENGKULU PROFILE OF BIERNACKI
REACTION IN CAR PAINT WORKERS IN BENGKULU. Journal of
Nursing and Public Health. 7 (2):87-91

33
Puspita D, dkk. 2017. ANALISIS POSTUR KERJA TERHADAP KELUHAN
MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA
MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR X SEMARANG. JURNAL
KESEHATAN MASYARAKAT. 5(5):126-133

34

Anda mungkin juga menyukai