Anda di halaman 1dari 3

1.

Geologi Daerah Penelitian


1.1 Geomorfologi
Daerah penelitian yang masuk pada wilayah Kecamatan Salaman yang terletak pada
koordinat 07o 31 00 LS - 07o 39 00 LS dan 110o 06 30 BT - 110o 09 40 BT
yang berbatasan dengan Kecamatan Borobudur berada di Pegunungan Menoreh
merupakan bagian dari kelompok Pegunungan Kulon Progo. Pegunungan Menoreh
terdiri dari daerah perbukitan dan daerah dataran, Kota Salaman dan Borobudur
merupakan daerah dataran sedangkan Desa Kalirejo, Ngargoretno, Paripurno,
Giritengah dan Giripurno berada di daerah perbukitan. Morfologi daerah penelitian
merupakan derah perbukitan dengan lereng sedang sampai curam, bergelombang sedang
sampai kuat dengan kemiringan lereng berkisar antara 16 50 0 dengan ketinggian berada
antara 481 570 m di atas permukaan laut serta mempelajari litologi intrusi dasit dan
andesit.

1.2 Stratigrafi
Daerah penelitian yang merupakan bagian sebelah timur dari Pegunungan Serayu Selatan,
secara stratigrafis termasuk ke dalam stratigrafi Pegunungan Kulon Progo. Unit stratigrafi
yang paling tua di daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal dengan Formasi Nanggulan,
kemudian secara tidak selaras di atasnya diendapkan batuan-batuan dari Formasi Kaligesing,
Formasi Dukuh, Formasi Jonggrangan dan Formasi Sentolo.

Figure 1 Peta Geologi Daerah Penelitian (Skala 1:25.000)

2. Potensi Bahan Galian di Kabupaten Magelang


Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki
potensi bahan galian dengan lokasi yang tersebar di beberapa 28 kecamatan. Potensi bahan galian
yang ada di Kabupaten Magelang antara lain : Marmer, Batu Gamping,Trass, Tanah liat, Kaolin,
Mangaan, Oker, Andesit, Pasir dan Batu (sirtu). Dalam kasus ini, bahan galian di Kecamatan
Salaman adalah marmer merah.

Figure 2 Peta Lokasi Penyebaran Marmer di Giripurno (Skala 1:15.000)


3. Potensi Marmer di Kabupaten Magelang
Marmer merupakan bahan galian yang terjadi dari batugamping ataupun dolomit yang telah
mengalami metamorfosa. Proses metamorfosa berlangsung sebagai akibat adanya tekanan dan
temperatur yang tinggi pada batugamping tersebut sehingga terjadi rekristalisasi. Kuat tekan
marmer berkisar antara 1200 kg/cm2 3000 kg/cm2 sehingga dapat digunakan sebagai ubin ( wall
tile maupun floor tile), meja, patung, pilar, perangkat toilet.
Di Kabupaten Magelang, endapan marmer dapat dijumpai di Kecamatan Salaman yang tepatnya
pada koordinat 07o 37 30 LS dan 110o 09 30 BT. Mineral/bahan galian yang sudah
digali/dieksploitasi sebagian besar belum/tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu, bahan
tambang yang dijual masih dalam bentuk row material/bahan baku.
4. Legalitas Pertambangan Marmer
Pertambangan marmer (PT. Margola) telah memiliki Izin (SIPD) tetapi proses mendapatkan
izinnya tidak benar. Sesuai dengan UU No 22 tahun 1999 Otonomi daerah (Kewenangan
pemberian izin) dan Perda No 23 tahun 2001 tentang (Izin Usaha Pertambangan). Bahwa seluruh
izin dikeluarkan oleh Kabupaten (Bupati) dengan pertimbangan dewan serta mendapat
persetujuan dari Warga setempat. Tapi, nyatanya, izin PT Margola telah melanggar UU tersebut

dan PERDA No. 23 tahun 2001. Karena izin tersebut masih dikeluarkan oleh pihak propinsi. Hal
ini jelas menyalahi peraturan dan kebijakan PEMDA Magelang. Setelah dikeluarkannya UU Otda
dan PERDA tersebut, maka selambat-lambatnya 1 tahun harus sudah memperbaharuinya. Tapi,
nyatanya, hingga kini masih belum dilakukan.
5. Dampak Pertambangan Marmer bagi Masyarakat Sekitar
Warga sekitar area pertambangan mengkhawatirkan terjadinya longsor karena beberapa tahun
terakhir warga merasakan aktivitas penambangan yang dilakukan di bukit Menoreh menimbulkan
getaran dan memicu terjadinya tanah longsor.
Penambangan marmer yang dilakukan oleh PT. Margola sejak tahun 1988 silam telah
menimbulkan beberapa kali longsor yang menimbulkan korban berupa bangunan rumah
penduduk. Kejadian longsor tersebut terjadi sekitar tahun 2004, 2006 dan 2012. Wilayah area
penambangan tersebut memang wilayah yang rawan terhadap bencana longsor.

Anda mungkin juga menyukai