Modul 109 Tangki Berpengaduk PDF
Modul 109 Tangki Berpengaduk PDF
Pendahuluan
-1/34-
II. Tujuan
III. Sasaran
Halaman 2 dari 34
m
V
(1)
Vsol = n A VA + n B VB
(2)
Halaman 3 dari 34
Viskositas semua cairan dan larutan akan turun seiring dengan kenaikan
temperatur. Analisis kuantitatif pertama kali mengenai hal ini dilakukan oleh Poiseuille.
Dia menemukan bahwa viskositas air pada temperatur tertentu dapat dihubungkan dengan
viskositas pada 0 oC melalui persamaan empiris:
0
1 + T + T 2
(3)
Halaman 4 dari 34
Hal yang penting dari tangki pengaduk dalam penggunaannya antara lain:
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya cekung
2. Ukuran: yaitu diameter dan tinggi tangki
3. Kelengkapannya:
a. ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran di dalam tangki
b. jacket atau coil pendingin/pemanas yang berfungsi sebagai pengendali suhu
c. letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu
d. kelengkapan lainnya seperti tutup tangki, dan sebagainya.
Skema lengkap dari sebuah tangki berpengaduk sederhana ditunjukkan pada Gambar 2.
Halaman 5 dari 34
menimbulkan arus eddy yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut. Oleh sebab itu,
pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi pencampuran fasa
cair dengan tangki pengaduk.
Pencampuran yang baik akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi
pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi keefektifan proses pencampuran,
serta daya yang diperlukan.
Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:
1. Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu
putaran
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan
radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial menyebabkan
timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan dengan pemasangan
baffle atau cruciform baffle
3. Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk di
atas.
Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Propeller
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan
arah aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki
viskositas rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas
sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban head.
Dalam perancangan propeller, luas sudu biasa dinyatakan dalam
perbandingan luas area yang terbentuk dengan luas daerah disk. Nilai nisbah ini
berada pada rentang 0.45 sampai dengan 0.55.
Pengaduk propeler terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran
meninggalkan pengaduk secara kontinu melewati fluida ke satu arah tertentu
sampai dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki.
2. Turbine
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine
merupakan pengaduk dengan sudu tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk
jenis ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis
propeller [Uhl & Gray, 1966]. Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial dan
Halaman 6 dari 34
tengensial. Di sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran
yang kuat antar fluida.
Salah satu jenis pengaduk turbine adalah pitched blade. Pengaduk jenis ini
memiliki sudut sudu konstan. Aliran terjadi pada arah aksial, meski demikian
terdapat pule aliran pada arah radial. Aliran ini akan mendominasi jika sudu berada
dekat dengan dasar tangki.
3. Paddles
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudu,
horizontal atau vertical, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada
aliran fluida laminar, transisi atau turbulen tanpa baffle.
Pengaduk padel menimbulkan aliran arah radial dan tangensial dan hampir
tannpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah horisontal setelah
mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila digunakan pada
kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
a. Flate Blade
b. Curved Blade
c. Pitched Blade
Gambar 4 Tipe-tipe pengaduk jenis turbin
Halaman 7 dari 34
a. Standard
three
baldes
b. Weedless
c. Guarded
Gambar 5 Tipe-tipe pengaduk jenis propeler
a. Basic
b. Anchor
c. Glassed
Halaman 8 dari 34
Untuk menjamin keamanan proses, pengaduk dengan kecepatan lebih tinggi dari
400 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 200
cP, atau volume cairan lebih besar dari 2000 L. Pengaduk dengan kecepatan lebih besar
dari 1150 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari
50 cP atau volume cairan lebih besar dari 500 L. Kecepatan pengaduk ditentukan oleh
viskositas fluida dan ukuran geometri sistem pengadukan.
IV.7 Jumlah Pengaduk
Jumlah pengaduk yang digunakan ditentukan oleh viskositas fluida, diameter
pengaduk dan kedalaman fluida yang akan diaduk. Jumlah pengaduk yang umumnya
digunakan adalah 1 atau 2 buah pengaduk. Panduan dalam menentukan jumlah pengaduk
yang akan digunakan diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria penentuan jumlah pengaduk [Weber, 1963]
Satu Pengaduk
Dua Pengaduk
fluida dengan viskositas sedang dan
fluida dengan viskositas rendah
tinggi
dapat menyapu dasar tangki
untuk tangki yang dalam
kecepatan balik aliran tinggi
gaya gesek aliran lebih besar
ketinggian permukaan cairan dapat meminimalkan ukuran mounting
bervariasi
nozzle
Halaman 9 dari 34
Pada dasarnya terdapat 3 komponen yang hadir dalam tangki berpengaduk yaitu:
a. komponen radial pada arah tegak lurus terhadap tangkai pengaduk
b. komponen aksial pada arah sejajar (paralel) terhadap tangkai pengaduk
c. komponen tangensial atau rotasional pada arah melingkar mengikuti putaran
sekitar tangkai pengaduk.
Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan komponen
longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical shaft). Komponen
radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola aliran yang diperlukan untuk
aksi pencampuran (mixing action).
Pengadukan pada kecepatan tinggi ada kalanya mengakibatkan pola aliran
melingkar di sekitar pengaduk. Gerakan melingkar tersebut dinamakan vorteks. Vorteks
dapat terbentuk di sekitar pengaduk ataupun di pusat tangki yang tidak menggunakan
baffle. Fenomena ini tidak diinginkan dalam industri karena beberapa alasan. Pertama
kualitas pencampuran buruk meski fluida berputar dalam tangki. Hal ini disebabkan oleh
kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua udara dapat masuk dengan mudahnya
ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki jatuh hingga mencapai bagian atas
pengaduk. Ketiga, adanya vorteks akan mengakibatkan naiknya permukaan fluida pada
tepi tangki secara signifikan sehingga fluida tumpah. Upaya berikut ini dapat dilakukan
untuk menghindari vorteks, yaitu:
1. menempatkan tangkai pengaduk lebih ke tepi (off-center)
2. menempatkan tangkai pengaduk dengan posisi miring
3. menambahkan baffle pada dinding tangki.
IV.9 Draft Tube [Deddy, 2001]
Draft tube merupakan silinder ramping yang mengelilingi pengaduk dengan
diameter lebih besar dari diameter pengaduk. Alat ini digunakan untuk mengendalikan
arah dan kecepatan aliran serta sangat berguna untuk menghasilkan nilai shear pengaduk
yang tinggi. Penggunaan draft tube dengan pola aliran down-pumping menghasilkan pola
aliran kuat yang akan menyapu semua padatan dan menurunkan tingkat deposisi.
Dengan draft tube diharapkan partikel-partikel fluida mencapai path length yang
sama. Penggunaan draft tube menghasilkan peningkatan yang sangat signifikan dari
keseragaman aliran, terutama pada daerah dekat permukaan cairan. Tetapi, daya yang
dibutuhkan pada sistem pengadukan dengan draft tube lebih besar daripada sistem open
impeller. Walaupun demikian, jika sistem pengadukan dengan draft tube ternyata
Halaman 10 dari 34
menghasilkan pencampuran yang lebih baik, maka penggunaan draft tube tetap menjadi
pilihan utama.
Posisi pengaduk dalam draft tube ditentukan oleh jenis pengaduk yang
digunakan. Untuk pengaduk jenis turbine, pengaduk diletakkan di bawah draft tube. Tapi
untuk pengaduk jenis propeller, pengaduk diletakkan di dalam draft tube. Gambar 9
merupakan sketsa sederhana tangki berpengaduk dengan draft tube.
IV.10 Laju dan Waktu Pencampuran (Rate & Time for Mixing)
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk dengan
kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju
di mana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir [Coulson and
Richardson, 1999].
Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal,
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:
a. ada tidalnya baffle atau cruciform baffle
b. bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c. ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. laju putaran pengaduk
e. kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
1. jarak terhadap dasar tangki
2. pola pemasangannya:
-
center, vertikal
Halaman 11 dari 34
f.
horisontal
Halaman 12 dari 34
Jika faktor dimensi geometri dan bilangan Froude (DN2/g) diabaikan, maka
hubungan 2.5 dapat disederhanakan menjadi:
ND 2
= f (Re )
m = f
(4)
DT C J S W H
, , , , ,
D D D D D D
Dimana:
(5)
DT = diameter tangki
C = tinggi pengaduk dari dasar tangki
D = diameter pengaduk
H = tinggi cairan dalam tangki
J = lebar baffle
N = jumlah putaran pengaduk permenit
P = daya (power)
S = pitch dari pengaduk
W = lebar blade pengaduk
b.
Halaman 13 dari 34
Dua sistem yang sama secara geometri dapat dikatakan sama secara dinamik jika
perbandingan gaya-gaya yang bekerja pada sistem sama. Sedangkan kesamaan kinematik
terjadi jika kecepatan pada titik bersesuaian memiliki perbandingan yang sama.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan daya (power) P untuk pengadukan adalah
diameter pengaduk D, kekentalan cairan, kerapatan cairan, medan gravitasi g, dan laju
putar pengaduk N.
Maka secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
P = f (D ,, , g, N)
(6)
(7)
dimana K adalah konstanta, dengan analisa dimensi yang menggunakan dimensi M untuk
massa, L untuk panjang, dan T untuk waktu, maka:
b
ML2
M L M 1
= La .
. 2 . 3 .
3
T
LT T L T
(8)
D 2 .N
P
=
K.
D 5N 3
-b
DN 2
.
g
-e
(9)
Re =
D(ND ) D 2 N
=
(10)
Halaman 14 dari 34
v 2 (ND )
N2D
=
=
Dg
Dg
g
2
Fr =
(11)
Po =
P
N 3 D 5
(12)
= densitas fluida
: Po = a Re b Pr c
(13)
: Po = a Re b
(14)
dengan
Po = bilangan Power
Halaman 15 dari 34
Re = bilangan Reynold
Pr = bilangan Prandtl
a, b, c = konstanta eksperimental
Persamaan pertama dapat diubah menjadi:
ln Po = ln a + b ln Re
(15)
Dari hasil peneliti sebelumnya [Deddy, RSCE], hubungan antara Power dan
nisbah cair-padat disajikan pada Gambar 10 sedangkan hubungan antara bilangan
Reynold dan bilangan Power disajikan pada Gambar 11.
Tanpa TKS
L/S = 10
L/S = 8
L/S = 6
1000
100
10
1
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
Halaman 16 dari 34
impeller harus cukup tinggi agar dapat mencapai semua sudut tangki. Keturbulenan aliran
adalah akibat arus yang terarah baik serta gradien kecepatan yang cukup besar di dalam
zat cair. Sirkulasi dan pembangkitan keturbulenan aliran memerlukan energi, dan terdapat
hubungan antara pemasukan daya dan parameter perancangan bejana pencampur
berpengaduk.
Sketsa dimensi tangki dapat dilihat pada Gambar 12.
Agitator turbin pada prinsipnya adalah pompa impeller yang beroperasi tanpa
rumahan, dengan aliran masuk dan aliran keluar yang tidak terarah. Hubungan-hubungan
penentu untuk agitator turbin identik dengan hubungan untuk pompa sentrifugal. Jika
kecepatan tangensial zat cair merupakan fraksi k tertentu dari kecepatan di ujung daun,
maka
V' u 2 = k.u 2 = k. .D a .n
(16)
(17)
Profil vektor kecepatan pada ujung daun impeller ditunjukkan pada Gambar 13.
Halaman 17 dari 34
Ap diambil dari luas silinder yang terbentuk dari sapuan ujung daun impeller, atau:
Ap = .Da.W
Dimana:
(18)
(19)
(20)
(21)
Untuk impeller bergeometri sama W sebanding dengan Da, sehingga untuk nilai k dan 2
berlaku
q n.Da3
(22)
Rasio antara kedua besaran tersebut disebut angka aliran (flow number) NQ yang
didefinisikan sebagai:
NQ
q
3
n.D a
(23)
Untuk impeller turbin NQ adalah fungsi ukuran relatif impeller dan tangki. Untuk bejana
berpengaduk dan bersekat (untuk turbun rata berdaun 6 dengan W/Da = 1/5), nilai NQ
adalah 1.3. Untuk turbin berdaun rata, aliran total, diperkirakan dari waktu sirkulasi ratarata cairan yang terlatut adalah:
3 D
q = 0.92.n.Da . t
Da
(24)
Halaman 18 dari 34
Salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam merancang bejana pengaduk
adalah kebutuhan daya untuk memutar impeller. Bila aliran di dalam tangki adalah
turbulen, kebutuhan daya dapat diperkirakan dari hasil kali aliran q yang didapat dari
impeller dan energi kinetik Ek per satuan volume fluida. Besaran aliran q adalah:
q = n.Da3.NQ
(25)
Ek =
.(V'2 ) 2
2.g c
(26)
Kecepatan V2 sedikit lebih kecil dari kecepatan ujung u2. Jika rasio V2/u2 disimbolkan
dengan , maka V2 = ..n.Da, dan kebutuhan daya adalah:
3
P = n.D a .N Q .
P=
(..n.D a )2
2.g c
.n 3 .D a
gc
(27)
2 . 2
N Q
2
(28)
P.g c
2 . 2
=
NQ
5
2
n 3 .Da .
(29)
Ruas kiri persamaan tersebut dianamakan bilangan daya (power number) NP, yang
didefinisikan sebagai:
NP =
P.g c
5
n .Da . Q
3
(30)
Untuk menaksir daya yang diperlukan untuk memutar impeller pada kecepatan
tertentu, diperlukan korelasi empirik mengenai daya (bilangan daya). Bentuk korelasi
demikian didapatkan dari analisis dimensi, bila spesifikasi tangki, sekat, dan impeller
diketahui.Variabel-variabel yang dianalisis adalah dimensi penting tangki, sekat, dan
impeller, viskositas, densitas, dan kecepatan zat cair, serta fenomena vorteks yang terjadi
di permukaan cairan. Sebagian zat cair akan terangkat lebih tinggi dari permukaan ratarata zat cair, yaitu permukaan dalam keadaan tidak teraduk, dan gaya angkat ini harus
diatasi oleh gaya gravitasi. Gugus-gugus tanpa dimensi yang berkorelasi dengan bilangan
daya adalah bilangan Reynolds, bilangan Froude, dan faktor bentuk, sehingga dapat
dirumuskan persamaan:
Halaman 19 dari 34
(31)
Berbagai faktor bentuk dalam persamaan tersebut ditentukan oleh jenis dan
susunan alat. Ukuran-ukuran penting untuk bejana dengan pengaduk turbin yang umum
disajikan pada Gambar 14.
Gambar 15a dan 15b Korelasi bilangan Reynolds dan bilangan daya.
Halaman 20 dari 34
keturbulenan. Pada waktu arus melambat karena membawa serta aliran lain di sepanjang
dinding, terjadi juga pencampuran radial sedang pusaran-pusaran besar pecah menjadi
kecil, tetapi tidak banyak terjadi pencampuran pada arah aliran, Fluida akan mengalami
satu lingkaran penuh dan kembali ke pusat impeller, dan berkontak dengan massa fluida
yang lain dan terjadi pencampuran. Perhitungan yang didasarkan atas model ini
menunjukkan bahwa pencampuran yang hampir sempurna (99%) tercapai saat isi tangki
disirkulasikan sebanyak 5 kali. Waktu pencampuran dapat diperkirakan dari korelasi
aliran yang dihasilkan turbin standar berdaun 6, sebagai berikut:
3 D
q = 0.92 n.D a t
Da
(32)
tT
5V
D .H
1
= 5. t
.
2
q
4
0.92.n.D a .D t
(33)
atau
D
n.t T . a
Dt
Dt
. = konstan = 4.3
H
(34)
Untuk tangki dan impeller tertentu, atau untuk berbagai sistem yang serupa
secara geometri, waktu pencampuran diperkirakan akan berbanding terbalik dengan
kecepatan pengaduk. Grafik pada gambar 16 menyajikan hasil untuk berbagai sistem
yang dikorelasikan dalam n.tT terhadap NRE. Untuk turbin dengan spesifikasi Da/Dt = 1/3
dan Dt/H =1, nilai n.tT untuk NRE > 103 adalah 36.
Waktu pencampuran akan jauh lebih besar bila NRE antara 10-1000 walaupun
konsumsi daya tidak banyak berbeda dengan keadaan turbulen. Waktu pencampuran
Halaman 21 dari 34
dengan turbin bersekat berubah sesuai persamaan polinomial berorde 1.5 terhadap
kecepatan pengaduk dan meningkat lagi dengan cepat jika NRE diturunkan. Faktor waktu
pencampuran dapat disusun kembali untuk rejim turbulen sesuai persamaan Norwood dan
Metzner, sebagai berikut:
1/ 2
D
= n.t T . a
Dt
1/2
Dt
H
g
2
n .D a
1/ 6
(35)
Halaman 22 dari 34
9. Voltmeter
10. Amperemeter
Dan daftar bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan praktikum ini adalah:
1. Aliran air sebagai fluida dari kran
2. Aqua DM
3. Lindi
4. Larutan NaOH
5. Larutan HCl
6. Indikator pp
V.2 Langkah Percobaan
Percobaan terdiri dari 2 bagian yaitu percobaan pendahuluan dan
percobaan utama. Pengukuran sifat fisik cairan dalam tangki berpengaduk
dilakukan pada percobaan pendahuluan. Sifat fisik yang akan diukur ialah densitas
dan viskositas cairan. Pengukuran densitas cairan dilakukan dengan menggunakan
piknometer sedangkan penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan
viskometer Ostwald. Alat ini dipilih karena sederhana dan dapat dipakai untuk
cairan yang tidak kental. Penentuan sifat fisik cairan ini dilakukan pada beberapa
temperatur dengan tujuan untuk mengamati pengaruh temperatur terhadap sifat
fisik cairan. Jika sifat fisik tidak berubah secara signifikan terhadap temperatur,
maka pada percobaan selanjutnya pengaruh temperatur terhadap hidrodinamika
tangki berpengaduk tidak perlu diamati.
Pemanasan tangki berpengaduk akan dilakukan pada percobaan utama.
Data yang diamati pada percobaan ini ialah mixing time, waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai keseragaman temperatur di dalam tangki. Mixing time ini dapat
dianalisa dari pengamatan temperatur tiap selang waktu tertentu. Pengamatan
dilakukan hingga temperatur di setiap titik pengukuran dianggap konstan (steady
state), yaitu dengan rentang perbedaan 5%.
Pengadukan diatur dengan speed regulator, dan daya yang diperlukan
dapat diukur dari tegangan dan arus. Pengukuran tegangan dan arus dilakukan
dengan menggunakan AVO meter.
Parameter
hidrodinamika
diperoleh
dengan
mengalurkan
bilangan
Reynolds dan bilangan Power. Nilai dari kedua bilangan ini ditentukan dengan
menggunakan persamaan yang telah disebutkan pada bagian IV. Pada persamaan
Halaman 23 dari 34
korelasi daya terdapat parameter P (daya). Nilai daya ini diukur dengan mengamati
tegangan dan arus yang dibutuhkan untuk menggerakkan pengaduk.
IV.2.1 Percobaan Pendahuluan
Penentuan sifat fisik akan dilaksanakan dalam percobaan pendahuluan.
Sifat fisik fluida cair yang diukur ialah densitas dan viskositas. Densitas
diukur dengan menggunakan piknometer sedangkan viskositas diukur
dengan menggunakan viskometer Ostwald.
IV.2.2 Percobaan Utama
Percobaan utama dilakukan dengan memanaskan tangki berpengaduk
dalam water bath (Gambar 17). Pemanasan dilakukan pada temperatur 50
o
yang diamati ialah temperatur tiap satu menit serta tegangan dan arus yang
mengalir dalam rangkaian. Pemanasan dihentikan saat temperatur cairan
yang terbaca di semua titik termokopel hanya beda 5 %.
Halaman 24 dari 34
Keterangan gambar:
1 = Tangki stainless steel
2 = Draft tube
3 = Pengaduk
4 = Termokopel
5 = Tangki pemanas
7 = Kumparan pemanas
Panduan
Dt
HT = 3,00 DT
HL = 2,30 DT
DA = 0,25 DT
p= DT
1 buah
HA = 0,25 DT
DD = 0,30 DT
Ukuran
10
30
23
2,5
2,5
2,5
3,0
8 = Temperature recorder
9 = Motor pengaduk
10 = Voltmeter
11 = Amperemeter
12 = Sumber listrik PLN
Air
b)
Lindi hitam
Variasi cairan dalam tangki berpengaduk ini dilakukan untuk mengamati pengaruh
sifat fluida, yaitu densitas dan viskositas, terhadap hidrodinamika tangki
berpengaduk dan daya pengadukan.
2. Temperatur pemanasan, yaitu 50 oC dan 70 oC.
Variasi temperatur ini dilakukan jika pengaruhnya terhadap sifat fisik cairan
(viskositas dan densitas) signifikan.
3. Kecepatan putaran pengaduk, yaitu 500 rpm, 1000 rpm dan 1500 rpm.
Peningkatan kecepatan putaran pengaduk akan meningkatan kualitas pengadukan.
Di lain pihak, hal ini juga mengakibatkan peningkatan daya pengaduk.
4. Jenis dan ukuran pengaduk, yaitu propeller, turbin 1,5 cm, turbin 2,5 cm dan
turbin 3,5 cm.
Perubahan diameter pengaduk mengakibatkan perubahan daya dan kualitas
pengadukan.
Halaman 25 dari 34
Diagram kerja percobaan ini secara ringkas disajikan pada Gambar 18 berikut:
Variabel Percobaan:
Temperatur
Jenis cairan
Percobaan pendahuluan,
penentuan sifat fisik fluida
(viskositas dan densitas)
Hasil Percobaan
mixing time
daya pengadukan
Metode Pengukuran:
Viskositas : Ostwald
Densitas : Piknometer
Variabel Percobaan:
Cairan dalam tangki
berpengaduk
Kecepatan putaran
pengaduk
Diameter pengaduk
Temperatur bath
Nisbah cair-padat
Metode Pengukuran:
Pengukuran temperatur
cairan dengan
pemanasan dari dinding
Halaman 26 dari 34
Karakteristik
Diameter (cm)
Tinggi tangki (cm)
Jumlah baffle
Lebar baffle (cm)
Tebal baffle (cm)
Panjang baffle (cm)
Propeler
Turbin (Pitch-blade)
Center
Kecepatan (rpm)
Off Center
Incline
Jenis Tangki
Center
Baffle
Propeller
Non-baffle
Off Center
Incline
Turbin (pitch-blade)
Halaman 27 dari 34
Jenis Pengaduk
Centre
Off-centre
Incline
Propeler
Turbin (pitch blade)
Turbin (blade dissk)
Non-Baffle
Propeler
Turbin (pitch blade)
Halaman 28 dari 34
fluidal
(pada suhu T) =
massa fluida
.
(pada suhu T)
massa aqua dm air
Contoh:
Misalkan data:
-
fluida
fluida
39,866 - 13,244
.997.08
39,885 - 13,244
Dua kali perhitungan waktu tempuh pada fluida air kran adalah 175, 176, dan
179 detik
Halaman 29 dari 34
Maka:
-
P.g c
3
n .D a .
D 2 .N.
DN 2
g
Vo
Io
Peff
(rps)
(volt)
(mA)
(volt)
(mA)
(Watt)
0.333
50
30
22.5
25
0.833
55
45
34
1.167
65
55
1.667
70
65
NPO
NRE
NFR
0.938
2773.420
1496.985
0.001
30
1.455
2754.463
3742.463
0.004
44
40
1.815
1252.154
5239.448
0.009
50
50
2.050
485.098
7484.926
0.018
Halaman 30 dari 34
2.000
80
75
60
55
2.700
369.739
8981.911
0.025
2.333
90
90
70
65
2.650
228.527
10478.900
0.034
ln NPO
ln NRE
ln NFR
(ln NPO)2
(ln NRE)2
(ln NFR)2
ln NPO*
ln NRE*
ln NFR*
ln NRE
ln NFR
ln NPO
7.928
7.311
-7.262
62.851
53.454
52.731
57.962
-53.091
-57.569
7.921
8.227
-5.428
62.742
67.692
29.468
65.170
-44.662
-42.998
7.133
8.564
-4.755
50.874
73.342
22.614
61.084
-40.725
-33.919
6.184
8.921
-4.042
38.246
79.578
16.338
55.168
-36.057
-24.997
5.913
9.103
-3.677
34.961
82.864
13.523
53.824
-33.475
-21.744
5.432
9.257
-3.369
29.503
85.694
11.351
50.281
-31.188
-18.300
D 2 .N.
n (rps)
0.3333
0.1667
0.6667
2
2.3333
t (s)
33
11
8
5
4
NRE
1496.985
5239.448
7484.926
8981.911
10478.9
n.t
10.9989
1.8337
5.3336
10
9.3332
ln NRE
7.311208
8.563971
8.920646
9.102968
9.257119
ln (n.t)
2.397795
0.606336
1.674026
2.302585
2.233578
Halaman 31 dari 34
ln (n.t)
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
10
ln N RE
35
2.5
30
t (s)
20
1.5
15
P eff (Watt)
25
10
0.5
0
0
50
N (rpm)
100
0
150
Dari grafik tersebut terlihat bahwa kondisi optimum proses pencampuran tercapai
dengan laju agitator 49 rpm, waktu pencampuran 1,47 detik dan daya
pencampuran yang diberikan 16 Watt.
V.6.8 Korelasi Empiris Kebutuhan Daya Pengadukan
N PO = k .( N RE ) m * ( N FR ) n
Persamaan di atas diperoleh dari:
1. P = f (D, , g, , N)
2. P = k (Da, b, ge, f, Ng)
Jika dituliskan dalam basis LMT, diperoleh:
Halaman 32 dari 34
b
f
g
M.L2 a M L e M 1
= L .
. 2 . .
T3
LT T L3 T
L:
2 = a-b+e-3f
M:
1=b+f
T:
-3 = -b-2e-g
f = 1 b
a = 2 +b-e+3-3b = 5-2b-e
g = -b-2e+3
5-2b-e
P = k (D
1-b
-b-2e+3
. .g . .N
D 2 .N . b D.N 2
P
.
= k
D 5 N 3 .
g
N PO = k .( N RE ) m * ( N FR ) n
Hubungan korelasi antara bilangan daya, bilangan reybolds, dan bilangan
froud adalah:
ln N PO = ln k + m ln N RE + n. ln N FR
Pada masing-masing impeller dapat dihitung besarnya nilai k,m, dan n dari data
percobaan dengan menggunakan metoda Least Square.
Persamaan: ln N PO = ln k + m ln N RE + n. ln N FR
Misalkan:
ln NPO = Y
ln k = A
m. ln NRE = m.X1
n. ln NFR = n. X2
Yi = A + m.X1 + n.X2
S = (Y Yi ) = (Y A mX 1 nX 2 )
2
S
S
S
= 0,
= 0,
=0
m
n
A
Halaman 33 dari 34
A u
m = X
1
n X 2
X
X
X
1
2
1
1
X
X .X
X
1
2 . X 1 .Y
2
2
X 2 .Y
2
Daftar Pustaka
1. Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition, McGraw-Hill
2. Book Co., New York, 1978
3. Perry, R., Green, D.W., and Maloney, J.O., Perrys Chemical Engineers Handbook,
6th Edition, McGraw-Hill, Japan, 1984
4. Brodley, and Hershey, Transport Phenomena: A Unified Approach, McGaw-Hill
Book Co., New York, 1988, Chapter: Application of Mixing
5. Moo-Young et al., The Blending Efficiencies of Some Impellers in Batch Mixing,
AIChEJ, 18 (1), 1972, pp. 178-182
6. Tatterson, and Gary, B., Fluid Mixing and Gas Dispersion in Agitated Tanks,
McGraw-Hill Book Co., New York, 1991, Chapter 1,2, and 4.
Halaman 34 dari 34