Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH COMPOUNDING AND DISPENSING

DOSIS OBAT BAYI, ANAK DAN DEWASA

DisusunOleh:
JULITA AMALIA NUR 15340009
HASRIANA 15340010
SYAHRIANI 15340011
ADRIANI TAHIR 15340012
MARGARETH YOVITA KUSI 15340013
FITRIANI 15340014
MINCI SELVIA DELIANNA 15340015

PROGRAM PROFESI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2015

D AFTAR I S I

KATA PENGANAR .....................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I

PENDAHULUAN
1

A. LatarBelakang ........................................................................ 4
B. Tujuan...................................................................................... 5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dosis Obat............................................................... 6
B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Dosis Obat..................... 6
C. Macam Macam Dosis............................................................ 8
D. Cara Perhitungan Dosis............................................................. 9

BAB III PEMBAHASAN


A. ContohPerhitunganResep.......................................................... 15
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan...... ........................................................................ 19
B. Saran............... ........................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata
Kuliah Compounding dan Dispensing ini dengan judul makalah DosisObat Bayi, anak dan
dewasa. Kemudian shalawat beserta salam kitasampaikankepadaNabibesarkita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan Sunnah untuk
keselamatan umat di dunia. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
2

Compounding dan Dispensing di program studi Apoteker Institut Sains Dan Teknologi
Nasional Jakarta. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Rahmi Hutabarat, S.Si,M.Si., Apt selaku dosen pembimbing mata kuliah
Compounding dan Dispensing dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran apoteker dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang
dengan cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan. Apoteker
diharapkan terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang dosis. manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk
dimiliki apoteker.
Keberhasilan tindakan kuratif atau pengobatan pada pasien, selain
bergantung pada ketepatan diagnosis, juga bergantung pada ketepatan dalam
pemberian pengobatan. Salah satu hal yang menjadi fokus dalam keberhasilan
pengobatanadalah dapat menentukan dengan tepat jumlah dosis yang akan diberikan
pada pasien.Oleh karena itu, tenaga kesehatan, seperti bidan, harus dapat menguasai
pengetahuantentang penentuan dosis obat sesuai dengan kebutuhan klien atau pasien
Dosis merupakan suatu hal yang penting dalam pengobatan, karena obat yang
diberikan kepada pasien akan memberikan efek terapi jika diberikan pada dosis yang
tepat, namun ada beberapa faktor yang menjadikan dosis berbeda antara dosis yang
diberikan kepada bayi, anak, dewasa dan usia lanjut karena adanya perbedaan
fisiologis tubuh. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya perhitungan yang khusus agar
dosis obat yang diberikan kepada bayi, anak berbeda dengan dosis yang diberikan
kepada dewasa, ini bertujuan agar didapatkan efek terapi yang optimal dan juga dapat
menghindari terjadinya efek toksik pada penggunaan obat.
Pendosisan pada bayi dan anak dewasa saat ini masih lazim menggunakan
konversi dosis orang dewasa (dalam mg/kg berat badan) dengan asumsi bahwa sistem
fisiologis dan biokimiawi bayi dan anak sama seperti pada orang dewasa. Keharusan
tentang perlunya penyesuaian dosis pada anak-anak menggunakan metode yang lebih
akurat timbul sejak FDA menemukan dosis yang lebih besar pada label berbagai
produk obat di Amerika, sekitar satu decade yang lalu. Dari 108 produk obat untuk
pediatric yang diperiksa, ternyata 23 produk diantaranya harus disesuaikan
berdasarkan klirens obat pada populasi tersebut.
Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal
(loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan
memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua
kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini
dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa (Sulfisoxazole,Trisulfa
pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis
pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.
4

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1.

Mengetahui cara cara pendosisan

2.

Mengetahui cara pendosisan untuk bayi

3.

Mengetahui cara pendosisan untuk anak dan remaja

4.

Mengetahui cara pendosisan untuk dewasa

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dosis Obat
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan
atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar.
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud adalah dosis maksimum dewasa untuk
pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rectal. Selain itu dikenal juga istilah
dosis lazim, Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien kepada pasien untuk
5

menghasilkan efek yang diharapkan tergantung banyak faktor antara lain umur, bobot
badan, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit dan kondisi penderita.
Dengan dosis obat dimaksud jumlah obat yang diberikan kepada penderita
dalam satuan berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau
unit-unit lainnya (Unit Internasional). Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis
terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan,
dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat sampai mengakibatkan kematian,
disebut sebagai dosis letal.
Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal
(loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan
memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua
kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini
dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa (Sulfisoxazole,Trisulfa
pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis
pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dosis Obat
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor
penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon
obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di
bawah ini didapati sekaligus.
1. Faktor Obat:
a. Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
b. Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c. Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
2. Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:
a. Oral : dimakan atau diminum
b. Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
6

c. Rektal, vaginal, uretral


d. Lokal, topikal
e. Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
3. Faktor Penderita:
a. Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik
b. Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda
besar
c. Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormon
d. Ras : slow & fast acetylators
e. Toleransi
f. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan
g. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi
absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan
pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat

C. Macam-macam Dosis
Di dunia kefarmasian dikenal berbagai jenis dosis, diantaranya :
1. Dosis Lazim
Dosis lazim ( DL ) adalah dosis yang tercantum dalam literatur merupakan
dosis yang lazimnya dapat menyembuhkan. Dosis lazim dan dosis maksimum
terdapat dalam FI ed III, juga Farmakope lain. Tetapi DM anak tidak terdapat
dalam literatur. Maka DM untuk anak dapat dihitung dengan membandingkan
kebutuhan anak terhadap dosis maksimum dewasa.
7

2. Dosis Terapi (Therapeutical Dose)


Dosis obat yang dapat digunakan untuk terapi atau pengobatan untuk
penyembuhan penyakit.
3. Dosis Minimum
Ukuran dosis terkecil yang masih dapat memberikan efek terapi yang
diharapkan, namun tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
4. Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas
jumlah obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan.
Dalam buku buku standar seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis
Maksimum (DM) tercantum diperuntukkan orang dewasa.
5. Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat
mematikan

bila dikonsumsi.

Bila

mencapai

dosis

ini orang yang

mengkonsumsi akan over dosis (OD)


6. Dosis medicinalis yaitu dosis terapeutik sama dengan dosis lazim
7. Dosis permulaan yaitu initial dose adalah Dosis awal adalah dosis untuk
mengenalkan suatu obat, biasanya diberikan sedikit lebih kecil dari normal,
atau pada kasus tertentu bisa juga sebagai upaya untuk mengatasi gejala yang
akut, biasanya diberikan di atas normal dan dosis pemeliharaan yaitu
maintenance dose
8. Dosis toxica adalah Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis maksimum,
terutama obat yang tergolong racun, ada kemungkinan terjadi keracunan,
dinyatakan sebagai dosis toxica.(tanpa kematian )
9. Dosis Khusus
Dosis penderita yang obesitas: harus diperhitungkan lemak dan persentase BB
tanpa lemak (BBTL)
BBTL = BB x (100 - % lemak)
10. Dosis penderita geriatrik (>65 tahun)
8

Dosis diturunkan ( 75 % DD), Perubahan fisiologis dan patologis


diperhatikan (cardivaskuler, ginjal, DM)
11. Dosis penderita ginjal:
Ekskresi obat terganggu obat lebih lama di peredarah darah sehingga dosis
dan interval obat harus diatur

D. Cara Perhitungan Dosis


Pemilihan dan penetapan dosis memang tidak mudah karena harus memperhatikan
beberapa faktor seperti yang telah disebutkan, karena aturan pokok perhitungan dosis
untuk anak tidak ada, para pakar mencoba untuk membuat perhitungan berdasarkan
umur, bobot badan dan luas permukaan tubuh (body surface area). Berikut adalah
beberapa rumus perhitungan dosis
1. Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (LPT)
Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh serta Contoh
Soal Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (Body Surface
Area : BSA) atau Dosage Calculations Based on Body Surface Area.
Perhitungan

Dosis

Berdasarkan

Luas

Permukaan

Tubuh

merupakan

perhitungan dosis yang lebih akurat ketimbang menggunakan rumus


perhitungan dengan umur saja, atau dengan berat badan saja, perhitungan
dosis BSA ini yang sebaiknya dilakukan terutama untuk pasien pediatrik/anakanak. rumus perhitungan dosis BSA merupakan turunan dari rumus Du bois
and Du Bois.
Rumus :
Setelah Luas permukaan tubuh (BSA) dihitung, maka dimasukkan kedalam
rumus dibawah ini untuk melakukan konversi/penyesuaian dari dosis dewasa
ke dosis anak-anak :

Selain dengan rumus penentuan luas permukaan tubuh dapat juga dengan
menggunakan nomogram yaitu dengan cara menetukan titik pada garis tinggi
badan pasien dan tentukan titik pada garis berat badan pasien. Kemudian tarik
garis yang menghubungkan kedua titik tersebut, maka akan diperoleh titik
tempat perpotongan pada garis luas permukaan tubuh.

10

Gambar 1 . Normogram Dewasa

11

Gambar 2. Nomogram anak

2. Berdasarkan Berat Badan


Berdasarkan Berat Badan (BB)
Rumus CLARK (Amerika) :
Berat badan anak (pon) x dosis dewasa
150

Rumus Thermich ( Jerman ) :


Berat Badan Anak (kg) x dosis dewasa
70

Rumus black (Belanda)


Berat Badan Anak (kg) x dosis dewasa
62

12

3. Dosis obat berdasarkan umur pasien

Rumus Young (untuk anak < 8 th)

Dosis =

x dosis dewasa

Rumus Fried
Dosis =

x dosis dewasa

Rumus Dilling (n dalam tahun anak di atas 8 tahun)


Dosis =

x dosis dewasa

Rumus Cowling (n adalah umur dalam satuan tahun yang digenapkan ke


atas). Misalnya, umur pendeita 1 tahun 1 bulan, maka n dihitung 2 tahun.
Dosis =

x dosis dewasa

Rumus Gaubius (Berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa)


0 - 1th

1/12 X dosis dewasa

1-2th

1/8 X dosis dewasa

2-3th

1/6 X dosis dewasa

3-4th

1/4 X doisis dewasa

4-7th

= 1/3 X dosis dewasa

7-14th

14-20th

= 2/3 X doisis dewasa

21-60th

= dosis dewasa

1/2 X dosis dewasa

Rumus Bastedo
Dosis =

x dosis dewasa

13

BAB III
PEMBAHASAN
A. Cara Menghitung Dosis Maksimum Obat Dalam Resep
1. Contoh perhitungan berdasarkan Usia

Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus


x DM dimana n = umur dalam tahun, contohnya :
R/ Ekstrak Belladonce

0.12

Antipyrin

1,5

Lactosa

q.s

m.f.pulv.No. XII
s.t.d.d.p.l.
Pro Ani (15)
Dengan DM : 20mg/80mg maka DM:1/4
14

Penyelesaian :
a. DM untuk umur 15 th:
Extr. Bellad

Antipyrin

:1xp=

x 20 mg = 15mg

1 hari=

x 80mg = 60mg

:1xp=

1 hari=

x 1 = 0,75g = 750mg

x 4 = 3g = 3.000mg

b. Setiap bungkus mengandung :


Extr. Bellad =

Antipyrin

= 0,01 = 10mg

= 0,125 = 125mg

c. Pemakaian menurut resep :


Extr. Bellad :

1 x p = 10mg<DM
1 hari = 3 x 10mg = 30mg<DM

Antipyrin :

1 x p = 125mg<DM
1 hari = 3 x 125mg=375mg<DM

2. Dosis Anak Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh :


Contoh Soal :
R/ Ketoprofen 50 mg
m.f pulv in caps No. IX
S 3 dd 1
Pro : Fafa
Tinggi : 105 cm
Bobot : 29
15

Umur : 5,5 tahun


Jawab :
Berdasar dari pasien dalam resep ini masih tergolong anak/balita maka kita
melakukan penyesuaian dosis, yang pertama kita lakukan melihat literatur
(misal di buku Obat-Obat Penting hal.859, dosis lazim dewasa ketoprofen
adalah 2-4 dd 50 mg), sehingga dapat kita lakukan penghitungan BSA dengan
memasukkan kedalan 2 rumus yang diatas :
= 0,92
Selanjutnya dimasukkan kedalam rumus Dosis penyesuaian BSA sekali pakai:
= 26,5 mg

Contoh soal sediaan Sirup :


R/ Efedrin HCl 0,2 (DM sekali: 0,05 , DM sehari 0,15 )
Syrupus simpleks 10 mL
m.f.pot 100 mL
S. 2 d.d Cth
Pro: Rico (18 kilogram)
Analisa resep : dari resep dikatahui untuk membuat sirup sebanyak 100
mL berisi 0,2 Efedrin HCl, aturan pakai 2 kali satu sendok teh.
Jawab:
Ingat Rumus menggunakan berat badan

n ; dalam kilogram
Perhitungan DM sekali pakai :
16

DM =

x 0,05 gram = 0,0114 gram untuk sekali pakai

Sekali minum obat 1 sendok = 5 mL, jumlah efedrin HCL


dalam tiap sendok = (5mL/100mL) x 0,2 gram = 0,01 gram
Sedangkan untuk Persentase DM sekali pakai :
= (0,01 gram/0,0114 gram) x 100% = 87,7%
Perhitungan DM sehari

x 0,15 gram = 0,0386 gram DM efedrin HCL dalam


sehari

Sedangkan untuk Persentase DM searah sehari :


= (2 x 0,01 gram)/0,0386 gram) x 100% = 51,81%
3. Hitung dosis parasetamol untuk anak usia 4 tahun dengan BB 15 kg, jika diketahui
dosis dewasa untuk parasetamol 500 mg per pemakaian.
Jawab :

Dosis

) x 500 mg

x 500 mg

= 120 ,5 mg

17

4. Hitung dosis Parasetamol untuk pasien 25 tahun dengan berat badan 52 kg, jika
diketahui dosis parasetamol untuk orang dewasa 500 mg per pemakaian
Jawab :

Dosis

x dosis dewasa

x 500 mg

= 371,4 mg

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

18

Keberhasilan

tindakan

kuratif

atau

pengobatan

pada

pasien,

selain

bergantung pada ketepatan diagnosis, juga bergantung pada ketepatan dalam


pemberian pengobatan. Salah satu hal yang menjadi fokus dalam keberhasilan
pengobatanadalah dapat menentukan dengan tepat jumlah dosis yang akan
diberikan pada pasien.Oleh karena itu, tenaga kesehatan, seperti bidan, harus
dapat menguasai pengetahuantentang penentuan dosis obat sesuai dengan
kebutuhan klien atau pasien
B. SARAN
Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan
kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis. Jadi,
kita sebagai perawat yang profesi professional harus mampu menguasai tentang
dosis obat.

DAFTAR PUSTAKA

Craven, RF., Hirnle, CJ. (2000). Fundamental of Nursing : Human Health and Function, 3rd
Ed., New York : Lippincott Pub.

19

Fulmer, T., Foreman, M., Zwicker, D. (2003). Medication in Older Adults, 1st Ed., Spiringer
Pub. Comp.
Hakim, Lukman, Farmakokinetika Klinik, Bursa Ilmu.
Supriati, Tati., Bahan Ajar Praktikum Farmasetika, Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II
Syamsuni, (2005) Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran
(EGC)

20

Anda mungkin juga menyukai