Anda di halaman 1dari 6

Pemecahan Kasus Transcultural Nursing

KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 54 tahun dibawa kesebuah rumah sakit karena
pingsan pada saat rapat di kantornya. Setelah diperiksa dilaboratorium, ditemukan
kadar gula darahnya mencapai 450mg/DL.pasien telah tiga tahun didiagnosis
menderita diabetes melitus tipe II.dalam tiga tahun,pasien telah beberapa kali
dirawat karena kondisi badannya sering lemah.pasien yang mengalami kegemukan
telah dianjurkan untuk melakukan diet dan olahraga namun pasien mengatakan
kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budaya jawanya makan
makanan yang manis.
Pertanyaan :
Analisis kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah
saudara pelajari. bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi diatas ?
apa yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien ?
Analisa kasus:

Konsep transkultural dalam keperawatan

Komunikasi terapeutik

Pengkaji asuhan budaya

Diagnosa

Intervensi transkultural

Jawab
Kasus diatas termasuk kasus keperawatan transkultural, dimana pasien telah
didiagnosis menderita diabetes mellitus tipe II. Dan pasien telah beberapa kali
dirawat karena kondisi badannya sering lemah. Pasien juga mengalami kegemukan
akibat sering mengonsumsi makanan yang manis. Sehingga mengakibatkan kadar
gula darah pasien mencapai 450mg/DL. Dalam hal ini dokter telah menganjurkan
pasien untuk melakukan diet, olahraga dan mengurangi kebiasaan makan makanan
yang manis. Namun, karena budaya jawa pasien yang terbiasa makan makanan
yang manis, pasien sulit untuk mengatur pola makannya.
Sebagai perawat kita harus memahami budaya pasien, dan mengarahkan pasien
agar tidak sering mengonsumsi makanan yang manis tanpa memaksakannya. Hal
ini juga baik untuk kesehatan pasien agar dapat mengurangi kadar gula pasien.
Salah satu tindakan yang harus dilakukan perawat yaitu dengan menggunakan
prinsip asuhan keperawatan salah satunya adalah culture care reparterning yaitu

prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk memperbaiki kondisi kesehatan


dan pola hidup pasien yang lebih baik.
Analisa Kasus

Konsep Transkultural Dalam Keperawatan

Dalam kasus ini perbedaan budaya pasien yang sudah terbiasa makan makanan
yang manis, walaupun pasien telah mengetahui bahwa itu adalah salah satu
larangan terhadap penyakit yang saat ini dideritanya. Kita sebagai perawat
berusaha meyakinkan pasien untuk tidak sering mengonsumsi makanan manis
tanpa harus meninggalkan kebiasaan budaya jawanya.

Komunikasi Teraupetik

Komunikasi teraupetik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,


bertujuan akan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya
komunikasi teraupetik merupakan komunikasi professional yang mengarah pada
tujuan yaitu penyembuhan terhadap pasien.
Dialog perawat dan pasien :
Perawat

: Assalamualaikum Bapak!

Bapak

: Waalaikumsalam Ses

Perawat
: perkenalkan nama saya Ses Yeti, saya sebagai perawat yang
bertugas untuk membantu dan merawat bapak di sini
Bapak

: oh iya ses, kenapa? J

Perawat
: maaf sebelumnya saya akan menjelaskan tentang penyakit yang
diderita bapak.
Bapak
: ohh iya sus, itu juga yang saya mau tanyakan kepada sus, karena
saya sudah 3 tahun menderita seperti ini...
Perawat
:begini pak,setelah kami melakukan pemeriksaan dilaboratorium,
ternyata kadar gula bapak sudah mencapai 450mg/Dl. Dan penyakit bapak
memasuki diabetes mellitus tipe II. Sebelumya dalam kesahariyan bapak sering
makan apa?
Bapak
:iya sus.. karena kebudayaan saya biasa memakan makanan yang
manis-manis dan saya juga sulit mengatur pola makan saya

Perawat
:saran saya pak, bapak harus mengurangi makan-makanan yang
mengandung kadar gula tinggi dan seringlah berolahraga fisik, agar berat badan
bapak menurun
Bapak
:iya sus,saya akan melakukan saran dari sus,dan trimakasi atas
penjelasannya
Perawat
:Baiklah pak, kalau begitu saya permisi dulu.dan apabila bapak
membutuhkan bantuan silahkan hubungi saya,saya akan selalu siap membantu
bapak

Pengkajian asuhan budaya

1.

Faktor teknologi

Persepsi klien tentang sehat sakit


Menurut klien sehat itu adalah pola hidup yang bersih dan bebas dari penyakit
sedangkan sakit menurut klien keadaan tubuh yang melemah dan tidak stabil.
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
Kebiasaan klien untuk melakukan pengobatan langsung secara tradisional. Setelah
itu melakukan pengobatan kerumah sakit tentang penyakit yang dideritanya
Alasan mencari bantuan kesehatan
Alasan klien untuk mencari bantuan kesehatan agar bisa melakukan penyembuhan
terhadap penyakitnya.
Alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang
penggunaan data dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini.
Alasan klien lebih memilih pengobatan tradisional karena budaya klien memiliki
pandangan tersendiri tentang cara pengobatan penyakitnya. sedangkan
pengobatan dirumah sakit hanya menjadi pengobatan lanjutan setelah pengobatan
trardisional telah dilakukan.

2.

Faktor Agama dan falsafah hidup

Agama yang dianut


Klien beragama islam dan berbudaya jawa

Status pernikahan
Klien sudah berkeluarga
Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit
Klien memandang penyakit yang dideritanya sekarang merupakan sebuah ujian dan
cobaan dari Allah S.W.T.
Cara penobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan
Selain klien menjalankan pengobatan dalam rumah sakit klien juga selalu sholat,
berdoa, berdzikir dan memohon kesembuhan penyakit yang dideritanya kepada
Allah SWT.

3.

Faktor social dan keterikatan keluarga

Nama lengkap

: Supardi Karim, Se. Mm

Nama Panggilan

: Supar

Umur

: 54 tahun

Tempat & tgl lahir

: Jawa Timur, 03 Mei1960

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status

: Menikah

Tipe Keluarga

: Keluarga inti

Pengambilan keputusan dalam keluarga : klien sebagai kepala keluarga, jadi


klien sendirilah yang mengambil keputusan.
Hubungan klien dengan kepala keluarga : klien adalah kepala keluarga

4.

Nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga


Klien sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah untuk keluarganya dan
bertanggung jawab untuk membayar seluruh pembiayaan Rumah Sakit.
Bahasa yang digunakan
Klien menggunakan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia yang baik dan benar..

Kebiasaan makan
Klien terbiasa makan makanan yang manis.
Makanan yang menjadi pantangan dalam kondisi sakit
Pantangan klien makan makanan yang manis, berupa gudek, nasi rawon dsb.
Persepsi sakit yang berkaitan dengan aktivitas dan kebiasaan membersihkan diri
Karena kesibukan klien sehingga klien lupa mengatur pola makannya dan lupa
berolahraga fisik.

5.

Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung


Pagi

: 08.00 - 11.00

Sore

: 15.00 17.00

Malam : 19.30 22.00


Jumlah keluarga yang boleleh mununggu
Keluarga yang boleh menunggu maksimal 2 orang.
Cara pemmbayaran untuk klien yang dirawat
Pembayaran dilakukan di administrasi Rumah Sakit

6.

Faktor Ekonomi

Pekerjaan Klien
Sumber Biaya Pengobatan

: Karyawan di Perusahaan PT. ANJF


: Dari penghasilan klien

Tabungan Yang dimiliki Keluarga

: Bank Mandiri di Jawa Timur

Biaya Dari Sumber Lain

: Asuransi Kesehatan

Penggantian biaya dari kantor dan keluarga

7.

Faktor pendidikan

Tingkat Pendidikan Klien

: Jamsostek

Klien lulusan dari Unuversitas Gajah Mada (UGM) S2 jurusan Management


Perkantoran.

Diagnosa

Gangguan komuniksi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.


Perawat mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien karena
perbedaan bahasa.
Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Pasien tidak menjalani anjuran dokter untuk tidak mengonsumsi makanan yang
manis namun pasien masih terpengaruh oleh kebiasaan dalam budayanya.

Intervensi Transkultural

Cultural careaccommodation / negotiation


Disini perawat melakukan negosiasi tentang budaya yang dianut pasien dan
beradaptasi dengan budaya yang lebih menguntungkan kesehatannya. dalam hal
ini kita sebagai perawat harus memberikan penjelasan yang mudah dimengerti dan
dipahami oleh pasien dan pihak keluarga, sehingga pasien akan dibantu
keluarganya dalam menjalani poila hidup sehat dengan mengurangi makan
makanan yang manis tanpa meninggalkan budaya jawanya.

Anda mungkin juga menyukai