Anda di halaman 1dari 8

Gambar 1.

Sungai Cikapundung bagian dari Sungai


Citarum

DAS

Cikapundung

sebelah
Provinsi

utara

terletak

Kota

Jawa

di

Bandung

Barat,

dan

merupakan bagian hulu Sungai


Citarum. DAS Cikapundung ini
merupakan

sungai

yang

terpanjang dan terbesar di Jawa


Barat. Terletak pada 6o457o00
LS dan 107o36-107o45 BT, DAS
ini

mempunyai

luas

daerah

tangkapan sekitar 43.439,04 Ha


dengan panjang sungai sekitar
39 km dan kerapatan sungai
km/km2(BPDAS

2,41

Citarum

Ciliwung 2006). Sedangkan luas


totalnya yaitu 154 km2. Lebar
Sungai

Cikapundung

dibagian

hulu mencapai sekitar 6 meter


dan

terus

melebar

hingga

sekitar 20 meter di bagian hilir.


Namun bentuk DAS dari sungai
ini melebar di daerah hulu dan sempit di bagian hilir. Secara administrasi, DAS
Cikapundung berbatasan dengan wilayah Kabupaten Subang di bagian utara, dan
DAS Cibeureum di bagian barat. Sedangkan di bagian selatan dan timur berbatasan
dengan DAS Cisangkuy dan DAS Cipamokolan. Sungai Cikapundung ini mengalir
melalui Kabupaten Bandung yang secara administratif mencakup

Kecamatan

Lembang, Kecamatan Cilengkrang, dan Kecamatan Cimenyan serta Kota Bandung


yang secara administratif meliputi Kecamatan Cidadap dan Kecamatan Coblong.
Bagian tengah dari sungai ini terletak di Kota Bandung memanjang dari Dam
bengkok sampai Jalan Tol Padaleunyi. Sedangkan bagian hulu dan hilir terletak pada
Kabupaten Bandung. Sungai Cikapundung yang mengalir di tempat ini bermata air
di muara Maribaya, mengalir ke selatan untuk kemudian bermuara di Sungai
Citarum di sekitar daerah Dayeuh Kolot.

Gambar 2. Letak DAS Citarum di Pulau Jawa

Berdasarkan analisis peta geologi


lembar

Bandung

yang

dinyatakan dalam bentuk irisan


memanjang geologi permukaan,
DAS

Cikapundung

pada

umumnya berbentuk rangkaian


Gunung
Tangkuban
Kramat,

Sukatinggi,

Gunung

Perahu,

Gunung

Gunung

Lingkung,

Gunung Pulasari di utara Kabupaten Bandung. Daerah hulu Sungai Cikapundung


didasari oleh batuan dasar gunung api tua tak teruraikan, bagian hulu tertimbun
oleh material gunung api muda tak teruraikan.

Gambar 3. Letak DAS Cikapundung di Cekungan Bandung

Berdasarkan pembagian fisiografi daerah Jawa Barat oleh Van Bemmellen (1949),
Zona Bandung merupakan dataran tinggi yang ditempati oleh endapan danau dan

dikelilingi oleh perbukitan dan gunung api muda. Daerah selatan kaki lereng
Gunung Tangkuban Perahu merupakan bagian dari endapan erupsi vulkanik yang
berasal dari braksi tufaan, lava, batu pasir, konglomerat, tufa pasir, tufa berbatu
apung. Keadaan morfologinya merupakan lereng pegunungan vulkanik yang
dibatasi bagian utara oleh Patahan lembang, yang memanajang dari Panyadakan
hingga Pulasari, di bagian selatan berbatasan dengan landai lereng vulkanik
Gunung Tangkuban Perahu antara Leuwi Gajah hingga Cicaheum. Keadaan geologi
dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada Zona Kwartair
dan mempunyai lapisan tanah aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis
tanah di Bandung bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, di bagian
selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis aluvial kelabu dengan bahan endapan
tanah liat, di bagian tengah dan barat tersebar jenis andosol.

Gambar 4. Denah Kemiringan Kota Bandung

Kemiringan lereng lembah Sungai Cikapundung sendiri bervariasi, mulai dari yang
landai landai, berkisar antara 10o 20o, dan yang memperlihatkan permukaan
lereng termal dengan kemiringan lereng antara 45 o 70o, bagian yang mempunyai
lereng terjal ada di tikungan sungai bagian luar. Bentuk morfologi daerah studi
aliran Sungai Cikapundung ini memperlihatkan perkembangan sungai dewasa,
kekuatan erosi vertical mulai berkurang dan erosi horizontal meningkat agak besar,
sehingga lereng dan lembahnya membentuk huruf U.

Gambar 5. Denah Ketinggian Kota Bandung

Wilayah DAS Cikapundung memiliki topografi yang beragam, bervariasi dari datar,
bergelombang, brbukit dan pegunungan yang berkisar pada ketinggian 650 meter
sampai 2.076 meter di atas permukaan laut. Kemiringan lereng lembah Sungai
Cikapundung sendiri bervariasi, mulai dari yang landai landai, berkisar antara 10 o
20o, dan yang memperlihatkan permukaan lereng termal dengan kemiringan lereng
antara 45o 70o, bagian yang mempunyai lereng terjal ada di tikungan sungai
bagian luar. Bentuk morfologi daerah studi aliran Sungai Cikapundung ini
memperlihatkan perkembangan sungai dewasa, kekuatan erosi vertical mulai
berkurang dan erosi horizontal meningkat agak besar, sehingga lereng dan
lembahnya membentuk huruf U.

Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu merupakan kawasan hidrologis
dari mata Cikapundung sampai outlet di kawasan sekitar Jembatan Siliwangi
Kecamatan Cidadap dan Coblong, Kota Bandung. Luas arealnya sekitar 12.365 ha
yang meliputi Kecamatan Lembang, Coblong, Cidadap, Cimenyan, dan Cilengkrang.
Sub DAS Cikapundung Hulu seperti Lembang, Ciumbuleuit, dan Dago memiliki
berbagai kelebihan sehingga tanah di daerah itu mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Oleh karena itu, tidak heran jika banyak para pengembang begitu bernafsu untuk
melakukan pembangunan fisik di
Gambar 6. Denah Penggunaan Lahan di DAS Cikapundunghulu

Gambar 7. Denah Jenis Sebaran Tanah di DAS


Cikapundung Hulu

sana.Perubahan guna lahan dari hutan menjadi ladang dan permukiman yang mulai
terjadi di beberapa lokasi menyebabkan tingkat erosi menjadi meningkat, yaitu di
bagian utara sungai dari kawasan Suntenjaya sampai Maribaya.
Berdasarkan data Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat (2004),
jenis

tanah/bahan

permukaan

di

Sub

Cikapundung

DAS
Hulu

tersusun oleh empat jenis


tanah, yaitu:

Lanau Lempungan
Bahan
permukaan/jenis
tanah
sebarannya

yang
paling

luas adalah jenis tanah lanau lempungan dengan luas 5.655,75 ha atau
sekitar 45,74 % dari luas. Jenis tanah ini hampir tersebar di seluruh

Desa/Kelurahan di Sub DAS Cikapundung Hulu kecuali Kelurahan Lembang

dan Desa Kayuambon.


Lanau Lempung Pasiran
Jenis tanah/bahan permukaan lanau lempung pasiran sebagian besar
tersebar di bagian tengah Sub DAS Cikapundung Hulu, secara administratif
meliputi Jayagiri, Cikole, Cikidang, Wangunharja, Suntenjaya, CiboDAS,
Kayuambon, Cibogo, Lembang, Cimenyan, Ciburial, Dago, dan Ciumbuleuit.
Jenis tanah ini memiliki luas 5.616,18 ha atau sekitar 45,42 % dari luas total

Sub DAS.
Lanau Pasiran
Jenis tanah/bahan permukaan Lanau pasiran terdapat di sepanjang bagian
selatan Sub DAS Cikapundung Hulu, secara administratif meliputi Dago,
Mekarwangi, Langensari, CiboDAS, Cimenyan, Suntenjaya, dan Cipanjalu.
Jenis tanah ini memiliki luas 1.049,79 ha atau sekitar 8,49 % dari luas total

Sub DAS.
Pasir Lanauan
Pasir lanauan merupakan jenis tanah/bahan permukaan yang memiliki
sebaran wilayah terkecil yang hanya terdapat di bagian utara Desa Jayagiri
dan Cikole. Jenis tanah ini memiliki luas 43,28 ha atau sekitar 0,35 % dari
luas total Sub DAS.

Kondisi kemiringan lereng Sub DAS Cikapundung Hulu berDASarkan klasifikasi SK


Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. 683/Kpts/Um/8/1981 tentang
Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung dan Hutan Produksi dapat
dikelompokkan mulai dari lereng yang hampir datar ( 8 %) sampai dengan lereng
yang sangat curam (> 40 %). Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap tingkat erosi
tanah yang dapat menjadi faktor penghambat dalam pemanfaatan lahan. Secara
umum, bentuk lereng di Sub DAS Cikapundung Hulu adalah lereng cembung dan
lereng cekung dengan panjang lereng berkisar dari 75 m sampai 483 m. Uraian
masing-masing lereng sebagai berikut:

Lereng Datar (kemiringan lereng < 8 %)


Kemiringan lereng datar umumnya terdapat di bagian tengah Sub DAS
Cikapundung Hulu. BerDASarkan wilayah administrasinya, lereng datar yang
terdapat di bagian tengah Sub DAS Cikapundung Hulu meliputi CiboDAS,
Suntenjaya, Wangunharja, Cikidang, Cikole, Cibogo, Kayuambon, Lembang,
Pagerwangi, dan Langensari. Luas seluruh daerah dengan lereng datar adalah

1.560,46

ha

atau

12,62

dari

seluruh

luas

Sub

DAS.
Lereng

Landai

(kemiringan lereng
8-15 %)
Secara
administratif,
lereng landai hanya
terdapat di 5 desa,
yaitu Cikole, Cibogo, Langensari, Jayagiri, dan Cikidang. Lereng landai ini
memiliki cakupan wilayah paling kecil dibandingkan dengan yang lain, yaitu
sekitar 583,63 ha atau 4,72 % dari seluruh luas Sub DAS. Lereng ini
umumnya

merupakan

kaki

perbukitan

dan

pegunungan,

terapit

oleh

kemiringan lereng datar dan lereng agak curam (Bisri drr., 2006).
Lereng Agak Curam Curam (15 40 %)
Lereng agak curam curam memiliki sebaran paling luas di Sub DAS
Cikapundung Hulu dengan luas 5.972,30 atau 48,30 % dari seluruh luas Sub
DAS. Secara administratif, sebarannya meliputi Jayagiri, Cikole, Cikidang,
Wangunharja, Suntenjaya, Cibogo, Pagerwangi, Langensari, Mekarwangi,
Cipanjalu, CiboDAS, Ciburial, Cimenyan, Dago, dan Ciumbuleuit. Menurut
penelitian Bisri drr., 2006, lereng ini merupakan tubuh bukit dan gunung.

Lereng

Sangat

Gambar 8. Denah Kemiringan Lahan di DAS Cikapundung


Hulu

Curam (> 40 %)
Lereng sangat curam pada umumnya terdapat di tubuh dan puncak bukit dan
puncak gunung (Bisri, drr., 2006). Secara administratif, sebaran lereng ini
meliputi Jayagiri, Cikole, Cikidang, Suntenjaya, Wangunharja, Cipanjalu,
Ciburial, Cimenyan, Cibogo, Langensari, Mekarwangi, Dago, dan Ciumbuleuit.
Luas lereng sangat curam sekitar 4.248,61 atau 34,36 % dari seluruh luas
Sub DAS.

Secara garis besar formasi batuan yang membentuk sub-DAS Cikapundung Hulu
termasuk ke dalam jenis Quartenary Volcanic yang terbentuk pada masa plistosin.
Adapun jenis satuan batuan dari sub-DAS Cikapundung Hulu adalah sebagai berikut:

Kolovium,

yang

Gambar 9. Denah Morfologi DAS Cikapundung

berasal dari reruntuhan pegunungan berapi tua yang dikenal dengan Formasi

Cikidang.
Endapan danau, yang termasuk bidang pelapisan mendatar dan terdiri dari
lempung tufaan, batu pasir tufaan, dan kerikil yang biasa dikenal dengan

Formasi Kosambi.
Hasil Gunung Api Tua, yang terdiri atas persilangan antara breksi gunung api,
lahar, dan lava yang dikenal dengan Formasi Cikapundung.

Anda mungkin juga menyukai