Kelompok Tutorial 6
(160110150067)
Amelia Zainy
(160110150068)
Fania Fadhilah
(160110150069)
(160110150070)
(160110150071)
Reynaldy Hendy R
(160110150072)
Khafiya El Aunur R.
(160110150073)
(160110150074)
(160110150075)
(160110150076)
Biandra Azzahra
(160110150077)
(160110150078)
(160110150079)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tumbuh
Kembang Gigi ini.Tujuan dari penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
tutorial blokBDS 2.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan dan arahan dari Emma Rachmawati,drg.,Mkes serta berbagai pihak
lain, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami tidak
lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai tumbuh kembang gigi.Walau begitu, kami juga
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Semoga dengan
selesainya makalah ini, bisa diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
1.2
1.3
Mekanisme................................................................................................................................ 5
1.4
2.2
2.3
Perkembangan Gigi................................................................................................................ 10
2.4
PertumbuhanGigi ................................................................................................................... 17
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
Radiografi ............................................................................................................................... 53
iii
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
sejak lahir.
Kasus 1 bagian 2
Dokter gigi yang bertugas memprediksi pasirn mengalami disruption
dalam pertumbuhan dan perkembangan gigi sehingga menyebabkan abnormalitas
dalam bentuk dan jumlah gigi. Dokter gigi tersebut mendiagnosis Noni
mengalami microdontia insisiv lateral di bagian kanan rahang atas dan hipodonsia
insisiv lateral di bagian kiri rahang atas sehingga menyebabkan hilangnya gigi.
Pasien membutuhkan pemeriksaan radiografi untuk memastika adanya bakal gigi
dari gigi yang hilang atau tidak dan untuk memastikan didi yang lainnya normal.
.
Term
Problems
Hypothesis
Mechanism
More Info
Kelainan
Pemeriksaan
kanan berbentuk
pertumbuhan
Intraoral:
tidak biasa
dan
(mahkota gigi
perkembanga
permanen
n Gigi
berbentuk
kerucut dan
berukuran lebih
kecil seperti gigi
bayi)
- Gigi atas depan
kiri tidak ada /
tidak tumbuh
- Kelainan ini
menyebabkan
depan kanan
berbentuk
Kelainan
Kelainan
tidak biasa
perkembangan
pertumbuhan
gigi
gigi
(Pemeriksaan IO:
Kelainan
jumlah
normal) Kelainan
gigi
morfologi
(mahkota gigi
1. Berapa
jumlah gigi
anterior
rahang atas?
2. Apa saja
gigi anterior
rahang atas?
permanen
berbentuk
3. Bagaimana
Learning Issue
1. Mengapa bentuk
gigi tidak normal?
2. Mengapa gigi tidak
tumbuh?
3. Apa itu
perkembangan?
4. Apa itu
pertumbuhan?
5. Bagaimana
kerucut dan
morfologi
pertumbuhan gigi
berukuran
gigi normal?
prenatal?
lebih kecil
(incisive &
seperti gigi
caninus)
bayi)
I Dont Know
4. Bagaimana
morfologi
6. Bagaimana
pertumbuhan gigi
postnatal?
7. Apa itu
microdontia?
3
Micro-
(Pemeriksaan IO:
gigi sulung
tengah terlihat
dontia
tumbuh
anterior
tumbuh)
Hipodontia
Pemeriksaan
Umum:
rahang atas
normal?
gigi lainnya?
mengganggu
penampilan
wajahnya
1.3 Mekanisme
KelainanPerkembangan
KelainanPertumbuhan
Gigi
Gigi
Kelainan Morfologi
Kelainanjumlahgigi
Gigi
Pemeriksaan IO (gigisulung
12 lebihkecildarigigi 11)
Kemungkinanadaben
ihgigitetapitidaktumb
Kemungkinantidakadab
nihgigi
uh
Mikrodonsia
Pemeriksaan IO (gigi
22 tidaktumbuh)
Hipodonsia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
anomaly
gigiyaitugigi
yang
bentuknyamenyimpangdaribentukaslinya.
Faktor-faktor yang menyebabkan anomaly gigi:
1. Gangguanmetabolisme
2. Faktorherediter
3. Gangguanpadawaktupertumbuhan, perkembangangigi
Faktor diatas dapat meengakibatkan anomaligigi yangseringterjadi:
a. Bentuk abnormal atauterjadiperubahanbentuk
b. Gigi kembar (bersatu)/ fused anterior teeth
c. Kelebihan gigiatau supernumerary (extra) tooth
d. Anodontiayaitutidakadabenihgigi di dalamrahang
e. Untukgigitetaplebihbanyakdaripadagigisusu
f. Untukgigigeligiataslebihbanyakdaripadagigigeligibawah
2.2
XAXa
normal
XAY
F2
/
XA
XA
XAXA XAY
Xa
XAXa XaY
2.
3.
4.
Autosomal resesif bentuk (HYD2) telah dilacak ke sebuah gen yang rusak
di gen peta lokus 16q12.1.
Tampaknya ada dua bentuk oligodontia juga. Bentuk yang lebih
dikenal disebabkan oleh mutasi gen yang terletak di chromosome14q12-13
dan ditularkan sebagai sifat dominan autosomal. Bentuk lain, kurang
umum dan kurang dikenal, disebabkan oleh mutasi pada lokasi yang tidak
diketahui di X-kromosom.
b. Gangguan Metaboisme
1)
Hiperparatiroidsm
Hiperparatiroidism merupakan kondisi dimana terjadi hiperskresi
Faktor Lingkungan
a. Stress
b. Geografi
c. Status gizi
d. Radiasi
e. Kandungan mineral
10
5)
Cerebral
Gigantisme.
Cirinya
terlambat
dalam
Perkembangan Gigi
Perkembangan memiliki definisi yaitu proses bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi yang melibatkan proses pematangan.
Perkembangan gigi melibatkan interaksi resiprokal antara epitel
rongga mulut dengan sel-sel mesenkim yang berasal dari neural crest
cranial. Interaksi resiprokal yang terjadi merupakan interaksi yang
menunjukan adanya keterkaitan antara satu proses dengan proses
selanjutnya. Pada minggu ke-5 masa embrio, epitel ektoderm yang melapisi
11
kavum oris mengalami penebalan sepanjang tepi dari bakal rahang atas dan
rahang bawah. Penebalan ini terdiri atas dua lapisan yang meluas sampai ke
mesenkim, di mana lapisan pertama yaitu di sebelah labial akan
memisahkan diri dan membentuk ruangan di antara bibir dan prosesus
alveolaris dari rahang. Lapisan kedua yaitu di sebelah lingual akan
membentuk gigi yang disebut lamina dentalis. Pada lamina dentalis, terjadi
penebalan yang berbentuk kuncup dan masuk ke dalam jaringan pengikat
(mesoderm).Kuncup-kuncup ini merupakan benih-benih gigi. Ada 10 benihbenih gigi dalam masing-masing tulang rahang yang akan menjadi gigi
desidui. Pada awal minggu ke-10 lamina dentalis yang masih tinggal akan
membentuk kuncup-kuncup lagi yang akan menjadi benih-benih gigi
permanen.
Gigi desidui berkembang pada minggu ke-6 dan minggu ke-8 dan
gigi permanen berkembang pada minggu ke-20.21 Tahap mineralisasi pada
gigi desidui dimulai pada minggu ke-14 IU dan seluruh gigi desidui
termineralisasi secara sempurna setelah kelahiran. Gigi I dan M1 permanen
termineralisasi pada atau waktu setelah kelahiran, setelah itu baru gigi-gigi
permanen lain mengalami mineralisasi.
Tahap perkembangan gigi :
a. Inisiasi (Bud Stage)
Adanya bukti perkembangan gigi manusia bisa diobservasi pada
awal minggu ke 6 usia embrio. Sel pada lapisan basal epitelium oral
berpoliferasi lebih cepat dibandingkan sel yang berdekatan.Akhirnya
epitelia menebal dibagian lengkung gigi.Nantinya yang meluas sepanjang
seluruh margin bebas rahang. Hal ini disebut dengan premordium dari
bagian ektodermal gigi . Dan hasilnya disebut lamina dental.
Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal dan
pembentukkankuntum gigi yang dikenal sebagai organ enamel pada minggu
ke-10. Perubahan yang paling nyata dan paling dominan adalah proliferasi
jaringan ektodermal dan jaringan mesenkimal yang terus berlanjut.
12
13
14
d.Morfodiferensiasi
Morfodiferensiasi adalah susunan sel-sel dalam perkembangan
bentuk jaringan atau organ.Perubahan morfodiferensiasi mencakup
pembentukkan pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari
mahkota gigi.
Morfologi gigi ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun
sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas
merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk.
Dentinoenamel junction mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai
suatu pola tertentu pada pembiakan sel.
15
e. Aposisi
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi
(email,dentin, dan sementum). Pertumbuhan aposisi ditandai oleh
pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler yang
mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang.
f. Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium
anorganik selama pengendapan matriks. Kalsifikasi akan dimulai di dalam
matriks yang sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi
dari bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis.
Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi
seperti hipokalsifikasi.
Pada minggu keenam kehamilan, lapis basal epitel mulut (ektoderm)
berproliferasi dan tumbuh ke dalam ektomesenkim di bawahnya, yang
berkembang dari krista neural. Sabuk berbentuk tapal kuda yang dikenal
sebagai lamina dentis dibentuk pada tiap rahang. Penjuluran ektodermal ini
membentuk sungkup di atas kelompok ektomesenkim dan setiap kelompok
sel (kuncup gigi) akan berkembang menjadi gigi desidua. Ektomesenkim
dibentuk oleh sel-sel mesenkim sehubungan dengan sel krista neural yang
berasal dari ektoderm. Sel-sel ektodermal kemudian berdegenerasi dan
menghilang. Komponen ektodermal kuncup gigi membentuk organ email
yang berfungsi untuk menghasilkan email. Komponen ektomesenkim
membentuk papila dentis yang akan mengembangkan sel odontoblas (sel
16
17
Lapis
dalam
menginduksi
pembentukan
odontoblas
yang
menghasilkan dentin dari akar gigi. Bila dentin telah dibentuk, selubung
akar hancur dan dentin yang baru dibentuk ini menginduksi perkembangan
sementoblas dari sel mesenkim sakus dentis di sekitarnya. Sementoblas
menghasilkan sementum, yaitu jaringan mirip tulang yang membungkus
akar gigi.
D. Gigi Tetap (permanen)
Pada sisi labial setiap lamina dentis terjulur ke luar suatu massa sel
ektodermal dan membentuk lamina suksesional. Sel-sel lamina dentis
menggali ke belakang dan bakal gigi molar permanen berturut-turut
terlepas. Bakal gigi molar kedua dan ketiga tidak dibentuk sampai sesudah
lahir.
2.4
PertumbuhanGigi
Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler sehingga bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan jadi dapat diukur dengan satuan panjang dan
berat. Pertumbuhan dibagi menjadi 3 tahapan utama yaitu:
1. Prenatal growth atau pertumbuhan sebelum dilahirkan
Prenatal growth dibagi menjadi tiga tahapan yaitu:
18
a)
19
20
meningkatnya
permeabilitas
vascular di
sekitar ligament
oklusi
dipertahankan.Pada
dan
titik
tahap
ini
kontak
tulang
proksimal
dari
gigi
alveolar
masih
dapat
mengalami
sebenarnya
pertumbuhan
tulang
alveolar
dan
21
erupsi,
faktor-faktor
tersebut
adalh
gen,
ras,
dan
22
kelahiran, hal ini terjadi karena gigi sulung premature tersebut belum
mempunyai akar sehingga tidak melekat dengan kuat pada rongga
mulut. Apabila gigi tersebut tanggal, maka tidak akan digantikan oleh
gigi lain. Jadi tempat yang tanggal tersebut akan paten hingga gigi
permanen bererupsi pada waktunya.
2. Retained Primary Teeth (Gigi Sulung yang Tertahan)
Sebab utama dari retained primary teeth ini karena impaksi dari
gigi permanen. Kasus ini lebih sering terjadi pada insisive lateral
rahang atas, molar kedua rahang bawah, dan insisive central rahang
bawah.
Patologi retained primary teeth adalah karena gigi permanen
setelah itu selama beberapa tahun gigi sulung yang tertahan masih
berperan secara fungsional diantara gigi-gigi permanen, kemudian
hilang dengan adanya resorpsi akar.
Pada saat dewasa, hilangnya gigi yang tertahan juga
diakibatkan dengan adanya daya mastikasi yang besar, dapat juga
karena erupsi gigi permanen yang aktif.
3. Submerged Gigi Sulung (Gigi Sulung yang Tidak Timbul)
Pada kasus ini kadang gigi sulung menjadi ankylosed
(menyatu). Contohnya adalah gigi menjadi tidak timbul pada tulang
alveolar karena hasil erupsi yang berkelanjutan dari gigi yang
berdekatan.
Periode pertumbuhan gigi campuran
Periode ini adalah periode Diana terdapat gigi sulung dan gigi
permanen di dalam mulut secara bersamaan.Gigi permanen yang
mengikuti tempat kedudukan gigi primer yang terdahulu disebut sebagai
gigi pengganti, contohnya insisivus, caninus dan premolar.Sedangkan gigi
permanen yang erupsi pada bagian posterior dari gigi sulung disebut gigi
tambahan. Dari tinjauan klinis, ada dua aspek yang sangat penting dari
periode pertumbuhan gigi campuran yaitu :
23
b.
c.
2.
Perubahan adaptasi dari gigi oklusi yang terjadi selama transisi dari
24
25
26
2.5
Keadaan
ini jarang
dijumpai,
sering
di
DD
(Diferensial
27
Gambar 8. Makrodonsia
Perawatan :
Hampir tidak ada, kecuali dicabut bila dianggap mengganggu estetis.
2. Mikrodonsia
Mikrodonsia yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi
lebih kecil darinormal. Bentuk koronanya (mahkota) seperti conical atau
peg shaped. Sering didugasebagai gigi berlebih dan sering dijumpai pada
gigi insisivus dua atas atau molar tiga.Ukuran gigi yang kecil ini dapat
menimbulkan diastema.
Gambar 9. Mikrodonsia
28
disebabkan karena hasil dari warisan rahang besar dari salah satu orang
tua, dan ukuran normal gigi dari yang lain.
Localized (focal) microdontia
Microdontia lokal juga disebut fokals, atau pseudo-microdontia.
Gigi tunggal lebih kecil daripada normal. Lokal microdontia jauh lebih
umum daripada umum microdontia, dan ini sering dikaitkan dengan
hypodontia (penguranganjumlah gigi). Kasus yang paling sering terlibat
microdontia lokal adalah gigi seri lateral maxiallry, yang juga menjadi
berbentuk seperti kerucut terbalik ("lateral pasak"). Peg laterals biasanya
terjadi pada kedua sisi, dan memiliki akar yang pendek. warisan mungkin
terlibat, dan frekuensi microdontia di laterals atas hanya di bawah 1%.
Jenis gigi kedua paling sering terlibat adalah gigi geraham ketiga rahang
atas.
Perawatan :
Pada gigi insisivus dua dapat ditambal dengan komposit resin
(dapat digunakanselluloid crown sebagai alat bantu) sehingga kembali
seperti ukuran normal ataudibuatkan jaket krown bila akarnya sudah
tertutup sempurna. Sedangkan pada molartiga umumnya tidak dilakukan
perawatan. Pembedahan dilakukan apabila gigi tersebut mengganngu
mastikasi.
Kelainan Bentuk Gigi Lain
a. Dens Evaginatus
Anomali pertumbuhan terdiri dari tonjol ekstra yang langsing,
sering runcing pada permukaan oklusi terutama pertama bawah (evaginasi
memiliki tanduk dijumpai pada gigi premolar pulpa yang mendekati
email).
29
b. Dens Invaginatus
Anomali pertumbuhan yang mengakibatkan elemen berbentuk
sangat jelek. Secara kilnis terlihat sebagai tonjolan di daerah cingulum gigi
incisor. Sering terlihat gigi I2 atas, bisa pada I2 bawah. Perkembangan
anomali ini akibat terselubungnya organ enamel diantara mahkota gigi.
c. Dilaserasi (Pembengkokan akar normal)
Elemen gigi yang gagal terbentuk karena aksi trauma mekanis pada
benih gigi yaitu berupa pembengkokan ekstrem suatu elemen, mahkota
menekuk di atas akar atau akarnya menunjukkan satu atau lebih tekukan,
akar dan mahkota gigi membentuk sudut 45 sampai lebih dan 90.
Dilaceratio (latin) berarti penyobekan. Dapat diakibatkan karena trauma
mekanis pada mahkota gigi yang telah mengalami pembentukan sehingga
tersobek akarnya. Sering terjadi pada kasus M3 bawah.
d. Flexion
Akar gigi yang bengkok kurang dari 90 atau rotasi.
30
e. Dwarfed Root
Gigi-gigi atas sering memperlihatkan mahkota gigi dengan ukuran
normal tetapi dengan akar yang pendek. Edge incisal biasanya berpindah
ke arah lingual seperti pada incisivus bawah. Keadaan ini sering tururn
temurun.
f. Fusion
Anomaly ini terjadi karena adanya penyatuan 2 benih gigi,
sehingga terbentuk gigi yang besar. Proses fusi melibatkan seluruh
panjang gigi atau hanya pada daerah akar gigi saja, yang penyautannya
terjadi pada daerah sementum dan dentin.
g. Geminasi / Concrescence
Menunjukkan adanya gigi dengan 2 mahkota yang berasal dari 1
organ email, namun saluran akarnya hanya satu. Kedua mahkota tersebut
dipisahkan oleh celah.
h. Penambahan Akar Gigi
Jumlah akar gigi yang lebih banyak daripada normal pada suatu
elemen bisa karena pembelahan akar gigi atau peambahan akar gigi.
i. Tuberclei Cusp Tambahan
31
molar atas
32
33
Jumlah gigi kurang karena tidak tumbuh 1 atau lebih elemen gigi
secara normal, akibat dari gigi geligi yang agenesis yaitu tidak
dibentuknya atau tidak tumbuhnya benih gigi tersebut, antara lain :
a. Agenesis soliter
elemen.
b. Oligodonsia : multi agenesis/ reduksi multiple jumlah elemen
gigi geligi.
c. Anodonsia
gigi.
Ada 2 macam anodonsia
1. Anodonsia Iengkap
Sering karena penyakit herediter (sex linked genetik trait), dan
jarang sekali terjadi
2. Anodontia sebagian
Biasanya kongenital. Kehilangan satu atau beberapa gigi di dalam
rahang meskipun belum terbukti karena herediter tetapi tendensi
untuk tidak ada gigi yang sama pada suatu keluarga sering dijumpai.
Urutan gigi-geligi yang mengalami anodontia:
Gigi M3 tetap, I2 atas tetap, P2 bawah tetap, 12 bawah (desidui/
tetap).
2. HIPERODONSIA/ SUPERNUMERARY
Adanya 1 atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal.
a. Elemen-elemen tambahan atipis (tidak dapat dideterminasikan)
contohnya, gigi mesiodens, distomolar, paramolar. Sering dijumpai
pada gigi tetap dan gigi susu dan 90% terjadi pada rahang atas.
Terletak pada daerah I1 atas atau regio M3 atas.
Macam-macam :
Daerah incisivus atas :Mesiodens
Mesiodens merupakan gigi yang terdapat antara gigi I1 atas atau mesial
dan kedua gigi I1 bawah.
34
35
gigi susu dari pada pada gigi tetap, pada regio I dan P. secara klinis
terlihat sebagai gigi kembar atau dempet (fused teeth), umumnya sering
terlihat di daerah anterior.
Concrescence
Keadaan ini adalah fusion atau tumbuh jadi satu pada akar gigi
melalui jaringan sementum setelah akar terbentuk. Fusi dapat terjadi
sebelum atau setelah gigi erupsi di ronggamulut.Kadang-kadang akibat
dan trauma.Sering terjadi pada regio molar atas.
2.7
36
37
38
39
2) Pandangan Palatal
40
saja runcing. Di beberapa kasus, garis labial dari akar dari aspek ini adalah
lurus.
4) Pandangan Distal
41
42
43
Gambar 27.Insisiv 2
44
Sumber: dentias.blogspot.com
Gigi-geligi sulung kaninus rahang atas
Benih dibentuk pada minggu 10 prenatal. Gigi sulung kaninus
rahang atas mulai kalsifikasi pada saat 5 bulan intra uterine. Proses erupsi
gigi sulung ini berlangsung dari bulan ke 16-20. Pertumbuhan akarnya
mencapai sempurna pada umur 3 tahun. Gigi sulung ini memiliki
tonjolan yang lebih panjang dan tajam dari pada tonjolan gigi tetap.
1. Aspek Labial
2. Aspek Palatal
45
Enamel ridge (incisal ridge) dan cingulum jelas dan bersatu satu
sama lain
3. Aspek Mesial
4. Aspek Incisal
Sudut-sudut pada titik kontak mesial dan distal pada 1/3 servikal
pada permukaan labial kurang membulat disbanding gigi kaninus
tetap rahang atas
46
1. Aspek Labial
Kurva yang dibentuk oleh garis servikal lebih sempit daripada gigi
incisivus sentral
Garis luar distal sedikit konkaf dari perbatasan akar dan korona ke
daerah kontak yang menjadi puncak distal dari kurva itu
47
3. Aspek Mesial
Garis luar labial sedikit cembung dari puncak labial ke ujung tonjol
Garis luar akar seperti kerucut yang bundar dari garis servikal ke
apeks
48
4. Aspek Distal
5. Aspek Incisal
49
2.8
50
Sedangkan
tunas
gigi
permanen
terbentuk
pada
tahap
perkembangan gigi cap stage yaitu tahap proliferasi dimana mahkota gigi
sulung mulai terbentuk. Pada masing-masing region rahang terdapat 8 bakal
gigi yang akan membentuk gigi permanen central incisor, lateral incisor,
canine, premolar, first molar, second molar dan third molar namun banyak
yang mengalami gagal erupsi pada molar ketiga karena factor-faktor
tertentu.
51
Selain jumlah gigi sulung dan gigi permanen yang berbeda, terdapat
banyak perbedaan antara keduanya. Berikut table mengenai karakteristik
dari gigi masing-masing:
Jumlah
Warna
DECIDUOUS
PERMANENT
TEETH
TEETH
masing-masing
masing-masing
rahang)
rahang)
Waktu Erupsi
Mahkota
Usia 6 21 tahun
Lebih besar
kecil
Permukaan oklusal
Permukaan oklusal
lebih lebar
Konstriksi pada
Tidak tampak
52
Lapisan enamel (1
mm)
lebih tipis
Enamel menempel
Enamel menempel
mengarah ke oklusal
mengarah ke daerah
gingiva
Pulpa
Akar
sempit
luas
ramping
berkembang hingga
3 tahun setelah
erupsi
Mengalami reabsorbsi
Tidak mengalami
Gigi goyang
reabsorbsi Gigi
tetap
Gigi Insisiv
Tidak terdapat
Terdapat mammeln
lekukan atau
ketikapertama kali
mammelon
erupsi namun
hilang seiring
bertambah waktu
karena fungsi
pemakaian gigi
Mandibular: Insisiv
Mandibular: Gigi
tersempit secara
(90 di mesial)
mesio-distal
sedagkan lateral
Maxilla: Gigi
terlebar secara
lebih bulat
mesio-distal yang
memiliki dua
53
2.9
central melebihi
tingginya
yang membulat
mesiodistal
mesiodistal
Radiografi
Radiografi diperlukan untuk menganalisa dan mendiagnosis lebih
lanjut, dokter gigi harus melakukan radiografi. Radiografi dapat membantu
dokter gigi mengevaluasi dan mendiagnosa berbagai penyakit oral dan
kondisi oral. Menggunakan radiografi untuk mengevaluasi kasus adalah satu
tindakan yang bijak dalam perawatan dental karena ia dapat mendukung
diagnosa awal maupun perawatan setelah patologi terdeteksi.
Salah satu radiografi yang sering digunakan adalah radiografi
panoramik. Radiografi panoramik adalah radiografi ekstraoral yang dapat
menggambarkan daerah yang lebih luas dibanding radiografi intraoral,
karena pada radiografi ini rahang atas dan rahang bawah dapat terlihat
dalam satu film Karena itu, radiografi panoramik sangat efektif dalam
mendiagnosa dan merencanakan perawatan. Status pertumbuhan dental juga
dapat dinilai melalui radiografi panoramik.
Radiografi panoramik memberikan informasi kepada dokter gigi
melalui gambaran maksilaris, mandibularis dan gigi geligi.
1. Radiografi Gigi Normal
54
55
56
Gambar 39. Radiografi Gigi Incisivus Lateral Bagian Kiri Tidak Tumbuh
Pada gambar diatas terlihat bahwa gigi incisivus lateral bagian kiri
tidak tumbuh. Dapat terlihat bahwa tidak ada benih di atas gigi tersebut,
yang menunjukkan bahwa tidak tumbuhnya gigi tersebut disebabkan oleh
tidak adanya benih sejak lahir.
BAB III
PEMBAHASAN
57
58
insisivus dua atas ataumolar tiga.Ukuran gigi yang kecil ini dapat
menimbulkan diastema.
59
microdontia di laterals atas hanya di bawah 1%. Jenis gigi kedua paling sering
terlibat adalah gigi geraham ketiga rahang atas.
Perawatan pada gigi insisivus dua dapat ditambal dengan komposit
resin (dapat digunakan selluloid crown sebagai alat bantu) sehingga kembali
seperti ukuran normal atau dibuatkan jaket krown bila akarnya sudah tertutup
sempurna.
Sedangkan gigi depan rahang atas bagian kiri tidak tumbuh
dikarenakan kelainan pertumbuhan gigi yang menyebabkan jumlah gigi tidak
lengkap. Kelainan jumlah gigi ini bisa disebabkan oleh 2 faktor, yaitu
kemungkinan tidak ada benih gigi sama sekali atau ada benih gigi tetapi tidak
tumbuh. Setelah dilakukan pemeriksaan intraoral menunjukkan gigi insisivus
lateral bagian kiri (22) menderita penyakit hipodonsia.
Gigi manusia pertama erupsi pada usia 6 bulan dan dikenal sebagai
gigi susu atau gigi sulung. Gigi sulung ini kemudian akan digantikan oleh gigi
permanen. Kadang-kadang proses normal ini terganggu di mana gigi tidak
erupsi sama sekali. Hipodonsia adalah kondisi yang ditandai dengan
kegagalan
pembentukan
gigi.
Gangguan
tersebut
lebih
umumnya
60
kelainan jumlah gigi yang kurang karena tidak tumbuh 1 atau lebih elemen
gigisecara normal, akibat dari gigi geligi yang agenesis yaitu tidak
dibentuknya atau tidak tumbuhnya benih gigi tersebut, antara lain:
61
kilnis
gigiincisor.Sering
terlihat
terlihat
sebagai
gigi
I2
tonjolan
atas,
di
bisa
daerah
pada
cingulum
I2
bawah.
62
Elemen gigi yang gagal terbentuk karena aksi trauma mekanis pada
benih
gigi
yaitu
berupa
pembengkokan
ekstrem
suatu
elemen,
63
gigi
bisa
memperlihatkan
penonjolan
enamel
yang
Carabelli
pada
mesiolingual
gigi
molar
atas
64
65
ganda, bentuk mahkotanya seperti mahkota M1 atau M2. Gigi I2 atas tetap
Gigi anterior yang paling umum mengalami anomali dalam bentuk I2 atas,
berbentuk pasak (+ 1-2% dari penduduk).Biasanya gigitersebut berbentuk
konus, bagian cervical lebar dan mengecil ke arah incisal.
13) Segmented Root
Akar gigi terpisah menjadi 2 bagian, diperkirakan sebagai akibat luka
traumatis pada waktu pembentukan akar.
Pada kasus ini pasien perlu pemeriksaan radiografi sebagai
pemeriksaan penunjang untuk memastikan apakah ada benih gigi yang hilang
atau tidak dan untuk memastikan bahwa gigi yang lain selain gigi I2 dan gigi
22 adalah normal.
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien datang dengan keluhan gigi atas kanan depan tidak normal (mahkota
gigi berbentuk kerucut dan ukuran gigi lebih kecil), dan pada gigi atas kiri bagian
depan tidak tumbuh sama sekali. Keadaan gigi seperti itu dianggap telah merusak
estetika wajah sang pasien. Berdasarkan ciri-ciri tersebut menandakan adanya
kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi. Kelainan perkembangan gigi tersebut
ditandai dengan adanya kelainan morfologi gigi, sedangkan kelainan pertumbuhan
gigi tersebut ditandai dengan adanya kelainan jumlah gigi. Selanjutnya untuk
memperkuat hipotesis ini diperlukan pemeriksaan intraoral dan ekstraoral, hasil
pemeriksaan ekstraoral menyatakan tidak ada penyakit serius namun, pemeriksaan
intraoral menyatakan gigi 12 berukuran lebih kecil dari Gigi 11 dan ukurannya
menyerupai gigi sulung, dan pada gigi 22 tidak erupsi atau tidak tumbuh.
Pemeriksaan lebih lanjut dilakukan pengambilan gambaran gigi geligi atau radiografi
untuk memperoleh informasi tambahan mengenai penyebab kelainan jumlah gigi atau
gigi yang tidak tumbuh, hasilnya menyatakan di dalam tulang alveolar tidak terdapat
benih gigi. Setelah itu, kami memadukan hasil pemeriksaan intraoral, ekstraoral,
radiografi, dan diagnosa pembanding beberapa penyakit atau kelainan yang memiliki
gejala atau ciri-ciri yang sama untuk menghasilkan diagnosa yang tepat. Diagnosa
yang kami dapatkan, pasien mengalami kelainan gigi hipodonsia (keadaan dimana
sebuah gigi tidak mengalami erupsi atau tidak tumbuh yang disebabkan oleh
ketiadaan benih gigi) dan mikrodonsia (Gigi kecil dan berbentuk seperti kerucut).
Dari diagnosa yang telah ada, ada beberapa penangan yang sesuai dengan keadaan
pasien, umur pasien, jenis kelamin, riwayat kesehatan mulut pasien, bentuk rahang,
dan bentuk gigi pasien. Penanganan yang dapat kami lakukan adalah melakukan
penambalan gigi depan atau veneer pada gigi yang mengalami mikrodonsia, dan
implan gigi atau pembuatan gigi tiruan untuk gigi yang tidak tumbuh, tambalan dan
66
67
gigi tiruan tersebut dibuat sesuai dengan bentuk dan warna gigi normal yang dimiliki
pasien.
68
DAFTAR PUSTAKA
.Brand, R.W., and Isseihard D.E., 1991, Anatomy of Orofacial Structures, 5th ed. CV.
Mosby Co., Toronto.
Conen and Buens ,R.C., 1995, Pathways of The Pulp, Mosby Co., Toronto.
Ebyamly.
(2015).
Makalah
Blok
p2.
Retrieved
from
http://documents.tips/documents/88756046-makalah-blok-8-p2.html
Rarediaseases.org.
(2006).
Anodontia.
Retrieved
from
http://rarediseases.org/rare-diseases/anodontia/
Jablonsky,
S.,
1982,
Illustrated
Co,.Philadelpia.
Dictionary
of
Dentisty,
WB.
Saunders
69
Meghana. (
Literature
Review.
Retrieved
from
http://www.jaypeejournals.com/ejournals/ShowText.aspx?ID=1299&Ty
pe=FREE&TYP=TOP&IN=_eJournals/images/JPLOGO.gif&IID=111
&isPDF=NO
Nelson, Stanley J. 2010. Wheelers dental anatomy, physiology and occlusion. 79h
ed. Michigan: WB Saunders Company
Prof. Subowo dr., Msc., PhD. Histogenesis Khusus. FKG Unpad. Retrieved from:
http://histofkgsp.blogspot.com/2006/10/14-sistem-pencernaan-i.html
Retrieved
from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33647/4/Chapter%20II.
pdf
Retrieved
from
https://www.academia.edu/4931786/KELAINAN_GIGI_AKIBAT_GA
NGGUAN_PERTUMBUHAN_DAN_PERKEMBANGAN
70
What-when-how.com . (
Yenitha, Erna. 2004. Beberapa Anomali yang disebabkan Persistensi Gigi serta
Perawatannya. Fakultas Kedokteran Gigi : Universitas Sumatera Utara