Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

APPENDIKSITIS
DI RUANG MAWAR RSUD KARSA HUSADA KOTA BATU

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :


DAVID VILIGIUS NIA
ISSANU YUNAEFI
SURTI
MARIO J. TIMO

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


APENDIKSITIS

Topik
Sub

: Apendiksitis
Pembahasan

Pengertian,

penyebab,

tanda

dan

gejala,

komplikasi,

pemeriksaan radiologi dan laboratorium, penatalaksanaan


Sasaran

: Semua keluarga pasien di ruang Mawar RSU Karsa Husada

Batu
Tempat

: Gasebo Depan ruang Teratai RSU Karsa Husada Batu

Hari/Tanggal

: Kamis/16 September 2016

Waktu

: 1 x 30 menit ( jam 09.00 -09.30 WIB)

Penyuluh

: Issanu Yunaefi

I.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui dan
memahami tentang penyakit apendiksitis, meliputi pengertian, penyebab, tanda
dan

gejala,

komplikasi,

pemeriksaan radiologi

dan

laboratorium,

penatalaksanaan.
II.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan, maka diharapkan pasien dan keluarga pasien:

1.

Memahami dan menyebutkan pengertian dan penyebab apendiksitis

2.

Memahami dan mengenali tanda dan gejala serta komplikasi apendiksitis

III. SASARAN
Seluruh keluarga pasien di Ruang Mawar RSU Karsa Husada Batu
IV. PEMBAHASAN MATERI
1.

Pengertian

2.

Anatomi

3.

patofisiologi

4.

Penyebab

5.

Klasifikasi

6.

Tanda dan gejala

7.

Komplikasi

8.

Pemeriksaan radiologi

9.

Pemeriksaan laboratorium

10.

Penatalaksanaan

V. METODE
1.

Ceramah

2.

Tanya Jawab / Diskusi

VI. MEDIA
Leaflet
VII. KRITERIA EVALUASI
Evaluasi Struktur
Semua keluarga pasien berkumpul Gasebo depan Ruang Teratai RSU Karsa
Husada Batu
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Gasebo depan Ruang Teratai
RSU Karsa Husada Batu

Kesiapan SAP
Kesiapan media : Leaflet
1.

Evaluasi Proses
Semua keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada anggota keluarga yang meninggalkan tempat saat penyuluhan
Semua anggota keluarga pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan secara benar

2.

Evaluasi Hasil
Semua keluarga pasien mengetahui dan paham tentang penyakit appendiksitis,
meliputi definisi, etiologi, klasifikasi appendiksitis, tanda dan gejala, cara
pencegahan dan pengobatannya.

3.

VIII.

Pengorganisasian dan Uraian Tugas


a.

Moderator : David Viligius Nia

b.

Penyaji

c.

Fasilitator : Mario J. Timo

d.

Observer

: Surti

KEGIATAN PENYULUHAN

NO WAKTU
1

: Issanu Yunaefi

3 menit

KEGIATAN
PENYULUH

15 menit

METODE

Pembukaan:
Membuka kegiatan
dengan
mengucapkan salam
Pembukaan
Menjelaskan
tujuandari
penyuluhan
Menyebutkan materi
yang akan diberikan

KEGIATAN
PESERTA

Menjawab salam
Mendengarkan
Memperhatikan

Ceramah

Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang Memperhatikan
pengertian
Mendengarkan
apendiksitis
Menjelaskan anatomi
apediksitis
Menjelaskan tentang
macam-macam
penyebab apendiksitis
Menjelaskan
klasifikasi
tentang
apendiksitis
Menjelaskan
tanda
dan
gejala
apendiksitis
Menjelaskan
komplikasi
yang

Ceramah
dengan
menggunakan
Lembar
Leafleat

terjadi pada penderita


apendiksitis
Menjelaskan
pemeriksaan
dan
penatalaksanaan yang
dilakukan
pada
pasien
dengan
apendiksitis
Memberi kesempatan
pada peserta untuk
bertanya
3

10 menit

Evaluasi :
Menanyakan
kepada Menjawab pertanyaan
peserta tentang materi
yang telah diberikan,
dan
reinforcement
kepada para peserta yang
dapat
menjawab
pertanyaan

2 menit

Tanya jawab
dan diskusi

Terminasi :
Menyampaikan
kesimpulan
Mengucapkan salam
penutup

Mendengarkan
Menjawab salam

Ceramah dan
membagikan
leaflet

MATERI PENYULUHAN
1.

Pengertian
-

Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari,melekat pada


sekum tepat dibawah katup ileocecal (Brunner & Sudart 2002 :1097)

Apendiksitis adalah salah satu peradangan pada apendiks yang berbentuk


cacing,yang berlokasi dekat katup ileocecal (Long,Barbara c,1996 hal 228)

Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiforis dan merupakan


peyebab abdomen akut yang paling sering (Arif Mansjoer .dkk.200:307)

Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada


kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk
bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

2.

Anatomi
Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung
inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang
menonjol pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang
appendiks rata-rata 9 10 cm, terletak posteromedial caecum kira-kira 3 cm
inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal
atau dipelvis, memberikan gambaran klinis yang tidak sama. Persarafan para
simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika
superior dari arteri appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar
umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis yang
merupakan artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis
pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren
Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari yang bersifat basa
mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan
ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran lendir di
muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks,
ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi

tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh


sebab jaringan limfe kecil sekalisehingga jika dibandingkan dengan jumlah pada
saluran cerna dan di seluruh tubuh. ( R.Syamsu ; 1997)
3.

Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab
terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti
cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain
misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium
viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X
maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini
disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut
itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang
berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan

timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada
anak anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih
panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih
kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh
darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini
menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka
terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982)
4.

Penyebab
o
o
o
o
o
o

5.

Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat


Tumor apendiks
Cacing ascaris
Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica
Hiperplasia jaringan limfe
Benda asing

Klasifikasi
Apendisitis dibagi atas :
a.

Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.

b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

6.

Tanda dan gejala

Sakit dan kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah


Anoreksia
Mual
Muntah (tanda awal yang umum, kurang umum pada anak yang lebih besar)
Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonitis
Nyeri lepas
Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali
Konstipasi
Diare
Kencing sedikit-sedikit / Disuria
Iritabilitas
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian

perut
Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah
ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa
Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam
setelah munculnya gejala pertama.
7.

Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10% sampai
32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Peforasi secara umum terjadi
24 jam setelah nyeri (gejala-gejalanya termasuk demam, penampilan toksik dan
nyeri berlanjut), menumpuknya abses inra abdomen bahkan terjadi obstruksi
intestinum (Syamsuhidayat, et.al, 2002). Selai itu juga setelah tindakan
pembedahan dapat terjadi resiko infeksi luka pembedahan.

8.

Pemeriksaan radiologi
foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis
apendisitis (71 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak.

Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan


( 93 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks
9.

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah : leukosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana
lebih dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya
leukositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat
pergeseran ke kiri
Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit
lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau
vesika
Pemeriksaan laboratorium leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk
melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada
apendisitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi
Hb (hemoglobin) nampak normal
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrate
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
Pencegahan
Dapat di lakukan dengan banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti
buah pepeya, pisang dan sayur-sayuran seperti kangkung, kacang panjang, serta
menjaga kebersihan, tidak sering makan makanan yang terlalu pedas dan asam,
buang air besar secara teratur, olah raga teratur, tidak makan makanan seperti
mie instan secara berlebihan.

Sebelum operasi
Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
Rehidrasi
Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena.
Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil
untuk membuka pembuluh pembuluh darah perifer diberikan setelah

rehidrasi tercapai.
Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
Operasi
Apendiktomi.
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin
mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka
waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan

operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.


Pasca operasi
Observasi TTV.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah.
Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,
selama pasien dipuasakan.
Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.
Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi
30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari
berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selama 230 menit.Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan
duduk di luar kamar.

Hari ke-3 pasien diperbolehkan pulang.


Pengangkata jahitan dapat dilakukan pada saat kontrol hari ke 7 di
poli bedah

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2010),
Jakarta, EGC.
Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan),
Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996
Mansjoer, Arief. Et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process,
Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit,
Jakarta, EGC.
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa
Andry
Soeparman. 2010. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Balai penerbit FKUI
S. Heru Adi. 1995. Kesehatan Masyarakat. Jakarta. : EGC

Anda mungkin juga menyukai