Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pesawat rontgen merupakan alat/pesawat medik yang bekerja mengunakan

radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografi. Sinar-X atau
sinar Rontgen adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 pikometer (sama dengan
frekuensi dalam rentang 30 petahertz - 30 exahertz) dan memiliki energi dalam
rentang 100 eV - 100 KeV. Sinar-X umumnya digunakan dalam diagnosis gambar
medis dan Kristalografi sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat
berbahaya. Pesawat Rontgen (foto Radiologi konvensional) memiliki prinsip
penembusan gelombang elektromagnetik dari sumber cahaya ke tubuh manusia,
lalu menembus hingga mencapai pelat film untuk menghasilkan gambar berupa
citra tubuh manusia (Foto Rontgen). Didalam teknologi terutama dalam bidang
kesehatan sinar X sangat banyak menjadi salah satu cara untuk alat diagnosis yang
berfungsi untuk photo thorax, tulang tangan, kaki dan organ tubuh lainnya. Sinar
X ini sering disebut juga sinar Rontgen. Dimana sinar ini sangat bermanfaat
dalam bidang kesehatan dan sangat berbahaya juga bila digunakan secara
berlebihan (Ferry Suyatno, 2008). Adanya peralatan peralatan yang menggunakan
sinar-X maka akan membantu dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu
penyakit sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Parameter yang
mempengaruhi penyinaran dalam alat radiologi antara lain kV, mA, S. Pada
kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang mA. mA merupakan arus
yang mengalir pada tabung yang elektronnya dihasilkan dari pemanasan filame.
(BAPETEN, 2013)
Sebagai calon ahli tenaga elektromedis kita harus paham dan mengerti
dampak negatif yang ditimbulkan pesawat sinar-X, dengan tidak mengabaikan sisi
keselamatan. Di sisi lain pengetahuan tentang keselamatan kerja dan prinsip dasar
alat masih kurang. Untuk mengurangi resiko paparan radiasi dan juga bertujuan
untuk memperdalam pengetahuan mengenai proses kerja pesawat sinar-X
1

radiograpy dan fluoroscopy tersebut, perlu dilakukan upaya perekayasaan pesawat


sinar-X radiograpy dan fluoroscopy konvensional untuk proses pendidikan agar
kita bisa memahami konsep dasar ilmu yang ada untuk mengurangi dampak
terburuk dari pesawat sinar-X.
Simulator Pesawat X-Ray pernah dibuat sebelumnya oleh Sumber,
Paryono, Antonius S, dan Ishak pada tahun 2001 yaitu KV selector dan sensor
overload digital mA setting dan timer digital, sliding dengan tampilan suhu
tabung digital, telting dengan derajat kemiringan digital, pada alat tersebut
tidak di lengkapi dengan rangkain safety alarm. Pada tahun 2008 alat tersebut
dikembangkan oleh Akhmad Dani A. dan Achmad Indraprasti yaitu simulasi
pesawat X-Ray dengan pokok bahasan KV selector dengan overload, mA setting
dan timer, kelemahan alat ini adalah tidak adanya patient table.
Mengacu pada alat-alat sebelumnya, penulis bermaksud untuk membuat
alat dengan memadukan keduanya yaitu alarm kesalahan dengan patient table
dilengkapi tabung dioda sebagai pengganti tabung X-ray yang kemudian
diumpankan ke lampu. Sehubungan dengan adanya masalah tersebut penulis ingin
membuat simulator pesawat x-ray dengan dua sistem radiograpy dan fluoroscopy
dilengkapi dengan meja pasien, kontrol panel dan kontrol meja pasien dari
pesawat X-Ray ini berbasis mikrokontroler.
1.2

Batasan Masalah
1.2.1
1.2.2

Tidak mengeluarkan sinar X.


Menggunakan tabung dioda sebagai pengganti tabung X-

Ray.
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6

Menggunakan lampu indikator sebagai pengganti sinar X.


Menggunakan ATMEGA 8535.
Display menggunakan LCD 4X16.
Pemilihan arus tabung 0.6mA, 0.7mA, 0.8mA, 0.9mA,

1.0mA, 1.1mA, 1.2mA, 1.3mA.


1.2.7
Tidak menggunakan maupun membuat Space charge
compensator.
1.2.8
Safety sensor berupa :
a.
Tegangan input tidak ada.
b.
Overload heating.
c.
Arus filamen tidak ada.
d.
Arus tabung tidak ada.

e.
Rotating anoda tidak berputar.
1.2.9
HU max 20.000 joule pada sistem radiography.
1.2.10
Hanya menampilkan salah satu error pada LCD.
1.2.11
Error terdiri dari :
ERROR 1 : Tegangan input tidak ada.
ERROR 2 : Rotating Anoda tidak berputar.
ERROR 3 : Arus Filamen tidak ada.
ERROR 4 : Arus Tabung tidak ada.
ERROR 5 : Overload Suhu X-Ray tube.
ERROR 6 : Over HU.

1.3

Rumusan Masalah
Dapatkah dibuat alat simulasi pesawat General X-Ray dengan kontrol
mA dan Safety Alarm ?

1.4

Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Dibuatnya alat simulasi pesawat General X-Ray dengan kontrol
mA dan Safety Alarm.
1.4.2 Tujuan Khusus
Dengan acuan permasalahan tersebut diatas, maka secara
operasional tujuan khusus pembuatan alat ini antara lain :
1.4.2.1
1.4.2.2
1.4.2.3
1.4.2.4
1.4.2.5
1.4.2.6
1.4.2.7
1.4.2.8
1.4.2.9
1.4.2.10

1.5

Membuat rangkaian Driver mA


Membuat program mikrokontroller
Membuat rangkaian minimum sistem mikrokontroller
Membuat rangkaian trafo filamen
Membuat rangkaian safety pada input LVC
Membuat rangkaian safety pada input Rotating anoda
Membuat rangkaian safety pada sekunder trafo filamen
Membuat rangkaian safety pada sekunder trafo step up
Membuat rangkaian safety suhu pada X-Ray Tube
Melakukan uji fungsi.

Manfaat
1.5.1

Manfaat Teoritis

Meningkatkan wawasan dan pengetahuan di bidang peralatan


radiologi terutama alat General X-Ray dalam hal kontrol.
1.5.2

Manfaat Praktis
3

Dengan adanya alat ini diharapkan dapat membantu proses


kegiatan pembelajaran di mata kuliah radiologi, sehingga alat ini lebih
mudah digunakan untuk mempelajari sistem kerja pesawat rontgen
konvensional, kami juga menambahkan safety alarm tegangan input dan
arus tabung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


2.1.1

Pengertian Sinar - X
Dalam ilmu kedokteran, sinar x dapat digunakan untuk melihat

kondisi tulang, gigi serta organ tubuh yang lain tanpa melakukun
pembedahan langsung pada tubuh pasien. Biasanya, masyarakat awam
menyebutnya dengan sebutan FOTO RONTGEN. Selain bermanfaat,

sinar x mempunyai efek/dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh kita


yaitu apabila di gunakan secara berlebihan maka akan dapat menimbulkan
penyakit yang berbahaya, misalnya kanker. Oleh sebab itu para dokter tidak
menganjurkan terlalu sering memakai FOTO RONTGEN secara
berlebihan. Pemanfaatan radiasi pengion dalam bidang kedokteran, terutama
sinar-X berkembang pesat beberapa saat setelah penemuan radiasi tersebut.
Penguasaan pengetahuan mengenai radiasi pengion oleh umat manusia yang
terus meningkat dari waktu ke waktu juga memungkinkan dimanfaatkannya
radiasi tersebut dalam berbagai bidang kegiatan di luar kedokteran, di
samping pemanfaatan-nya di dalam bidang kedokteran sendiri juga terus
mengalami peningkatan. Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh
manusia karena terpapari sinar-X dan gamma. segera teramati beberapa saat
setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. Efek merugikan tersebut
berupa kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Pada tahun 1897 di Amerika
Serikat dilaporkan adanya 69 kasus kerusakan kulit yang disebabkan oleh
sinar-X, sedang pada tahun 1902 angka yang dilaporkan meningkat menjadi
170 kasus. Pada tahun 1911 di Jerman juga dilaporkan adanya 94 kasus
tumor yang disebabkan oleh sinar-X. Meskipun beberapa efek merugikan
dari sinar-X dan gamma telah teramati, namun upaya perlindungan terhadap
bahaya penyinaran sinar-X dan gamma belum terfikirkan. Marie Curie,
penemu bahan radioaktif Po dan Ra meninggal pada tahun 1934 akibat
terserang oleh leukemia. Penyakit tersebut besar kemungkinan akibat
paparan radiasi karena seringnya beliau berhubungan dengan bahan-bahan
radioaktif. Foton sinar-X dihasilkan ketika elektron berkecepatan tinggi
yang berasal dari katoda menumbuk target pada anoda. Elektron-elektron
dari katoda ini berasal dari pemanasan filamen ( lebih dari 2000 C ),
sehingga pada filamen ini akan terbentuk awan elektron. Elektron-elektron
dari katoda ini akan bergerak cepat menumbuk bidang target (anoda) akibat
diberikannya tegangan tinggi atau beda potensial antara katoda dan anoda.
Dari hasil tumbukan tersebut menghasilkan foton sinar-X lebih kurang 1 %
dan sisanya 99 % berupa energi panas.

Ada dua type kejadian yang terjadi di dalam proses menghasilkan


foton sinar-X yaitu, sinar-X Bremstrahlung dan sinar-X karakteristik.
Dimana interaksi itu terjadi saat elektron proyektil menumbuk target
( Carlton, 1992 :165 ).

2.1.2
2.1.2.1

Kegunaan Sinar - X
Pengobatan
Sinar-X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang

dikenal sebagai radiografi. Sinar-X bisa menembus tubuh manusia tetapi


diserap oleh bagian yang lebih padat seperti tulang. Gambar foto sinar-X
digunakan untuk memperlihatkan kecacatan tulang, mengdeteksi tulang
yang patah dan memperlihatkan keadaan organ-organ dalam tubuh. Sinar-X
keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Cara ini dikenal
sebagai radioterapi.

2.1.2.2

Perindustrian

Dalam bidang perindustrian, sinar-X digunakan untuk :


a.

mengetahui kecacatan dalam struktur binaan atau bagian-bagian


dalam mesin dan engine.

b.

memperbaiki rekahan dalam pipa logam, dinding konkrit dan tekanan


tinggi.

c.

2.1.2.3

memeriksa retakan dalam struktur plastik dan getah.

Penyelidikan

Sinar-X digunakan untuk menyelidik struktur hablur dan jarak


pemisahan antara atom-atom dalam suatu bahan hablur.

2.1.3

Efek Sinar-X
Walaupun sinar-X sangat berguna kepada manusia, tetapi

pennggunaan secara berlebihan kepada sinar-X mungkin menyebabkan :


a.

pemusnahan sel-sel dalam tubuh.

b.

perubahan struktur genetik suatu sel.

c.

penyakit kanser barah.

d.

kesan-kesan buruk seperti rambut rontok, kulit menjadi merah dan


berbisul. (Suci.2013)

2.1.4

Teori Bremstrahlung
Sinar-X Bremstrahlung terjadi ketika elektron dengan energi

kinetik yang terjadi berinteraksi dengan medan energi pada inti atom.
Karena inti atom ini mempunyai energi positif dan elektron mempunyai
energi negatif, maka terjadi hubungan tarik- menarik antara inti atom
dengan elektron.

Gambar 2.1 Teori Bremstrahlung

Ketika elektron ini cukup dekat dengan inti atom dan inti atom
mempunyai medan energi yang cukup besar untuk ditembus oleh elektron
proyektil, maka medan energi pada inti atom ini akan melambatkan gerak
dari elektron proyektil. Melambatnya gerak dari elektron proyektil ini akan
mengakibatkan elektron proyektil kehilangan energi dan berubah arah.
Energi yang hilang dari elektron proyektil ini dikenal dengan photon sinar
X bremstrahlung.

2.1.5

Sinar-X Karakteristik
Sinar-X karakteristik terjadi ketika elektron proyektil dengan energi

kinetik yang tinggi berinterkasi dengan elektron dari tiap-tiap kulit atom.
Elektron proyektil ini harus mempunyai energi kinetik yang cukup tinggi
untuk melepaskan elektron pada kulit atom tertentu dari orbitnya. Saat
elektron dari kulit atom ini terlepas dari orbitnya maka akan terjadi transisi
dari orbit luar ke orbit yang lebih dalam.

Gambar 2.2 Sinar-X Karakteristik

Energi yang dilepaskan saat terjadi transisi ini dikenal dengan photon
sinar-X karakteristik. Energi photon sinar-X karakteristik ini bergantung
pada besarnya energi elektron proyektil yang digunakan untuk melepaskan
elektron dari kulit atom tertentu dan bergantung pada selisih energi ikat dari
elektron transisi dengan energi ikat elektron yang terlepas tersebut.
2.1.6

Tabung Vacuum dan Diode Termionik


Gambar 2.3 Dioda Tabung/Tabung Vacuum

Tabung vakum adalah sebuah alat yang biasanya digunakan


untuk menguatkan sinyal. Dahulu digunakan di banyak alat-alat elektronik
tapi kini tabung vakum hanya digunakan dalam aplikasi khusus. Untuk
banyak tujuan, tabung vakum telah diganti oleh transistor yang murah dan

jauh lebih kecil, baik sebagai alat terpisah maupun dalam sirkuit terpadu.
Pada awal abad ke-21 muncul kembali kesukaan terhadap tabung vakum,
kali ini dalam bentuk tabung mikro field-emitter. Tabung vakum pertama
diciptakan oleh John Ambrose Fleming pada tahun 1904.
Dioda termionik adalah sebuah peranti katup termionik yang
merupakan susunan elektrode-elektrode di ruang hampa dalam sampul
gelas. Dioda termionik pertama kali berbentuk seperti bola lampu pijar.
Dalam diode katup termionik, arus listrik yang melalui filamen pemanas
secara tidak langsung memanaskan katode (Beberapa diode menggunakan
pemanasan langsung, dimana filamen wolfram berlaku sebagai pemanas
sekaligus juga sebagai katode), elektrode internal lainnya dilapisi dengan
campuran barium dan strontium oksida, yang merupakan oksida dari
logam alkali tanah. Substansi tersebut dipilih karena memiliki fungsi kerja
yang kecil. Bahang (panas) yang dihasilkan menimbulkan pancaran
termionik elektron ke ruang hampa. Dalam operasi maju (forward bias),
anode diberi muatan positif jadi secara elektrostatik menarik elektron yang
terpancar, walaupun begitu, elektron tidak dapat dipancarkan dengan
mudah dari permukaan anode yang tidak terpanasi ketika polaritas
tegangan dibalik. Karenanya, aliran listrik terbalik apapun yang dihasilkan
dapat diabaikan. Dalam sebagian besar abad ke-20, diode katup termionik
digunakan dalam penggunaan isyarat analog, dan sebagai penyearah pada
pemacu daya. Saat ini, diode katup hanya digunakan pada penggunaan
khusus seperti penguat gitar listrik, penguat audio kualitas tinggi serta
peralatan tegangan dan daya tinggi. (Hoddeson,2012)
2.2 Rangkaian Dasar
2.2.1

Blok Rangkaian Auto Trafo

10

Gambar 2.4 Auto Trafo

Berfungsi untuk mendistribusikan tegangan pada seluruh rangkaian


pesawat sesuai yang dibutuhkan oleh masing-masing rangkaian. Rangkaian
ini terdiri dari :
1. Main Switch.
Berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan pesawat
roentgen.
2. Fuse / sekring
Berfungsi sebagai pengaman.
3. Voltage Compensator
Alat yang berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang
diperlukan pesawat jika terjadi penurunan atu kenaikan pada supply PLN
Jika tegangan naik kita harus menambah jumlah lilitan primer dengan
memutar selector voltage compensator dan jika tegangan turun kita harus
mengurangi jumlah lilitan primer dengan memutar selector voltage
compensator sehingga diperoleh perbandingan transformasi antara tegangan
dan jumlah lilitan primer dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder
adalah tetap dengan demikian diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan
akan tetap.

2.2.2

Blok Rangkaian Minimum Sistem

11

Gambar 2.5 Minimum System

Rangkaian Minimum Sistem ini menggunakan IC ATMEGA 8535.


Rangkaian ini nantinya akan menjadi kontrol utama untuk men-driver kontrol
KV, mA, dan S dengan memberikan perintah dari program yang telah di buat.

2.2.3

Blok Rangkaian Pemanas Filamen.

Fungsinya untuk memberikan catu daya dan mengatur besar arus


pemanas filament agar terjadinya termionic emission bisa di kendalikan
sehingga jumlah electron electron bebas yang dihasilkan pada filament
tabung rontgen bisa dicontrol.
Rangkaian ini terdiri dari :
a. mA control

12

Gambar 2.6 mA control

Berfungsi untuk mengatur arus pemanas filament yang kemudian


akan digunakan sebagai penentu besarnya arus tabung yang digunakan.
Alat ini disambung seri dengan trafo filament.

b. Standby Resistor

Gambar 2.7 SBR

Alat yang berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada filamen


tabung rontgen agar terjadi pre heating sebelum expose berlangsung
sehingga filament tabung roentgen lebih awet.

c. Filament limiter (R limiter)


Gambar 2.8 R limiter

Alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya arus filamen,


maksudnya agar tegangan pemanas filamen di atas sesuai dengan
kemampuan kapasitas filamen tabung rontgen sehingga pemberian tegangan
13

tersebut memberi pemanasan yang normal. Pengunaan filament limiter ini


akan lebih terasa terutama pada tabung rontgen yang mengunakan double
focus, yaitu focus besar dan focus kecil yang masing-masing dilengkapi
filament limiter sendiri. Untuk yang large focus nilai tahanan limiternya
kecil, sedangkan untuk yang small focus nilai tahanan limiternya besar yang
diatur sekali pada waktu perakitan.

d. Trafo filament

Gambar 2.9 Trafo Filament

Berfungsi untuk step down filament, biasanya tegangan yang digunakan


adalah tegangan 110 volt menjadi 12 v/18 v tergantung spesifikasi tabung.
(Firmansyah,2010)

14

BAB III
KONFIGURASI SISTEM

3.1 Diagram Blok


Control Panel :
- Main Switch
- Pilot Lamp
- Display
- LVM
- LVC
- KV Selektor
- mA Control
- KV Meter
- Mode
- Ready/Expose
- Emergency Switch
- Safety Alarm

Patient Table :
- Diode Tube
- Meja
- Bucky
- Sliding
- Tilting
- Grid
- Lampu
Fluoroscopy
- Rotating Anoda

Program
Tombol
Ready
Selector KV
Selector
MA
Selector
S
Selector Mode

Ket : Alur blok


Pemilihan

Pemrose

Input
Tombol
Expose

HTT Tank :
- HTT
- Rectifier
- Trafo Filamen
- Interlock
- Oli
- Tabung Dioda

Outpu
kV
Mete
r

LCD

c
+
i
n
t
e
r
l
o
c
k

mA
Mete
r

Fluoroscopy
Lampu

Anoda
Putar
Drive
r
Driver
Anod
kV

Safety
Sensor
Timer

Lampu
(SMALL)

Trafo
Stepup

Rectifie
r

Motor grid

Setting
sliding
dan

Tabung
Dioda

Interlock

Auto
Trafo
SCC
Supply DC

LV Meter

Safety
Sensor

Sliding dan Tilting


Meja pasien

LVC

Safety
Sensor

PLN

Gambar 3.1 Blok Diagram (Master Plan)

15

Lampu
(LARGE
)

Safety
Sensor

Trafo
Filament

Driver
mA

Radiography

Driver
motor

Ketika tegangan dari PLN masuk, rangkaian power supply DC dan


Autotrafo mendapatkan supply tegangan. Pertama, tegangan dari PLN masuk ke
automatic LVC untuk mengkompensasi tegangan inputan dari PLN yang menuju
ke auto trafo agar tegangan bisa stabil serta diparalel dengan LV meter untuk
monitoring tegangan PLN. Output auto trafo kemudian diumpankan ke driver KV
dan mA. Kedua, rangkaian power supply DC mensupply blok mikrokontroller.
Ketika dilakukan settingan KV, mA, dan S, driver KV dan driver mA bekerja
sesuai dengan perintah mikrokontroller. Saat tombol ready di tekan maka driver
mA akan bekerja kemudian trafo filament mendapatkan tegangan, terjadilah
pemanasan filamen dan rotating anoda berputar.
Ketika tombol expose ditekan maka rangkaian timer akan bekerja sesuai
waktu yang di tentukan oleh mikrokontroller, sehingga ketika timer pada keadaan
ON tegangan pada Autotrafo masuk ke Trafo Step up dan tabung diode
mendapatkan tegangan lalu lampu menyala.

16

3.2 Diagram Alir

Start
Inisialisasi LCD
Tegangan stabil?

LVC bekerja

Setting
sliding

Settiing
tilting

Driver
bekerja

Driver
bekerja

Motor

Y
Radiography

Motor

Mejaberputar
pasien bergeser
50 cm?

Mejaberputar
pasien bergerak
30?

Fluoroscopy
Setting KV

Motor
berhenti

Motor
berhenti

Setting
ProsesTimer
expose

End

End

N
Y
Buzzer
berbunyi

Enter

Setting mA

Buzzer
mati

1
N

17overload 55?
Sensor suhu

Rotating
anoda
Buzzer
Finish
Buzzer
mati
Lampu
Lampu
menyala
Timer
mati
habis
mulai
YExpose
N berbunyi
N berbunyi
berputar
Buzzer

Tekan Ready

Tekan Expose

18

Seting tilting dan sliding maka masing-masing driver motor akan


bekerja dan motor mulai berputar, ketika meja pasien bergeser 50cm dan bergerak
30 maka motor akan berhenti. Ketika tegangan PLN stabil maka akan ke proses
selanjutnya, apabila tidak maka LVC automatis akan bekerja, seting mode
radiography atau fluoroscopy, kemudian seting KV, mA, timer, apabila proses
expose di lakukan maka buzzer menyala karena belum di tekan enter. Setelah
tombol ready di tekan maka rotating anoda akan berputar dan terjadi pemanasan
filament, apabila suhu tabung melebihi 55 buzzer akan berbunyi dan harus
kembali ke proses awal dan apabila tidak buzzer akan mati dan akan ke proses
selanjutnya, ketika tombol expose di tekan maka timer di mulai dan lampu akan
menyala serta buzzer akan berbunyi pertanda sedang terjadi proses expose, ketika
timer habis maka proses expose akan selesai dan lampu serta buzzer juga ikut mati
dan selesai.

19

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Mekanis

Gambar 4.1 Control Panel


(40cm x 50cm x 79cm)

Gambar 4.2 HTT Tank


(25cm x 40cm x 25 cm)

Gambar 4.3 X-Ray Tube ( 150cm x 100cm x 50cm)

4.2 Rancangan Penelitian

20

Penelitian dan pembuatan modul ini dengan menggunakan metode pre


eksperimental dengan jenis penelitian one group post test yaitu membuat alat dalam
eksperimennya dengan menggunakan tegangan AC serta kontrolnya kemudian alat ini
akan dioperasiakan sesuai prosedur yang telah disusun.
Perlakuan
diukur
X -------------------------------- 0
X
= treatmen/perlakuan yg

diberikan

(variabel

Independen)
0= Observasi (variabel dependen)

4.3 Variabel Penelitian


4.3.1 Variabel Bebas
Sebagai variabel bebas adalah tegangan AC.
4.3.2 Variabel Tergantung
Sebagai variabel tergantung adalah kontrol mA, dan Relay.
4.3.3 Variabel Terkendali

Sebagai variabel terkendali adalah mikrokontroller.

4.4 Definisi Operasional

Dalam kegiatan operasionalnya, variabelvariabel yang digunakan


dalam perencanaan pembuatan modul, baik variabel terkendali, tergantung
dan bebas memiliki fungsi-fungsi antara lain :

Mikrokontroler ATmega 8535 berfungsi sebagai pengontrol seluruh


sistem/blok.

Driver mA sebagai kontrol pemilihan arus tabung.

LCD berfungsi untuk menampilkan pemilihan mA dan ERROR.


Table 4.1 Table Defini Operasional

21

Definisi
Operasional
Alat Ukur
Variabel
Pengatur
arus mA Meter
tabung

Variabel
Kontrol mA
(V. Bebas)
Relay (V.
Tergantung)
Tegangan AC
(V.Bebas)
Mikrokontroler
(V.Terkendali)

Detektor
safety Osiloskop,
alarm
AVOmeter
Supply tegangan
Osiloskop,
AVOmeter
Komponen
pengendali sistem
yang
harus
diprogram

Hasil ukur
30 mA sampai
100 mA

Rasio (mA)

0 dan 5V

Rasio (V)

0 sampai 220V

Rasio (V)

0 = Gnd
1=VCC

Nominal

4.5 Urutan Kegiatan


Adapun tahap pelaksanaan yang ditempuh dalam pembuatan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
a.

Mencari informasi dan referensi tentang alat yang direncanakan.

b.

Merancang wiring diagram dari blok diagram yang direncanakan.

c.

Menyiapkan komponen dan peralatan yang dibutuhkan.

d.

Melakukan percobaanpercobaan sementara pada project board.

e.

Me-layout wiring diagram ke papan PCB.

f.

Melakukan pengukuran dan pengujian.

22

Skala-ukur

4.6 Tempat Pembuatan Modul

Tempat pernbuatan modul di kampus Poltekkes Kesehatan Surabaya


Jurusan Teknik Elektromedik di laboratorium Radiologi.

4.7 Waktu Pembuatan Modul.


Jadwal kegiatan penulis sususn menurut jadwal kalender Akademik yang
ada di Politeknik Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya.

4.8 Jadwal Kegiatan


4.2 Table Jadwal Kegiatan

KEGIAT
AN

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Propo
sal
Ujian
Propo
sal
Revisi
Propo
sal
Pembu
atan
Modul
Semin
ar
Ujian
perbai
kan
Ujian
Sidang
dan
Pengu
mpula
n KTI
Revisi
KTI
Penge
saha
KTI

23

DAFTAR PUSTAKA

Annisa Rachma. (2013). Dasar-dasar Pesawat Rontgen.


http://atro-xx.blogspot.com/2013/01/pesawat-sinar-x.html. 12 Oktober 2014.
Agfianto Eko Putra, (2010). Modul-1: ATMega16 DAN BASCOM AVR
Eddy Rumhadi Iskandar. (2002). Keselamatan kerja dalam pelayanan
radiodiagnostik di laboratorium radiologi jurusan teknik radiodiagnostik
dan radioterapi. POLITEKNIK KESEHATAN JAKARATA II,
http://eddyrumhadi.blogdetik.com/2008/09/04/keselamatan-kerja-dantindakan-proteksi-radiasi/. 12 Oktober 2014.
Evi Yufita, Rini Safitri, (2012) Jurnal Natural Vol. 12, No. 1 ANALYSIS
OUTPUT TOLERANCE LIMITS X-RAY MACHINE DIAGNOSTIC
(Case Study in one of the General Hospital in Banda Aceh). Jurusan
Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala.
Firmansyah Gitapradana. (2010).
Pesawat Rongten
Konvensional.
http://gonnabefine23.blogspot.com/2010/03/rancangan-pesawat-rontgenkonvensional.html. 12 Oktober 2014.
Hoddeson, L.(2012). The Vacuum Tube .
http://yatno13101076.blog.st3telkom.ac.id/2014/04/09/vacuum-tube/
Oktober 2014.

12

Shiers, George. (1969). The First Electron Tube, SCIENTIFIC AMERICAN, p.


104.
Suciwardhani. (2013). Radiasi. Manfaat dan Bahaya Sinar X.
http://diaryradiografer.wordpress.com/2013/10/08/radiasi-manfaat-danbahaya-sinar-x/. 12 Oktober 2014.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta
Thomas A. Edison (1884). Electrical Indicator.
http://yatno13101076.blog.st3telkom.ac.id/2014/04/09/vacuum-tube/
Oktober 2014.

24

12

Thrower, Keith. (1982) HISTORY OF THE BRITISH RADIO VALVE TO 1940,


MMA International, , pp 9-13.
Tyne, Gerald, (1977 (reprint 1994)). SAGA OF THE VACUUM TUBE,
PROMPT Publications, , pp. 30-83.

25

Anda mungkin juga menyukai