Anda di halaman 1dari 36

PENCERAHAN SEJARAH : WAHABI dimata BUYA HAMKA

17 April 2013 pukul 15:10

Oleh: Zulkarnain Khidir


Mahasiswa Universitas Prof. DR. HAMKA, Jakarta

Belakangan ketika isu terorisme kian dihujamkan di jantung pergerakan umat Islam agar iklim
pergerakan dakwah terkapar lemah tak berdaya. Nama Wahabi menjadi salah satu faham yang
disorot dan kian menjadi bulan-bulanan aksi tunjuk hidung, bahkan hal itu dilakukan oleh
kalangan ustadz dan kiyai yang berasal dari tubuh umat Islam itu sendiri.
Beberapa buku propaganda pun diterbitkan untuk menghantam pergerakan yang dituding
Wahabi, di antaranya buku hitam berjudul Sejarah Berdarah Sekte Salafi-Wahabi: Mereka
Membunuh Semuanya Termasuk Para Ulama. Bertubi-tubi, berbagai tudingan dialamatkan oleh
alumnus dari Universitas di Bawah Naungan Kerajaan Ibnu Saud yang berhaluan Wahabi, yaitu
Prof. Dr. Said Siradj, MA. Tak mau kalah, para kiyai dari pelosok pun ikut-ikutan menghujat
siapapun yang dituding Wahabi. Kasus terakhir adalah statement dari kiyai Muhammad Bukhori
Maulana dalam tabligh akbar FOSWAN di Bekasi baru-baru ini turut pula menyerang Wahabi
dengan tudingan miring.

Benarkah tudingan tersebut?

Menarik memang menyaksikan fenomena tersebut. Gelagat pembunuhan karakter terhadap


dakwah atau personal pengikut Wahabi ini bukan hal baru, melainkan telah lama terjadi. Hal ini
bahkan telah diurai dengan lengkap oleh ulama pejuang dan mantan ketua MUI yang paling
karismatik, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa disapa Buya HAMKA.

Siapa tak mengenal Buya HAMKA ?

Kegigihan, keteguhan dan independensinya sebagai seorang ulama tidak perlu diragukan lagi
tentunya.

Dalam buku Dari Perbendaharaan Lama, Buya HAMKA dengan gamblang beliau merinci
berbagai fitnah terhadap Wahabi di Indonesia sejatinya telah berlangsung berkali-kali. Sejak
Masa Penjajahan hingga beberapa kali Pemilihan Umum yang diselenggarakan pada era Orde
Lama, Wahabi seringkali menjadi objek perjuangan yang ditikam fitnah dan diupayakan
penghapusan atas eksistensinya. Mari kita cermati apa yang pernah diungkap Buya Hamka
dalam buku tersebut:

Seketika terjadi Pemilihan Umum , orang telah menyebut-nyebut kembali yang baru lalu, untuk
alat kampanye, nama Wahabi. Ada yang mengatakan bahwa Masyumi itu adalah Wahabi,
sebab itu jangan pilih orang Masyumi. Pihak komunis pernah turut-turut pula menyebut-nyebut
Wahabi dan mengatakan bahwa Wahabi itu dahulu telah datang ke Sumatera. Dan orang-orang
Sumatera yang memperjuangkan Islam di tanah Jawa ini adalah dari keturunan kaum Wahabi.
Memang sejak abad kedelapan belas, sejak gerakan Wahabi timbul di pusat tanah Arab, nama
Wahabi itu telah menggegerkan dunia. Kerajaan Turki yang sedang berkuasa, takut kepada
Wahabi. Karena Wahabi adalah, permulaan kebangkitan bangsa Arab, sesudah jatuh pamornya,
karena serangan bangsa Mongol dan Tartar ke Baghdad. Dan Wahabi pun ditakuti oleh
bangsa-bangsa penjajah, karena apabila dia masuk ke suatu negeri, dia akan
mengembangkan mata penduduknya menentang penjajahan. Sebab faham Wahabi ialah
meneguhkan kembali ajaran Tauhid yang murni, menghapuskan segala sesuatu yang
akan membawa kepada syirik. Sebab itu timbullah perasaan tidak ada tempat takut
melainkan Allah. Wahabi adalah menentang keras kepada Jumud, yaitu memahamkan
agama dengan membeku. Orang harus kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadits.

Ajaran ini telah timbul bersamaan dengan timbulnya kebangkitan revolusi Prancis di Eropa. Dan
pada masa itu juga infiltrasi dari gerakan ini telah masuk ke tanah Jawa. Pada tahun 1788 di
zaman pemerintahan Paku Buwono IV, yang lebih terkenal dengan gelaran Sunan Bagus,
beberapa orang penganut faham Wahabi telah datang ke tanah Jawa dan menyiarkan ajarannya
di negeri ini. Bukan saja mereka itu masuk ke Solo dan Yogya, tetapi mereka pun meneruskan
juga penyiaran fahamnya di Cirebon, Bantam dan Madura. Mereka mendapat sambutan baik,
sebab terang anti penjajahan.
Sunan Bagus sendiri pun tertarik dengan ajaran kaum Wahabi. Pemerintah Belanda mendesak
agar orang-orang Wahabi itu diserahkan kepadanya. Pemerintah Belanda cukup tahu, apakah
akibatnya bagi penjajahannya, jika faham Wahabi ini dikenal oleh rakyat.

Padahal ketika itu perjuangan memperkokoh penjajahan belum lagi selesai. Mulanya Sunan tidak
mau menyerahkan mereka. Tetapi mengingat akibat-akibatnya bagi Kerajaan-kerajaan Jawa,
maka ahli-ahli kerajaan memberi advis kepada Sunan, supaya orang-orang Wahabi itu
diserahkan saja kepada Belanda. Lantaran desakan itu, maka mereka pun ditangkapi dan
diserahkan kepada Belanda. Oleh Belanda orang-orang itu pun diusir kembali ke tanah Arab.
Tetapi di tahun 1801, artinya 12 tahun di belakang, kaum Wahabi datang lagi. Sekarang bukan
lagi orang Arab, melainkan anak Indonesia sendiri, yaitu anak Minangkabau. Haji Miskin Pandai
Sikat (Agam) Haji Abdurrahman Piabang (Lubuk Limapuluh Koto), danHaji Mohammad Haris
Tuanku Lintau (Luhak Tanah Datar).
Mereka menyiarkan ajaran itu di Luhak Agam (Bukittinggi) dan banyak beroleh murid dan
pengikut. Diantara murid mereka ialah Tuanku Nan Renceh Kamang. Tuanku Samik Empat
Angkat. Akhirnya gerakan mereka itu meluas dan melebar, sehingga terbentuklah Kaum Paderi
yang terkenal. Di antara mereka ialah Tuanku Imam Bonjol. Maka terjadilah Perang Paderi
yang terkenal itu. Tiga puluh tujuh tahun lamanya mereka melawan penjajahan Belanda.

Bilamana di dalam abad ke delapan belas dan Sembilan belas gerakan Wahabi dapat
dipatahkan, pertama orang-orang Wahabi dapat diusir dari Jawa, kedua dapat dikalahkan
dengan kekuatan senjata, namun di awal abad kedua puluh mereka muncul lagi!

Di Minangkabau timbullah gerakan yang dinamai Kaum Muda. Di Jawa datanglah K.H. A.
Dahlan dan Syekh Ahmad Soorkati. K.H.A. Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Syekh
Ahmad Soorkati dapat membangun semangat baru dalam kalangan orang-orang Arab. Ketika
dia mulai datang, orang Arab belum pecah menjadi dua, yaitu Arrabithah Alawiyah dan Al-Irsyad.
Bahkan yang mendatangkan Syekh itu ke mari adalah dari kalangan yang kemudiannya
membentuk Ar-Rabithah Adawiyah.

Musuhnya dalam kalangan Islam sendiri, pertama ialah Kerajaan Turki. Kedua Kerajaan
Syarif di Mekkah, ketiga Kerajaan Mesir. Ulama-ulama pengambil muka mengarang bukubuku buat mengkafirkan Wahabi. Bahkan ada di kalangan Ulama itu yang sampai hati
mengarang buku mengatakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahab pendiri faham ini
adalah keturunan Musailamah Al Kahzab!

Pembangunan Wahabi pada umumnya adalah bermazhab Hambali, tetapi faham itu juga dianut
oleh pengikut Mazhab Syafii, sebagai kaum Wahabi Minangkabau. Dan juga penganut Mazhab
Hanafi, sebagai kaum Wahabi di India.

Sekarang Wahabi dijadikan alat kembali oleh beberapa golongan tertentu untuk menekan
semangat kesadaran Islam yang bukan surut ke belakang di Indonesia ini, melainkan kian maju
dan tersiar. Kebanyakan orang Islam yang tidak tahu di waktu ini, yang dibenci bukan lagi
pelajaran wahabi, melainkan nama Wahabi.
Ir. Dr. Sukarno dalam Surat-Surat dari Endehnya kelihatan bahwa fahamnya dalam agama
Islam adalah banyak mengandung anasir Wahabi.

Kaum komunis Indonesia telah mencoba menimbulkan sentiment Ummat Islam dengan
membangkit-bangkit nama Wahabi. Padahal seketika terdengar kemenangan gilang-gemilang
yang dicapai oleh Raja Wahabi Ibnu Saud, yang mengusir kekuasaan keluarga Syarif dari
Mekkah. Umat Islam mengadakan Kongres Besar di Surabaya dan mengetok kawat
mengucapkan selamat atas kemenangan itu (1925). Sampai mengutus dua orang pemimpin
Islam dari Jawa ke Mekkah, yaitu H.O.S. Cokroaminoto dan K.H. Mas Mansur. Dan Haji Agus
Salim datang lagi ke Mekkah tahun 1927.

Karena tahun 1925 dan tahun 1926 itu belum lama, baru lima puluh tahun lebih saja, maka
masih banyak orang yang dapat mengenangkan bagaimana pula hebatnya reaksi pada waktu
itu, baik dari pemerintah penjajahan, walau dari Umat Islam sendiri yang ikut benci kepada
Wahabi, karena hebatnya propaganda Kerajaan Turki dan Ulama-ulama pengikut Syarif.

Sekarang pemilihan umum yang pertama sudah selesai. Mungkin menyebut-nyebut Wahabi
dan membusuk-busukkannya ini akan disimpan dahulu untuk pemilihan umum yang akan
datang. Dan mungkin juga propaganda ini masuk ke dalam hati orang, sehingga gambar-gambar
Figur Nasional, sebagai Tuanku Imam Bonjol dan K.H.A. Dahlan diturunkan dari dinding. Dan
mungkin perkumpulan-perkumpulan yang memang nyata kemasukan faham Wahabi seperti
Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis dan lain-lain diminta supaya dibubarkan saja.

Kepada orang-orang yang membangkit-bangkit bahwa pemuka-pemuka Islam dari sumatera


yang datang memperjuangkan Islam di Tanah Jawa ini adalah penganut atau keturunan kaum
Wahabi, kepada mereka orang-orang dari Sumatera itu mengucapkan banyak-banyak terima
kasih! Sebab kepada mereka diberikan kehormatan yang begitu besar!
Sungguh pun demikian, faham Wahabi bukanlah faham yang dipaksakan oleh Muslimin, baik
mereka Wahabi atau tidak. Dan masih banyak yang tidak menganut faham ini dalam kalangan
Masyumi. Tetapi pokok perjuangan Islam, yaitu hanya takut semata-mata kepada Allah dan
anti kepada segala macam penjajahan, termasuk Komunis, adalah anutan dari mereka
bersama!

Dari paparan tersebut, jelaslah bahwa Buya HAMKA berhasil menelisik akar terjadinya fitnah
yang dialamatkan kepada Wahabi. Ini menandakan vonis Faham Hitam yang dituduhkan
kepada Wahabi pada dasarnya adalah modus lama namun didesain dengan gaya baru yang
disesuaikan dengan kepentingan dan arahan yang disetting oleh paraThink Tank Gurita
Kolonialisme Abad 21.

Maka perhatikanlah apa yang pernah diutarakan oleh Buya HAMKA dalam pembahasan Islam
dan Majapahit berikut ini:
Memang, di zaman Jahiliyah kita bermusuhan, kita berdendam, kita tidak bersatu! Islam
kemudiannya adalah sebagai penanam pertama dari jiwa persatuan. Dan Kompeni Belanda
kembali memakai alat perpecahannya, untuk menguatkan kekuasaannya.
Tahukah tuan, bahwasanya tatkala Pangeran Dipenogero, Amirul Mukminin Tanah Jawa telah
dapat ditipu dan perangnya dikalahkan, maka Belanda membawa Pangeran Sentot Ali
Basyah ke Minangkabau buat mengalahkan Paderi? Tahukah tuan bahwa setelah Sentot
merasa dirinya tertipu, sebab yang diperanginya itu adalah kawan sefahamnya dalam Islam, dan
setelah kaum Paderi dan raja-raja Minangkabau memperhatikan ikatan serbannya sama dengan
ikatan serban Ulama Minangkabau, sudi menerima Sentot sebagai Amir Islam di
Minangkabau? Teringatkah tuan, bahwa lantaran rahasia bocor dan Belanda tahu, Sentot pun
diasingkan ke Bengkulu dan di sana beliau berkubur buat selama-lamanya?

Maka dengan memakai faham Islam, dengan sendirinya kebangsaan dan kesatuan
Indonesia terjamin. Tetapi dengan mengemukakan kebangsaan saja, tanpa Islam, orang
harus kembali mengeruk, mengorek tambo lama, dan itulah pangkal bala dan bencana!

Kiranya, sepeninggal HAMKA, alangkah laiknya jika umat Islam masih kenal dan bisa
mengimplementasikan apa yang diutarakan Buya HAMKA dalam bukunya tersebut. Dengan
demikian, niscaya umat Islam tidak perlu sampai menjadi keledai yang terjerembab dalam
lubang yang dibuat oleh musuh-musuh Islam dengan modus yang sama tetapi dalam nuansa
yang berbeda.

Naaahhh...
Daripada kita menghabiskan energi dengan saling menjelek-jelekan dan memfitnah diantara
sesama anak bangsa nan seiman, lebih baik kita RAPATkan BARISAN tuk INDONESIA lebih
baik dan berkah...
Wallahu Alam.
[SUMBER http://www.voa-islam.com/counter/liberalism/2011/12/03/16891/]

Diantara adab seorang Muslim, jika menyebut Nama Sahabat Nabi maka ditambahkan kata Radhiallahuanhu
yang maknanya, Semoga Allah senantiasa melimpahkan keridhaan kepadanya.
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada
Allah.
Hal ini berdasarkan Surat At-Taubah ayat 100, dan ayat-ayat lain yang Allah telah memuji para Sahabat Nabi
dibanyak tempat.
Berbeda dengan Syiah (semoga Allah melaknat mereka semua), Syiah mengkafirkan seluruh para Sahabat
Nabi kecuali hanya beberapa orang saja.
Dulu, ada Syiah yang paling rendah kadar kesesatannya, yaitu Syiah Zaidiyah (sekarang sudah langka), mereka
hanya mengkafirkan Muawiyyah bin Abu Sufyan dan Yazid bin Muawiyyah -radhiyallah taala anhum ; semoga
Allah meridhai merekaDalam sebuah Konferensi Damai di Mumbai pada tahun 2007, Dr. Zakir Naik membela kedudukan mereka
(Muawiyyah dan Yazid), pendapat Dr. Zakir Naik ini adalah mengikuti pendapat paraulama besar kaum Muslimin
empat mazhab dari dulu hingga sekarang,
Dalam ceramahnya tersebut, Dr. Zakir Naik menambahkan kata pujian Radhiallahuanhu, saat setiap kali
menyebut nama Yazid. Inilah yang menjadi sebab Dr. Zakir Naik dicaci maki oleh Sekte Syiah
Dr. Zakir Naik menjelaskan, Syiah memiliki aqidah yang mengharuskan kita melaknat para Sahabat, mereka
paling benci kepada Umar bin Khattab, dan setiap bulan Muharram mereka memiliki ritual melaknat tiga sahabat
utama, lalu bagaimana bisa mereka melaknat para sahabat sementara kita bisa diam saja?
Menghadapi kemarahan Syiah ini, Dr. Zakir Naik berkata kepada mereka, Silahkan kalian melaknat aku 1000
kali! Aku tidak permasalahkan, tapi.. hentikan laknat kalian kepada Abu Bakar, Umar dan Utsman!
Dan setelah saat itu, mulai terlihat orang-orang yang tidak bertanggung jawab mulai menebar fitnah, setelah
orang-orang Syiah, sebagian kaum muslimin pun mulai terhasut untuk menghembuskan isu/sebutan Wahabi
kepada Dr. Zakir Naik
Padahal, sebutan yang sering diucapkan Syiah itu adalah untuk menipu kaum Muslimin sejak lama, oleh
karenannya jangan heran jika Anda Anti Syiah pasti akan disebut sebagai Wahabi.

Siapa yang tak kenal Dr. Zakir Naik...???


Beliau-lah yang telah membuat para pendeta dan aktifis gereja pusing 7 keliling dengan hujjah-hujjah
nya...Sampai sekarang belum ada berita apakah ada Pendeta yang berani berhadapan langsung dengan
beliau... Ya, beliau salah seorang penuntut 'ilmu ASAL INDIA. Melaluinya, ratusan bahkan ribuan orang Kafir
menjadi Muslim (Mu'allaf) di seluruh penjuru dunia.

Dan sekarang mulai terlihat orang-orang yang pengecut dan tidak bertanggungjawab mulai menebar fitnah. Ya,
karena kalah hujjah dan logika, mereka menebar fitnah dan tuduhan-tuduhan keji. Setelah Orang-Orang Syiah,
sekarang giliranorang Kristen yang menghembuskan isu WAHABI kepada Dr.Zakir Naik...!!
Subhanallaah..... Orang Islam sendiripun bukannya malah bersyukur melalui beliau banyak manusia
masuk Islam (Menjadi Mu'allaf), namun malah ikut santer memfitnah beliau.

Dr. ZAKIR NAIK Berkata : "SAYA PENGIKUT SEJATI IMAM SYAFI'I. "
Apa Berarti Beliau WAHABI ??
Dalam sebuah persentasinya, Dr.Zakir Naik sedang menjelaskan Hubungan As-sunnah dan Al-Quran, dalam
salah satu contoh yang disampaikannya adalah soal Seputar Gerakan Shalat.
Dr. Zakir Naik mencontohkan dalam setiap gerakan shalat (Dari Takbir hingga Salam) haruslah diperkuat/ disandarkan dengan Hadits yang Shahih walaupun bertentangan dengan pendapat suatu Imam
Mazhab yang kita ikuti atau ternyata lebih sesuai dengan pendapat Imam Mazhab yang lain.
Begitu pula dengan perkara-perkara yang lain, pendapat Imam Madzhab yang 4 harus dikembalikan ke Hadist
yang Shahih dan tidak boleh Fatanik Buta terhadapnya.

Dr. Zakir Naik menegaskan :


"Kita boleh mengikuti imam mazhab yang mana saja, namun ikutilah keseluruhan termasuk seruan para
Imam Mazhab yang 4 untuk kembali kepada Hadist Shahih."
Lalu Beliau mengatakan :
"Saya adalah pengikut sejati Imam Syafi'i" karena jika ada perkataan Imam Syafi'i yang tidak sesuai
dengan Hadits Shahih maka saya akan buang pendapat Imam Syafi'i ke tembok.. Kenapa bisa begitu..??
Karena Imam Syafi'i sendiri yang menyuruh begitu, oleh karena saya pengikutnya maka saya turuti."
Dr. Zakir Naik melanjutkan :
"Saya juga pengikut sejati Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hambal karena mereka
semua mengatakan untuk kembali ke Hadits yang Shahih."
Catatan :
Imam Asy Syafii berkata : "Jika terdapat hadits yang shahih, maka lemparlah pendapatku ke dinding. Jika
engkau melihat hujjah diletakkan di atas jalan, maka itulah pendapatku"
Imam Abu Hanifah dan Imam Asy Syafii berkata : "Jika hadits itu shahih, itulah pendapatku"
Imam Ahmad berkata : "Barangsiapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka
ia berarti telah berada dalam jurang kebinasaan"
Imam Abu Hanifah dan muridnya Abu Yusuf berkata : "Tidak boleh bagi seorang pun mengambil perkataan
kami sampai ia mengetahui dari mana kami mengambil perkataan tersebut (artinya sampai diketahui dalil
yang jelas dari Al Quran dan Hadits) "
Imam Malik berkata : "Sesungguhnya aku hanyalah manusia yang bisa keliru dan benar. Lihatlah setiap
perkataanku, jika itu mencocoki Al Quran dan Hadits Nabawi, maka ambillah. Sedangkan jika itu tidak
mencocoki Al Quran dan Hadits Nabawi, maka tinggalkanlah"
Siapa yang tak kenal Dr.Zakir Naik...??
Beliau-lah yang telah membuat para pendeta dan aktifis gereja pusing 7 keliling dengan hujjah-hujjah nya...
Sampai sekarang belum ada berita apakah ada Pendeta yang berani berhadapan langsung dengan beliau...
Dan sekarang mulai terlihat orang-orang yang pengecut dan tidak bertanggungjawa b mulai menebar fitnah...
Setelah Orang-Orang Syiah, sekarang giliran Kristen yang menghembus isu WAHABI kepada Dr.Zakir Naik...!!
Dan apakah kita juga akan ikut-ikutan menjadi seorang Wahabi Phobia..??
Takut tanpa sebab..??
Memakan fitnah mentah-mentah..??
Dan bahkan ikut-ikutan mem-fitnah..??

Apakah karena sebab perkataan seseorang "Kembalilah kepada Hadits Shahih" maka kita akan
cetetuk "DASAR WAHABI!"kepadanya..??
Dr. Zakir Naik dituduh Wahhabi karena beliau yang berkata demikian, dan Dr. Zakir Naik juga hanya mengutip
perkataan para Imam Madzhab...
Jadi tuduh saja Imam Madzhab sebagai Wahabi.

Akan tetapi ingat :

Seseorang tidak menanggung beban dosa yang dilakukan oleh orang lain...
Dan Admin berlepas diri dari segala urusan Fitnah-Memfitnah. Karena Admin hanya ingin meluruskan sedikit
kesalahpahaman di antara kita. Buuriktum fiih....

Semoga menjadi Hikmah - Wallahu Alam...

Azzam Asadullah bersama Ahmad Syaifullah dan 54 lainnya


2 Oktober pukul 15:31
*Tahukah anda jika Wahabi suka Mengkafirkan?
Saya tau ada kelompok yang suka mengkafirkan, dan tidak
tanggung2, hampir seluruh Sahabat dan Istri Nabi di
kafirkan, dan kelompok itu bukan bernama Wahabi
*Tahukah anda jika Wahabi haus darah dan suka
menumpahkan darah kaum muslimin?
Saya tau ada kelompok yang suka membunuh dan menghalal-kan darah kaum muslimin, diantaranya yang sedang
terjadi di Suriah, dan kelompok itu bukan bernama Wahabi
*Tahukah anda jika Wahabi suka berbohong?
Saya tau ada kelompok yang suka berdusta, bahkan
dianggap salah satu ibadah dengan "Taqiyah/
Dusta", dan
kelompok itu bukan bernama Wahabi
*Tahukah anda jika Wahabi meng-Halal-kan kawin
kontrak?
Ya saya tau ada kelompok yang beribadah dengan nikah
Mut'ah/ nikah kontrak untuk beberapa jam saja, dan
kelompok itu bukan bernama Wahabi

*Tahukan anda jika Wahabi adalah Agama Tahayul?


Saya tau ada kelompok yang meyakini Imam ke 12 yg akan
muncul di Akhir Zaman, lalu membongkar Kuburan Sahabat
Abu Bakar, Umar bin Khattab (radhiyallahu 'anhum) dan
Juga Istri Nabi Aisyah (radhiyallahu anha) untuk di hukum
dan di adili, dan kelompok itu bukan bernama Wahabi
*Tahukah anda jika Wahabi adalah Antek Amerika?
Saya tau ada kelompok yang membantu pasukan Tar-Tar
mengambil alih Iraq dimasa lampau, dan membantu
pasukan Amerika menghancurkan Iraq dimasa kini, dan
kelompok itu bukan bernama Wahabi
*Tahukah anda jika Wahabi suka menolak Kitab Ulama?
Saya tau ada kelompok yang menolak Shahih Bukhari &
Muslim, Anti pati kepada Abu Hurairah, dan kelompok itu
bukan bernama Wahabi
*Tahukah anda jika Wahabi itu sebenarnya Dajjal dan
menguasai seluruh Arab Saudi?
Yang saya tau Allah Ta'ala berjanji menjaga Mekkah dan
Madinah dengan penjagaan Malaikat, dan yang saya tau
Dajjal dapat memasuki seluruh kawasan kecuali Mekkah
dan Madinah, dan tidak masuk di akal saya jika ada
kelompok yang berhasil menipu memperdayai malaikat.
***
Kenalkah anda dengan Dr. Zakir Naik? Yang juga disebut
sebagai wahabi karena beliau selalu mengatakan "Back to
the Quran and Otentik Hadist"
Beliau juga disebut Wahabi karena tidak mengikuti salah
satu mazhab saja, beliau mengikuti seluruh imam yang 4
yang sudah jelas shahih hadistnya.
Zakir Naik juga sempat dicela oleh beberapa orang Syiah
hanya karena mengucapkan "Radhiyallah taa'la anhu"
setelah menyebut nama sahabat Nabi yaitu Yazid
Bagaimana dengan Ahmed Deedat? Beliau adalah guru
Zakir Naik, dengan begitu otomatis beliau Wahabi? Apalagi
beliau sangat kesal dengan orang2 yang suka berebut
mencium tangannya, beliau pernah memarahi ribuan orang
dalam satu gedung pertemuan krn hal tersebut
Anda kenal juga dengan Yusuf Estate? Mantan pendeta
yang memeluk Islam dan menjadi salah satu Da'i di
Yayasan IRF Zakir Naik, Beliau pernah ditanya, "Bagaimana
pendapat anda tentang Wahabi?" | Beliau Menjawab "Hatihati anda bermain dengan salah satu Nama Allah, apalagi
anda gunakan untuk mencemooh"
Apakah anda juga cukup familiar dengan suara Imam
Masjidil Haram Syeikh Abdur-Rahman as-Sudais atau
Syeikh Su'ud As-Shuraim? Mereka juga tidak lolos dari
sebutan Wahabi, bahkan ada tokoh di Indonesia secara
terang2an mengatakan seperti itu
Terlebih lagi saat Syeikh Abdur-Rahman as-Sudais
mengimami shalat yang di hadiri oleh Jamaah Diskusi IRF
dan Dr.Zakir Naik sendiri shalat tepat dibelakang beliau
Tahukah anda, hampir semua Muallaf Eropa dan Amerika
tidak mengikuti Mazhab khusus, mereka hanya berpedoman
kepada Al-Quran dan Hadist Shahih dan mengikuti

pemahaman para sahabat,


Apakah semua Da'i yang mantan pendeta yang berada di
garda depan berdakwah kepada non muslim juga Wahabi?
Seorang tokoh juga berkata "Wahabi adalah yang
berjenggot tebal dan celana cingkrang"
Lalu bagaimana dengan para Muallaf Eropa Amerika, Da'iDa'i disana, semuanya berjenggot tebal! Apakah sekarang
kita akan mencela mereka?
FAKTA nya adalah : Tidak ada satu kelompokpun
yang berkata "Kami adalah Wahabi, ikutilah kami,
jika tidak kalian kafir" - sama sekali tidak ada,
silahkan cari jika ditemukan
FAKTA nya adalah : Sebaliknya sangat mudah kita
temukan orang yang berkata "Abu Bakar, Umar
telah keluar dari Islam, dan yang mengikuti mereka
adalah kafir dan halal darahnya"
***
Saya tidak membahas Wahabi dari segi Bahasa,
Istilah dan perjalanan sejarah
Maksud posting ini adalah,
1. Agar kita semua berhati-hati menggunakan
kalimat "Al-Wahhab" untuk mencela dan
mencemooh, yang dimana kalimat itu adalah salah
satu Asma Allah yaitu Maha Pemberi, agar kita
tidak terjerumus kepada dosa besar.
2. Agar kita dapat mencermati, dan menelusuri
ulang, sebenarnya siapa yang selalu melontar isu
Wahabi? dan agar kita terhindar dari Fitnah
memfitnah sesama kaum Muslimin
Kalimat "Wahabi" sama hal nya dengan Kalimat
"Terorist" | Yang dilontarkan oleh sekelompok
orang dan digunakan sebagai alat fitnah, dan
sayangnya kita termakan begitu saja tanpa mau
menelaah dan berfikir
Lebih sayang lagi orang yang tidak tau apa-apa,
karena sering mendengar dari orang lain akhirnya
menjadi takut tanpa sebab, jika istilah saya
"WahabiPhobia" dan ikut-ikut celetuk-celetuk
"Wahabi!" "Hati-hati Wahabi" "si Fulan Wahabi"
namun dia sendiri tidak tau persis kelompok mana
yang telah menamakan dirinya sebagai Wahabi
***
Wallahu A'lam bishawab

Menjawab Tuduhan-Tuduhan Dusta


Terhadap Dakwah Syaikh Muhammad
Bin Abdil-Wahhab
Jumat, 13 Juni 2014 05:41:46 WIB
Kategori : Aktual : Wahhabi
MENJAWAB TUDUHAN-TUDUHAN DUSTA TERHADAP DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD
BIN ABDIL WAHHAB
Oleh
Ustadz Firanda Andirja, MA
Membela harkat dan martabat sesama Muslim merupakan ibadah ysng sangat mulia.
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


Barangsiapa membela kehormatan saudaranya maka Allah akan membela wajahnya
dari api neraka pada hari Kiamat.[1]
Terlebih lagi jika yang dibela adalah harkat dan martabat Ulama yang memiliki jasa
sangat besar bagi kaum Muslimin sekelas Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhab,
seorang tokoh dan pejuang dakwah yang bermadzhab Hanbali. Berkat jasa beliau
maka berdirilah Kerajaan Arab Saudi yang aman dan tenang, dan merupakan satusatunya negara yang menerapkan hukum dan syariat Islam. Dan sejak dahulu
hingga saat ini banyak dusta yang disebarluaskan tentang dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdil-Wahhab ini. Orang-orang yang berakal sehat, tentu, tatkala
membaca dusta-dusta itu bakal mempertanyakan kebenarannya, karena tuduhan
yang dialamatkan kepada beliau sangat tidak mendasar dan penuh kedustaan.
Berikut diantara tuduhan-tudahan yang diarahkan kepada Syaikh Muhammad bin
Abdil-Wahhab. Semoga menjadi pencerahan bagi kita dan para penentangpenentangnya.
Pertama: Kaum Wahhabi Dituduh Sebagai Khawarij?
Tahukah Anda, siapakah Khawarij itu? Khawarij adalah suatu sekte sesat yang
menggambarkan momok haus darah, hobi menumpahkan darah kaum Muslimin.
Apakah hakikat sekte sesat ini? Sehingga, apakah benar kaum Salafi Wahhabi
adalah Khawarij yang haus darah kaum Muslimin?
Para Ulama yang menulis khusus tentang firqah-firqah Islam telah menyebutkan
secara spesifik tentang aqidah Khawarij.
Abul-Hasan al-Asyari (wafat 330 H) berkata tentang perkara yang mengumpulkan
kelompok-kelompok Khawarij : Kelompok-kelompok Khawarij bersepakat dalam hal
pengkafiran Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu karena beliau menyerahkan
hukum[2] dan mereka (kelompok-kelompok Khawarij) berselisih, apakah
kekufurannya tersebut merupakan kesyirikan ataukah bukan?
Mereka bersepakat bahwa seluruh dosa besar merupakan kekufuran, kecuali

kelompok an-Najdat[3] karena kelompok an-Najdat tidak mengatakan demikian.


Mereka bersepakat bahwasanya Allah Taala mengadzab para pelaku dosa besar
yang abadi, kecuali kelompok an-Najdat, para pengikut Najdah (bin Amir).[4]
Abdul-Qahir al-Baghdadi (wafat 429 H) berkata: Para Ulama telah berselisih tentang
perkara apakah yang mengumpulkan (disepakati) oleh kelompok-kelompok Khawarij
yang beragam sekte-sektenya.
Al-Kabi dalam kitab Maqalat-nya menyebutkan bahwa yang mengumpulkan seluruh
sekte-sekte Khawarij adalah mengkafirkan Ali Radhiyallahu anhu, Utsman
Radhiyallahu anhu, dan dua hakim, para peserta perang Jamal, dan seluruh yang
ridha dengan penyerahan hukum kepada dua hakim, dan juga pengkafiran karena
pelanggaran dosa, dan wajibnya khuruj (memberontak) kepada pemimpin yang
zhalim.
Syaikh kami Abul-Hasan al-Asyari berkata, Yang menyebabkan mereka berkumpul
adalah pengkafiran (terhadap) Ali, Utsman, para peserta perang Jamal, dan hakim,
dan siapa saja yang ridha terhadap penyerahan hukum kepada dua hakim, atau
membenarkan kedua hakim tersebut, atau salah satu dari keduanya, dan
memberontak kepada penguasa yang zhalim.
Yang benar adalah yang disebutkan oleh Syaikh kami Abul-Hasan al-Asyari dari
mereka (Khawarij). Al-Kabi telah keliru tatkala menyebutkan bahwa Khawarij
bersepakat tentang kafirnya pelaku dosa, karena sekte Khawarij an-Najdat tidak
mengkafikan orang-orang yang melakukan dosa dari orang-orang yang sepakat
dengan mereka.[5]
Ibnu Hazm (wafat 456 H) berkata,Barangsiapa yang sepakat dengan Khawarij
dalam hal mengingkari penyerahan hukum (kepada dua hakim), dan mengkafirkan
para pelaku dosa besar, serta pendapat (boleh) memberontak kepada para
penguasa yang zhalim, dan para pelaku dosa besar kekal di neraka, para penguasa
boleh saja dari selain Quraisy, maka dia adalah Khawarij, meskipun ia menyelisihi
Khawarij pada perkara-perkara yang lain yang diperselisihkan oleh kaum Muslimin.
Dan jika ia menyelisihi mereka pada perkara-perkara yang kami sebutkan, maka ia
bukanlah Khawarij[6].
Asy-Syahristani (wafat 548 H) berkata, Barang siapa yang memberontak kepada
penguasa yang sah yang telah disepakati oleh jamaah maka (ia) dinamakan khariji,
sama saja apakah bentuk pemberontakan tersebut pada zaman para Sahabat, yaitu
memberontak kepada para Khulafaur-Rasyidin, atau pemberontakan terjadi setelah
itu, yaitu memberontak kepada para tabiin yang mengikuti para Sahabat dengan
baik, dan juga memberontak kepada para penguasa di sepanjang zaman .... dan
Waidiyah termasuk dalam Khawarij; dan merekalah yang menyatakan kafirnya
pelaku dosa besar dan kekal di neraka.[7]
Dari penjelasan para ulama ahli sekte-sekte Khawarij di atas, maka dapat diketahui
ada beberapa aqidah yang khusus dan merupakan ciri khas sekte-sekte Khawarij
yang disepakati oleh seluruh sekte-sekte Khawarij. Aqidah-aqidah tersebut adalah:
Pertama, mengkafirkan Ali dan dua hakim, yaitu Abu Musa al-Asyari dan Amr bin
al-Ash Radhiyallahu an huma. Kedua, mengkafirkan para pelaku dosa besar, kecuali
sekte an-Najdat yang tidak berpendapat demikian. Ketiga, mewajibkan
memberontak kepada penguasa yang zhalim.
Inilah aqidah khusus yang disepakati oleh seluruh sekte Khawarij. Tiga aqidah inilah

yang telah dilakukan oleh Khawarij yang muncul pertama kali pada zaman Ali bin Abi
Thalib, (1) mereka telah mengkafirkan Ali bin Abi Thalib serta sebagian sahabat, dan
(2) sebab mereka mengkafirkan karena mereka menganggap Ali bin Abi Thalib telah
terjerumus dalam dosa besar yaitu berhukum kepada selain Allah Subhanahu wa
Taala (karena Ali menyerahkan hukum kepada dua hakim), dan barang siapa yang
terjerumus dalam dosa besar menjadi kafir menurut mereka, (3) sehingga jadilah
mereka memberontak kepada pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Sebagaimana pernyataan Ibnu Hazm rahimahullah bahwasanya barangsiapa
memiliki aqidah ini (sepakat dengan Khawarij dalam aqidah ini) meskipun ia
menyelisihi Khawarij dalam hal-hal yang lain maka ia adalah (tetaplah sebagai)
seorang Khawarij. Adapun jika ia menyelisihi aqidah-aqidah khusus Khawarij ini,
maka ia bukanlah Khawarij sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Hazm di atas.
Dengan meninjau kesimpulan di atas, maka marilah kita renungkan tentang
kelompok Salafi Wahhabi, apakah mereka beraqidah sebagaimana aqidah sekte
Khawarij?
Apakah mereka yang disebut Salafi Wahhabi mengkafirkan Ali, Muawiyyah, Aisyah,
Amr bin al-Ash, dan para Sahabat yang ikut serta dalam perang Jamal dan Shiffin?
Ataukah mereka yang justru menjunjung tinggi para Sahabat tersebut, dan
membela mereka habis-habisan, terutama Sahabat Muawiyyah dan UmmulMukminin Aisyah yang telah dikafirkan oleh kaum sekte sesat Syiah?
Apakah kaum Salafi Wahhabi mengkafirkan seorang Muslim hanya dikarenakan satu
dosa besar yang dilakukan olehnya? Ataukah justru kaum Salafi Wahhabi yang getol
membantah pemahaman takfiriyin yang hobi mengkafirkan pemerintah? Apakah
pernah didapati kaum Salafi Wahhabi mengkafirkan orang yang berzina, mencuri,
atau membunuh orang lain? Kalaupun kaum Salafi Wahhabi mengkafirkan, maka
yang mereka kafirkan adalah orang yang dinyatakan kafir oleh al-Quran dan
Sunnah, dan itu pun setelah ditegakkan hujjah dan penjelasan kepadanya.
Apakah kaum Salafi Wahhabi menyerukan untuk memberontak keada pemerintah?
Ataukah justru kaum Salafi Wahhabi yang senantiasa menyeru untuk taat kepada
pemerintah? Barangsiapa yang mengikuti kajian-kajian yang disampaikan oleh para
dai Salafi, maka ia akan memahami bahwasanya kaum Salafi sangat memerangi
sikap oposisi kepada pemerintah.
Kedua, Kaum Wahhabi Di tuduh Telah Mengkafirkan Kaum Muslimin
Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhab dituduh mengkafirkan seluruh kaum Muslimin
yang tidak mengikutinya.
Ini merupakan tuduhan dusta yang telah beliau bantah dalam tulisan-tulisannya.
Sebagai bukti nyata, Kerajaan Arab Saudi yang meneruskan dakwah beliau ternyata
tidak mengkafirkan para jamaah haji yang berjuta-juta datang setiap tahunnya. Jika
para jamaah haji dianggap kafir dan musyrik, tentu mereka adalah najis dan tidak
boleh menginjak tanah Haram di Mekkah. Bahkan kenyataannya Kerajaan Arab
Saudi justru terus meningkatkan pelayanan kepada para jamaah haji. Kaum
Wahhabi adalah kaum yang sangat berhati-hati dalam mengkafirkan.
Syaikh Abdul-Lathif bin Abdirrahman Alu Syaikh berkata: Syaikh Muhammad bin
Abdil-Wahhab termasuk orang yang paling menjaga dan menahan diri menyatakan
kekafiran, bahkan sampai-sampai beliau tidak memastikan kafirnya seorang yang
jahil yang berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Taala dari kalangan penghuni

kubur atau yang lainnya, jika tidak dimudahkan baginya adanya orang yang
mengingatkannya.[8]
Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhab berkata: Permasalahan memvonis kafir orang
tertentu adalah permasalahan yang maruf (dikenal), jika seseorang mengucapkan
suatu perkataan yang menimbulkan kekafiran, maka dikatakan: Barangsiapa yang
mengatakan perkataan ini maka ia kafir, akan tetapi orang tertentu jika
mengucapkan perkataan tersebut maka tidak duhukumi menjadi kafir hingga
ditegakkan hujjah kepadanya yang seseorang menjadi kafir karena meninggalkan
hujjah tersebut.[9]
Beliau juga berkata: Adalah kedustaan, seperti perkataan mereka bahwasanya
kami mengkafirkan secara umum, kami mewajibkan orang yang mampu untuk
menampakkan agamanya untuk berhijrah kepada kami, kami mengkafirkan orang
yang tidak mengkafirkan, juga mengkafirkan orang yang tidak berperang; dan
kedustaan seperti ini banyak dan dilakukan secara terus-menerus. Semua ini adalah
kedustaan yang menghalangi manusia dari agama Allah dan Rasul-Nya.
Jika kami tidak mengkafirkan orang-orang yang menyembah berhala yang ada pada
Abdul-Qadir, dan berhala yang ada di kuburan Ahmad al-Baidawi dan yang semisal
mereka berdua dikarenakan kejahilan dan tidak adanya orang yang mengingatkan
mereka, maka bagaimana kami lantas mengkafirkan orang yang tidak berbuat
kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Taala jika ia tidak berhijrah kepada kami,
atau tidak mengkafirkan, dan tidak berperang? Maka suci Allah Subhanahu wa
Taala, ini merupakan kedustaan besar.[10]
Beliau juga berkata: Adapun takfir (pengkafiran), maka aku mengkafirkan orang
yang mengetahui agama Rasulullah, kemudian setelah ia mengetahui agam Rasul
(tetapi) lalu ia mencelanya dan melarang manusia dari agama tersebut serta
memusuhi orang yang menjalankan agama Rasul; maka orang inilah yang aku
kafirkan. Dan mayoritas umat al-hamdulillah- tidak seperti ini.[11]
Berikut Keyakinan Kaum Wahhabi Tentang Takfir (Pengkafiran).
Pertama, Kaum Salafi Wahhabi memandang bahwa takfir (pengkafiran) merupakan
hak Allah Subhanahu wa Taala. Karenanya tidak boleh mengkafirkan kecuali orang
yang telah dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Yaitu pengkafiran harus dibangun
berdasarkan dalil syari.
Kedua, Kaum Salafi Wahhabi hanya mengkafirkan dengan perkara-perkara yang
merupakan Ijma ulama.
Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhab berkata saat beliau ditanya:Atas (landasan)
apa ia berperang? Alpa yang menyebabkan seseorang dikafirkan?, maka beliau
menjawab:Rukun-rukun Islam yang lima, yang pertama adalah dua syahadat,
kemudian empat rukun. Adapun keempat rukun jika dia mengakuinya namun
meninggalkan/tidak melaksanakannya karena lalai, maka kami meskipun kmi
memeranginya agar ia mengerjakan keempat rukun- akan tetapi kami tidak
mengkafirkannya karena ia meninggalkannya, sementara para ulama berselisih
tentang kafirnya orang yang menginggalkan keempat rukun karena malas tanpa
menentang wajibnya empat rukun tersebut. Dan kami tidak mengkafirkan kecuali
perkara yang disepakati oleh seluruh ulama, yaitu dua syahadat. Selain itu kami
juga mengkafirkannya setelah memberi penjelasan kepadanya jika ia telah tahu dan
tetap mengingkari.[12]

Ketiga, Kaum Salafi Wahhabi memandang perbedaan antara takfir mutlaq dan takfir
muayyan. Takfir mutlaq, seperti halnya perkataan para ulama barang siapa yang
mengatakan al-Quran makhluk maka ia kafir, akan tetapi tidak serta merta setiap
orang yang mengatakan al-Quran makhluk lantas kita kafirkan.
Keempat, Kaum Salafi Wahhabi meyakini bahwa seseorang yang melakukan
kekafiran atau mengucapkan kekafiran tidaklah langsung divonis kafir kecuali
setelah memenuhi persyaratan (seperti ditegakkannya hujjah dan berusaha
menghilangkan syubhat yang bercokol di kepalanya) serta tidak adanya perkaraperkara yang menghalangi pengkafiran (seperti kebodohan, baru masuk Islam,
tinggal di daerah pedalaman sehingga tidak mengerti, atau karena dipaksa
mengucapkan/melakukan kekafiran, dan lain-lain).
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:Tidak seorang pun boleh mengkafirkan
seorang pun dari kaum Muslimin meskipun ia keliru atau bersalah hingga ditegakkan
hujjah kepadanya dan jelas baginya hujjah. Barang siapa yang secara yakin
Islamnya tegak maka tidaklah Islam tersebut hilang darinya hanya dengan
keraguan, akan tetapi bisa hilang jika setelah menegakkan hujjah dan
menghilangkan syubhat.[13]
Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga berkata:Adapun memvonis orang tertentu
dengan hukum kafir atau disaksikan masuk neraka maka hal ini berhenti/tergantung
kepada dalil yang tertentu (khusus), karena penerapan vonis tersebut tergantung
pada adanya persyaratan dan hilangnya halangan-halangan.[14]
Ketiga, Kaum Wahhabi Dituduh Memiliki Aqidah Tajsim Dan Tasybih
Tajsim dan tasybih yang merupakan kekufuran adalah jika kita mengatakan bahwa
tangan Allah Subhanahu wa Taala seperti tangan kita, wajah Allah Subhanahu wa
Taala seperti wajah kita, penglihatan Allah Subhanahu wa Taala seperti penglihatan
kita. Hal ini sebagaimana halnya jika kita mengatakan bahwa ilmu Allah Subhanahu
wa Taala seperti ilmu kita dan kekuatan Allah Subhanahu wa Taala seperti kekuatan
kita.[15]
Imam at-Tirmidzi rahimahullah dengan menukil perkataan Imam Ishaq bin Rahuyah,
beliau berkata: Ishaq bin Ibrahim berkata: Hanyalah merupakan tasybih jika ia
berkata tangan Allah Subhanahu wa Taala seperti tangan (manusia) atau
pendengaran Allah Subhanahu wa Taala seperti pendengaran (manusia). Jika ia
berkata pendengaran (Allah Subhanahu wa Taala) seperti pendengaran
(makhluk),maka inilah tasybih.
Adapun jika ia berkata sebagaimana yang dikatakan oleh Allah Subhanahu wa
Taala: Tangan, pendengaran, dan penglihatan Allah Subhanahu wa Taala, dan ia
tidak mengatakan bagaimananya serta tidak mengatakan bahwasanya pendengaran
Allah Subhanahu wa Taala seperti pendengaran (makhluk), maka hal ini bukanlah
tasybih. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala dalam al-Quran:


Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar
dan melihat.[16]
Al-Imam Ahmad berkata,Barangsiapa yang berkata Penglihatan Allah seperti
penglihatanku dan tangan Allah seperti tanganku, serta kaki Allah seperti kakiku,
maka ia telah mentasybih (menyerupakan) Allah dengan makhluk-Nya.[17]

Karenanya menyatakan bahwa Allah Subhanahu wa Taala memiliki sifat ilmu,


qudrah, penglihatan, pendengaran, berbicara akan tetapi tidak sama dengan ilmu
manusia, qudrah manusia, penglihatan dan pembicaraan manusia; maka demikian
ini bukan tasybih atau tajsim, bahkan ini adalah tauhid kepada Allah. Yaitu
menetapkan sifat-sifat Allah yang termaktub dalam al-Quran dan Sunnah, akan
tetapi sifat-sifat tersebut maha tinggi dan tidak akan sama dengan sifat-sifat
makhluk.
Allah berfirman:


Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar
dan melihat. [asy-Syura/42:11].
Perhatikanlah dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa Allah Maha Mendengar dan
Maha Melihat, akan tetapi tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah,
sehingga penglihatan dan pendengaran Allah tidak seperti penglihatan dan
pendengaran manusia atau makhluk.
Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jamaah tentang sifat-sifat Allah dibangun di atas
mensifati Allah sesuai dengan apa yang Allah sifatkan tentang diri-Nya dalam alQuran atau melalui Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits-haditsnya
tanpa adanya (1) tahrif dan (2) tathil serta tanpa (3) takyif dan (4) tamtsil.[18]
Secara bahasa, tahrif adalah merubah atau mengganti,[19] dan secara terminologi,
tahrif yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah- adalah merubah lafal-lafal nash yang
berkaitan dengan sifat Allah atau merubah makna dari lafal-lafal tersebut.[20]
Sedangkan tathil, secara terminologi adalah menolak sifat-sifat Allah yang datang
dalam nash-nash al-Quran maupun hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,
baik menolak sebagian sifat (sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Asyairah dan
all-Maturidiyah) ataupun menolak seluruh sifat Allah (sebagaimana yang dilakukan
oleh kaum al-Jahmiyah dan al-Mutazilah). Adapun takyif, secara terminologi adalah
membagaimanakan sifat-sifat Allah, seperti menyatakan bahwa sifat Allah begini dan
begitu tanpa dalil, dan tanpa menyamakan dengan makhluk.[21] Dan tamtsil, secara
terminologi adalah mengvisualkan sifat Allah dengan menyamakan sifat Allah seperti
sifat makhluk, seperti menyatakan bahwa tangan Allah sama seperti tangan
manusia, turunnya Allah sama seperti turunnya manusia, penglihatan Allah seperti
penglihatan manusia, dan seterusnya.[22]
Aqidah inilah yang disepakati oleh para Imam Salaf umat ini. Ibnu Abdil-Bar
rahimahullah (salah seorang ulama besar madzhab Maliki, wafat tahun 463 H) telah
menukil Ijma (konsensus) Ahlus-Sunnah terkait aqidah ini. Beliau rahimahullah
berkata dalam kitabnya yang sangat mashur, at-Tamhid Lima fi al-Muwattha min alMaani wa al-Asanid: Ahlus-Sunnah Ijma (berkonsensus) dalam menetapkan
seluruh sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah, dan sepakat
untuk beriman kepada sifat-sifat tersebut. Adapun ahlul-bidah, Jahmiyah dan
Mutazilah seluruhnya, demikian juga kaum Khawarij seluruhnya mengingkari sifatsifat Allah pada makna hakikatnya, dan mereka menyangka bahwasanya barang
siapa yang menetapkan sifat-sifat tersebut maka ia adalah musyabbih. Mereka ini di
sisi para penetap sifat-sifat Allah adalah para penolak Allah yang disembah. Dan alhaq (kebenaran) pada apa yang dikatakan oleh mereka yang berbicara sebagaimana
yang dikatakan oleh al-Quran dan sunnah Rasul-Nya, dan mereka adalah para imam
Jamaah, al-hamdulillah.[23]

Sebagaimana hal ini juga telah disebutkan oleh al-Imam at-Tirmidzi dalam
Sunannya. Imam at-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits yang menyebutkan
tentang sifat tangan kanan Allah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Sesungguhnya Allah menerima sedekah dan mengambilnya
dengan tangan kanannya, lalu Allah mentarbiyahnya (mengembangkannya) untuk
salah seorang dari kalian sebagaimana salah seorang dari kalian mengembangkan
kuda kecilnya. Sampai-sampai sesuap makanan sungguh-sungguh menjadi seperti
gunung Uhud.[24]
Setelah meriwayatkan hadits ini, kemudian at-Tirmidzi berkata:Telah berkata lebih
dari satu dari kalangan ahli ilmu tentang hadits ini dan riwayat-riwayat hadits yang
lain tentang sifat-sifat Allah, dan turunnya Allah setiap malam ke langit dunia;
mereka berkata, telah tetap riwayat-riwayat tentang sifat-sifat Allah dan diimani,
tidak dikhayalkan, serta tidak dikatakan bagaimananya sifat-sifat tersebut.[25]
Demikianlah diriwayatkan dari Imam Malik, Sufyan bin Uyainah, dan Abdullah bin
al-Mubarak, bahwasanya mereka berkata tentang hadits-hadits ini: Tetapkan
hadits-hadits tersebut tanpa menggambarkannya. Dan demikianlah perkataan para
ulama Ahlus-Sunnah wal-Jamaah. Adapun Jahmiyah, mereka mengingkari riwayatriwayat ini dan mereka berkata bahwasanya hal ini adalah tasybih.
Terdapat lebih dari satu tempat dalam al-Quran bahwa Allah Subhanahu wa Taala
menyebutkan tentang tangan, pendengaran, dan penglihatan. Kaum Jahmiyah
mentakwil ayat-ayat ini dan menafsirkannya dengan tafsiran yang tidak sesuai
dengan tafsir para ahli ilmu. Jahmiyah berkata:Sesungguhnya Allah Subhanahu wa
Taala tidak menciptakan Adam dengan tangan-Nya, dan Jahmiyah berkata,Makna
tangan di sini adalah kekuatan[26].
Menetapkan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala sebagaimana lahiriahnya tanpa
mentasybih dengan sifat-sifat makhluk merupakan aqidah para imam empat
madzhab.
Imam Abu Hanifah berkata: Allah Subhanahu wa Taala memiliki tangan, wajah, dan
jiwa sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Taala sebutkan dalam al-Quran. Apa
yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dalam al-Quran berupa
penyebutan tentang wajah, tangan, dan jiwa maka itu adalah sifat-sifat Allah
Subhanahu wa Taala, tanpa menggambarkannya. Dan tidak dikatakan
sesungguhnya tangannya adalah qudrah (kemampuan)-Nya atau nikmat-Nya,
karena hal ini menolak sifat, dan ini adalah perkataan para penolak taqdir dan kaum
Mutazilah; akan tetapi tangan-Nya adalah sifat-Nya tanpa membagaimanakannya.
Kemarahan-Nya dan keridhaan-Nya adalah dua sifat yang termasuk sifat-sifat Allah
Subhanahu wa Taala tanpa menggambarkannya.[27]
Imam Malik rahimahullah tatkala ditanya tentang bagaimanakah istiwa Allah
Subhanahu wa Taala, maka beliau berkata: Istawa diketahui (maknanya), dan
bagaimananya tidak bisa dipikirkan, dan mengimaninya adalah wajib, serta bertanya
tentang bagaimananya adalah bidah.[28]
Ibnu Qudamah rahimahullah meriwayatkan atsar dari Imam Syafii rahimahullah,
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: Yunus bin Abdil-Ala berkata, aku mendengar
Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafii, tatkala ditanya tentang sifat-sifat Allah
Subhanahu wa Taala dan apa yang diimani oleh asy-Syafii, maka asy-Syafii berkata:

Allah Subhanahu wa Taala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang terdapat dalam
kitab-Nya (al-Quran) dan dikabarkan oleh Nabi-Nya Shallallahu alaihi wa sallam
kepada umatnya; tidak boleh seorang pun dari makhluk Allah Subhanahu wa Taala
yang telah tegak hujjah kepadanya untuk menolaknya karena al-Quran telah
menurunkan nama-nama dan sifat-sifat tersebut, dan telah sah dari Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam tentang nama-nama dan sifat-sifat tersebut
sebagaimana diriwayatkan oleh para perawi yang adil (tsiqah/terpercaya). Jika
seseorang menyelisihinya setelah tetapnya hujjah kepadanya maka ia kafir; adapun
sebelum tegaknya hujjah maka ia mendapat udzur karena kejahilan, karena ilmu
tentang hal ini (nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala) tidak bisa
diketahui dengan akal, atau dengan pemikiran, dan kami tidak mengkafirkan
seorangpun yang jahil (tidak tahu), kecuali setelah sampai kabar tentang hal
tersebut kepadnya. Kami menetapkan sifat-sifat ini dan kami menolak tasybih dari
sifat-sifat tersebut sebagaimana Allah Subhanahu wa Taala telah menolak tasybih
dari diri-Nya.[29]
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata dalam kitabnya, Dzam at-Takwil, halm.20: Abu
Bakr al-Marwazi berkata: Dan telah mengabarkan kepadaku Ali bin Isa bahwasanya
Hanbal telah menyampaikan kepada mereka, ia berkata, Aku bertanya kepada Abu
Abdillah (al-Imam Ahmad) tentang hadits-hadits yang diriwayatkan sesungguhnya
Allah Taala turun setiap malam ke langit dunia, dan sesungguhnya Allah Tala
dilihat, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala meletakkan kaki-Nya, dan
hadits-hadits yang semisal ini, maka Abu Abdillah (al-Imam Ahmad) berkata, Kami
beriman dengan hadits-hadits ini dan kami menbenarkannya, tanpa ada
bagaimananya dan tanpa memaknainya (mentakwilnya) dan kami tidak menolak
sedikitpun dari hadits-hadits ini, dan kami mengetahui bahwasanya apa yang datang
dari Rasulullah adalah benar jika datang dengan sanad-sanad yang shahih, dan kami
tidak menolak sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan tidaklah Allah
Subhanahu wa Taala disifati lebih dari apa yang Allah Taala sifatkan diri-Nya sendiri,
atau pensifatan Rasul-Nya tentang Allah Subhanahu wa Taala, tanpa adanya
batasan


(tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar
dan melihat).
Orang-orang yang mensifati (Allah Subhanahu wa Taala) tidak akan sampai kepada
sifat-Nya (yang sebenarnya) dan sifat-sifat-Nya dari-Nya. Kami tidak melebihi alQuran dan Hadits, maka kami mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh Allah
Subhanahu wa Taala, dan kami mensifati sebagaimana yang Allah Subhanahu wa
Taala sifati diri-Nya, kami tidak melampuinya, kami beriman kepada seluruh alQuran yang muhkam maupun yang mutasyabih, dan kami tidak menghilangkan
satu sifat pun dari sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala hanya karena celaan.
Demikianlah aqidah empat Imam madzhab Ahlus-Sunnah, bahwasanya mereka
menetapkan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala sebagaimana yang ditunjukkan
oleh ayat-ayat dan hadits-hadits yang shahih, akan tetapi mereka menafikan tasybih
dan penyamaan dengan sifat-sifat makhluk. Mereka menetapkan sifat tangan Allah
Taala akan tetapi tidak seperti tangan makhluk; demikian pula wajah Allah
Subhanahu wa Taala, sebagaimana penglihatan dan pendengaran Allah Subhanahu
wa Taala tidak seperti penglihatan dan pendengaran makhluk.
Meskipun Ahlus-Sunnah menetapkan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala, akan

tetapi mereka menyerahkan hakikat bagaimana sifat-sifat tersebut hanya kepada


Allah Subhanahu wa Taala saja. Karena akal dan ilmu manusia tidak akan mampu
menangkap bagaimananya hakikat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala tersebut.
Allah Subhanahu wa Taala telah berfirman:

Ilmu mereka tidak dapat meliputi-Nya [Thaha/20:110].
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: Madzhab Salaf semoga Allah Subhanahu wa
Taala meridhai mereka- menetapkan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala dan
memperlakukan sifat-sifat tersebut sebagaimana zhahirnya (lahiriyahnya) dan
menafikan bagaimananya hakikat sifat-sifat tersebut. Karena pembiaraan tentang
sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala adalah cabang dari pembicaraan tentang Dzat
Allah Subhanahu wa Taala. Dan penetapan Dzat Allah Subhanahu wa Taala adalah
menetapkan adanya wujudnya Dzat Allah Subhanahu wa Taala bukan menetapkan
bagaimananya Dzat Allah Subhanahu wa Taala, maka demikian pula penetapan
sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala. Inilah madzhab para Salaf seluruhnya.[30]
Hal ini berbeda dengan musyabbihah yang menggambarkannya sifat-sifat Allah
Subhanahu wa Taala atau menyerupakan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala
dengan sifat-sifat makhluk.
Kaum Muatthilah menolak sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala. Ada di antara
mereka yang menolak sebagian sifat, seperti kaum Asyairah dan Maturidiah. Juga
ada di antara mereka yang menolak seluruh sifat, seperti kaum Jahmiyah dan
Mutazilah.
Mereka menganggap penetapan setiap sifat Allah Subhanahu wa Taala
berkonsekwensi telah mentasybih (menyerupakan) Allah Subhanahu wa Taala
dengan makhluknya. Padahal menyatakan Allah Subhanahu wa Taala dan makhluk
sama-sama memiliki pendengaran dan penglihatan bukanlah tasybih atau tajsim
yang merupakan kekufuran. Hanya saja yang merupakan kekufuran, ialah jika kita
menyatakan bahwa penglihatan dan pendengaran Allah Subhanahu wa Taala seperti
penglihatan dan pendengaran manusia sebagaimana telah lalu penjelasannya.
Bahkan hingga Jahmiyah dan Mutazilah (yang menolak seluruh sifat Allah
Subhanahu wa Taala) menamakan Asyairah sebagai musyabbihah karena telah
menetapkan sebagian sifat Allah Subhanahu wa Taala.
Di antara tuduhan Mutazilah (para penolak sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala)
adalah menuduh Ahlus-Sunnah sebagai mujassim dan musyabbih. Hal ini telah jauhjauh hari diingatkan oleh para Ulama Salaf.
Abu Zurah ar-Razi (wafat 264 H) berkata: Muatthilah (para penolak sifat yang
mengingkari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla), yang Allah Subhanahu wa Taala telah
mensifati diri-Nya di dalam al-Quran dan melalui lisan Nabi-Nya, dan mereka
(Muatthilah) mendustakan hadits-hadits shahih yang datang dari Rasulullah tentang
sifat-sifat, lalu mereka mentakwilnya dengan pemikiran mereka yang terbalik agar
sesuai dengan keyakinan mereka yang sesat, lalu mereka menisbahkan para perawi
hadits-hadits tersebut kepada tasybih. Maka barang siapa yang menisbahkan orangorang yang mensifati Rabb mereka Tabaraka wa Taala- dengan sifat-sifat yang
Allah Subhanahu wa Taala mensifati dirinya di dalam al-Quran dan melalui lisan
Nabi-Nya tanpa tamtsil dan tasybih- kepada tasybih maka ia adalah seorang
muatthil yang menafikan sifat. Dan mereka (para muatthil) diketahui dengan sikap

mereka yang menisbahkan para penetap sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala


kepada tasybih. Demikianlah yang para Ulama katakan, di antaranya Abdullah bin
al-Mubarak (wafat 181 H) dan Waki bin al-Jarah (wafat 197 H).[31]
Ishaq bin Rahuyah (wafat 238 H) berkata: Tanda Jahm (bin Shafwan) dan para
sahabatnya yang gemar berdusta- adalah mereka menuduh Ahlu Sunnah walJamaah bahwsanya mereka adalah musyabbihah. Bahkan justru merekalah (Jahm
dan pengikutnya) adalah muatthilah.[32]
Abu Bakar Abdullah bin az-Zubair al-Humaidi asy-Syafii (wafat 219 H) berkata:
Apa yang diucapkan oleh al-Quran dan hadits, seperti:

Orang-orang Yahudi berkata: Tangan Allah terbelenggu, sebenarnya tangan
merekalah yang dibelenggu. [al-Ma-idah/5:64].
Dan seperti:

Dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. [az-Zumar/39:67].
Dan yang semisal ayat-ayat ini dalam al-Quran dan hadits, maka kami tidak
menambahkannya dan kami tidak menafsirkannya (dengan takwil-takwil), dan kami
berhenti dimana berhenti al-Quran dan al-Hadits, dan kami berkata:

(yaitu)Tuhan yang Maha Pemurah, yang ada di atas Arsy. ([Thaha/20:5].
Dan barang siapa yang menyangka selain dari ini maka ia adalah muatthil Jahmiah.
[33]
Inilah kaum yang telah jauh-jauh diperingatkan oleh para imam kaum Muslimin
akan bahaya mereka.
Keempat, Kaum Wahhabi Dituduh Melarang Bershalawat Kepada Nabi Shallallahu
Alaihi Wa Sallam
Tentunya ini merupakan tuduhan dusta. Justru kaum Wahhabi sangat menganjurkan
untuk bershalawat. Salah seorang ulama yang menjadi sumber inspirasi kaum
Wahhabi, yaitu Imam Ibnul-Qayyim (murid Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah) telah
menulis sebuah buku khusus tentang keutamaan bershalawat kepada Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam yang berjudul


Adapun yang dilarang adalah shalawat-shalawat bidah yang berisi makna-makna
menyimpang. Seperti halnya shalawat Fatih yang dipopulerkan Thariqah at-Tijaniyah
yang menurut anggapan mereka- keutamaan membaca shalawat ini sekali saja
seperti mengkhatamkan al-Quran 6000 kali.
Kelima, Kaum Wahhabi Dituduh Membenci Ahlul-Bait (Keluarga Nabi)
Tuduhan ini merupakan kedustaan karena- bahkan Syaikh Muhammad bin AbdilWahhab telah memberi nama anak-anak beliau dengan nama-nama Ahlul-Bait.

Diantara nama anak beliau adalah Hasan, Husain, Ali, Ibrahim, Abdullah, Abdulaziz,
Fathimah. Tentunya seorang yang berakal tidak akan memberi nama anaknya
dengan nama orang yang ia benci, akan tetapi justru sebaliknya ia akan
memberinya nama dengan nama orang yang ia cintai.
Keenam, Kaum Wahhabi Dituduh Melarang Ziarah Kubur
Ini juga merupakan tuduhan dusta, malah justru kaum Wahhabi sangat
menganjurkan ziarah kubur yang merupakan sunnah yang sangat dianjurkan oleh
Nabi Shallallahu alaihi wa sallamuntuk mengingat akhirat dan mendoakan penghuni
kubur. Akan tetapi yang dilarang adalah ziarah kubur yang di dalamnya terdapat
praktek (amaliyah) perkara-perkara yang menyelisihi Sunnah Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam, seperti meminta atau beristighatsah kepada mayat penghuni kubur, atau
beribadah di kuburan, karena hal ini menyelisihi dan melanggar sabda-sabda Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam.
Ketujuh, Syaikh Muhammad Bin Abdil-Wahhab Dituduh Mengaku Sebagai Nabi
Ini merupakan kedustaan yang amat kelewat batas dan pernah disampaikan oleh
Ahmad Zaini Dahlan yang dengki kepada dakwah beliau. Subhanallah, sedemikian
keji Dahlan menuduh Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhab mengaku sebagai
seorang nabi. Padahal, sungguh terlalu banyak perkataan Syaikh Muhammad bin
Abdil-Wahhab yang tegas menyatakan bahwa Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam adalah nabi terakhir, penutup para Nabi.
Di antara perkataan Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhab ialah: Manusia
mengetahui bahwasanya tatkala Allah Subhanahu wa Taala menciptakan kita maka
Allah Subhanahu wa Taala tidak membiarkan kita begitu saja, akan tetapi Allah
Subhanahu wa Taala mengutus para rasul kepada kita. Rasul yang pertama adalah
Nuh, dan yang terakhir adalah Muhammad alihimus-sallam. Dari para rasul tersebut
kita memperoleh Rasul yang terakhir dan yang paling mulia, yaitu Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam, dan kita adalah umat yang terakhir.[34]
Syaikh juga berkata: Rasul yang pertama adalah Nuh alaihis-Sallam, dan yang
terakhir adalah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, dan ia adalah penutup para
Nabi, tidak ada lagi Nabi setelahnya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa
Taala Bukanlah Muhammad adalah ayah salah seorang dari kalian akan tetapi ia
adalah Rasulullah dan penutup para Nabi.[35]
Syaikh juga mengkafirkan orang yang mengaku sebagai nabi setelah Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Begitu pula yang membenarkan adanya
nabi setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam juga dihukumi kafir oleh
Syaikh. Beliau berkata:Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah Subhanahu
wa Taala maka ia telah kafir setelah Islamnya... atau mengaku sebagai nabi, atau
membenarkan orang yang mengaku sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam.[36]
Beliau juga berkata: Mereka, para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
memerangi Bani Hanifah padahal Banu Hanifah telah masuk Islam pada masa Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam- dan mereka bersaksi bahwsanya tidak sesembahan
yang berhak disembah melainkan Allah Taala dan bahwasanya Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam adalah Rasulullah, mereka mengumandangkan adzan
dan mereka shalat.
Jika ada yang berkata: Akan tetapi Bani Hanifah (dikafirkan dan diperangi, karena)
mereka mengatakan bahwa Musailamah adalah nabi, maka katakanlah: Inilah

yang dimaksud, jika seseorang yang mengangkat seseorang hingga derajat Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam(maka ia) menjadi kafir, halal darah dan hartanya, serta
tidak bermanfaat dua kalimat syahadatnya dan juga shalatnya, maka bagaimana
lagi dengan orang yang mengangkat Samson, atau Yusuf, atau sahabat, atau nabi ke
derajat Allah Taala penguasa langit dan bumi?[37]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 7/Tahun XVII/1434H/2013. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. HR at-Tirmidzi, no. 1931. Dihasankan oleh at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh alAlbani.
[2]. Yaitu kepada dua hakim,Pen.
[3]. Salah satu firqah dari pecahan firqah-firqah Khawarij, yaitu merupakan pengikut
seseorang yang bernama Najdah bin Amir,Pen.
[4]. Maqalat al-Islamiyin wa Ikhtilaf al-Mushallin, Cet. Al-Maktabah al-Ashriyah,
Beirut, 1/167-168.
[5]. Al-Farqu Baina al-Firaq, Cet. Maktabah Muhammad Ali Subaih, Mesir,hlm.73.
[6]. Al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwa wa an-Nihal, tahqiq: Dr. Abdurrahim Umairoh,
Daar al-Jail, Beirut, 2/270.
[7]. Al-Milal wa an-Nihal, Daar al-Marifah, Beirut, Libanon, Cet. Ke-3, 1/132.
[8]. Minhaj at-Tasis,hlm.98
[9]. Ad-Durar as-Saniyyah,10/432-433.
[10]. Ad-Durar as-Saniyyah,1/104.
[11]. Ad-Durar as-Saniyyah, 1/73.
[12]. Ad-Durar as-Saniyyah,1/102, lihat juga 11/317.
[13]. Majmu al-Fatawa,12/466.
[14]. Majmu al-Fatawa,12/498.
[15]. Lihat Syarah al-Aqidah ath-Thahiwiyah (hlm.53), Dar at-Taarud (4/145), dan
Maqalat at-Tasybih wa Mauqif Ahlis-Sunnah minha (1/79).
[16]. Lihat Sunan at-Tirmidzi (3/42) kitab az-Zakat, Bab: Ma Ja a fi Fadhl ashShadaqah, dibawah hadits no.662.
[17]. Diriwayatkan oleh al-Khallal dengan sanadnya dalam kitabnya, as-Sunnah
sebagaimana telah dinukil oleh Ibnu Taimiyyah dalam Dar at-Taarud (2/32), dan
Ibnul-Qayyim dalam ijtima al-Juyusy al-Islamiyah, hlm. 162.
[18]. Lihat al-Aqidah al-Washithiyyah, syarah Khalil Harras, halm. 47-48.
[19]. Lihat Mujam Maqayis al-Lughah (2/42) dan Lisanul-Arab (10/387).
[20]. Lihat ash-Shawaiq al-Mursalah,1/215-216.
[21]. Lihat al-Qawaid al-Mutsla, syarh al-Mujala, halm.206.
[22]. Lihat al-Qawaid al-Mutsla, syarh al-Mujala,hlm.202.
[23]. At-Tamhid, 7/145.
[24]. Lihat HR at-Tirmidzi, no.662.
[25]. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya, 3/41.
[26]. Demikian penjelasan at-Tirmidzi dalam Sunan-nya, 3/42.
[27]. Lihat Syarh al-Fiqh al-Akbar, karya Syaikh Abu al-Muntah Ahmad bin
Muhammad al-Hanafi (halm. 120-122), dan juga asy-Syarh al-Muyassar li al-Fiqh alAkbar, karya al-Khamis (hlm.42).
[28]. Atsar perkataan Imam Malik ini shahih dari banyak jalan. Silahkan melihat
takhrij atsar ini secara detail dalam buku al-Atsar al-Masyhur an al-Imam Malik fi
Sifat al-Istiwa, karya Syaikh Abdur-Razzaq al-Abbad, hlm.35-51.
[29]. Kitab Itsbat Sifat all-Uluw, karya Ibnu Qudamah (hlm. 181) dan juga dalam
kitab beliau, Dzam at-Tawil, hlm.21.
[30]. Majmu al-Fatawa,4/6-7.

[31].
[32].
[33].
[34].
[35].
[36].
[37].

Al-Hujjah fi Bayan al-Mahajjah,1/187 dan 1/196-197.


Syarh Ushul Itiqad Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah,2/588.
Dzam at-Takwil,1/24.
Ad-Durar as-Saniyyah, 1/168.
Ad-Durar as-Saniyyah,1/135.
Ad-Durar as-Saniyyah,10/88.
Kasyf asy-Syubuhat,halm.32.

MEMPELAJARI ISSUE WAHABI


Menarik untuk disimak WAHABI (Sesat) Yang Sesungguhnya..!!
(Sebuah penyimpangan pemikiran yang perlu diluruskan)
Wajib diketahui oleh setiap Muslimin dimanapun mereka berada bahwasanya
firqah Wahabi adalah Firqah sesat, yang ajarannya sangat berbahaya sehingga
wajib dihancurkan.
Tentu hal ini membuat kita bertanya-tanya, mungkin bagi mereka yang PRO akan
merasa marah dan sangat tidak setuju, dan yang KONTRA mungkin akan tertawa
sepuas-puasnya.
Maka siapakah sebenarnya Wahabi ini?
Bagaimanakah sejarah penamaan mereka?
Mari kita simak dialog ilmiah yang sangat menarik antara Syaikh Muhammad bin
Saad Asy-Syuwaiir dengan para masyaikh/dosen-dosen di sebuah Universitas
Islam di Maroko.
Salah seorang Dosen itu berkata: Sungguh hati kami sangat mencintai Kerajaan
Saudi Arabia, demikian pula dengan jiwa dan hati kaum muslimin pada
umumnya, dimana setiap kaum muslimin sangat ingin pergi kesana, bahkan
antara kami dengan kalian sangat dekat jaraknya. Namun sayang, kalian berada
diatas suatu Madzhab, yang kalau kalian tinggalkan tentu akan lebih baik, yaitu
Madzhab Wahabi.
Kemudian Asy Syaikh dengan tenangnya menjawab: Sungguh banyak
pengetahuan yang keliru melekat dalam pikiran manusia, yang mana landasan
pengetahuan tersebut tidak bersumber dari referensi terpercaya, dan mungkin
kalian pun mendapat isu/kabar yang tidak tepat dalam hal ini.
Baiklah, agar pemahaman kita menyatu dalam bingkai syar'i, maka saya minta
kepada kalian dalam diskusi ini agar mengeluarkan argumen-argumen yang
diambil dari sumber-sumber yang terpercaya, dan saya rasa di Universitas ini
terdapat perpustakaan yang menyediakan kitab-kitab sejarah islam terpercaya.
Dan juga hendaknya kita semaksimal mungkin menjauhi sifat Fanatisme dan
Emosional.
Dosen itu berkata : saya setuju denganmu, dan biarkanlah para Masyaikh yang
ada dihadapan kita menjadi saksi dan hakim diantara kita.
Asy-Syaikh berkata : saya terima, setelah bertawakal kepada Allah, saya
persilahkan anda melontarkan masalah sebagai pembuka diskusi kita ini.

Dosen itu pun berkata : Baiklah kita ambil satu contoh, ada sebuah fatwa yang
menyatakan bahwa firqah wahabi adalah Firqah yang sesat. Disebutkan dalam
kitab "Al-Miyar" yang ditulis oleh Al Imam Al-Wansyarisi, beliau menyebutkan
bahwa "Al-Imam Al-Lakhmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu
orang-orang Wahabiyyun membangun sebuah masjid, Bolehkah kita Sholat di
Masiid yang dibangun oleh orang-orang wahabi itu?.
Maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab: Firqah Wahabiyyah adalah firqah sesat,
yang masjidnya wajib dihancurkan, karena mereka telah menyelisih jalannya
kaum muminin, dan telah membuat bidah yang sesat dan wajib bagi kaum
muslimin mengusir mereka dari negeri-negeri islam".
(Perlu kita ketahui bahwa Imam Al-Wansyarisi dan Imam Al-Lakhmi adalah ulama
Ahlusunnah wal jama'ah)
Dosen itu berkata lagi : Saya rasa kita sudah sepakat akan hal ini, bahwa
tindakan kalian adalah salah selama ini,
Kemudian Asy-Syaikh menjawab : Tunggu dulu..!! kita belum sepakat. Lagipula
diskusi kita ini baru dimulai, dan perlu anda ketahui bahwasannya sangat banyak
fatwa seperti ini yang dikeluarkan oleh para ulama sebelum dan sesudah AlLakhmi. Untuk itu tolong anda sebutkan terlebih dahulu kitab yang menjadi
rujukan kalian itu!
Dosen itu berkata: Anda ingin saya membacakan fatwanya saja, atau saya
mulai dari sampulnya?
Asy-Syaikh menjawab: Dari sampul luarnya saja.
Dosen itu kemudian mengambil kitabnya dan membacanya: Namanya adalah
"Kitab Al-Miyar", yang dikarang oleh Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi. Wafat
pada tahun 914 H di kota Fas, Maroko.
Kemudian Asy-Syaikh berkata kepada salah seorang penulis di sebelahnya:
Wahai syaikh, tolong catat baik-baik, bahwa Imam Al-Wansyarisi wafat pada
tahun 914 H. Kemudian bisakah anda menghadirkan biografi Imam Al- Lakhmi?
Dosen itu berkata: Ya.
Kemudian dia berdiri menuju salah satu rak perpustakaan, lalu membawakan
satu jilid dari salah satu kitab-kitab yang mengumpulkan biografi ulama. Di
dalam kitab tersebut terdapat biografi Ali bin Muhammad Al-Lakhmi, seorang
Mufti Andalusia dan Afrika Utara.
Kemudian Asy-Syaikh berkata : Kapan beliau wafat?
Yang membaca kitab menjawab: Beliau wafat pada tahun 478 H
Asy-Syaikh berkata kepada seorang penulis tadi: Wahai syaikh, tolong dicatat
tahun wafatnya Syaikh Al-Lakhmi kemudian ditulis.
Lalu dengan tegasnya Asy-Syaikh berkata : Wahai para masyaikk..!! Saya ingin
bertanya kepada antum semua. Apakah mungkin ada ulama yang memfatwakan
tentang kesesatan suatu kelompok yang belum ada (lahir)? kecuali kalau dapat
wahyu?

Mereka semua menjawab : Tentu tidak mungkin, Tolong perjelas lagi maksud
anda!
Asy-syaikh berkata lagi : Bukankah wahabi yang kalian anggap sesat itu adalah
dakwahnya yang dibawa dan dibangun oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul
Wahhab?
Mereka berkata : Siapa lagi?
Asy-Syaikh berkata: Coba tolong perhatikan!! Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H.
Nah, ketika Imam Al-Lakhmi berfatwa seperi itu, jauh RATUSAN TAHUN lamanya
sebelum syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir, bahkan sampai 22 generasi
ke atas beliau belum ada yang lahir, apalagi berdakwah!!
KAIF?? GIMANA INI?? (Merekapun terdiam beberapa saat).
Kemudian mereka berkata: Lalu sebenarnya siapa yang dimaksud Wahabi oleh
Imam Al-Lakhmi tersebut? Mohon dielaskan dengan dalil yang akurat, kami ingin
mengetahui yang sebenarnya!
Asy-Syaikh pun menjawab dengan tenang: Apakah anda memiliki kitab "Al-Firaq
Fii Syimal Afriqiya", yang ditulis oleh Al-Faradbil, seorang berkebangsaan
Perancis?
Dosen itu berkata: Ya ini ada.
Asy-Syaikh pun berkata: Coba tolong buka di huruf Wau. Maka dibukalah huruf
tersebut dan munculah sebuah judul yang tertulis Wahabiyyah.
Kemudian Asy-Syaikh menyuruh Dosen itu membacakan biografi firqah
wahabiyyah itu.
Dosen itu pun membacakannya: Wahabi atau Wahabiyyah adalah sebuah sekte
KHAWARIJ ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh Abdul Wahhab bin Abdurrahman
bin Rustum Al-Khoriji Al-Abadhi. Orang ini telah banyak menghapus Syariat
Islam, dia menghapus kewajiban ibadah haji dan telah terjadi peperangan antara
dia dengan beberapa orang yang menentangnya. Dia wafat pada tahun 197 H di
kota Thorat, Afrika Utara.
Penulis mengatakan bahwa firqah ini dinamai dengan nama pendirinya,
dikarenakan ia telah memunculkan banyak penyimpangan keyakinan dalam
madzhabnya. Mereka sangat membenci Ahlu Sunnah.
Setelah Dosen itu membacakan kitabnya Asy-Syaikh berkata: Inilah Wahabi
yang dimaksud oleh imam Al-Lakhmi, inilah wahabi yang telah memecah belah
kaum muslimin dan merekalah yang difatwakan oleh para ulama Andalusia dan
Afrika Utara sebagaimana yang telah kalian dapati sendiri dari kitab-kitab yang
kalian miliki.
Adapun Dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang
didukung oleh Imam Muhammad bin Saud -rahimuhumallah-, maka dia
bertentangan dengan praktek dakwah Khawarij, karena dakwah beliau tegak
diatas kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang
shahih. Dan beliau menjauhkan semua yang bertentangan dengan keduanya.
Beliau mendakwahkah tauhid, melarang perbuatan syirik, mengajak umat

kepada Sunnah dan menjauhi bidah, dan ini merupakan Manhaj Dakwah para
Nabi dan Rasul.
Syubhat/isu yang tersebar dinegeri-negeri Islam saat ini tidak lain adalah hasil
propagandakan musuh-musuh islam dan dibantu oleh kaum muslimin yang
kurang paham, atau yang paham tapi cetakan liberal, sekuler dan beraliran sesat
seperti Syiah dan gulatushofi agar terjadi perpecahan dalam barisan kaum
muslimin, terutama kaum Ahli sunnah wal jama'ah.
Sebagaimana diketahui bahwa dulu para penjajah menguasai negeri-negeri islam
pada masa dimana saat itu adalah puncak kekuatan mereka. Mereka tahu betul
kenyataan lapangan pada perang salib bahwa musuh utama mereka adalah
kaum muslimin yang bebas dari noda yang pada waktu itu menamakan dirinya
dengan Salafiyyah. Sementara sekte Syiah, aliran Bathiniyyah dan Gulatu Asoufi
justru berkolaborasi dengan musuh.
Belakangan musuh mendapatkan sebuah senjata yang siap pakai. Mereka pun
langsung menggunakan isu ini (Wahabi) sebagai propaganda mereka untuk
membuat manusia & kaum muslimin sendiri lari dari islam yang hanif. Memecah
belah sesama kaum muslimin, sesuai dengan moto mereka " " . PECAH
BELAHLAH, NISCAYA KAMU AKAN MENGUASAI MEREKA.
Shalahuddin Al-Ayubi sendiri tidak bisa mengusir mereka keluar dari negeri Syam
secara optimal kecuali setelah runtuhnya daulah Fathimiyyah Al-Ubaidiyyin di
Mesir. Kemudian beliau (Shalahuddin) mengirim ulama-ulama ahlusunnah dari
Syam untuk berdakwah di negeri Mesir. Sehingga berubahlah wajah negeri Mesir
dari yang tadinya berakidah Syiah Bathiniyyah menjadi Ahlusunnah Wal Jama'ah
yang jelas dalil, amalan dan keyakinan sampai saat ini.
Ref: Kitab "Al-Kamil Fi at-Tarikh" karya Izzuddin bin Ibnul Atsir, cet-10, Darul Kitab
Resensi Buku: Salafi, Antara Tuduhan dan Kenyataan; Bantahan Ilmiah Terhadap Buku Sejarah
Berdarah Sekte Salafi Wahabi
15 Agustus 2011 pukul 21:46

Editor/Muroja'ah: Al Ustadz Abu Abdillah Sofyan Chalid bin Idham Ruray


(Penulis Buku Salafi, Antara Tuduhan dan Kenyataan; Bantahan Ilmiah Terhadap Buku Sejarah Berdarah
Sekte Salafi Wahabi)

Segala puji hanya milik Allah subhanahu wa taala. Shalawat serta salam bagi Rasulullah, keluarga, para sahabat
dan semua yang mengikuti petunjuk beliau shallallahualaihi wa sallam sampai hari kiamat.
Amma badu;

Saya telah membaca sebuah buku yang ditulis oleh Al-Ustadz Sofyan Chalid bin Idham
Ruray hafizhahullahdengan murojaah Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al-Atsari hafizhahullah, terbitan TooBAGUS
Publishing Bandung, cetakan pertama, bulan Syaban 1432 H.

Buku ini berisi tentang penjelasan indah nan ilmiah dalam membantah berbagai kedustaan dan tuduhan jelek
yang dialamatkan kepada dakwah salafiyah, buku yang beliau beri judul Salafi, Antara Tuduhan dan
Kenyataan; Bantahan Ilmiah Terhadap Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi untuk selanjutnya
disingkat SATK- merupakan bantahan ilmiah terhadap buku yang ditulis oleh Syaikh Idahram yang
berjudulSejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi untuk selanjutnya disingkat SBSW- dan diberi kata
pengantar oleh Ketua PBNU, Prof. Dr. Said Agil Siradj, MA; sebuah buku yang dipenuhi dengan seruan-seruan
kepada penyimpangan aqidah, bidah, hingga berbagai macam kedustaan atas nama para ulama Ahlus Sunnah
wal Jamaah yang hakiki, bahkan kedustaan atas nama Rasulullah shallallahualaihi wa sallam!!

Walhamdulillah, buku SATK yang ditulis oleh Al-Ustadz Abu Abdillah Sofyan hafizhahullah ini dapat menyingkap
berbagai macam tipu daya yang disebarkan oleh Idahram, dkk..
Buku SATK yang penuh manfaat ini dibuka dengan mukaddimah, beliau menjelaskan dalam mukaddimahnya:

Hikmah penciptaan jin dan manusia yaitu untuk mentauhidkan Allah Taala.
Diantara bentuk penjagaan terhadap kesempurnaan tauhid seorang hamba, adalah dengan
menampakkan permusuhannya kepada musuh-musuh tauhid dan memerangi mereka dengan ilmu
dan hujjah yang terang.

Hal ini mengisyaratkan kepada pembaca bahwa tujuan penulisan buku SATK adalah demi menjaga kemurnian
tauhid, sekaligus untuk menjaga persatuan kaum muslimin yang hakiki, karena persatuan yang hakiki hanya
dapat terwujud bila dilandasi dengan aqidah yang benar sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Rasulullahshallallahualaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahuanhum.

Setelah menjelaskan tujuan agung dan mulia tersebut, Penulis SATKmulai membahas satu persatu kekeliruan
dalam buku SBSW, yang diawali dengan jawaban ilmiah terhadap Prof. Dr. Said Agil Siradj, M.A. selaku ketua
umum PBNU yang memberikan kata pengantar terhadap buku SBSW.

Beberapa catatan terhadap kata pengantar sang profesor:


(1) Jawaban terhadap tuduhan Prof. Said Agil bahwa sahabat yang mulia Amr bin
Ash radhiyallahuanhumelakukan tipuan.
(2) Jawaban terhadap tuduhan Prof. Said Agil bahwa Imam Muhammad bin Suud dan Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab memisahkan diri dari Khilafah Utsmani, sekaligus jawaban terhadap tuduhan dusta Idahram
bahwa Salafi bekerjasama dengan Inggris.
(3) Meluruskan kesalahpahaman atas pembongkaran terhadap situs-situs sejarah dan meratakan kuburan.
Alhamdulillah, ketiga perkara tersebut dibahas secara gamblang dan ilmiah dalam buku ini, bukan sekedar
tuduhan tanpa disertai sepotongpun bukti sebagaimana yang sering dilakukan oleh saudara Idahram dan Prof.
Said Agil dalam buku hitam SBSW.

Pada bagian selanjutnya, Penulis SATKjuga memberikan sedikit catatan terhadap pujian KH. Dr. Maruf Amin,
MA, selaku ketua MUI terhadap buku SBSW. Bagian ini berisi penegasan bahwa sesungguhnya buku SBSW
karya Idahram sangat memicu perpecahan di kalangan kaum muslimin dan sangat tidak lapang dada dalam
menerima perbedaan, sangat jauh dari harapan Bapak KH. Maruf Amin. Semoga Pak Kiai dapat mengambil
pelajaran darinya.

Pada bagian selanjutnya buku SATK membahas, Biografi Singkat Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhabrahimahullah. Bagian ini berisi keterangan mengenai kemuliaan serta ketinggian nasab Asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, perjalanan beliau dalam menuntut ilmu, kekuatan hapalan,
perjalanan dakwah beliau, beberapa karya ilmiah yang pernah beliau tulis, serta pujian dari para ulama dan tokoh
di berbagai penjuru dunia. Bahkan beliau rahimahullah mendapatkan ijazah periwayatan Shahih Al
Bukhari dan syarahnya, Shahih Muslim dan syarahnya, Sunan At Tirmidzi, Sunan An Nasai, Sunan Abu Dawud,
Sunan Ibnu Majah, beberapa karya Ad-Darimi, Musnad Asy Syafii, Muwattha Imam Malik, dan Musnad Imam
Ahmad, dengan sanad bersambung sampai kepada penulisnya. Alangkah jauhnya fakta ini dengan tuduhan yang
dilontarkan Idahram bahwa Asy-Syaikh rahimahullah, pengetahuan agamanya kurang memadai..(SBSW, hal.
31)

Pada pembahasan berikutnya, Penulis SATKmenjelaskan tentang istilah wahabi dan salafi serta
penyelewengan makna yang dilakukan oleh pengekor hawa nafsu terkait dengan penamaan wahabi dan salafi.
Setelah memberikan beberapa pendahuluan yang amat penting tersebut, maka mulailah beliau menyingkap satu
persatu kedustaan dan pemutarbalikan fakta yang dilakukan oleh Idahram dalam bukunya SBSW.

Dari pemaparan dalam buku SATK tersingkaplah tabir kegelapan, terbongkarlah pondasi tipu daya, dan telah
tampak jalan kebenaran serta jalan kesesatan dengan sangat transparan. Amat banyak akar-akar kesalahan
yang tertanam dalam diri saudara Idahram dan kelompoknya, tentunya hal tersebut sudah cukup untuk
membuktikan jeleknya pemahaman mereka terhadap agama.

Berikut ini beberapa contoh tuduhan dusta dan pemutarbalikan fakta dalam buku SBSW yang telah dibantah
habis oleh buku SATK:
1.

Menuduh Salafi bekerjasama dengan Inggris dalam merongrong kekhalifahan Turki Utsmani, ternyata
yang dijadikan barang bukti oleh Idahram adalah arsip sejarah milik orang-orang kafir. Padahal
kenyataan sebenarnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab memandang haramnya
pemberontakan kepada pemerintah muslim, serta fakta sejarah juga membuktikan bahwa Najd pada
waktu itu tidak termasuk wilayah kekuasaan Turki Utsmani, bahkan sebaliknya, Turki Utsmani
bekerjasama dengan pasukan kafir Eropa ketika menyerang Najd.

2.

Menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengkafirkan kaum muslimin yang tidak ikut bersama
beliau. Disebutkan pada SBSW hal 68, kedustaan ini dibantah pada SATK hal 52-55.

3.

Kisah pertempuran di Hijaz, menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab membunuh kaum
muslimin tanpa terkecuali orang tua, wanita dan anak-anak. Disebutkan pada SBSW hal 77-81,
kedustaan ini dibantah pada SATK hal 59-65.

4.

Menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab memerintahkan untuk menghancurkan Uyainah dan
melarang pembangunannya kembali selama 200 tahun, karena Allah akan mengirimkan jutaan belalang
untuk meluluh lantahkan kota tersebut. Disebutkan pada SBSW hal 88-89, kedustaan ini dibantah pada
SATK hal 66.

5.

Menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul wahhab membunuh Utsman bin Muammar karena telah
musyrik dan kafir. Disebutkan pada SBSW hal 67-68, kedustaan ini dibantah pada SATK hal 67-69.

6.

Menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab membunuh penduduk Ahsaa dan Qashim. Disebutkan
pada SBSW hal 91-95 pada catatan kaki, kedustaan ini dibantah pada SATK hal 69.

7.

Tuduhan pembantaian jamaah haji Yaman. Kedustaan ini dibantah pada SATK hal 71-73.

8.

Tuduhan pembantaian jamaah haji Iran. Kedustaan ini dibantah pada SATK hal 73-74.

9.

Tuduhan melarang dan menghalangi umat Islam menunaikan ibadah haji. Disebutkan Pada SBSW hal
100-101, kedustaan ini dibantah pada SATK hal 75.

10. Mengangggap bahwa meninggikan kuburan dan membangun di atasnya adalah suatu bentuk kebaikan.
Disebutkan pada SBSW hal 105, bidah ini dibantah pada SATK hal 20-25.

11. Idahram menyesalkan atas pembakaran buku-buku sesat. Disebutkan pada SBSW hal 107-109,
kesalahpahaman ini dibantah pada SATK hal 79-80.
12. Tuduhan penyerangan terhadap Karbala tanpa alasan yang jelas. Disebutkan pada SBSW hal 70-77,
kedustaan ini dibantah pada SATK hal 56-59.
13. Idahram menafsirkan hadits dengan akal-akalannya sendiri tanpa merujuk kepada pendapat ulama,
akhirnya salah dalam memahami ayat-ayat dan hadits-hadits Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
14. Pengkafiran Idahram terhadap kaum muslimin, sebagai akibat dari penafsirannya terhadap hadits
dengan akalnya yang pendek. Disebutkan pada SBSW hal 144 dan 253, dibantah pada SATK hal 101103.
15. Klaim Idahram bahwa hadits-hadits yang membicarakan tentang fitnah Najd yang dimaksud adalah
Salafi Wahabi, dengan alasan sederhana bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berasal dari
Najd. Ini juga akibat dari penafsirannya terhadap hadits dengan akalnya yang pendek, dibantah pada
SATK hal 103-106.
16. Idahram menuduh lagi, bahwa maksud hadits tanduk-tanduk setan adalah kemunculan Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan pengikutnya, sedang dajjal akan muncul dari mereka
yang tersisa, seperti biasa dia berlagak layaknya ahli hadits lalu mensyarah hadits dengan akalnya yang
dangkal, dibantah tuntas pada SATK hal 107-109.
17. Idahram kembali berdusta yang memang sudah kebiasaanya- dengan mengatakan bahwa Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah memerintahkan setiap pengikutnya untuk mencukur habis
rambut kepalanya para pengikutnya, kali ini Idahram mengutip fatwa ulama Salafi dengan dipenggalpenggal supaya mendukung kedustaannya. Disebutkan pada SBSW hal 164-170, kedustaan ini
dibantah pada SATK hal 110-115.
18. Idahram berusaha menghubung-hubungkan antara celaan terhadap Dzul Khuwaishirah yang terdapat
dalam hadits, dengan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, hanya karena keduanya berasal dari Bani
Tamim. Kali ini nampak jelas sekali kebodohan Idahram. Disebutkan pada SBSW hal 170-174, dibantah
pada SATK hal 115-116.
19. Kelancangan Idahram kepada Allah subhanahu wa taala dan kepada kaum muslimin, dengan beraninya
Idahram memastikan bahwa Allah tidak akan menerima amalan mereka, dan bahwa amalan mereka
hanyalah kedok atau topeng, seakan-akan dia dapat mengetahui isi hati manusia. Disebutkan pada
SBSW hal 179, dibantah pada SATK hal 117-118.
20. Idahram berusaha membuat citra jelek Salafi di mata umat Islam dengan satu bab khusus untuk
mengkritik fatwa dan pendapat sebagian ulama Salafi yang dia beri judul Di Antara Fatwa dan
Pendapat Salafi Wahabi yang Menyimpang. Bab tersebut memiliki 28 sub bab dengan pembahasan
yang sangat ringkas. Dalam bab-bab tersebut Idahram melontarkan berbagai kedustaan, melakukan
pengkhianatan ilmiah dengan memotong-motong fatwa ulama agar sesuai dengan tuduhannya,
menyalahkan suatau pendapat atau suatu amalan berdasarkan kedangkalan pengetahuannya, tidak
lapang dada dalam menghadapi masalah khilaf, dan masih ada segudang kesalahan lain, lihat
pembahasannya pada SATK hal 119-168.
21. Pada bab terakhir buku SBSW (hal 201-254) berjudul, Kerancuan Konsep dan Manhaj Salafi
Wahabi.Bagian ini sesungguhnya yang menjadi dasar keberanian saudara Idahram dalam mengkritik
ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah yang hakiki. Ternyata penyebabnya, karena dia tidak memahami
konsep dan manhaj salafi dengan baik. Alhamdulillah, buku SATK menjawab kerancuan-kerancuan
tersebut dengan sangat ilmiah.

Faidah lain dari buku SATK, bukan hanya kutipan dalil Al-Quran dan As-Sunnah yang disertakan teks Arabnya,
tapi juga kutipan-kutipan aqwal para ulama disertakan teks-teks Arabnya, sehingga semakin bermanfaat bagi
para penuntut ilmu.

Bagian terpenting dalam buku SATK adalah pemaparan aqidah dan manhaj Salafi disertai bukti-bukti ilmiah dari
Al-Quran dan As-Sunnah serta penukilan secara lengkap dari kitab-kitab para ulama dari seluruh mazhab fiqh;
Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah dan Hambaliyah bahkan Zhahiriyah. Ternyata pendapat-pendapat ulama Salafi di
zaman ini bersesuaian dengan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah dari seluruh mazhab terutama dalam masalah
aqidah, ini sebagai bantahan terhadap tuduhan Idahram bahwa Salafi memutus rantai pemahaman ulama,
padahal kenyataannya buku SBSW yang cenderung kepada dua sejoli; Syiah dan Sufi sangat bertentangan
dengan ajaran-ajaran para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Pada bagian akhir, buku SATK menjelaskan perangai-perangai rendah Idahram dan kelompoknya demi untuk
memadamkan kemilaunya sinar dakwah salafiyah. Sangat menyedihkan, ternyata tuduhan-tuduhan Idahram dan
kelompoknya hanya bersumber dari ketidaktahuan mereka tentang manhaj salaf yang sebenarnya, itupun masih
dibumbui dengan fitnah dan dusta serta pengkhianatan ilmiah, memahami dalil-dalil dengan akal yang sakit
tanpa merujuk kepada ulama Salaf, memotong-motong fatwa ulama Salafi, lalu dikesankan bahwa itulah
penyimpangan Salafi, Allaahul Mustaaan.

Kita memohon kepada Allah subhanahu wa taala, agar memberikan manfaat dengan buku SATK ini baik kepada
penulisnya, penerbit maupun pembaca yang budiman. Dan semoga semakin banyak orang-orang yang
berdakwah kepada Allah subhanahu wa taala dengan hikmah dan nasihat yang baik, melalui karya tulis yang
ilmiah. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mendengar segala doa.

Sumber: http://ashthy.wordpress.com/2011/08/13/resensi-buku-salafi-antara-tuduhan-dan-kenyataan-bantahanilmiah-terhadap-buku-sejarah-berdarah-sekte-salafi-wahabi/

Disusun oleh:
Abu Bakrah Ahmad Al Makassariy
Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini yang secara umum terbagi menjadi dua pendapat. Di antara
mereka ada yang berpendapat tentang kekafirannya berdasarkan dhahir hadits :
:
" : :
"

Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaaiil : Telah menceritakan kepada kami Abdul-Waahid : Telah
menceritakan kepada kami Asy-Syaibaaniy : Telah menceritakan kepada kami Yusair bin Amru, ia berkata : Aku
berkata kepada Sahl bin Hunaif : Apakah engkau pernah mendengar Nabi shallallaahu alaihi wa

sallambersabda sesuatu tentang Khawarij ?. Ia menjawab : Aku pernah mendengar beliau bersabda sambil
mengarahkan tangannya ke Iraaq : Akan keluar darinya satu kaum yang membaca Al-Quraan namun tidak
melebihi/melewati kerongkongan mereka. Mereka keluar dari Islam seperti keluarnya anak panah dari busurnya
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6934].
" : :


"
Telah menceritakan kepada kami Affaan : Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Al-Mughiirah : Telah
menceritakan kepada kami Humaid : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ash-Shaamit, dari Abu
Dzarr, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam : Sesungguhnya sepeninggalku nanti
ada satu kaum dari kalangan umatku yang membaca Al-Quran namun tidak sampai melewati tenggorokan
mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya, yang kemudian ia tidak
kembali padanya (agama). Seburuk buruk makhluk dan ciptaan [Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad,
5/31; shahih].
Inilah yang dikuatkan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah dalam beberapa fatwanya, di antaranya adalah
jawaban beliau ketika ditanya hukum tidak menshalatkan ahli bidah :


Apabila ahli ilmu meninggalkannya dalam rangka menjauhkan dari perbuatan (bidah) mereka, maka ini sesuai,
jika bidah mereka tidak mengkonsekuensikan pengkafiran. Namun jika bidah mereka termasuk bidah yang
mengkafirkan pelakunya seperti bidahnya Khawaarij, Mutazilah, dan Jahmiyyah, maka tidak boleh menshalati
mereka [Majmuu Al-Fataawaa wal-Maqaalaat, 13/165].
Beberapa ulama sebelum Ibnu Baaz yang juga mengkafirkan kelompok Khawaarij adalah Al-Bukhaariy, AlQaadliy Iyaadl, Ibnul-Arabiy, As-Subkiy, dan yang lainnya.
Ulama lain berpendapat kelompok Khawaarij tidak dikafirkan. Inilah pendapat jumhur ulama. Ibnu
Hajar rahimahullah berkata :


Kebanyakan ahli ushul dari kalangan Ahlus-Sunnah berpendapat bahwasannya Khawaarij itu adalah fasiq dan
hukum Islam (muslim) berlaku pada mereka karena dua kalimat syahadat yang mereka ucapkan dan rukun-rukun
Islam yang mereka lakukan. Mereka difasikkan hanyalah karena pengkafiran mereka terhadap kaum muslimin
dengan bersandar pada tawil fasid (rusak); sehingga menyebabkan mereka menghalalkan darah dan harta
orang-orang yang yang menyelisihi mereka, serta mempersaksikannya dengan kekufuran dan kesyirikan
[Fathul-Baariy, 12/300].
Ibnu Qudaamah rahimahullah berkata :

.
Khawaarij yang mengkafirkan dengan sebab dosa besar, mengkafirkan Utsmaan, Aliy, Thalhah, Az-Zubair, dan
banyak orang dari kalangan shahabat, serta menghalalkan darah dan harta kaum muslimin kecuali orang yang
keluar bersama mereka; maka yang dhahir pendapat para fuqahaa dan shahabat-shahabat kami belakangan
menyatakan mereka itu bughat (pembangkang). Hukum mereka (Khawaarij) adalah hukum bughat(tidak kafir). Ini
adalah pendapat Abu Haniifah, Asy-Syaafiiy, jumhur fuqahaa, dan banyak ulama dari kalangan ahli hadits [AlMughniy, 8/106].

Asy-Syaikh Shaalih bin Abdil-Aziiz Aalusy-Syaikh hafidhahullah pernah ditanya : Apakah Khawaarih itu kafir ?,
maka beliau menjawab :
) : " :
(
Mereka bukanlah kafir menurut pendapat yang benar. Akan tetapi sebagaimana perkataan Aliy radliyallaahu
anhu : Mereka lari dari kekafiran. Adapun sabda Nabishallallaahu alaihi wa sallam : Mereka keluar dari agama
sebagaimana anak panah keluar dari busurnya; bukanlah yang dimaksudkan dengannya (keluar dari) pokok
agama, namun yang dimaksudkan dengannya adalah (keluar dari) kebanyakan perkara agama [Al-Ajwibah AlUshuuliyyah alal-Aqiidah Al-Waasithiyyah Free Program from islamspirit].
Apa yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Shaalih Alusy-Syaikh tentang atsar Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu
anhu adalah sebagaimana berikut :

:

" : : " " :"
" : : "

Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Aadam : Telah menceritakan kepada kami Mufadldlal bin Muhalhil,
dari Asy-Syaibaaniy, dari Qais bin Muslim, dari Thaariq bin Syihaab, ia berkata : Aku pernah berada di sisi Aliy,
dan ditanyakan kepadanya tentang orang-orang Nahrawaan (Khawaarij), apakah mereka itu orang-orang musyrik
?. Aliy menjawab : Mereka lari dari kesyirikan. Dikatakan : Apakah mereka termasuk orang-orang munafik ?.
Ia berkata : Sesungguhnya orang-orang menuafik tidaklah berdzikir kepada Allah kecuali sedikit saja. Dikatakan
kepadanya : Lalu termasuk apakah mereka ini ?. Ia menjawab : Orang yang bertindak aniaya terhadap kami
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 15/332; shahih].
Yang raajih dalam permasalahan ini wallaahu alam - adalah pendapat jumhur ulama karena itulah yang
disepakati para shahabat. Selain atsar Aliy di atas, yang menunjukkan para shahabat tidak mengkafirkan
Khawaarij adalah bahwasannya mereka tetap shalat di belakang mereka (Khawaarij) sebagaimana yang
dilakukan Ibnu Umar dan yang lainnya radliyallaahu anhum yang bermakmum di belakang Najdah Al-Haruuriy
[Minhaajus-Sunnah, 5/247]. Adapun nash keluarnya Khaawarij dari Islam dapat dita'wilkan sebagaimana
penjelasan Asy-Syaikh Shaalih Alusy-Syaikh hafidhahullah di atas.
Wallaahu alam.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor].

baca juga http://www.seindahsunnah.com/kisah-dosen-universitas-islammadinah-yang-anti-wahabi/#sthash.XrFvnkE8.dpbs


http://tabayyunnews.com/2015/10/arab-saudi-sumbang-115-milyar-untukmembantu-90-negara-media-mainstream-sepi-pemberitaan/

Anda mungkin juga menyukai