Anda di halaman 1dari 26

Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Industri Tahu Susu Lembang

Laporan
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dengan dosen pengampu Mustika NH., S.TP., M.Pd.

Oleh:
Asri Najmi Fathillah

NIM 1000664

Julaeha Nopiyani

NIM 1003097

Siti Solihat

NIM 1002394

Tedy Tarudin

NIM 1000684

Yulian Arthia Putri

NIM 1000822

Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri


Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
2012

Kata Pengantar
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
segala rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan hasil obsrvasi
ini tepat pada waktunya. Dan tak lupa shalawat serta salam kita tunjukan kepada
nabi kita Muhammad SAW berserta keluarga sahabat dan para pengikutnya
sampai akhir zaman.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Mustika NH., S.TP.,
M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, serta kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberikan masukan serta memberikan dukungan
kepada kami.
Penyusunan laporan hasil observasi pada industri susu tahu lembang ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Dalam proses penyusunan laporan ini, penyusun menyadari masih banyak
kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan
maupun pihak lainnya, khususnya bagi penyusun.

Bandung, Maret 2012


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI......................................................................3
2.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja.............................................3
2.2. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Industri.........6
2.3. Standar Kesehataan dan Keselamatan Kerja..............................10
BAB 3 HASIL OBSERVASI.......................................................................13
3.1. Profil Industri.............................................................................13
3.2. Resiko Bahaya yang Mungkin Terjaadi.....................................15
3.3. Kecelakaan Kerja yang Pernah Terjadi......................................16
3.4. Penanggulangan.........................................................................16
BAB 4 PEMBAHASAN..............................................................................17
4.1. Analisis Bahaya pada Industri Tahu Susu Lembang..................17
4.2. Tinjauan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada TSL.............18
BAB 5 KESIMPULAN...............................................................................15
5.1. Kesimpulan................................................................................20
5.2. Saran .........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat menekan tingkat kecelakaan kerja baik
disebabkan kondisi lingkungan kerja yang berbahaya maupun perbuatan tenaga
kerja yang berbahaya serta dapat mengurangi penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya meningkatkan produksi dan produktivitas. Pemerintah juga mendukung
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja denga mewajibkan

bagi

perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk menerapkan Undang-undang No. 1


tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

sebagai tindakan

pengendalian terhadap potensi-potensi serta faktor bahaya yang mungkin muncul.


Keselamatan kerja yang diterapkan dengan baik dapat memberikan perlindungan
bagi tenaga kerja, pelaksanaan keselamatan kerja

sesuai dengan kebijakan

Pemerintah yaitu Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Tenaga Kerja yang meliputi :
1) Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral kerja.
2) Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
a. Norma keselamatan kerja.
b. Norma kesehatan kerja dan higene perusahaan.
c. Norma kerja.
d. Pemberian ganti rugi, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan
kerja.
Tahu susu lembang merupakan salah satu industri yang butuh untuk
menerapkan peraturan kesahatan dan keselamatan kerja bagi para karyawannya
selama proses produksi. Semua fungsi manajemen dan segenap tenaga kerja di
lokasi produksi susu tahu lembang menyadari bahwa penerapan K3 secara baik
3

akan meningkatkan kualitas produk, meminimalkan biaya dan menjamin


ketepatan waktu penyerahan yang berarti meningkatkan produktivitas.
1.2.

Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja?


1.2.2.
1.2.3.
1.2.4.
1.2.5.
1.2.6.
1.2.7.
1.2.8.

Bagaimana penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di industri?


Bagaimana standar kesehatan dan keselamatan kerja?
Bagaimana profil industri Tahu Susu Lembang?
Apa saja resiko bahaya yang mungkin terjadi di lokasi produksi?
Apa saja kecelakaan yang teradi di lokasi produksi?
Bagaimana cara menanggulangi kecelakaan yang terjadi?
Bagaimana analisis bahaya di industri Tahu Susu Lembang?

1.2.9. Bagaimana tinjauan K3 di industri Tahu Susu Lembang?


1.3.

Tujuan Penulisan

1.3.1. Mengetahui dan memahami mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.


1.3.2. Mengetahui penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di industri.
1.3.3. Mengetahui dan memahami standar kesehatan dan keselamatan kerja yang
1.3.4.
1.3.5.
1.3.6.
1.3.7.
1.3.8.
1.3.9.

ada.
Mengetahui profil industri Tahu Susu Lembang.
Mengetshui resiko bahaya yang mungkin terjadi di lokasi produksi.
Mengetahui kecelakaan yang pernah terjadi di lokasi produksi.
Mengetahui cara menanggulangi kecelakaan yang terjadi.
Mengetahui analisis bahaya di industri Tahu Susu Lembang.
Mengetahui tinjauan K3 di Industri Tahu Susu Lembang.

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
K3 secara praktis diartikan sebagai upaya perlindungan agar tenaga kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat

kerja termasuk orang lain yang memasuki tempat kerja maupun proses produk
dapat secara aman dan efisien dalam produksinya
Menurut Mangkunegara (2002, p.163)Keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari
resiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat kecil
dibawah nilai tertentu (Simanjuntak, 1994). Sedangkan kesehatan kerja dapat
diartikan sebagai kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja
(Simanjuntak, 1994).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang
mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit,
kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007
mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor
yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja
(termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.
Dari

definisi

keselamatan

dan

kesehatan

kerja

di

atas

serta

definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan
kerja adalah suatu program yangmenjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di
tempat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat
populer. Bahkandidalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan
singkatan K3L yang artinya keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Aspek
lingkungan dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan juga merupakan
hal yang penting, namun dalam pembahasan berikut yang akan menjadi fokus
utamanya adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya
selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka
5

(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan


sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis
mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil
resiko terjadinya kecelakaan. Dalam memepelajari faktor faktor yang dapat
menyebabkan manusia mengalami kecelakan inilah berkembang berbagai konsep
dan teori tentang kecelakaan (accident theories). Teori tersebut umumnya ada
yang memusatkan perhatiannya pada faktor penyebab yang ada pada pekerjaan
atau cara kerja, ada yang lebih memperhatikan faktor penyebab pada peralatan
kerja bahkan ada pula yang memusatkan perhatiannya pada faktor penyebab pada
perilaku manusianya.
Kesehatan berasal dari bahasa Inggris health, yang dewasa ini tidak hanya
berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai
makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian
pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being).
Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga
berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia menderita
sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau
pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi
lebih sehat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa umumnya manusia selalu mempunyai
pekerjaan (work, occupation) dan sebagian besar waktunya berada dalam situasi
bekerja sehingga dapat terjadi manusia akan menderita penyakit yang mungkin
disebabkan oleh pekerjaannya atau menderita penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaannya. Karena alasan tersebut berkembang ilmu yang dikenal dengan
kesehatan kerja (occupational health). Kesehatan kerja disamping mempelajari
faktor-faktor pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan manusia menderita
penyakit akibat kerja (occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan
dengan

pekerjaannya

(work-related

disease)

juga

berupaya

untuk

mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk pencegahannya, bahkan

berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan (health promotion) pada manusia


pekerja tersebut.
Istilah keselamatan dan kesehatan kerja, dapat dipandang mempunyai dua
sisi

pengertian.

Pengertian

yang

pertama

mengandung

arti

sebagai

suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai


pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan
tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai
suatu ilmu terapan (applied science). Pandangan yang melihat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam kerangka sebagai suatu pendekatan ilmiah tampak seperti
misalnya pada definisi berikut:
Occupational Health and Safety concern the application of scientific
principles in understanding the nature of risk to the safety of people and
property in both industrial & non industrial environments. It is multi disciplinary
profession based upon physics,chemistry, biology and behavioral sciences with
applications in manufacturing, transport, storage and handling of hazardous
material and domestic and recreational activities. (OSHA, USA)
Dari definisi tersebut dapat diamati adanya uraian yang menekankan prinsip
ilmiah yang mendasari Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta keilmuan dasar
yang menjadi pendukungnya.
Sedangkan pandangan melihat Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
kerangka sebagai suatu pendekatan praktis atau suatu program dapat dilihat dari
definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai: The promotion and
maintenance of the highest degree of physical, mental and social well being of
workers in all occupations; the prevention among workers of departures from
health caused by their working conditions; the protection of workers in their
employment from risks resulting from factors adverse to health; the placing and
maintenance of the worker in an occupational environment adapted to his
physiological equipment; to summarize: the adaptation of work to man and each
man to his job. (Joint committee: ILO & WHO).

Dengan demikian menjadi semakin jelas bahwa Keselamatan dan Kesehatan


Kerja pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan ilmiah dan sekaligus
merupakan suatu program.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya
(hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugiankerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi
potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.
Dengan kata lain hakekat dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tidak
berbeda dengan pengertian bagaimana kita mengendalikan risiko (risk
management) agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Pendekatan-pendekatan ilmiah yang ada dalam lingkup Keselamatan dan
Kesehatan Kerja tidak saja terbatas pada ilmu keselamatan (safety sciences) dan
ilmu kesehatan (health sciences) seperti ilmu kesehatan kerja (occupational health
science), tetapi juga keilmuan lainnya seperti: higiene industri (industrial
hygiene), ergonomi, human factors, epidemiologi, statistik, kedokteran, rekayasa
(engineering), kimia, health promotion, toksikologi, manajemen, hukum, sosial
dan perilaku dan lain-lain sebagainya. Dengan demikian Keselamatan dan
Kesehatan

Kerja

dapat

dipandang

sebagai

ilmu

terapan

yang

bersifat multidisiplin, yang kaya dengan keragaman berbagai pendekatan menurut


bidang keilmuan masing-masing dalam upaya mengendalikan resiko sakit dan
celaka.
2.2. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Industri
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang penting
dalam aktivitas dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini tergantung pada seberapa besar
pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu sendiri. K3 menjadi wacana industri
abad ini setelah ditemukannya teori teori yang representatif yang mendukung

akan improvisasi dalam konteks keselamatan dan manajemen resiko yang muncul
dalam kegiatan industri yang lebih luas.
Meninjau kembali literatur literatur yang telah dikenal dan diterapkan
mengenai studi kasus dalam masalah K3 dimana kesempurnaan metoda dan
penerapan yang penuh komitmen dan konsistensi penuh dari semua pihak masih
banyak diharapkan. Kendala kendala makro seperti costibility dan
understanding sering kali banyak ditemui dilapangan akan tetapi tidak berarti pula
bahwa program K3 tidak berjalan, ini menuntut komitmen dan kesadaran pada
masing masing pihak.
Sebagai

logika

dasar

tentang

pentingnya

pemahaman

K3

dapat

diilustrasikan dengan Historical perspective yaituApabila seorang pembangun


membangun sebuah rumah untuk seseorang dan tidak membuat konstruksi dan
rumah yang ia bangun runtuh akan menyebabkan rumah tersebut rusak dan
meninggal pemiliknya, ternyata pembangun bisa menyebabkan kematian. Ini
artinya bahwa dalam setiap aktivitas apapun selain perencanaan teknis fisik harus
diperhatikan pula aspek aspek keamanan yang terkait langsung maupun tidak
langsung.
Walaupun hakekat bahaya bersifat labil dan tidak bisa direncanakan akan
tetapi

setidaknya

dengan

program

K3

membantu

dalam

menjamin

peminimalisasian bahaya dan manajemen resiko. Hal ini sangat besar


pengaruhnya terhadap dinamika industri.
Tujuan dari penerapan K3 dalam suatu industri adalah :
1.

Menerapkan peraturan pemerintah UUD 1945 pasal 27 ayat 2, UU No. 14


Tahun 1969 pasal 9 & 10 Tentang pokok pokok Ketenagakerjaan, dan UU

2.

No. 1 Tahun 1970 Tentang keselematan kerja


Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manjemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintregasi, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan,
dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif (SMK3, pasal 2 ).

Sebelum tahun 1911, tentang keselamatan kerja dalam industri hampir tidak
diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan
kecelakaan bagi pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa
kecelakaan itu :
1.
2.
3.

Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja (karyawan) sendiri.


Disebabkan teman sekerja sehingga ia (pekerja) mengalami kecelakaan.
Tanggungan pekerja, karena menganggap perusahaan merasa sudah
membayar

4.

(menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan

pekerja.
Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan.
Pada tahun 1908 di New York, dilakukan kompensasi pertama bagi pekerja

yang mengalami kecelakaan. Setelah tahun 1911, pekerja mendapat kompensasi


Penyakit

Akibat

Kerja

(PAK).

Bila

disebabkan

terkena

panas (atmosphere)seharusnya panas dalam industri diberi pelindung (safety) dan


inilah yang menghasilkan dasar pemikiran mengenai perkembangan teknologi
safety dan sanitasi industri.
Perkembangan terkini mengenai K3 sebagai integrasi dari ISO 9001 :
2000 (Quality) dan ISO 14001 : 1996 (Enviromental) yang diterapkan diseluruh
Negara didunia adalah dengan munculnya berbagai macam sistem keamanan dan
keselamatan kerja yang disesuaikan dan diselaraskan dengan kebutuhan
dan compatibility dari jenis dan lingkungan di industri masing masing Negara
tersebut, misalnya NSC (USA), SAFETY MAP (Australia), SMK3 (Indonesia),
British standard 8800 Guide to OH&SMS (Inggris), SGS Yarsley ICS & ISMOL
ISA 2000 Requirements for S&HMS (Swiss), National Standard Authority of
Ireland (Irlandia)
Keselamatan (safety) adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan dan
menghilangkan/ mengontrol resiko yang tidak bisa diterima. Ketidakberterimaan
awalnya berasal dari bahaya,. Bahaya adalah suatu keadaan yang berpotensi untuk
terjadinya kecelakaan dan kerugian.
Potensi bahaya dapat berasal dari mesin mesin, pesawat, alat kerja, dan
bahan bahan serta energi, dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan proses
produksi yang beresiko akan munculnya bahaya. Faktor faktor sumber bahaya
10

diantaranya: faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor fisiologi, dan faktor
psikologi.
Resiko adalah kesempatan untuk terjadinya kecelakaan atau kerugian, juga
kemungkinan dari akibat dan kemungkinan bahaya tertentu. Sumber sumber
resiko adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perubahan
Produk
Kekayaan dan bahan baku
Prosedur dan aktivitas proses
Teknologi dan peralatan
Personel
Tempat kerja dan lingkungan
Lingkungan alam, keadaan iklim

9.

Eksternal/pihak pihak yang terkait


Keselamatan ini mencakup akan semua aspek, bisa melalui Manusia,

Metode, Mesin (alat), atau Lingkungan. Untuk keselamatan, manusia dibekali


dengan pengetahuan tentang perlengkapan dalam kegiatan kerjanya dengan
melalui intruksi kerja aman atau Prosedur standar. Metode yang representative dan
compatible juga mampu mendatangkan keselamatan.
Sedangkan mesin (alat) memerlukan suatu aksesoris khusus dalam
menunjang kerjanya agar mampu beroperasi secara aman tanpa mengurangi
fungsi aslinya dengan sedikit sentuhan teknologi tidak menutup kemungkinan
alat penunjang tersebut dalam keadaan tertentu bisa sangat penting sekali
eksistensinya, ini dapat kita maksudkan dengan Alat Pelindung Diri (Personal
Protective Equipment) yang diselaraskan dengan fungsi dan jenis bahaya yang
sudah disarankan penggunaannya yang efektif . Untuk lingkungan tergantumg
pada pengaturan tata letak dan fungsi dalam manajemen yang efektif dan efisien.
2.3. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Standar adalah sebuah norma atau patokan yang diterima dan disetujui
untuk mengukur sesuatu kuantitas dan kualitas. Standar kualitas menyatakan
sesuatu secara spesifik tetapi tanpa kuantitas yang eksak. Standar ini
dikategorikan menjadi dua :
11

a.

Standar berdasar konsensus, ialah standar yang disetujui oleh sekelompok

b.

orang, namun pemakaiannya tidak ditentukan oleh undang-undang.


Standar di bawah peraturan, adalah standar yang pemakiannya diwajibkan
oleh pemerintah. Selain penggolongan standar ke dalam standar konsensus
dan standar di bawah peraturan, masih ada penggolongan lain dengan dasar
yang lain, ialah : Standar Spesifikasi, ialah standar yang menerangkan kondisi
fisis dan Standar performa, ialah standar yang menentukan bagaimana sesuatu
pekerjaan itu harus dilaksanakan atau apakah yang harus dicapai.

2.3.1. Undang-undang Keselamatan Kerja


UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai
rencana, dan mengatur agar proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana,
dan mengatur agar proses produksi tidak merugikan semua pihak. Setiap tenaga
kerja berhak mendapatkan

perlindungan

keselamatan

dalam

melakukan

pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas


nasional.
UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU
Keselamatan Kerja (UUKK) No.1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan
undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan
umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di
wilayah kekuasaan hukum NKRI. Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah
UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan
bahwa: Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Ini berarti setiap warga negara berhak hidup layak
dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan/
penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan
modal utama serta pelaksana dari pembangunan.
Ruang lingkup pemberlakuan UUKK dibatasi oleh adanya 3 unsur yang
harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga unsur yang harus
dipenuhi adalah:
1.

Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.


12

2.

Adanya tenaga kerja, dan

3.

Ada bahaya di tempat kerja.


UUKK bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang-undang ini,

diharapkan kecelakaan kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang


membedakan dengan undang-undang yang berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan
untuk mencegah, mengurangi dan menjamin tenaga kerja dan orang lain ditempat
kerja untuk mendapatkan perlindungan, sumber produksi dapat dipakai dan
digunakan secara aefisien, dan proses produksi berjalan lancar.
2.3.2. Prosedur yang Berkaitan dengan Keamanan
Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (SOP, Standards Operation
Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan
kesalamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah
melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari
kecelakaan kerja. Pedoman dari ILO (International Labour Organization)
menerangkan bahawa kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:
a.

Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja.

b.

Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.

c.

Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para


pekerja.
Alat keselamatan kerja yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah

helm, masker, kacamata, atau alat perlindungan telinga tergantung pada


profesinya. Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar
terlindung dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri dari
resiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan, maka badan kita perlu menggunakan
ala-alat pelindung ketika melaksanakan suatu pekerjaan. Berikut ini akan
diuraikan beberapa alat pelindung yang biasa dipakai dalam melakukan pekerjaan
listrik dan elektronika.

13

Pemilihan dan pemakaian pakaian kerja dilakukan berdasarkan ketentuan


berikut. Pemakaian pakaian mempertimbangkan bahaya yang mungkin dialami.
Pakaian longgar, sobek, dasi, dan arloji tidak boleh dipakai di dekat bagian mesin.
Jika kegiatan produksi berhubungan dengn bahaya peledakan/ kebakaran maka
harus memakai pakaian yang terbuat dari seluloid. Baju lengan pendek lebih baik
daripada baju lengan panjang. Benda tajam atau runcing tidak boleh dibawa dalam
kantong. Tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan debu, tidak boleh
memakai pakaian berkantong atau mempunyai lipatan.

BAB 3
HASIL OBSERVASI

3.1. Profil Industri


3.1.1. Tahu Susu Lembang
Tahu Lembang merupakan kawasan wisata kuliner keluarga yang berada
dalam corporate The big price cut Group. Dimana dalam menjalankan kegiatan
operasional sehari-hari tahu lembang berjalan secara mandiri. Meskipun begitu
tahu lembang tetap mendapatkan pengawasan dari pihak corporate. Tahu susu
lembang berlokasi di Jalan Raya Lembang no. 177, Kabupaten Bandung Barat.
14

Usaha ini didirikan pada awal Desember 2008 oleh Bapak Perry Tristianto.
Sebelum merambah bisnis di dunia kuliner, beliau bergerak di dunia fashion dan
telah membuka 6 Factory Outlet di Bandung. Sukses berbisnis dengan FO-nya,
kemudian beliau membuka bisnis di bidang kuliner. Selain Tahu susu lembang,
tempat kuliner lain yang juga milik Bapak Perry yaitu Rumah strawberi, Rumah
Sosis, dan Kampung Bakso.
Awalnya, ide pembuatan tahu susu lembang ini bermula dari sebuah
pemikiran Bpk. Perry tentang tahu. Tahu merupakan makanan yang banyak
disukai orang, akan tetapi tahu yang dijual memiliki rasa dan bentuk yang sama
dan seperti itu-itu saja. Selain itu, seperti yang kita tahu juga bahwa lembang
merupakan tempat penghasil susu murni di daerah Bandung. Hal inilah yang
kemudian menjadi inspirasi tahu susu lembang untuk membuat suatu inovasi baru
untuk tahu. Dengan mencapurkan susu murni dalam pembuatan tahu , maka
jadilah tahu susu yang memiliki tekstur lebih lembut dan memiliki nilai gizi
tinggi. Meski dicampur susu, bahan dasar tahu ini tetaplah kacang kedelai,
keduanya diolah bersama mentega, sehingga bisa menghasilkan susu dengan
tekstur yang lebih halus dan lembut, serta mengandung protein yang sangat tinggi.
3.1.2. Lokasi
Lokasi tahu susu lembang sangatlah luas. Tempat ini di design dengan
konsep wisata. Sesuai dengan namanya, disini juga terdapat lokasi produksi
pembuatan tahu susu lembangyan berlokasi di Jl. Raya Lembang No.177,
Bandung.
3.1.3. Produksi Dan Operasional
Pada umumnya tahu hanya terbuat dari bahan dasar kedelai, TSL
menambahkan campuran susu sapi murni dalam proses pembuatan tahu. Kedua
bahan tersebut lalu diolah bersama mentega. Penambahan susu sapi murni dan
mentega ternyata menciptakan tahu yang lebih lembut serta mengandung protein
yang lebih tinggi.
15

Bahan baku yang digunakan merupakan susu murni dan margarine tanpa
menggunakan bahan pengawet. Sehingga kesehatannya dapat terjamin. Untuk
supply bahan baku, TSL bekerja sama dengan KPSBU (Koperasi Peternak Susu
Bandung Utara) yang berada di lembang.
Produksi Tahu Susu Lembang
Peralatan yang digunakan dalam produksi, yaitu tong pencucian kedelai;
mesin giling; tunku perebusan kedelai; tong kayu; saringan besar dan kecil; serok
cetak; cetakan; kayu pengaduk; tangok; kain saringan; kain cetakan, dan tampir.
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu kacang kedelai; susu sapi; mentega;
garam; bawang putih; kunyit; air dan bumbu lain.
Tahapan Proses Produksi :
a.
b.
c.
d.

Kacang kedelai direndam selama kurang lebih 4 jam;


Kemudian dicuci hingga bersih;
Setelah itu digiling hingga lembut;
Perebusan kacang kedelai yang sudah digilin kurang lebih 1 jam sambil

e.
f.
g.

diaduk-aduk.
Kacang kedelai disaring, dipisahkan antara ampas dan sari kedelai.
Sari kedelai dicampur susu murni, mentega, garam, serta biang.
Setelah mengental sari kedelai dimasukkan ke dalam cetakan kayu lalu di

h.
i.

pres.
Setelah di cetak tahu susu dipotong-potong sesuai ukuran.
Tahu yang sudah di potong-potong lalu di ebus kembali sambil diberi bumbu.

j.

Setelah dingin tahu dibungkus, dan siap diolah untuk konsumsi langsung.

Operasional
Seperti yang kita tahu, dalam suatu proses produksi pasti akan
meninggalkan limbah produksi. Begitu pula dengan TSL. Dalam proses
pembuatan tahu susu ini, ada 2 jenis limbah yaitu limbah kering dan limbah cair.
untuk limbah kering yang merupakan ampas kedelai ini TSL bekerja sama dengan
peternak sapi, ampas ini diberikan kepada peternak untuk dijadikan pakan sapi
agar sapi tersebut dapat terus menghasilkan susu murni yang merupakan salah
satu bahan baku dalam pembuatan tahu susu. Sedangkan untuk limbah cairnya,
TSL membuat sumur resapan agar limbah ini tidak mencemari lingkungan sekitar.
16

Selain cara penanggulangan seperti itu, TSL juga menjalin kerjasama dengan ITB
untuk mengolah limbah tersebut menjadi makanan seperti abon dan nata de coco.
Dengan demikian TSL tidak mengalami kesulitan dalam penanganan limbah
produksinya.
3.2. Resiko Bahaya yang Mungkin Terjadi
Pada produksi tahu susu di Pabrik Tahu Susu Lembang, bahaya yang paling
mungkin terjadi adalah bahaya fisik. Bahaya fisik yang ada di pabrik ini adalah
karena banyaknya genangan air yang ada di lokasi proses produksi, serta bahaya
lainnya. Para pekerja di pabrik ini diwajibkan untuk memakai sepatu boot agar
tidak mudah terpeleset dan terjatuh ketika sedang bekerja. Pembersihan tempat
secara berkala yakni pada sebelum dan setelah dipakai untuk produksi
memperkecil risiko pegawai terjatuh.
Selain karena ditempat produksi banyak terdapat genangan air, tempat
perebusan yang memiliki air bersuhu tinggi dapat menjadi bahaya fisik yang
selanjutnya dengan akibat cipratan air panas. Pegawai yang telah bekerja lama dan
telah terbiasa hanya memakai celemek plastik ketika produksi. Ketika proses
perebusan dimulai pegawai tidak memakai sarung tangan karena mengganggu
ketika sedang memproduksi.
3.3. Kecelakaan Kerja yang Pernah Terjadi
Di pabrik Tahu Susu Lembang kecelakaan yang beberapa kali terjadi adalah
tergelincir dan terjatuh, yang diakibatkan oleh bahaya fisik yang berada di tempat
produksi. kecelakaan yang terjadi biasanya bukan dari pegawai tetapi dari
pengunjung yang sengaja melihat proses produksi tahu susu ini. Pabrik yang
menggunakan sistem open kitchen ini mengakibatkan pengunjung yang ingin
melihat secara langsung proses pengolahan tahu memiliki resiko yang sama
dengan pegawai pabrik. Pengunjung yang tidak menggunakan sepatu boot lebih
mudah mengalami bahaya fisik yang berada di tempat pengolahan.
Pegawai yang belum ahli pun sempat mengalami kecelakaan kerja ketika
sedang berada pada proses perebusan, hal ini diakibatkan oleh pegawai belum
17

mahir dalam memproduksi dan belum terbiasa dengan suhu tinggi dari air
perebusan.
3.4. Penanggulangan
Pabrik Tahu Susu Lembang ini memiliki 10 orang pegawai laki-laki yang
dibagi menjadi 2 sift. Pegawai di pabrik ini disediakan mesh khusus pegawai
shingga ketika permintaan meningkat pegawai akan memproduksi lebih pagi.
Mesh di tunjukan untuk pegawai dan juga menejer produksi.
Lokasi pabrik juga tidak jauh dari klinik dan Unit Gawat Darurat (UGD)
yang berada di kota Lembang. Selain itu terdapat kotak PPPK (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan) yang berada di pabrik sehingga ketika terjadi
kecelakaan yang berat maupun ringan dapat segera diatasi.
Pegawai yang sedang tidak dapat bekerja karena sakit biasanya digantikan
oleh pegawai yang saat itu memiliki sift yang berbeda. Perlengkapan yang biasa
digunakan pegawai ketika akan mulai memproduksi tahu adalah sepatu boot, dan
celemek plastik, pegawai juga diarahkan untuk memakai celana panjang.

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Analisis Bahaya pada Industri Tahu Susu Lembang
Lokasi produksi dan proses produksi merupakan tempat yang menjadi
potensi besar terjadinya kecelakaan kerja di suatu industri. Begitu juga pada
industri tahu susu lembang. Adapun analisis bahaya dan penanggulangan yang
mungkin terjadi di lokasi dan proses produksi, dijabarkan sebagai berikut:
Bahan disimpan menggunakan teknologi penyimpanan suhu rendah. Pada
tahap ini difokuskan pada penyimpanan susu yang akan digunakan sebagai bahan
baku pembuatan tahu. Susu yang diterima dari KPSBU Lembang disimpan di
18

dalam refrigerator dengan ukuran yang cukup besar karena susu yang diperlukan
dalam jumlah banyak. Resiko yang mungkin terjadi pada tahap ini yaitu bahaya
fisik. Bahaya fisik yang terjadi pada pekerja yaitu cold stress. Cold sterss
disebabkan oleh proses pendinginan susu yang dapat menyebabkan stress pada
pekerja. Akan tetapi, pada proses ini tidak ada kontak dengan pekerja secara terus
menerus sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus.
Tahap selanjutnya yaitu tahap perendaman dan pencucuian kedelai. Bahaya
yang mungkin terjadi yaitu bahaya fisik dan bahaya biologi. Bahaya fisiknya yaitu
memungkinkan pekerja tergelincir di tempat pencucian. Serta bahaya biologi yang
mungkin terjadi yaitu tercemarnya lingkungan pencucuian sehingga dapat
mempengaruhi kesehatan pekerja. Selain itu bahaya fisik akibat tergelincir
mendominasi pada potensi bahaya yang mungkin terjadi di lokasi produksi TSL,
sebab lokasinya yang basah, licin, dan terkadang tergenang air. Penanggulangan
yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat saluran air yang baik sehingga air
yang ada dapat selalu mengalir dan tidak menggenang, serta dengan cara menjaga
kebersihaan lokasi produksi.
Tahap penggilingan merupakan salah satu tahap yang rentan terjadi
kecelakaan. Pada saat penggilingan dibutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian dari
para pekerja. Kelengahan pekerja dapat menimbulakan bahaya fisik, yaitu terluka
tangan pekerja akibat alat penggiling. Pada saat penggilingan juga mengakibatkan
kebisingan karena suara yang ditimbulakan oleh mesin penggiling kedelai.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu menggunakan pelindung telinga untuk
mengurangi kebisisngan.
Pada tahap perebusan memungkinkan terjadinya kecelakaan fisik berupa
terkenaa air panas, serta dehidrasi pada pekerja karena ruangan produksi akan
menjadi sangat panas, sementara adonan tahu harus diaduk-aduk secara terus
menerus. Penanggulangannya yaitu dengan memakai pelindung tahangan serta
pemberian jendela dengan ventilasi yang baik.
4.2. Tinjauan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Tahu Susu Lembang

19

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan satu kunci kesuksesan


dalam berbagai industri. Suatu perusahaan yang bonafid dan professional selalu
menganggap K3 ini sebagai suatu elemen yang sangat penting bagi kemajuan
perusahaan tersebut.
Pada industri Tahu Susu Lembang sudah menerapkan beberapa peraturan
yang mengacu pada kesehatan dan keselamatan kerja para pegawai. Namun,
walaupun sudah menerapkan beberapa peraturan mengenai K3, pelaksanaan K3 di
TSL belum berjalan secara optimal. Terbukti dengan masih terjadinya kecelakaan
di lokasi produksi serta kurang maksimalnya sosialisasi K3 untuk para pegawai.
Kecelakaan kerja yang biasa terjadi yaaitu terkena air panas atau terkena sengatan
panas dari suhu ruangan yang tinggi dan terjatuh pada saat bekerja yang
dikarenakan lantai yang licin.
Usaha-usaha yang ditunjukkan untuk mengendalikan faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan akibat kerja pada industri TSL ini adalah dengan
merubah konstruksi bangunan tempat produksi, seperti meninggikannya,
pemberian jendela dengaan ventilasi yang cukup baik. Pembuatan saluran
pembuangan air limbah yang baik agar lingkungan sekitarnya tidak tercemar.
Kemudia perlu diadakannya sosialisasi dan penyuluhan agar dapat meningkatkan
pengetahuan khususnya para pekerja pembuat tahu.
Tidak berjalannya K3 dengan maksimal pada industri TSL tidak lepaas dari
peran pemerintah. Layaknya pemerintah setempat melakukan upaya pendekatan
strategik mengenai K3 industri. Upaya pendekatan strategik K3 yang dapat
dilakukan pada pabrik tahu yaitu:
1. Pemberian penyuluhan tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri
yang benar dan sesuai pada saaty bekerja.
2. Pemberian penyuluhan tentang bahaya pembuangan limbah sembarangan yang
dapat menyebabkan polusi udara.
3. Pemberian penyuluhan tetntang konstruksi bangunan yang baik serta cara
perawatannya.
Untuk mewujudkan budaya K3 di Indonesia memang tidak mudah,
diperlukan kerjasama antara pemerintah dan pelaku industri. Hal ini juga
dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang terlibat didalamnya.
20

BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Pabrik tahu adalah salah satu sektor informal yang kesehatan dan
keselamatan kerja bagi para pekerjanya kurang mendapatkan perhatian secara
serius padahan apabila hal tersebut masih dibiarkan, akan membawa dampak yang
kurang baik bagi para pekerja maupun bagi lingkungan sekitar. Dampak tersebut
dapat berakibat pada bahaya fisik, biologis, dan kimia. Pada industri TSL belum
memenuhi standar K3 yang berlaku di Indonesia maupun Internasional. Di
Industri TSL masih terjadinya kecelakaan kerja, hal itu menandakan belum
optimalnya penerapan K3 di lokasi produksi.
5.2. Saran
Dalam jangka panjang, diharapkan industri di Indonesia pada khususnya
Tahu Susu Lembang menjadikan K3 sebagai budaya dalam setiap kegiatannya.
Sebab, salah satu ciri budaya K3 adalah menerapkan ketentuan dan standard K3
secara konsisten sehingga potensi teknologi dapat dimanfaatkan secara aman dan
efisien.
21

Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yaitu


merubah konstruksi bangunan tempat produksi, seperti meninggikannya,
pemberian jendela dengaan ventilasi yang cukup baik, serta penggunaan
perlengkapan pengaman yang menunjang kesehatan dan keselamatan kerja.

22

Daftar Pustaka
Anonim.

Standar

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja.

Tersedia:

http://bestbuydoc.com/id/doc-file/12873/standar-keselamatan-dankesehatan-kerja.html diakses pada tanggal 11 Maret 2012.


Dyah, Wahyu Mesisaputri. 2011. ARTIKEL Kesehatan, Keselamatan, Keamanan
Kerja.

Tersedia

http://wahyudyahmeisaputri.blog.perbanas.ac.id/2011/12/03/artikelkesehatan-keselamatan-keamanan-kerja/ diakses pada tanggal 11 Maret


2012.
Royers, Eric. 2009. Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja. Tersedia:
http://erick-son2.blogspot.com/ diakses pada tanggal 11 Maret 2012.
Milyandra.

2009.

Kesehatan

Keselamatan

Kerja.

[online].

Tersedia:

http://mily.wordpress.com/2009/03/27/k3-kesehatan-kelamatan-kerja/
(19 Maret 2012)
Simolol,

D.

Kesehatan

dan

Keselamatan

Kerja.

[online].

Tersedia:

http://d4uthabsi.typepad.com/blog/2010/01/makalah-k3-kesehatankeselaman-dan-kerja--bab-i--pendahuluan--a-latar-belakang-terjadinya-kecelakaan-kerja-tentu-saja-men.html (19 Maret 2012)


No Name. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. [online]. Tersedia:
http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/16/keselamatan-dan-kesehatankerja-industri/ (20 Maret 2012)

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai