101.8680
Bougenvile
28 September 2012/ 21.00 WIB
29 September 2012
Gastritis
:
:
:
:
:
Tn. S
Laki-laki
35 tahun
Islam
Indonesia
: SMA
: Swasta
: Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
:
:
:
:
:
:
:
Ny. N
33 tahun
Perempuan
Islam
Ibu Rumah Tangga
Istri
Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah bangun tidur pasien sering merasa nyeri pada
perut bagian sebelah kirinya. Rasa nyerinya itu seperti diremas-remas serta terasa panas. Rasa
nyerinya berada di skala 7 dari skala nyeri 0-10 menurut Bourbanis. Menurut Bourbanis skala 7
menggambarkan nyeri berat terkontrol dimana terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan nyeri tetapi tidak dapat mendiskripsikannya, tidak
dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.Pasien mengatakan merasa lebih
baik jika dibuat berbaring.Pasien juga mengeluh mual dan muntah yang membuat nafsu makan
h Sakit
h Sakit
pasien menurun. Pasien mengatakan keluhan ini terjadi hampir seminggu sampai akhirnya dia
dibawa ke IGD RSI Sultan Agung pada tanggal 28 September 2012 pukul 21.00 WIB.
c.
h Sakit
h
h Sakit
d. Aktifitas Fisik
: pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu.
: pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan, pasien ke kamar
mandi dibantu oleh keluarga, pasien tidak mengalami kesulitan dalam melakukan personal
hygiene, pasien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut terasa sakit
saat bergerak.
e.
Personal Hygiene
:pasien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, keramas 2 kali dalam seminggu, ganti baju 1 kali
sehari, dan tidak ada gangguan apapun.
h Sakit
:pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan tidak memakai sabun.
4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Emosi pasien stabil.
b. Konsep Diri
Body Image : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan pengobatan agar cepat
Self Ideal
sembuh
: pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan mendapat perhatian yang cukup
dari keluarga
Self Eksterm : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
Role
Identity
pasien bernama Tn. S dengan usia 35 tahun yang beralamatkan di Bojong Menteng Rt. 03/
Interaksi Sosial
Hubungan pasien dengan perawat serta pasien lain dalam satu ruangan baik. Pasien juga
kooperatif dan dapat berinteraksi baik dengan tenaga kesehatan serta hubungannya dengan
keluarga juga baik.
d. Spiritual
Pasien beragama Islam, sebelum sakit ia taat beribadah, tetapi sekarang tidak bisa menjalankan
sholat lima waktu. Pasien hanya dapat berdoa demi kesembuhannya.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Keadaan umum kurang
b. Kesadaran
CM (Composmentis)
c.
Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N
: 80 x/menit
4-5-6
S : 37C
RR : 20 x/menit
d. Kepala
Kulit Kepala
Bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak ada nyeri tekan.
Wajah
Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema.
Mata
Leher
Tidak terdapat pembesaran tiroid.
f.
g. Abdomen
Inspeksi
:
Palpasi
:
Perkusi
:
Auskultasi :
simetris, datar
ada nyeri tekan terhadap abdomen (ulu hati)
timpani
bising usus 8x/menit
h. Ekstremitas
itas atas
: terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit) pada tangan kiri, tidak terdapat oedem.
itas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan, dan tidak oedem.
i.
Genetalia
Tidak terpasang kateter.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
WBC (SEL DARAH PUTIH) : 9,51 . 103m/l (4,00 10,00)
RBC (eritrosit) : 5,39 . 106m/l (3,50 5,50)
HGB (hemoglobin) : 14,3 g/dl (11,0 16,0)
HCT (hemotokrit) : 42,8% (37,0 50,0)
MCV (Volume Korpuskular rerata) : 79,4 fl (80,0 50,0)
MCH : 26,5 pg (27,0 100,0)
MCHC : 33,0 g/dm (32,0 31,0)
RDW : 12,9% (1,5 36,0)
PLT : 207 . 103m/l (150 450)
(2x1 mg)
Oral
Antasida
:
(3x500 mg)
8.
ANALISA DATA
Nama
Umur
: Tn. S
: 35 tahun
NO.
PENGKAJIAN
29
DS:
Septembe1. Tn. S mengatakan kalau daerah
r 2012
ulu hatinya terasa panas dan
terbakar
2. Tn.S mengatakan kalau nyerinya
hilang timbul jika epigastrium di
tekan
3. Tn.S mengeluh sering merasa
mual dan muntah
DO:
1. Diagnosa medis dari Tn.S adalah
gastritis
2. Skala nyeri klien 7 dari skala (010)
3. Nyeri tekan pada daerah ulu hati
(epigastrium) Tn.S
DS :
1. Tn.S sering merasa mual dan
muntah
2. Tn.S mengatakan kalau dia
hilang selera makan
3. Tn.S sering merasa kenyang
DO :
No.Reg
Ruang
: 101.8680
: Bougenvile
ETIOLOGI
Peradangan pada
dinding mukosa
lambung (gaster)
MASALAH
Gangguan rasa
nyaman (Nyeri)
Pemenuhan nutrisi
tidak adekuat
Gangguan pola
makan: kurang dari
kebutuhan tubuh
Kurang aktivitas
Konstipasi
Kurang informasi
Kurang
pengetahuan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
Umur
NO
.
1.
: Tn. S
: 35 tahun
No.Reg
Ruang
: 101.8680
: Bougenvile
TGL/JAM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
29
September
2012
Gangguan rasa nyaman (Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10))
berhubungan peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
DS:
1.Tn. S mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa panas dan terbakar
2.Tn.S mengatakan kalau nyerinya hilang timbul jika epigastrium di
tekan
3.Tn.S mengeluh sering merasa mual dan muntah
DO:
1.Diagnosa medis dari Tn.S adalah gastritis
3.
4.
: Tn. S
: 35 tahun
NO.
TGL/JAM
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
29
September
2012
Gangguan rasa
nyaman (Nyeri)
berhubungan
dengan peradangan
pada dinding
No.Reg
Ruang
TUJUAN/
KRITERIA
HASIL
Rasa Nyeri klien
berkurang dengan
tidak
ada peradangan
atau iritasi pada
: 101.8680
: Bougenvile
INTERVENSI
RASIONAL
1.Catat keluhan
nyeri,
termasuk lokasi,
lamanya,
intensitas (skala
2.
mukosa lambung
(gaster)
mukosa lambung
Tn.S dalam
waktu 2 x 24 jam
dengan kriteria:
1.Skala Nyeri
Tn.S berkurang
2.Tn.S tidak
merasa
nyeri pada
epigastrium
(uluhati)
3.Tn.S tidak
meringis (tidak
nyeri tekan
abdomen)
0-10)
2.Kaji ulang
faktor yang
meningkatkan
atau
menurunkan
nyeri
3.Berikan
makanan sedikit
tapi sering
sesuai indikasi
untuk pasien
4.Bantu latihan
rentang
gerak aktif
/pasif
5.Berikan
perawatan oral
sering dan
tindakan
kenyamanan
(pijatan
punggung,
perubahan posisi
)
Kolaborasi:
1.Berikan obat
sesuai indikasi,
misal : Antasida
2.Antikolinergik
(misal : belladon
na, atropin)
sebelumnya,dimana
dapat membantu
mendiagnosa etiologi
perdarahan dan
terjadinya komplikasi.
2.membantu dalam
membuat diagnosa
dan kebutuhan terapi.
3.makanan
mempunyai
efek penetralisir
asam, juga
menghancurkan
kandungan
gaster.Makan sedikit
mencegah distensi dan
haluaran gastrin
4. menurunkan
kekakuan sendi,
meminimalkan nyeri
ketidaknyamanan.
5.Napas bau karena
tertahanya sekret
mulut menimbulkan
tak nafsu makan dan
dapat meningkatkan
mual. Gingivitis dan
masalah gigi dapat
meningkat
1.menurunkan
keasaman
gaster dengan absorbsi
atau dengan
menetralisir kimia
2.diberikan pada
waktu tidur
untuk menurunkan
motilitas
gaster,menekan
produksi asam,
memperlambat
pengosongan gaster,
dan menghilangkan
nyeri nokturnal.
Gangguan pola
1.Timbang berat
1.Mengevaluasi
Tn.S teratur
dengan cukup
memenuhi
kebutuhan nutrisi
dalam waktu 2 x
24 jam dengan
kriteria:
1.Klien tidak
mual
2.Klien tidak
merasa nyeri
akibat gastritis
atau iritasi dari
mukosa lambung
badan sesuai
indikasi
2.Aukultasi
bising usus
3.Berikan
makanan
dalam jumlah
kecil dan dalam
waktu yang
sering dan
teratur
4.Tentukan
makanan yang
Tidak membent
uk gas.
5.Berikan
perawatan oral
teratur, sering
dan teratur
termasuk minya
k untuk bibir
3.
Konstipasi
berhubungan
dengan kurang
aktivitas
4.
Kurang
pengetahuan berhu
Tn.S mengetahui
masalah yang dia
1.Ajarkan alih
baring setiap 2
jam sekali
2.Anjurkan pada
klien
untuk minum
banyak (10-12
gelas)
3.Anjurkan pada
klien
untuk makan
tinggi serat
(pepaya)
4.Kolaborasi
pemberian obat
laksatif.
1.Kaji tingkat
pengetahuan
keefektifan atau
kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi
2.Membantu dalam
menentukan respon
untuk makan
atau berkembangnya
komplikasi
3.Meningkatkan
proses pencernaan dan
toleransi pasien
terhadap nutrisi yang
diberikan dan dapat
meningkatkan
kerjasama pasien saat
makan
4.Dapat
mempengaruhi nafsu
makan/pencernaan dan
membatasi masukan
nutrisi
5.Mencegah
ketidaknyamanan
karena mulut kering
dan bibir pecah yang
disebabkan
oleh pembatasan
cairan
1.Banyak aktivitas
bisa merangsang
gerakan peristaltik
2.Banyak minum
untuk mencairkan
feses
3.Serat sangat
berfungsi
untuk melancarkan
proses defekasi karena
serat bisa melunakan
konsistensi feses
4.Untuk melancarkan
proses defekasi
1.Untuk mengetahui
sampai
bungan dengan
kurang informasi
alami dengan
memberikan
informasi
terhadap masalah
dari Tn.S dalam
waktu 1 x 24 jam
dengan kriteria:
1.Tn.S tahu
tentang penyakit
dan tidak salah
persepsi
2.Tn.S tidak
bingungterhadap
masalahkesehatan
yang diaalami
tentang
penyakitnya
2.Berikan
pendidikan
kesehatan
tentang
penyakitnya
3.Motivasi klien
untuk melakuka
n anjuran
dalam pendidika
n kesehatan
4.Beri
kesempatan
untuk
klien bertanya
tentang
penyakitnya
mana pengetahuan
klien sehingga
memudahkan untuk
memberikan penyuluh
an
2.Untuk menambah
informasi
3.Untuk menambah
semangat dan
harapanya klien mau
melakukan hal positif
untuk kesehatan
4.Untuk menambah
pengetahuan klien
TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama
Umur
Tanggal/jam
29
September
2012 / 10.00
WIB
: Tn. S
: 35 tahun
Dx
Implementasi
I 1. Menjelaskan pendekatan pada px dan
keluarga dengan BHSP
2. Menjelaskan pada px dan keluarga
tentang penyebab nyeri px dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Melibatkan keluarga px dalam
pelaksanaaan asuhan keperawatan
4. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri
5. Memberikan makanan sedikit tapi
sering sesuai indikasi untuk pasien
6. Menganjurkan pasien untuk mengubah
posisi
7. Memberikan perawatan oral
8. Melakukan kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian obat
9. Melakukan pemeriksaan TTV
T : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 37 C
No.Reg
Ruang
: 101.8680
: Bougenvile
Respon
Px kooperatif
TTD
Px kooperatif
Px
dan
keluarga
kooperatif dan bersedia
Px kooperatif
Px merasa diperhatikan
Px
bersedia
melaksanakannya
Px merasa senang
Px kooperatif
dan
Px merasa diperhatikan
29
September
2012/ 19.00
WIB
30
September
2012/ 10.00
WIB
Px kooperatif
Px merasa senang
Px kooperatif
Px merasa diperhatikan
Px kooperatif
Px kooperatif
Px merasa diperhatikan
Px kooperatif
Px merasa senang
Px kooperatif
Px merasa diperhatikan
Px kooperatif
Px kooperatif
Px merasa diperhatikan
CATATAN KEPERAWATAN
Nama
Umur
: Tn. S
: 35 tahun
No.Reg
Ruang
Tanggal/jam
Catatan perawat
29 September Bina Hubungan Saling Percaya dengan px dan keluarga
2012/ 10.00 Memberikan makanan sedikit tapi sering
WIB
Menganjurkan px untuk mengubah posisinya
Melakukan TTV
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi
:
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida
(3x500 mg)
Oral :
Antasida
(3x500 mg)
: 101.8680
: Bougenvile
TTD
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida
(3x500 mg)
: Tn. S
: 35 tahun
Tanggal/ jam
TTV
KDM :
1.Makan / minum
2.Eliminasi
3.Istirahat
4.Aktivitas
5.Personal Hygiene
Data fokus
No.Reg
Ruang
29 September
2012/10.00 WIB
T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR: 20x/menit
S : 37 C
29 September 2012
19.00 WIB
T : 110/70 mmHg
N : 84x/menit
RR: 20x/menit
S : 37,5 C
30 September 2012/
10.00 WIB
T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR: 20x/menit
S : 37,3 C
porsi/6-7 gelas
BAB 1x / 3-5x
8jam
+
+
Keadaan px
membaik, nyeri perut
berkurang, tidak
mual dan muntah,
nafsu makan
bertambah
Infus RL 20 tpm
(tetes per menit)
Injeksi
:
Cefo (1gr)
: 101.8680
: Bougenvile
(3x500
Infus RL 20 tpm
(tetes per menit)
Injeksi
:
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1
mg)
Oral :
Antasida
mg)
Ranitidine (2x1
mg)
Oral :
(3x500 Antasida
mg)
(3x500
EVALUASI
Nama
Umur
No
.
1
: Tn. S
: 35 tahun
No.Reg
Ruang
Tanggal/jam
Diagnosa
29
September
2012/10.00
Dx I
: 101.8680
: Bougenvile
Evaluasi
DS:
1.Tn. S mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa
nyeri, panas dan terbakar
2.Tn.S mengatakan nafsu makannya berkurang
3.Tn.S mengeluh sering mual dan muntah
O : keadaan lemah
Makan / minum : 1/4 porsi/4-5 gelas
T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR: 20x/menit
S : 37 C
A : nyeri , masalah belum teratasi
P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida
29
September
2012/19.00
(3x500 mg)
DS:
1.Tn. S mengatakan kalau daerah ulu hatinya masih
terasa nyeri.
2.Tn.S mengatakan masih belum nafsu makan
3.Tn.S mengeluh sering merasa mual dan muntah
O : keadaan cukup
Makan / minum : 1/4 porsi /5-6 gelas
T : 110/70 mmHg
N : 84x/menit
RR: 20x/menit
S : 37,5 C
A : masalah teratasi sebagian
P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida
3.
30
September
2012/10.00
(3x500 mg)
(3x500 mg)
By lieyanamoetz
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS
I. PENGERTIAN.
Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi. (Brunner dan Sudath, 2000 : 1405)
II. ETIOLOGI.
A. Gastritis Akut.
Inflamasi akut dari dinding lambung yang biasanya terbatas pada mukosanya saja terjadi atas
gastritis eksogen dan endogen yang akut.
a. Gastritis eksogen akut. Disebabkan faktor dari luar yang terdiri dari beberapa bagian:
Gastritis eksogen akut yang simple, disebabkan oleh : Makanan
Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung, seperti rempah-rempah,
- Anoreksia
- Perasaan tertekan pada epigastrium.
- Vomitus.
- Hematemisis.
d. Gastritis Hegmonos Akute :
- Nyeri hebat mendadak di epigastrium - Neusia.
- Rasa tegang pada epigastrium - Vomitus.
- Panas tinggi dan lemas - Tachipneu.
- Lidah kering sedikit ekterik - Tachicardi
- Sianosis pada ektremitas - Diare.
- Abdomen lembek - Leukositosis
B. Gastritis Kronis, terdiri dari :
a. Gastritis Superfisialis.
- Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
- Penurunan BB.
- Kembung / rasa penuh pada epigastrium.
- Nousea.
- Rasa perih sebelun dan sesudah makan.
- Terasa pusing.
- Vomitus.
b. Gastritis Atropikan.
- Rasa tertekan pada epigastrium. - Anorexia.
- Rasa penuh pada perut. - Nousea.
- Keluar angin pada mulut. - Vumitus.
- Mudah tersinggung. - Gelisah.
- Mulut dan tenggorokan terasa kering.
c. Gastritis Hypertropik Kronik
- Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
- Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
- Kadang disertai melena.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Tiga cara dalam menegakkan pemeriksaan, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di
mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi, dan
gambaran foto atau gambaran radiologi dengan kontras tunggal yang sukar untuk melihat lesi
permukaan yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda secara umum
peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan
akut lambung.
VII. PENATALAKSANAAN.
A. Gastritis Akute.
a. Gastritis Eksogen Akute Simple.
- Fase akute, istirahat total 1-2 hari.
- Hari 1 sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang, coba berikan
teh hangat dan air minum.
- Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah banyak muntah.
- Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya.
- Kolaborasi medik :
o Pemberian cairan.
o Antimentek untuk mengurangi muntah ~ Sotatik.
o Anti spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.
b. Gastritis Infektiosa Akute.
- Pengaturan diet.
- Beri makanan lembek dan tidak merangsang mual dan muntah.
- Kolaborasi medik :
o Pemberian antibiotik untuk penanganan factor penyebab.
o Pembrian anti spasmodik.
c. Gastritis Hegmonos Akute.
- Pengaturan diet.
- Pada abses lokal perlu dilakukan drainase.
- Pada pasien dengan hegmonos dispus perlu gastriktomy.
- Kolaborasi medik :
o Antibiotik untuk penanganan faktor penyebab.
B. Gastritis Kronis.
a. Gastritis Superfisialis.
- Istirahat yang cukup.
- Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan perdarahan sedikit.
- Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan.
- Kolaborasi medik :
o Pemberian anti spasmodik.
b. Gastritis Atropikan.
- Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea dan vomitus.
- Beri makanan lembek dan porsi kecil tapi sering.
- Kolaborasi medik :
o Pemberian anti spasmodik.
o Beri ekstrak hati, Vit. B12, dan zat besi.
c. Gastritis Hypertropikan.
- Istirahat yang cukup.
- Hindari merokok.
- Beri makanan cair dan lembek.
- Kolaborasi medik :
o Anti spasmodik.
o Anti perdarahan k/p.
VIII. KOMPLIKASI.
A. Gastritis Akute.
a. Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian.
b. Ulkus pada lambung.
c. Perforasi lambung.
B. Gastritis Kronis.
a. Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi anemia pernisiosa.
8. Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat.
Tanda : Peningkatan suhu.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL.
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
Tujuan : Nyeri hilang (terkontrol) dan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
KH : - Nyeri klien berkurang atau hilang.
- Skala nyeri 0.
- Klien dapat relaks.
- Keadaan umum klien baik.
Intervensi
1. Observasi TTV.
2. Kaji skala nyeri klien.
3. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
4. Ajarkan teknik distraksi dan reklasasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasionalisasi.
1. Mengetahui perkembangan klien.
2. Mengetahui perkembangan nyeri klien.
3. Posisi yang tepat dan dirasa nyaman oleh klien dapat mengurangi resiko klien terhadap nyeri.
4. Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi klien dapat teratasi dan BB klien dapat dipertahankan.
KH : - Nafsu makan klien membaik.
: - BB klien menunjukkan peningkatan.
Intervensi
1. Anjurkan istirahat sebelum makan.
2. Dorong tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
3. Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering.
4. Hindari makanan yang menimbulkan gas.
5. Beri makanan selagi hangat.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet.
Rasionalisasi
1. Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
2. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3. Menghindari terjadinya mual karena pengisian lanbung secara tiba-tiba.
4. Dapat mempengaruhi nafsu makan atau pencernaan dan membatasi masukan nutrisi.
5. Dapat membangkitkan nafsu makan.
6. Diet yang sesuai dapat mempercepat penyembuhan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas.
Di rumah : Klien minum 5-6 gelas per hari, jenis minuman air putih dan teh.
Di RS : Klien minum 3-4 gelas air per hari.
B. Eliminasi
1. BAK
Di rumah : Klien BAK 3-6 kali sehari, warna kuning jernih dan bau pesing.
Di RS : Klien trampak susah untuk BAK.
2. BAB
Di rumah : Frekuensi BAB klien 2-3 kali sehari.
Di RS : Frekuensi BAB klien 1 kali sehari.
C. Istirahat dan Tidur
Di rumah : Klien tidur siang sekitar jam 15.00 WITA dan tidur malam sekitar jam 22.00 WITA
kurang lebih 6-7 jam.
Di RS : Klien beristirahat total di tempat tidur.
Tidur klien terganggu karena sering merasa nyeri pada ulu hati. Dan tidur klien selama kurang
lebih 4-5 jam.
D. Aktivitas
Di rumah : Klien dapat beraktivitas dengan baik.
Di RS : Aktivitas klien terganggu karena klien perlu istirahat di tempat tidur karena keadaan
klien lemah dank lien beraktivitas dibantu oleh keluarganya.
E. Kebersihan Diri
Di rumah : Klien mandi 3 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, klien mencuci rambutnya 1 kali
seminngu dan memotong kukunya jika panjang.
Di RS : Klien tidak pernah mandi karena kondisinya yang lemah. Karena itu klien hanya disekaseka oleh keluarganya.
F. Rekreasi
Di rumah : Klien biasanya menonton TV dan mendengar musik dan terkadang kalau hari libur
klien mengajak keluarganya berjalan-jalan.
Di RS : Klien tidak mempunyai hiburan apapun.
V. PSIKOSOSIAL
A. Psikologis
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dan klien juga
menganggap ini adalah cobaan dan teguran dari Tuhan. Klien juga dapat beradaptasi dengan baik
di lingkungan RS dan tim kesehatan.
B. Sosial
Hubungan klien dengan keluarganya tampak harmonis terlihat dari banyaknya keluarga yang
berkunjung selama klien dirawat. Klien juga dapat berkomunikasi dengan tim kesehatan lain.
C. Spiritual
Klien beragama Islam tetapi selama klien dirawat di Rumah Sakit klien tidak dapat melakukan
shalat, klien hanya berdoa untuk minta kesembuhannya.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 2 Agustus 2011
A. Keadaan umum
1. Kesadaran : Komposmentis
2. GCS : 4,5,6
DO :
- Klien tampak meringis kesakitan
- KU lemah
- Skala nyeri 3 (berat)
- Klien merasa nyeri saat di palpasi
- Bising usus 16 kali/menit
- Hipertympani
- TTV
TD : 120/70 mmHg
T : 36,0 oC
N : 86 kali/menit
R : 28 kali/menit
2-8-2011 4-8-2011
2. Selasa,
2 Agustus 2011
19.05 WITA Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
DS :
Klien mengatakan tidak nafsu makan karena mual.
DO :
- KU lemah
- Mukosa bibir kering
- Klien hanya menghabiskan 2-3 sendok dari porsi yang disediakan
- TTV
TD : 120/70 mmHg
T : 36,0 oC
N : 86 kali/menit
R : 28 kali/menit
- BB : 57 Kg 2-8-2011 4-8-2011
3. Selasa,
2 Agustus 2011
19.05 WITA Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
DS :
Klien berkata badannya terasa lemah.
DO :
- KU lemah
- Klien istirahat total di tempat tidur
- Skala aktivitas ketergantungan 2 2-8-2011 4-8-2011
XI. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/tgl/
jam Dx.Kep Tujuan Intervensi Rasional Paraf
1. Selasa,
2 Agustus 2011
19.10 WITA Dalam 2 x 24 jam nyeri dapat teratasi dengan kriteria :
- Nyeri klien berkurang atau hilang
- Skala nyeri 0
- Klien dapat relaks
- KU klien baik
1. Observasi TTV.
2. Kaji skala nyeri.
3. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
4. Ajarkan teknik distraksi dan reklasasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik. 1. Mengetahui perkembangan klien.
2. Mengetahui perkembangan nyeri klien.
3. Mengurangi rasa nyeri.
4. Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.
2. Selasa,
2 Agustus 2011
19.10 WITA Dalam 2 x 24 jam gangguan pemenuhan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria :
- Nafsu makan klien membaik.
- BB klien menunjukkan peningkatan. 1. Anjurkan istirahat sebelum makan.
2. Dorong tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
3. Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering.
4. Beri makanan selagi hangat.
5. Hindari makanan yang menimbulkan gas.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet. 1. Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan.
2. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3. Memenuhi kebutuhan energi.
4. Dapat membangkitkan nafsu makan.
5. Dapat mempengaruhi nafsu makan atau pencernaan dan membatasi masukan nutrisi.
6. Diet yang sesuai dapat mempercepat penyembuhan.
3. Selasa,
2 Agustus 2011
19.10 WITA Dalam 2 x 24 jam perawatan klien dapat beraktivitas dengan kriteria :
- Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan.
- Skala aktivitas 1-0. 1. Observasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas.
2. Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
3. Berikan lingkungan yang tenang.
4. Berikan bantuan dalam aktivitas. 1. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien.
2. Klien tahu pentingnya beraktivitas
3. Meningkatkan istirahat klien.
4. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien melakukan sesuatu sendiri.
XII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Hari/tgl Dx.Kep Jam Implementasi Evaluasi Paraf
1. Selasa,
2 Agustus 2011
19.15
19.20
19.25
19.30 1. Mengobservasi TTV.
- TD : 120/70 mmHg
- N : 86 kali/menit
- R : 28 kali/menit
- T : 36,0 oC
2. Mengkaji skala nyeri 3 (berat).
3. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien (semi fowler).
4. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik.
- Antrain 1 amp/8 jam. Jam : 21.30 WITA
S:
Klien mengatakan nyeri di perutnya.
O:
- Klien tampak meringis kesakitan
- KU lemah
- Skala nyeri 3 (berat)
- Nyeri saat palpasi
- Bising usus 16 kali/menit
- Hipertympani
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 86 kali/menit
R : 28 kali/menit
T : 36,0 oC.
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Intervensi dilanjutkan (1-3).
2. Selasa,
2 Agustus 2011
19.40
19.45
19.50 1. Menganjurkan istirahat sebelum makan.
2. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
3. Menganjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering. Jam : 21.30 WITA
S:
Klien mengatakan tidak nafsu makan karena mual.
O:
- KU lemah
- Mukosa bibir kering
- Klien hanya menghabiskan 2-3 sendok dari porsi yang diberikan
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 86 kali/menit
R : 28 kali/menit
T : 36,0 oC
- BB : 57 Kg
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan (1-3).
3. Selasa,
2 Agustus 2011
19.55
20.00
20.30 1. Mengobservasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas.
2. Menjelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien (melatih gerak).
3. Membantu klien dalam beraktivitas (mengantar klien yang ingin BAK ke kamar mandi). Jam :
21.30 WITA
S:
Klien berkata badannya terasa lemah.
O:
- KU lemah
- Klien istirahat total di tempat tidur
- Skala aktivitas ketergantungan 2.
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan (1-3).
4. Rabu,
3 Agustus 2011 12.00
12.10
12.15
1. Mengobservasi TTV.
TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali/menit
T : 36,0 oC
R : 24 kali/menit.
2. Mengkaji skala nyeri 2 (sedang).
3. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien (semi fowler). Jam : 14.00 WITA
S:
Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang.
O:
- KU masih lemah
- Skala nyeri 2 (sedang)
- Masih terasa nyeri saat di palpasi
- Klien merasa pusing
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali/menit
T : 36,0 oC
R : 24 kali/menit.
A:
Masalah teratasi sebagian.
P:
Intervensi dilanjutkan (1-3).
5. Rabu,
3 Agustus 2011 12.30
12.35
12.40
12.40
1. Menganjurkan istirahat sebelum makan.
2. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
3. Memberikan makanan selagi hangat.
4. Menganjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering.
Jam : 14.00 WITA
S:
Klien mengatakan mualnya sudah berkurang dan nafsu makannya mulai ada.
O:
- KU masih lemah
- Mukosa bibir lembab
- Klien bisa menghabiskan dari porsi yang diberikan
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali/menit
T : 36,0 oC
R : 24 kali/menit
- BB : 57 Kg
A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan, klien pulang.
8. Kamis,
4 Agustus 2011 09.40
09.45 1. Menganjurkan istirahat sebelum makan.
2. Menganjurkan makan sedikit demi sedikit. Jam : 11.00 WITA
S:
Klien mengatakan bahwa mualnya sudah hilang dan nafsu makannya sudah ada.
O:
- KU klien baik.
- Mukosa bibir lembab.
- Klien bisa menghabiskan makanan dengan porsi yang disediakan.
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 82 kali/menit
T : 36,2 oC
R : 24 kali/menit
- BB : 57 Kg
A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan, klien pulang.
9. Kamis,
4 Agustus 2011 09.50 1. Mengobservasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas. Jam : 11.00
WITA
S:
Klien berkata keadaannya sudah membaik.
O:
- KU klien baik.
- Klien sudah bisa beraktivitas sedikit demi sedikit walaupun terkadang masih sedikit minta
bantuan.
- Skala aktivitas ketergantungan 1.
A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan, klien pulang.
Gastritis akut sering akibat diet yang sembrono. Individu makan terlalu banyak atau terlalu cepat
atau makan makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Penyebab lain dari gastritis mencakup alcohol, aspirin,obat anti inflamasi non steroid (AINS),
refluks empedu dan terapi radiasi, gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : luka baker,
trauma, sepsis. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali
kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangrene atau perforsai. Pembentukan jaringan
parut dapat terjadi, yang menyebabkan obstruksi pylorus.
Patofisiologi dan manifestasi klinis:
Membrane mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan
dan darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung, yang
mengandung sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat
menimbulkan hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, mual, muntah,
kembung, malas dan anoreksia sering disertai dengan ,muntah dan cegukan. Beberapa pasien
asimtomatik. Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis.
Kadang kadang, hemoragi memerlukan intervebsi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak
dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya pasien
sembuh kira kira sehari, meskipun nafsu makan mungkin menurun 2 atau 3 hari kemudian.
Komplikasi :
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir
sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptic.
Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptic penyebab utamanya
adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60 90 pada tukak
lambung. Diagnosis pasti ditegakkan dengan endoskopi.
Penatalaksanaan:
Medis : obat obatan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H 2,
inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa
sukralfat dan prostaglandin, pembedahan darurat, gastrojejunostomi.
Perawatan : diet lambung dengan porsi kecil dan sering, untuk menetralisasi alkali gunakan jus
lemon encer atau cuka encer, terapi cairan intravena, endoskopi fiberoptik
2). Gastritis Kronis
Etiologi :
Ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri H. Pylori
Patofisiologi:
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B (sering disebut sebagai gastritis
autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler.
Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada
fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang kadang disebut sebagai gastritis H. pylori)
mempengaruhi antrum dan pylorus. Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylori; factor diet seperti
minum panas atau pedas; penggunaan obat obatan dan alcohol; merokok atau refluks isi usus
kedalam lambung.
Manifestasi klinis:
Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali utnuk gerala defisiensi vitamin
B12. Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia,nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa
asam dimuluit atau mual dan muntah.
Komplikasi :
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi
vitamin B12.
Pemeriksaan penunjang:
o Pemeriksaan endoskopi dilanjutkan dengan hispatologi biopsy mukosa lambung
o Kultur
o Rapid ureum test (CLO)
Penatalaksanaan :
Medis : atasi gastritis akut, antacid, antagonis H 2 / inhibitor pompa peoton dan obat obat
prokinetik.
Perawatan : meningkatklan istirahat pasien, mengurangi stress, farmakoterapi
B. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
2. Risiko kurang volume cairan b.d anemia
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi
4. Nyeri b.d agen cedera biologis
mampu
Intervensi
Penurunan Kecemasan :
mengontrol
kecemasannya
Mengurangi
faktor
pencetus kecemasan
2)
Dorong
pasien
mengungkapkan
ketakutan dan persepsi
untuk
o Mengurangi beban fikiran pasien, menciptakan
perasaan,
perasaan lega
Memonitor intensitas
Berikan informasi factual mengenai
o
kecemasan
diagnosis, tindakan prognosis
dari
Instruksikan pasien menggunakan
rangsangan
mengetahui
tentang
penyakitnya,
akan dilakukan
tehnik relaksasi
o Berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan,
Pasien
Mengurangi
Identifikasi tingkat kecemasan
3)
4)
Rasional
yang
obat penenang
ditimbulkan
5)
Mampu
mengidentifikasi
kecemasan
2.
Intervensi
Manajemen Cairan :
Rasional
3)
4)
5)
batas normal
6)
Mempertahankan
urine
lanjutan
output
3.
Intervensi
Rasional
Manajemen Nutrisi :
cairan adekuat
nutrisi
1)
Anjurkan
pasien
sesuai dengan tujuan
meningkatkan intake Fe
2)
Berat badan ideal sesuai dengan
Anjurkan
pasien
tinggi badan
3)
Mampu
5)
kebutuhan nutrisi
4)
C
Monitor
jumlah
nutrisi
dan
kandungan kalori
4.
1)
Mengungkapkan
rasa
Intervensi
Manajemen Nyeri :
berkurang
2)
3)
Rasional
presipitasi)
mengurangi nyeri
ketidaknyamanan
Gunakan
tehnik
komunikasi
untuk
mengetahui
4)
terapeutik
5)
normal
Administrasi Analgesik :
o Tentukan
karakteristik,kualitas
lokasi,
dan
derajat nyeri
obat,
dosis
dan
frekuensi
o Mencegah terjadinya
kesalahan dalam prinsip 6
B
o Menentukan pemberian
obat
o Efektifitas penanganan
nyeri
Disusun Oleh:
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Asmat Burhan
Diyah Prianti
Ita Kusworini
Moises D.
Nilwan Arfiansyah
Pungky Apri Utama
Rizky D.C Rahayu
Wahyu Antoro
Al Badrul Maniru
(10620345)
(10620351)
(10620359)
(10620363)
(10620366)
(10620371)
(10620373)
(10620378)
(10620384)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi
dengan satu hal yaitu radang selaput perut . Peradangan ini (gastritis) sering kali adalah hasil
dari infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan radang perut yang paling sering
ditemukan.
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara
histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit
dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 6 tahun ini dan
menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis
karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa
mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di Indonesia,
prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan secara
cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab
penyakit ini adalah gram negatife, basil yang berbentuk kurva dan batang.
Namun, banyak faktor lain seperti cedera, traumatis, penggunaan obat penghilang rasa
sakit tertentu atau minum alkohol terlalu banyak, juga dapat berkontribusi untuk terjadinya
gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan
dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul
(ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis
tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
Saat ini dalam proses keperawatan gastritis banyak dijumpai dan menyerang 80 90%
laki-laki.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan
dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul
(ulkus) pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis
tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis?
1.3
Tujuan
Manfaat
1.4.1 Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Gastritis.
1.4.2 Praktis
1. Tenaga keperawatan
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada pasien dengan Gastritis.
2. Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan gastritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah
pencernaan.
3. Institusi
Sebagai referensi tambahan dalam proses penbelajaran mata kuliah pencernaan. Akademik
mendapatkan tambahan referensi untuk melengkapi bahan pembelajaran.
4. Masyarakat
Memberikan informasi tentang penyakit gastritis, penyebab, tanda dan gejal, serta cara
perawatan dan pengobatannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari
mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga , 1999). Gastritis adalah segala
radang mukosa lambung. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Sylvia A Price, 2006).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat
dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari
infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung
sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
2.2
Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)
1.
Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a)
Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia.
Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik,
anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung).
b)
Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.
2.
Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2
tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa
berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan
infeksi Helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
2.3
Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
a)
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang
dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung), makanan, bahan kimia misalnya
lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
b)
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui, biasanya disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung Helicobacter pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa
pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
2.4
Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug
seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
(AINS) seperti aspirin, ibuproven dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian
yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan
pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok
dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan
dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan
mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis.
Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa
lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke
dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu
rusak
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai
gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan
infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi
pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H.
pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol,
merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan
asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan
rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan
butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak
mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung.
Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan
tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel
lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga
merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak
sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam
beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.
2.5
a.
Manifestasi Klinis
Gastritis Akut
1. Anoreksia
2. Mual
3. Muntah
4. Nyeri epigastrum
5. Perdarahan saluran cerna pada Hematemasis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
b.
Gastritis Kronik
Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun pada gastritis
tipe B, pasien biasanya mengeluh :
Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996, seperti di bawah ini :
a.
Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat perdarahan.
b. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang berat.
c.
Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa lambung.
Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam lambung
f.
Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
g. Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
h. Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam
lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur
BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis
sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar
yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
2.7
Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
Gastritis Akut
Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka
yang di encerkan.
Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi lebih
sering.
2. Mengurangi stress
3.
H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin , amoxillin) dan gram bismuth (peptobismol).
2.8
a.
Komplikasi
Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang dapat berakhir
sebagai syok hemoragie.
b. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 (Mansjoer, Arief
1999)
2.9
WOC
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS
3.1
Pengkajian
3.1.1 Anamnese meliputi :
1. Nama
: Tn. X
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Jenis pekerjaan
5. Alamat
:-
6. Suku/bangsa
: indonesia
7. Agama
: islam
pendidikan
: bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis,
maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit
perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit
ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
ma
yakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan
secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang,
riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
3.1.2
aan umum
: tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.
1(breath)
: takhipnea
2 (blood)
: takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3 (brain)
: sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4 (bladder)
5 (bowel)
: anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
6 (bone)
: kelelahan, kelemahan
3.1.3
Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala
: kelemahan, kelelahan
Tanda
: kelemahan, berkeringat
Tanda
:-
kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons
psikologik)
3. Integritas ego
Gejala
: faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda
: tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara
gemetar.
4. Eliminasi
Gejala
: riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis (GE) atau
masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda
:-
karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah,
berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
5. Makanan / Cairan
Gejala
: -
anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar
sehubungan dengan luka duodenal).
Tanda
6. Neurosensi
Gejala
Tanda
: tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung,
sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala
: -
nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat
disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan
dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).
nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah
makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin,
antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda
: wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8.
Keamanan
Gejala
Tanda
portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala
: adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID
menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau
diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan
(Doengoes, 1999, hal: 455).
3.1.4
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya
tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan
untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pylori dalam
lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang
kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian
atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran
cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan
tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika
tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu
atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya
akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
g. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid
output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom ZolingerElison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
h. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output)
setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini
untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
3.2
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair
yang berlebih (mual dan muntah).
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan gizi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, nyeri.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3.3
Intervensi keperawatan
No
1.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
2.
4.
Jelaskan sebab dan akibat
nyeri pada klien serta
keluarganya
5.
6.
Anjurkan istirahat selama
fase akut
Anjurkan teknik distruksi
dan relaksasi
7.
8.
7.
8.
3.
Ansietas berhubungan
dengan perubahan status
kesehatan, ancaman
kematian, nyeri.
1.
Tujuan:
2.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien dapat
menunjukkan kecemasan 3.
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
Mengungkapkan perasaan
dan pikirannya secara
4.
terbuka
Melaporkan berkurangnya
cemas dan takut
Mengungkapkan mengerti
5.
tentang peoses penyakit
Mengemukakan menyadari
terhadap apa yang
6.
diinginkannya yaitu
menyesuaikan diri terhadap
perubahan fisiknya
5.
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan:
Klien mendapatkan
informasi yang tepat dan
efektif.
Kriteria hasil:
Klien dapat menyebutkan
pengertian
1.
2.
pasien menelan
Kebersihan mulut dapat
merangsang nafsu makan
pasien
Mengetahui perkembangan
status nutrisi pasien
Mengetahui status nutrisi
pasien
Mengetahui keseimbangan
nutrisi pasien
Penyebab
Tanda dan gejala
Perawatan dan pengobatan.
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan
gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda tanda
penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.
4.2
4.2.1
Saran
Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan gastritis.
4.2.2
Mahasiswa
Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKU
Mansjoer. Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed3 .Jilid 2. Jakarta : FKUI.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
NOC. Jakarta : EGC
Nuzulul. 2011. Askep Gastritis. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_ detail-35839-KepPencernaan-Askep-Gastritis.html. Diakses pada tanggal 2 Juni 2012 Jam 11.00 WIB
Noname. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis. http:// dezlicious.
blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_30.html. Diakses pada tanggal 2
Juni 2012 Jam 11.10 WIB