Anda di halaman 1dari 41

SKENARIO 3 BLOK EMERGENCY

KEMBUNG PADA ANAK

KELOMPOK A 11

KETUA

: ASHILAH HAMIDAH ASSEGAF

1102012045

SEKRETARIS : INEZ TALITHA

1102013134

ANGGOTA

1102012136

: JAJANG PERMANA SUBHAN


ANGGIT EKAWATI

1102013030

AYUNINGTYAS TRI HANDINI

1102013050

CLARAZ WANISADA ERMAN

1102013066

CINTYA RISTIMAWARNI

1102013064

DEVINTA DHIA WIDYANI

1102013077

FARAH FAKHRIYAH

1102013106

IQHBAL YUNAS ALFIANSYAH

1102013139

TAHUN AJARAN 2016/2017


UNIVERSITAS YARSI
1

SKENARIO 3

KEMBUNG PADA ANAK


Seorang bayi perempuan berumur 6 bulan dibawa ibunya ke UGD dengan keluhan
sejak satu hari yang lalu BAB berupa lender bercampur darah tanpa feses sebanyak
tiga kali dan muntah berwarna hijau lima kali. Anak rewel dan sering menangis
mengangkat kaki, tidak mau makan dan minum, serta badan panas. Hasil pemeriksaan
fisik keadaan tampak sakit sedang. Tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 150
x/menit, frekuensi napas 36 x/menit, suhu 39oC. Rectal toucher ditemukan ampulla
collaps dan tidak ditemukan feses. Darah positif lender current jelly positif.
Pemeriksaan penunjang BNO 3 posisi ditemukan adanya tanda-tanda step ladder dan
herring bone serta air fluid level. USG abdomen ditemukan donut sign positif.

KATA SULIT
1. Ampulla collaps

: keadaan yang diakibatkan karena adanya gerakan peristaltic


pada usus yang kosong

2. Current jelly
fesek

: darah segar dan lender yang keluar dari rectum meski tanpa

3. Step ladder
berada dalam

: gambaran yang diakibatkan adanya transudasi cairan yang


usus halus yang mengalami distensi

4. Herring bone
dilatasi

: gambaran seperti tulang ikan pada usus halus yang mengalami

5. Donut sign
intususepsi

: gambaran yang terlihat pada USG yang menandakan adanya

6. Rectal toucher
menilai prostat

: pemeriksaan dengan menusukkan jari ke dalam anus untuk

7. Air fluid level

: gambaran yang menandakan adanya gangguan pasase usus

PERTANYAAN
1. Mengapa BAB bayi berbentuk lender bercampur darah tanpa feses?
2. Mengapa muntah berwarna hijau?
3. Apa komplikasi dari kasus ini?
4. Apa tatalaksana untuk pasien ini?
5. Mengapa ampulla collaps?
6. Apa diagnosis kasus ini?
7. Apa penyebab kasus ini?
8. Mengapa bayi sering menangis sambil mengangkat kaki?
9. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ini?

JAWABAN
1. Obstruksi menyebabkan tanpa feses. Mukosa rusak menyebabkan ada darah.
Lender karena bakteri.
2. Karena obstruksi pada usus bagian proksimal dan warna hijau berasal dari
cairan empedu.
3. Dehidrasi, syok hipovolemik, perforasi usus dan infeksi
4. Infus RL, pemasangan NGT, bedah, antibiotic profilaksis, reduksi hidrostatik
5. keadaan yang diakibatkan karena adanya gerakan peristaltic pada usus yang
kosong
6. karena invaginasi
7. 95% idiopatik pada usia kurang dari 1 tahun, polip, hernia, lipoma, virus,
intususepsi, strangulasi
8. Cara bayi untuk menahan rasa sakit agar rileks dan tidak tegang
9. Barium meal terlihat adanya filling defect, pemeriksaan lab pada darah rutin
terlihat adanya leukositosis, rectal toucher, USG abdomen, BNO 3 posisi

HIPOTESIS
Masalah pada usus bayi seperti polip, hernia, lipoma, virus, intususepsi, strangulasi
dan 95% diantaranya ialah idiopatik akan menunjukkan gejala BAB bercampur lender
dan darah tanpa feses, muntah hijau, bayi menangis serta mengangkat kaki, dan
ampulla collaps. Gejala tersebut dapat terlihat dengan pemeriksaan barium meal,
pemeriksaan darah rutin, rectal toucher, USG abdomen, dan BNO 3 posisi. Dengan
adanya pemeriksaan yang tepat, maka akan didapatkan diagnosis Invaginasi.
Penatalaksanaannya adalah dengan memberikan Infus RL, pemasangan NGT, bedah,
antibiotic profilaksis serta reduksi hidrostatik. Apabila tidak ditatalaksana dengan tepat
dan cepat, maka akan menyebabkan komplikasi dehidrasi, syok hipovolemik, perforasi
usus dan infeksi.

SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan obstruksi intestinal
2. Memahami dan menjelaskan invaginasi
2.1. Memahami dan menjelaskan definisi invaginasi
2.2. Memahami dan menjelaskan epidemiologi invaginasi
2.3. Memahami dan menjelaskan etiologi invaginasi
2.4. Memahami dan menjelaskan klasifikasi invaginasi
2.5. Memahami dan menjelaskan patofisiologi invaginasi
2.6. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis invaginasi
2.7. Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding invaginasi
2.8. Memahami dan menjelaskan tatalaksana invaginasi
2.9. Memahami dan menjelaskan komplikasi invaginasi
2.10. Memahami dan menjelaskan pencegahan invaginasi
2.11. Memahami dan menjelaskan prognosis invaginasi

1. Memahami dan menjelaskan 0bstruksi Intestinal


Definisi Obstruksi Usus
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan,
atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut.

23

Tipe obstruksi usus terdiri dari :


Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik.
Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat
karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma
stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
Neurogonik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan
peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi usus. Contohnya
amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan
7

neurologis seperti penyakit Parkinson.

11

Definisi Ileus Obstruktif


Ileus Obstruktif disebut juga Ileus Mekanis (Ileus Dinamik).

15

Suatu

penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik
sebahagian maupun total. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.

11,30,31

Klasifikasi Ileus Obstruktif


Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan

32

a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di


dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena
atresia usus dan neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi,
dan volvulus.
Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :

33

c) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus


d) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 :

34

10

a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi


(postoperative),

hernia

(inguinal,

femoral,

umbilical),

neoplasma

(karsinoma), dan abses intraabdominal.


b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chrons disease, diverticulitis),
neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di
dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu.

Patofisiologi Ileus Obstruktif


Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada bagan
1. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas
(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8
liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi
dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan
usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan
elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syokhipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan
penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal
peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat

11

nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan


sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.

23

Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana,


distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda,
peristaltik melawan obstruksi dalam usaha mendorong isi usus melewatinya yang
menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode.
Gelombang peristaltik lebih sering timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum
dan setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan
cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar
dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas peristaltik
menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada.

27

Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul muntah
dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus
menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai
kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan
konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda
pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila
timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel
tersebut menyebabkan penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria
atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul
azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan syok.

27

Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi pada


usus mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas

yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi ada juga
gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga
dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus
yang normalnya bertindak sebagai sawar (penghambat) bagi penyerapan bakteri dan
produk toksiknya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap
perubahan dalam aliran darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul
iskemik dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa
masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis.

27

Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus
cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat
menyebabkan kematian.

27

Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar suatu
gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya dibandingkan ileus
obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat sebelum
terbukti tanda klinis dan gejala ileus obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung
tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi
sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat
menyebabkan peningkatan cepat tekanan intalumen, yang menyebabkan obstruksi
aliran keluar ke vena.

27

Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus)


dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ pensekresi cairan
dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap hari melalui valva ileocaecalis, maka
tidak timbul penumpukan cairan yang cepat. Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu

bagian sindroma yang berhubungan dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling
mendesak karena obstruksi itu karena distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten
maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini
kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu
menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal
didasarkan atas hukum Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding
organ tubular pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter
tabung itu. Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area ini
yang biasanya pecah pertama.

27

Ileus Obstruktif

Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen


sebelah proksimal dari letak obstruksi

Distensi

Proliferasi bakteri

Tekanan intralumen

Kehilangan H2O dan


elektrolit

yang berlangsung
cepat

Volume ECF
Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan
menuju ruang
peritoneum

Pelepasan bakteri dari toksin


dari usus yang nekrotik ke
dalam peritoneum dan
sirkulasi sistematik

Peritoni

Syok
Hipovolemik

tis
septike
mia

Bagan 1. Patofisiologi Ileus Obstruktif

23

Faktor Risiko Ileus Obstruktif


Obstruksi usus yang sering ditemukan, tergantung pada umur pasien (Tabel
1). Pada bayi/neonatus obstruksi usus disebabkan atresia ani, atresia pada usus halus ,
dan penyakit Hirschsprung. Obstruksi pada anak-anak sering disebabkan oleh
intususepsi, penyakit Hirschsprung dan hernia strangulasi inguinalis kongenital. Pada
orang dewasa, obstruksi usus sering disebabkan tumor di dalam usus, perlengketan
dinding usus, hernia strangulasi pada kanalis inguinalis, femoralis ataupun
umbilikalis dan penyakit Crohn. Obstruksi pada pasien umur lanjut sering disebabkan
karsinoma usus besar, divertikel, hernia strangulasi, tinja membatu, perlengketan
dinding usus dan volvulus.

32

Penyebab Obstruksi Menurut Kelompok Umur


Kelompok umur

32

Penyakit

Bayi/neonates

Atresia, Volvulus, penyakit Hirschsprung

Anak-anak

Intususepsi, hernia strangulasi inguinalis, kelainan


kongenital, penyakit Hirschsprung

Dewasa

Neoplasma usus besar, adhesi, hernia strangulasi


inguinalis, femoralis dan umblikalis, dan penyakit
Hirschsprung

Orang tua

Karsinoma usus besar, penyakit divertikulum kolon, hernia


strangulasi, fecalith (tinja membatu), adhesi dan volvulus

Perlengketan/Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi.

12

Adhesi adalah pita-

pita jaringan fibrosa yang sering menyebabkan obstruksi usus halus pasca bedah
setelah operasi abdomen. Risiko terjadinya adhesi menimbulkan gejala obstruksi
pada anak belum diteliti dengan baik, tetapi sering terjadi pada 2-3% penderita

setelah operasi abdomen. Sebagian besar obstruksi disertai oleh adhesi dan dapat
terjadi setiap waktu setelah minggu kedua pasca bedah.

35

Adhesi dapat berupa

perlengketan yang bentuk tunggal maupun multiple (perlengketan yang lebih dari
satu) yang setempat maupun luas. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dalam
bentuk pita. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase
usus pulih kembali.
Adhesi yang kambuhan akan menjadi masalah besar. Setelah berulang tiga
kali, risiko kambuh akan menjadi 50%. Pada kasus seperti ini, diadakan pendekatan
konservatif sebab walaupun pembedahan akan menberikan pasase, kemungkinan
besar obstruksi usus akibat adhesi akan kambuh dalam waktu singkat.

12

Hernia Inkarserata
Bila terdapat suatu defek pada dinding rongga perut, maka akibat tekanan
intraabdominal yang meninggi, suatu alat tubuh dapat terdorong keluar melalui
defek itu. Misalnya : sebagian lambung dapat terdesak keluar ke rongga perut
melalui suatu defek pada diafragma masuk ke dalam rongga dada. Hernia yang tidak
tampak dari luar disebut internal hernia. Ditemukan lebih banyak ekterna hernia,
yaitu yang tampak dari luar seperti hernia umbilical, hernia inguinal, dan hernia
femoral.
Jika liang hernia cukup besar maka isi usus dapat didorong masuk lagi dan
disebut reponibel, jika tidak dapat masuk lagi disebut incarcerata. Pada keadaan ini
terjadi bendungan pembuluh-pembuluh darah yang disebut dengan strangulasi.
Akibat gangguan sirkulasi darah akan terjadi kematian jaringan setempat yang

disebut infark. Hernia yang menunjukkan strangulasi pembuluh darah dan tandatanda incarcerata akan menimbulkan gejala-gejala ileus.

33

Pankreas anulare
Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di duodenum bagian
duodenum bagian kedua. Gejala dan tanda sama seperti pada atresia atau malrotasi
usus. Pankreas anulare merupakan kelainan kongenital yang jarang ditemukan.
Penyakit ini disebabkan oleh kelainan pada perkembangan bakal pankreas sehingga
tonjolan dorsal dan ventral melingkari duodenum bagian kedua akibat tidak
lengkapnya pergeseran bagian ventral. Keadaan ini menyebabkan obstruksi
duodenum dan kadang disertai atresia juga. Penyakit ini pada awalnya sering tidak
ditemukan gejala dan baru ditemukan pada saat dewasa.
Invaginasi
Disebut juga intussusceptio. Biasanya pada anak, bagian oral (proksimal)
usus menerobos masuk ke dalam rongga bagian anal (distal) seperti suatu teleskop.
Ada beberapa jenis bergantung pada lokasinya :
d.1. enterika

: usus halus masuk ke dalam usus halus

d.2. entero-colics

: ileum masuk ke dalam coecum atau colon, jenis ini paling


sering ditemukan

d.3. colica

: usus besar masuk ke dalam usus besar

d.4. prolapsus ani

: rektum keluar melalui anus

Bagian

dalam

disebut

intussusceptium,

sedang

bagian

luar

yang

melingkarinya intussusceptum. Mesentrium yang mengandung pembuluh darah


intussusceptium akan ikut tertarik dan pembuluh darah akan terjepit hingga terjadi

gejala-gejala ileus. Penyebab terjadinya pada anak-anak adalah ketidakseimbangan


kontraksi otot usus-usus, adanya jaringan limfoid yang berlebihan (terutama sekitar
perbatasan bagian ileo-cekal) dan antiperistaltik kolon melawan peristaltik ileum.
Pada

orang

dewasa

disebabkan

karena

adanya

dinding

tumor

yang

menonjol/bertangkai (polip) dan oleh gerakan peristaltik didorong ke bagian distal


dan dalam gerakan ini dinding usus ikut tertarik.

33

Volvulus
Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan. Disebut pula dengan torsi dan
merupakan pemutaran usus dengan mesenterium sebagai poros. Usus melilit/memutar
sampai 180-360 derajat. Volvulus dapat disebabkan oleh mesentrium yang terlalu
panjang, yang merupakan kelainan kongenital pada usus halus, pada obstisipasi yang
menahun, terutama pada sigmoid, pada hernia inkarcerata, usus dalam kantong hernia
menunjukkan tanda-tanda torsi; pada tumor dalam dinding usus atau tumor dalam
mesentrium. Akibat volvulus terjadi gejala-gejala strangulasi pembuluh darah dengan
infark dan gejala-gejala ileus.
Kelainan kongenital
Setiap cacat bawaan pada usus berupa stenosis atau atresia dari sebagian
saluran cerna akan menyebabkan obstruksi setelah bayi mulai menyusui. Kelainankelainan ini disebabkan oleh tidak sempurnanya kanalisasi saluran pencernaan dalam
perkembangan embrional dan keadaan ini dapat terjadi pada usus dimana saja. Atresi
ialah buntu sama sekali dengan tanda-tanda obstruksi total sedangkan stenosis hanya
merupakan penyempitan dengan gejala-gejala obstruksi yang tidak total.

12

Atresia usus
Gangguan pasase usus yang kongenital dapat berbentuk stenosis dan
atresia, yang dapat disebabkan oleh kegagalan rekanalisasi pada waktu janin
berusia 6-7 minggu. Kelainan bawaan ini dapat juga disebabkan oleh gangguan
aliran darah lokal pada sebahagian dinding usus akibat desakan, invaginasi,
volvulus, jepitan, atau perforasi usus masa janin. Daerah usus yang tersering
mengalaminya adalah usus halus. Stenosis dapat juga terjadi karena penekanan,
misalnya oleh pankreas anulare dan dapat berupa atresia.

27

Radang kronik
Setiap radang kronik, terutama morbus Crohn, dapat menyebabkan
obstruksi karena udem, hipertrofi, dan fibrosis yang biasanya terjadi pada penyakit
kronik.

12

2Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum.
Obstruksi usus oleh cacing askariasis paling sering ditemukan pada anak karena
hygiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang-ulang dan usus halus
pada anak-anak lebih sempit daripada usus halus orang dewasa sedangkan ukuran
cacing sama besar. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat
yang terdiri dari sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati akibat
pemberian obat cacing.

12

Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi. Kebanyakan tumor jinak di usus halus tidak
menimbulkan gangguan yang berarti selama hidup. Kadang-kadang gejalanya
tidak jelas atau tidak khas, sehingga kelainan tidak terdeteksi kecuali apabila ada
penyulit. Tumor usus

halus dapat menimbulkan komplikasi, pendarahan, dan obstruksi. Obstruksi dapat


disebabkan oleh tumornya sendiri ataupun secara tidak langsung oleh invaginasi.

12

Tumpukan sisa makanan


Obstruksi usus halus akibat bahan makanan ditemukan pada orang yang
pernah mengalami operasi pengangkatan sebagian atau penuh dari perut
(gastrektomi). Obstruksi biasanya terjadi pada daerah anastomosis. Obstruksi lain,
yang jarang ditemukan, dapat terjadi setelah makan banyak sekali buah-buahan yang
mengandung banyak serat yang menyebabkan obstruksi di ileum terminal, seperti
serat buah jeruk atau biji banyak yang ditelan sekaligus dengan buah tertentu yang
berinti.

12

Divertikulum meckel
Divertikulum meckel adalah sisa dari kantung telur embrional yang juga
disebut ductus omphalo-mesentricus yang dalam kehidupan fetal menghubungkan
pusat (umbilicus) dengan usus. Pada orang dewasa terletak pada ileum lebih kurang
100 cm proksimal perbatasan ileo-cekal, sedangkan pada anak-anak lebih kurang 40
cm. Jika hubungan antara umblikus dan usus (ductus omphalo-mesentricus) tidak
menghilang, dapat terjadi fistula pada pusat yang mengeluarkan isi usus. Bila hanya
sebagian yang menghilang dan ditengah-tengah tetap, maka akan dapat terbentuk
suatu kista. Bila tidak menghilang sempurna, maka sisanya menyerupai tali yang
padat, yang dapat mengakibatkan terbelitnya usus pada tali itu (strangulasi).

35,36

Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang
paling sering terjadi pada neonatus. Penyakit Hirschsprung terjadi akibat tidak adanya
sel ganglion pada dinding usus atau terjadinya kelainan inervasi usus, yang dimulai
dari anus dan meluas ke proksimal. Gejala-gejala klinis penyakit Hirschsprung

biasanya mulai pada saat lahir dengan terlambatnya pengeluaran tinja (mekonium).
Kegagalan mengeluarkan tinja menyebabkan dilatasi bagian proksimal usus besar dan
perut menjadi kembung. Karena usus besar melebar, tekanan di dalam lumen
meningkat, mengakibatkan aliran darah menurun dan perintang mukosa terganggu
Statis memungkinkan proliferasi bakteri, sehingga dapat menyebabkan enterokolitis
(Clostridium difficile dan Staphlococcos aureus) dengan disertai sepsis dan tanda35

tanda obstruksi usus besar.


Bezoar

Istilah bezoar merupakan suatu akumulasi benda-benda asing eksogen di


dalam lambung atau usus yang merupakan penyebab ileus obstruktif pada usus
halus.

35,42

Bezoar dibedakan menurut komposisinya. Laktobezoar mengandung

kasein atau kalsium yang tinggi. Laktobezoar ditemukan pada bayi-bayi prematur
yang mengkonsumsi susu formula bayi yang kaya kasein/kalsium. Phytobezoar
adalah jenis yang paling umum dari bezoar yang merupakan akumulasi serat sayursayuran dan buah-buahan yang tidak dapat dicerna. Phytobezoar terdiri dari selulosa,
tanin, dan lignin yang di cerna pada saat mengkonsumsi makanan.

2. Memahami dan menjelaskan invaginasi

42

2.1. Memahami dan menjelaskan definisi invaginasi


Intussusception adalah masuknya salah satu bagian ke bagian yang lain atau
invaginatio dari salah satu bagian usus kedalam lumen dan bergabung dengan bagian
tersebut. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya.
Bagian usus yang masuk (menginvaginasi) disebut intussusceptum dan bagian yang
menerima intussusceptum (diinvaginasi) disebut intussuscipiens. Sinonim dari
intussusception adalah telescoping usus dan invaginasi usus. Intussusception
diklasifikasikan berdasarkan lokasi dari traktus alimentary yaitu: ileoocolic,
cecocolic, enteroenteric, duodenogastric, dan gastroesophageal.

Intussusception merupakan salah satu penyebab spesifik dari obstruksi usus.


Obstruksi usus disebabkan oleh adanya objek dalam lumen, intramural thickening
atau stenosis dan tekanan extramural. Penyebab yang spesifik yang lain antara lain :
benda asing, volvulus. torsio usus, terkurungnya usus besar karena hernia (termasuk
semua tipe hernia abdominal, hernia diafragmatika), adhesi (post trauma atau post
operasi), abses, granuloma atau hematoma, malformasi congenital (stenosis atau
atresia) dan neoplasia usus. Obstruksi bisa terjadi proksimal atau distal. Obstruksi
proximal dan komplit, biasanya akut dan menunjukkan gejala klinis yang berat
seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan shock. Dapat juga memicu
muntah yang tetap, kurangnya sekresi lambung (asam hidroklorat) serta alkalosis
metabolis sedangkan obstruksi distal disebabkan oleh beberapa tingkatan asidosis
metabolis. Obstruksi distal dan tidak komplit biasanya dengan gejala klinis yang
kurang jelas.

2.2. Memahami dan menjelaskan epidemiologi invaginasi


Berdasarkan penelitian ORyan et al, dari kasus intususepsi di RS Santiago tahun
2000-2001 ditemukan bahwa insidens invaginasi pada pasien berusia kurang dari 12
bulan sebanyak 55 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk usia 0-24 bulan
sebanyak 35 per 100.000 kelahiran hidup. Insiden puncaknya pada umur 4-9 bulan
terjadi perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pola makan bulan,
Hampir 70% terjadi pada anak-anak umur kurang dari 1 tahun dimana laki-laki lebih
sering dari wanita perbandingan 4:1 kemungkinan karena peristaltic lebih kuat.

2.3. Memahami dan menjelaskan etiologi invaginasi


Terbagi dua:
1. Idiophatic
2. Kausal

I. Idiophatic
Menurut kepustakaan 90 95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu tahun tidak
dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai infatile idiphatic
intussusceptions. Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari dinding ileum
terminal berupa hyperplasia jaringan follikel submukosa yang diduga sebagai akibat
infeksi virus. Penebalan ini merupakan titik awal (lead point) terjadinya invaginasi.

II. Kausal
Pada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun) adanya kelainan usus
sebagai penyebab invaginasi seperti : inverted Meckels diverticulum, polip usus,
leiomioma, leiosarkoma, hemangioma, blue rubber blep nevi, lymphoma, duplikasi
usus. Gross mendapatkan titik awal invaginasi berupa : divertikulum Meckel,
polip,duplikasi usus dan lymphoma pada 42 kasus dari 702 kasus invaginasi anak.
Eins dan Raffensperger, pada pengamatannya mendapatkan Specific leading points
berupa eosinophilik, granuloma dari ileum, papillary lymphoid hyperplasia dari ileum
hemangioma dan perdarahan submukosa karena hemophilia atau Henochs purpura.

Lymphosarcoma sering dijumpai sebagai penyebab invaginasi pada anak yang


berusia diatas enam tahun. Invaginasi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang
biasanya timbul setelah dua minggu pasca bedah, hal ini terjadi akibat gangguan
peristaltik usus, disebabkan manipulasi usus yang kasar dan lama, diseksi
retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal.

A. Faktor faktor yang dihubungkan dengan terjadinya invaginasi


Penyakit ini sering terjadi pada umur 3 12 bulan, di mana pada saat itu terjadi
perubahan diet makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan ini
dicurigai sebagai penyebab terjadi invaginasi. Invaginasi kadang kadang terjadi
setelah / selama enteritis akut, sehingga dicurigaiakibat peningkatan peristaltik usus.
Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi, ternyata kuman rota virus adalah agen
penyebabnya, pengamatan 30 kasus invaginasi bayi ditemukan virus ini dalam
fesesnya sebanyak 37 %. Pada beberapa penelitian terakhir ini didapati peninggian
insidens adenovirus dalam feses penderita invaginasi.

2.4. Memahami dan menjelaskan klasifikasi invaginasi


Jenis intususepsi dapat dibagi menurut lokasinya pada bagian usus mana yang
terlibat, pada ileum dikenal sebagai jenis ileo-ileal.Pada kolon dikenal dengan jenis
colo-colica dan sekitar ileo-caecal disebut ileocaecal, jenis-jenis yang disebutkan di
atas dikenal dengan intususepsi tunggal dimana dindingnya terdiri dari tiga lapisan.
Jika dijumpai dinding yang terdiri dari lima lapisan, hal ini sering pada keadaan yang
lebih lanjut disebut jenis intususepsi ganda, sebagai contoh adalah jenis ileo-ileocolica atau colo-colica. Suwandi J.Wijayanto E. di Semarang selama 3 tahun (19811983) pada pengamatannya mendapatkan jenis intususepsi sebagai berikut: Ileo-ileal
25%, ileo-colica 22,5%, ileo-ileo-colica 50% dan colo-colica 22,5%.

2.5. Memahami dan menjelaskan patofisiologi invaginasi


Proses terjadinya invaginasi dimulai dengan hiperplastik usus bagian proksimal yang
lebih mobil menyebabkan
berkontraksi

terjadi edema

usus masuk kedalam lumen usu distal


mengakibatkan

dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi.

perlekatan

yang

tidak

Proses selanjutnya adalah proses obstruksi usus strangulasi. Proses strangulasi tersirat
oleh adanya rasa sakit dan perdarahan per rektal. Serangan rasa sakit mula-mula
hilang timbul kemudian menetap dan sering disertai rangsangan muntah. Darah yang
keluar melalui anal merupakan darah segar yang bercampur lendir. Proses obstruksi
usus sebenarnya sudah mulai sejak invaginasi terjadi tetapi penampilan klinik
obstruksi memerlukan waktu. Umumnya setelah 10-12 jam sampai menjelang 24 jam
gejala-gejala seperti abdomen kembung dan muntah hijau atau fekal telah terjadi.

2.6. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis invaginasi

Manifestasi klinis berupa trias, yaitu sakit perut (85%) yang timbul mendadak,
periodik, dan anak menekuk kaki (drawing up the leg).
Muntah (60%) dan feses bercampur darah (currant-jelly stool), baik occult
atau darah segar.
Perut terlihat membuncit, terjadi peningkatan suara usus, teraba massa
berbentuk sosis.

Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang
baik, tiba-tiba menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita
tampak seperti kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini
berlangsung dalam beberapa menit. Di luar serangan, anak/bayi kelihatan seperti
normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi proses intususepsi. Serangan nyeri
perut datangnya berulang-ulang dengan jarak waktu 15-20 menit dengan lama
serangan 2-3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti dengan
muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung.
Sesudah beberapa kali serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka
di luar serangan si penderita terlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai datang
serangan kembali. Proses intususepsi pada mulanya belum terjadi gangguan pasase isi
usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses biasa, kemudian feses
bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya berupa darah segar
bercampur lendir tanpa feses. BAB darah dan lendir (red currant jelly stool) baru
dijumpai sesudah 6-8 jam serangan sakit yang pertama kali, kadang-kadang sesudah
12 jam. BAB darah lendir ini bervariasi jumlahnya dari kasus per kasus, ada juga
yang dijumpai hanya pada saat melakukan colok dubur.
Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan
demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat intususepsi sebagai suatu massa
tumor berbentuk curved sausage di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah,
atas tengah atau kiri bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu terdapat
peristaltik, sedangkan pada perut bagian kanan bawah teraba kosong yang
disebut dances sign. Hal ini akibat caecum dan kolon naik ke atas, ikut proses
intususepsi.

Sesudah 18-24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya tersumbat
partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin
bertambah, sehingga pada pasien dijumpai tanda-tanda obstruksi, seperti perut
kembung dengan gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah warna hijau dan
dehidrasi.
Oleh karena perut kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan
defekasi hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan
dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya
aliran pembuluh darah arteri. Pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis usus,
gangren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.
Pada pemeriksaan colok dubur didapati:
Tonus sphincter melemah, mungkin invaginat dapat diraba berupa massa
seperti portio bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir.
Perlu perhatian bahwa untuk penderita malnutrisi, gejala-gejala intususepsi
tidak khas. Tanda-tanda obstruksi usus baru timbul dalam beberapa hari. Pada
penderita ini tidak jelas tanda adanya sakit berat. Pada defekasi tidak ada darah.
Intususepsi dapat mengalami prolaps melewati anus. Hal ini mungkin disebabkan
pada pasien malnutrisi, memiliki tonus yang melemah, sehingga obstruksi tidak cepat
timbul.
Rasa sakit adalah gejala yang paling khas dan hampir selalu ada. Dengan
adanya seranganrasa sakit/kholik yang makin bertambah dan mencapai puncaknya,
dan kemudian menghilang samasekali, diagnosis hampir dapat ditegakkan. Rasa sakit
berhubungan dengan passase dari intususepsi.Diantara satu serangan dengan serangan
berikutnya, bayi atau orang dewasa dapat sama sekali bebasdari gejala.Selain dari
rasa sakit gejala lain yang mungkin dapat ditemukan adalah muntah, keluarnya
darahmelalui rektum, dan terdapatnya masa lunak memanjang seperti sosis (sausage
shape mass) dimana biasanya perut kuadran kanan bawah teraba seakan kosong
(dances sign). Beratnya gejala muntahtergantung pada letak usus yang terkena.
Semakin tinggi letak obstruksi, semakin berat gejala muntah.Hemathocezia
disebabkan oleh kembalinya aliran darah dari usus yang mengalami
intususepsi.Terdapatnya sedikit darah adalah khas, sedangkan perdarahan yang
banyak biasanya tidak ditemukan.
Gambaran klinis intususepsi dewasa umumnya sama seperti keadaan obstruksi
usus pada umumnya, yang dapat mulai timbul setelah 24 jam setelah terjadinya
intususepsi berupanyeri perut dan terjadinya distensi setelah lebih 24 jam ke dua
disertai keadaan klinis lainnyayang hampir sama gambarannya seperti intususepsi
pada anak-anak. Pada orang dewasa seringditemukan perjalanan penyakit yang jauh
lebih panjang, dan kegagalan yang berulang-ulangdalam usaha menegakkan
diagnosis dengan pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan- pemeriksaan lain. Adanya
gejala obstruksi usus yang berulang, harus dipikirkan kemungkinanintususepsi.
Kegagalan untuk memperkuat diagnosis dengan pemeriksaan radiologis
seringkalimenyebabkan tidak ditegakkanya diagnosis. Pemeriksaan radiologis sering
tidak berhasilmengkonfirmasikan diagnosis karena tidak terdapat intususepsi pada
saat dilakukan pemeriksaan. Intussusepsi yang terjadi beberapa saat sebelumnya telah

tereduksi spontan.Dengan demikian diagnosis intussusepsi harus dipikirkan pada


kasus orang dewasa dengan serangan obstruksi usus yang berulang, meskipun
pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan- pemeriksaan lain tidak memberikan hasil
yang positif.

2.7. Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding


invaginasi
Untuk menegakkan diagnosis intususepsi didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik, laboratorium dan radiologi.
Gejala klinis yang menonjol dari intususepsi adalah suatu trias gejala yang terdiri
dari(1-5,7,13) :
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat hilang timbul. Nyeri
menghilang selama 10-20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk curved sausage pada bagian kanan atas,
kanan bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir yang disebut red currant jelly stool.

Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba


adanya tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada
gejala trias intususepsi. Mengingat intususepsi sering terjadi pada anak berumur di
bawah satu tahun, sedangkan penyakit disentri umumnya terjadi pada anak-anak
yang mulai berjalan dan mulai bermain sendiri maka apabila ada pasien datang
berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat kolik sehingga anak menjadi
rewel sepanjang hari/malam, ada muntah, buang air besar campur darah dan lendir
maka pikirkanlah kemungkinan intususepsi(13).
The Brighton Collaboration Intussuseption Working Group mendirikan
sebuah diagnosis klinis menggunakan campuran dari kriteria minor dan mayor.
Strasifikasi ini membantu untuk membuat keputusan berdasarkan tiga level dari
pembuktian untuk membuktikan apakah kasus tersebut adalah intususepsi(2).
Kriteria Mayor
1. Adanya bukti dari obstruksi usus berupa adanya riwayat muntah hijau, diikuti
dengan distensi abdomen dan bising usus yang abnormal atau tidak ada sama
sekali.

2. Adanya gambaran dari invaginasi usus, dimana setidaknya tercakup hal-hal


berikut ini: massa abdomen, massa rectum atau prolaps rectum, terlihat pada
gambaran foto abdomen, USG maupun CT Scan.
3. Bukti adanya gangguan vaskularisasi usus dengan manifestasi perdarahan rectum
atau gambaran feses red currant jelly pada pemeriksaan Rectal Toucher.

Kriteria Minor

1. Bayi laki-laki kurang dari 1 tahun


2. Nyeri abdomen
3. Muntah
4. Lethargy
5. Pucat
6. Syok hipovolemi
7. Foto abdomen yang menunjukkan abnormalitas tidak spesifik.

Berikut ini adalah pengelompokkan berdasarkan tingkat pembuktian, yaitu :

Level 1 Definite (ditemukannya satu kriteria di bawah ini)

Kriteria Pembedahan Invaginasi usus yang ditemukan saat pembedahan

Kriteria Radiologi Air enema atau liquid contrast enema menunjukkan invaginasi
dengan manifestasi spesifik yang bisa dibuktikan dapat direduksi
oleh enema tersebut.

Kriteria Autopsi Invagination dari usus

Level 2 Probable (salah satu kriteria di bawah)

Dua kriteria mayor

Satu kriteria mayor dan tiga kriteria minor

Level 3 Possible

Empat atau lebih kriteria minor


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Meskipun hasil laboratorium tidak spesifik untuk menegakkan diagnosis intususepsi,
sebagai proses dari progresivitas, akan didapatkan abnormalitas elektrolit yang
berhubungan dengan dehidrasi, anemia dan atau peningkatan jumlah leukosit
(leukositosis >10.000/mm3).
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen
Didapatkan distribusi udara di dalam usus tidak merata, usus terdesak ke kiri atas,
bila telah lanjut terlihat tanda-tanda obstruksi usus dengan gambaran air fluid level.
Dapat terlihat free air bila terjadi perforasi

Literatur lain menyebutkan bahwa foto polos hanya memiliki akurasi


diagnostik 45% untuk menegakkan diagnosis intususepsi sehingga penggunaannya
tidak diindikasikan jika ada fasilitas USG(4). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Hooker et al tahun 2008 dalam Radiographic Evaluation of Intussusception, tampilan
foto polos abdomen dengan posisi left side down decubitus meningkatkan kemampuan
untuk

diagnosis

Barium enema

atau

menyingkirkan

intususepsi.

Dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila gejalagejala klinik meragukan. Pada barium enema akan tampak gambaran cupping, coiled
spring

appearance(13).

Ultrasonografi Abdomen

Pada tampilan transversal USG, tampak konfigurasi usus berbentuk target


atau donat yang terdiri dari dua cincin echogenisitas rendah yang dipisahkan oleh
cincin hiperekoik, tidak ada gerakan pada donat tersebut dan ketebalan tepi lebih dari
0,6 cm. Ketebalan tepi luar lebih dari 1,6 cm menunjukkan perlunya intervensi
pembedahan. Pada tampilan logitudinal tampak pseudokidney sign yang timbul
sebagai tumpukan lapisan hipoekoik dan hiperekoik(2,3,4,6).
Pemeriksaan USG selain sebagai diagnostik, juga dapat digunakan untuk
membantu mendiferensiasikan tipe dari intususepsi. Park et al (2007) melaporkan
bahwa intususepsi transien dari usus kecil lebih sering terlokalisir pada kuadran
kanan bawah atau region periumbilikal, memiliki diameter anteroposterior yang lebih
kecil (1,38 cm vs 2,53 cm), memiliki garis luar yang lebih tipis (0,26 cm vs 0,53 cm),
dan tidak memiliki nodus limfatikus, dimana berbanding terbalik dengan intususepsi
ileocolic(2).
Sebuah studi oleh Munden et al (2007) mendukung penemuan ini, dengan
diameter anteroposterior rata-rata adalah 1,5 cm pada intususepsi ileoileal dan 3,7 cm

pada intususepsi ileocolic dan panjang rata-ratanya berkisar 2,5 cm dan 8,2 cm secara
respektif(2).

CT Scan

Intususepsi yang digambarkan pada CT scan merupakan gambaran klasik seperti


pada USG yaitu target sign. Intususepsi temporer dari usus halus dapat terlihat pada
CT maupun USG, dimana sebagian besar kasus ini secara klinis tidak signifikan(2).

Diagnosis Banding
1. Gastroenteritis, bila diikuti dengan intususepsi dapat ditandai jika dijumpai
perubahan rasa sakit, muntah dan perdarahan.
2. Divertikulum Meckel, dengan perdarahan, biasanya tidak ada rasa nyeri.
3. Disentri amoeba, disini diare mengandung lendir dan darah, serta adanya
obstipasi, bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut, tenesmus dan
demam.

4. Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.


5. Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali
dan pada colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit
perianal, sedangkan pada intususepsi didapati adanya celah.

2.8. Memahami dan menjelaskan tatalaksana invaginasi


Keberhasilan

penatalaksanaan

invaginasi

ditentukan

oleh

cepatnya

pertolongan diberikan, jika pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari
serangan pertama maka akan memberikan prognosis yang lebih baik.
Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak
dahulu mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :
1. Reduksi dengan barium enema
2. Reduksi dengan operasi
Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita : dipuasakan,
resusitasi cairan, dekompressi dengan pemasangan pipa lambung. Bila sudah
dijumpai tanda gangguan pasase usus dan hasil pemeriksaan laboratorium
dijumpai peninggian dari jumlah leukosit maka saat ini antibiotika berspektrum
luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol dapat diberikan (1mg/ kg BB)
untuk menghilangkan rasa sakit.
Reduksi Dengan Barium Enema
Telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa barium enema berfungsi dalam
diagnostik dan terapi. Barium enema dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra
indikasi seperti :
Adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto
abdomen

Dijumpai tanda tanda peritonitis

Gejala invaginasi sudah lewat dari 24 jam

Dijumpai tanda tanda dehidrasi berat.

Usia penderita diatas 2 tahun


Hasil reduksi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis
atau gelisah karena

kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat

membantu.
Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan
plester, melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki
di atas meja penderita dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat floroskopi
sampai meniskus intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat foto. Meniskus
sering dijumpai pada kolon transversum dan bagian proksimal kolon descendens.
Bila kolom bubur barium bergerak maju menandai proses reduksi sedang
berlanjut, tetapi bila kolom bubur barium berhenti dapat diulangi 2 3 kali
dengan jarak waktu 3 5 menit. Reduksi dinyatakan gagal bila tekanan barium
dipertahankan selama 10 15 menit tetapi tidak dijumpai kemajuan. Antara
percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur barium dievakuasi terlebih
dahulu.
Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila :
Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai
massa feses dan udara.
Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian
usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum.
Hilangnya massa tumor di abdomen.

Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta

norit test positif.


Penderita perlu dirawat inap selama 2 3 hari karena sering dijumpai
kekambuhan selama 36 jam pertama.
Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada beberapa hal antara lain, waktu sejak
timbulnya gejala pertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan teknis
pelaksanaannya,

Reduksi Dengan Tindakan Operasi


1. Memperbaiki keadaan umum
Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan tindakan
operasi sebelum terlebih dahulu keadaan umum pasien diperbaiki.
Pasien baru boleh dioperasi apabila sudah yakin bahwa perfusi jaringan telah
baik, hal ini di tandai apabila produksi urine sekitar 0,5 1 cc/kg BB/jam.
Nadi kurang dari 120x/menit, pernafasan tidak melebihi 40x/menit, akral yang
tadinya dingin dan lembab telah berubah menjadi hangat dan kering, turgor
kulit mulai membaik dan temperature badan tidak lebih dari 38o C.
Biasanya perfusi jaringan akan baik apabila setengah dari perhitungan
dehidrasi telah masuk, sisanya dapat diberikan sambil operasi berjalan dan
pasca bedah. Yang dilakukan dalam usaha memperbaiki keadaan umum
adalah :
a. Pemberian cairan dan elektrolit untuk rehidrasi (resusitasi).

b. Tindakan dekompresi abdomen dengan pemasangan sonde lambung.

c. Pemberian antibiotika dan sedatif.


Suatu kesalahan besar apabila buru buru melakukan operasi karena takut usus
menjadi nekrosis padahal perfusi jaringan masih buruk.
Harus diingat bahwa obat anestesi dan stress operasi akan memperberat keadaan
umum penderita serta perfusi jaringan yang belum baik akan menyebabkan
bertumpuknya hasil metabolik di jaringan yang seharusnya dibuang lewat ginjal
dan pernafasan, begitu pula perfusi jaringan yang belum baik akan
mengakibatkan oksigenasi jaringan akan buruk pula. Bila dipaksakan kelainan
kelainan itu akan irreversible.
2. Tindakan untuk mereposisi usus
Tindakan selama operaasi tergantung kepada penemuan keadaan usus, reposisi
manual dengan cara milking dilakukan dengan halus dan sabar, juga
bergantung pada keterampilan dan pengalaman operator. Insisi operasi untuk

tindakan ini dilakukan secara transversal (melintang), pada anak anak


dibawah umur 2 tahun dianjurkan insisi transversal supraumbilikal oleh
karena letaknya relatif lebih tinggi.
Ada juga yang menganjurkan insisi transversal infraumbilikal dengan alasan
lebih mudah untuk eksplorasi malrotasi usus, mereduksi invaginasi dan
tindakan apendektomi bila dibutuhkan.
Tidak ada batasan yang tegas kapan kita harus berhenti mencoba reposisi
manual itu.
Reseksi usus dilakukan apabila : pada kasus yang tidak berhasil direduksi
dengan cara manual, bila viabilitas usus diragukan atauditemukan kelainan
patologis sebagai penyebab invaginasi. Setelah usus direseksi dilakukan
anastomosis end to end, apabila hal ini memungkinkan, bila tidak mungkin
maka dilakukan exteriorisasi atau enterostomi.

2.9. Memahami dan menjelaskan komplikasi invaginasi


Intususepsi dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Komplikasi lain yang dapat
terjadi adalah dehidrasi dan aspirasi dari emesis yang terjadi. Iskemia dan nekrosis
usus dapat menyebabkan perforasi dan sepsis. Nekrosis yang signifikan pada usus
dapat menyebabkan komplikasi yang berhubungan dengan short bowel syndrome.
Meskipun diterapi dengan reduksi operatif maupun radiografik, striktur dapat muncul
dalam 4-8 minggu pada usus yang terlibat.

2.10. Memahami dan menjelaskan pencegahan invaginasi


Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan ialah dengan tidak memberikan
makanan padat selain asi pada bayi dibawah 6 bulan karena sistem pencernaan dan
daya tahan tubuh bayi belum sempurna. Vaksin rotavirus generasi lama diketahui
dapat menimbulkan intususepsi pada bayi/anak yang mendapatkannya. Akibatnya
pemakaian vaksin ini kemudian dilarang. Vaksin rotavirus generasi yang baru telah
diantisipasi untuk tidak menyebabkan hal yang sama sebelum dipakai secara massal
pada bayi dan anak. Tidak ada obat atau cara untuk mencegah terjadinya intususepsi
yang diketahui sampai saat ini.

2.11. Memahami dan menjelaskan prognosis invaginasi


Kematian disebabkan oleh intususepsi idiopatik akut pada bayi dan anak-anak
sekarang jarang di negara maju. Sebaliknya, kematian terkait dengan
intususepsi tetap tinggi di beberapa negara berkembang. Pasien di negara

berkembang cenderung untuk datang ke pusat kesehatan terlambat, yaitu lebih


dari 24 jam setelah timbulnya gejala, dan memiliki tingkat intervensi bedah,
reseksi usus dan mortalitas lebih tinggi.
Mortalitas secara signifikan lebih tinggi (lebih dari sepuluh kali lipat dalam
kebanyakan studi) pada bayi yang ditangani 48 jam setelah timbulnya gejala
daripada bayi yang ditangani dalam waktu 24 jam setelah onset pertama.
Angka rekurensi dari intususepsi untuk reduksi nonoperatif dan operatif
masing-masing rata-rata 5% dan 1-4%.

DAFTAR PUSTAKA
International Child Health Review Collaboration.2016. http://www.ichrc.org/943obstruksi-usus-pada-bayi-dan-anak.Diaksespadatanggal 27/09/2016

Medicastore.2016.
http://medicastore.com/penyakit/494/Obstruksi_Sumbatan_Usus.html.Diaksespadata
nggal 27/09/2016
PasaribuN. 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter
%20II.pdf. Diaksespadatanggal 27/09/2016

Anda mungkin juga menyukai