ERA BPJS
Oleh : Hartanto
ABSTRAK
Industri Kesehatan di Indonesia memasuki era Universal Health Coverage (UHC)
dengan berlakunya Undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai 1 Januari 2014 melalui sistem
Managed Care meliputi pengobatan rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit
melalui system INA-CBGs. INA-CBGs adalah sistem pengelompokan berdasarkan
ciri klinis yang sama dan sumber daya yang digunakan dalam pengobatan CasemixDRG (Diagnosis Related Group) dengan menggunakan Clinical pathway based yaitu
ICD-10 (International Classification Deaseas) untuk diagnosa 14.500 kode dan ICD
9CM Untuk prosedur/tindakan 7.500 kode. Dalam mengimplementasikan Sistem
INA-CGBs Rumah Sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan perlu menyusun
langkah pelayanan yang lebih detail berdasarkan Clinical pathway yaitu suatu
pemetaan mengenai tindakan klinis untuk diagnosis tertentu dalam waktu tertentu,
yang mendokumentasikan clinical practice terbaik mulai dari pasien masuk sampai
pasien pulang, yang merupakan integrasi pelayanan medis, pelayanan keperawatan,
pelayanan farmasi, laboratorium dan pelayanan kesehatan lain. Clinical pathway
yang diterapkan dengan baik dapat menjadi alat kendali mutu (quality assurance)
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Hal ini dimungkinkan karena biaya-costing
yang dikeluarkan dari pemberi pelayanan kepada pasien dapat dihitung
berdasarkan clinical pathway dan selaras dengan tarif INA CBGs yang telah
ditetapkan (casemix-coding-costing), sehingga bila biaya pelayanan yang diberikan
kepada pasien melebihi tarif INA CBGs maka rumah sakit dapat segera
mengupayakan efisisensi, tanpa perlu melakukan Fraud. Clinical Pathway bisa
digunakan sebagai salah satu alat mekanisme evaluasi penilaian risiko penilaian
risiko untuk mendeteksi kesalahan aktif (active errors) dan laten (latent/ system
errors) maupun nyaris terjadi (near miss) dalam Manajemen Risiko Klinis (Clinical
tersebut
umumnya
lebih
tinggi.
Indirect
cost
meliputi
4. Weight Average Cost of Capital yaitu Beban belanja modal yang dipengaruhi
oleh Nilai waktu dan uang.
5. Jangka waktu BEP (break event point), RoI (Return on Investment),
Depreciation-Amortisation Period yang berkorelasi pada lama nya waktu.
Untuk melakukan revitalisasi sarana dan prasarana Laboratorium Rumah Sakit
sesuai dengan kemajuan teknology Rumah Sakit Pemerintah dihadapkan pada
kendala, khususnya permasalahan anggaran jika mengandalkan sumber pendanaan
pada APBN atau APBD, sedangkan ketersediaan anggaran sebagai Badan Layanan
Umum (BLU) juga sangat terbatas /belum mencukupi, disamping itu juga bahwa
kemajuan technology auto-analyzer diagnostic pemeriksaan Laboratorium klinik
saat ini sangat pesat sekali, sehingga technology pemeriksaan pada 5 (lima) tahun
yang lalu, pada saat ini sudah dirasa sudah tertinggal. Hal lainya adalah Apabila
Rumah sakit memutuskan investasi peralatan diagnostic laboratorium maka Rumah
Sakit harus menyiapkan anggaran yang tidak sedikit untuk maintenance (free
maintenance guarantee umumnya hanya berlaku 1(satu) tahun sejak instalment),
dan biaya re-kalibrasi. Teknology auto analyzer diagnostic Laboratorium saat ini
masih di dominasi oleh Multi National Corporation seperti Abbot (USA), Roche
(USA), Siemens (Germany), Sysmex (Japan), Randox (UK), Biomeurex (Franch),
Backman (US) dan lain-lain. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 24 tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), secara strategis Rumah
Sakit dalam hal ini telah mempunyai captive market dalam hal jumlah pasien dan
penjamin- jaminan pembayaran dari BPJS. Captive market ini dapat menjadi modal
dan terobosan baru bagi Managemen Rumah Sakit khususnya yang sudah status
Badan Layanan Umum penuh untuk melakukan terobosan, inovasi pelayanan
dengan tidak lagi mengandalkan pada APBN ataupun APBD untuk melakukan
investasi/revitalisasi laboratorium, namun melalui skema Co-Sourching Kerjasama
Operasional (KSO) dengan membuka kesempatan kepada pihak lain (investor)
sehingga tujuan pengembangan, peningkatan kualitas pelayanan dan Inovasi
pelayanan laboratorium dapat tercapai.
Kata Kunci : INAC-BGs, Kerjasama Operasional (KSO), Laboratorium klinik Rumah
Sakit
I.
PENDAHULUAN
Laboratorium Klinik adalah bagian integral dari clinical path way di Rumah
Sakit, hampir 80% diagnosis pada terapi berbasis Evidance Based Medicine
adalah hasil dari tes laboratorium. Sebelum berlakunya Undang Undang No
24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan,
Laboratorium Klinik Rumah Sakit merupakan unit kerja di rumah sakit yang
termasuk sebagai pusat pendapatan (Revenue center) rumah sakit, umumnya
Instalasi laboratorium Klinik menempati nomor 2 setelah Instalasi Farmasi.
Instalasi Laboratorium Klinik saat itu dapat menjadi penopang kemandirian
rumah sakit milik pemerintah. Hal ini di mungkinkan karena struktur tariff
pemeriksaan laboratorium berbasis pay for services dimana struktur tariff
pemeriksaan laboratorium terdiri dari komponen jasa medis dan komponen
jasa sarana pemeriksaan. Namun dengan berlakunya BPJS dengan INA-CBGs
saat ini, dimana penjamin (BPJS) membayar kepada Rumah Sakit dalam
bentuk Case-mix maka Instalasi laboratorium Klinik Rumah Sakit tidak
dapat lagi dikatakan sebagai revenue center, melainkan sudah pada posisi
cost center sehingga dibutuhkan perubahan paradigma (mindset) klinisi dan
pemangku kepentingan Laboratorium klinik dalam hal sistem kompensasi
dari sebelumnya berbasis free for servise menjadi sistem remunerasi. Jadi
dalam hal ini dokter-klinisi sudah tidak boleh lagi mempunya persepsi dan
ekspektasi melihat jasa dari satu persatu kasus atau satu persatu tindakan
pemeriksaan/test laboratorium.
Dalam perpektif pelayanan Rumah Sakit yang terintegrasi, Pelayanan
laboratorium klinik merupakan salah satu jenis layanan dalam Clinical
Pathway, dikarenakan fungsi pelayanan laboratorium yang mencakup
skrining, penentuan diagnosis, serta evaluasi terapi, guna menjamin Quality
Assurance, sehingga di dalam proses operasional pelayanan laboratorium
perlu terjamin kesinambungannya (sustainable), perlu menerapkan dan
menyerap kaidah yang ditentukan di dalam program INA-CBGs dalam
format ICD-10 (international Clasification Deases) dan out put hasil yang
diterima oleh klinisi diproses sesuai standar expertise Laboratory practice.
II.
laboratorium
klinik,
yaitu
pemeriksaan
penunjang
yang
411/Menkes/PER/III/2010
tentang
Menurut PERMENKES
Laboratorium
Klinik
yang
dan
kalibrasi
peralatan,
pelaksanaan
pemeriksaan,
hasil pemeriksaan sampai kepada klinisi atau dokter yang melakukan order
pemeriksaan klinik. Jadi apabila kita sakit dan berobat ke Rumah Sakit
setelah identifikasi data demografi pasien, selanjutnya kita akan di layani
oleh dokter atau klinisiuntuk
atau
klinisi
akan
meminta-melakukan
order
pemeriksaan
oleh
pengambilan
klinisi-dokter,
bahan
pemeriksaan
proses
persiapan
(plebotomi),
pasien,
pemilihan
sampel,
pemilihan
alat,
metoda,
reagensia,
proses
III.
Berlakunya
Undang-undang
nomor
24
tahun
2011
tentang
Badan
Laboratorium
yang
mampu
mengabsorbsi
ICD-10
mendukung
berjalanya
proses
pemeriksaan
Laboratorium
IV.
pemenuhan
managemen
mutu
(quality
assurance),
Informasi
Laboratorium
(laboratory
Information
harus
bertanggung
jawab
atas
perencanaan,
hubungannya
dengan
organisasi
lain
yang
Setiap
(berupa
terjaga
kemutakhirannya)
dan
menggunakannya.
Secara
umum
managemen
mutu
order
permintaan
klinisi-dokter
untuk
melakukan
Rumah
Sakit
berdasarkan
Peraturan
Menteri
dari
aktifitas
phlebotomy
hingga
bagaimana
phlebotomy
(pengambilan
sampel/specimen
klinik)
Pada fase pre analitik pengambilan sampel, phlebotomis (tenaga
analyst yang kualified melaksanakan aktifitas phlebotomy) dan
juga pasien membutuhkan ruangan yang bersih, rapi dan nyaman,
sehingga diperlukan alur kerja (workflow) yang mendukung untuk
aktifitas tersebut. Ruangan phlebotomy yang baik adalah yang
memberikan ruang untuk kelancaran alur kerja (work flow) yaitu :
1) Area Queeing-pengambilan nomor antrean;
2) Area pendaftaran-registrasi-billing system;
3) Area ruang tunggu pasien;
4) Area pengambilan sampel-phlebotomy;
5) Area pengambilan sampel khusus;
6) Area Janitor
7) Area toilet (M/F dan disable)
8) Area pantry
9) Area gudang-logistik.
berbagai
sumber
kesalahan
subjektif
dalam
saat
ini
perkembangan
technology
pemeriksaan
7) Konsultasi;
8) Pembinaan teknis;
9) Pengembangan profesi;
10) Kemitraan dengan klinisi.
Pengenalan, pengetahuan tentang instrument diagnostic analyzer
ternyata tidak hanya tentang alatnya/hardwarenya saja namun
juga membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang
metode pemeriksaan, trouble shooting, kalibrasi serta mampu
mengidentifikasi
kelebihan
dan
kelemahan
masing-masing
menunjukan
batas
deteksi
pengukuran
yang
telah
menjalankan
prinsip-prinsip
Good
dan
dengan
sinkron-compatible,
seringkali
dapat
juga
pemeriksaan
lainya
seperti
Biomelekuler
Diagnostic.
Instrument Microbiology
2) Persiapan Ruangan Laboratorium
Ruangan laboratorium klinik terdiri dari konstruksi gedung dan
Ruangan laboratorium serta Laboratory furniture. Luas ruangan
setiap kegiatan harus cukup untuk menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan
dengan sampel klinik untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium.
Akan digunakan sesuai dengan alur kerja yang baik. Semua ruangan
harus mempunyai tata ruang yang baik dan memperoleh sinar
matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup. Untuk pembangunan
ruangan laboratorium yang baik sesuai kaidah Laboratory quality
assurance ini di butuhkan perusahaan yang mempunyai kualifikasi
Sertifikat Badan Usaha Jasa kontruksi dan design interior. Ruangan
Laboratorium
dan
(Phlebotomy).
berdasarkan :
ruang
pengambilan
Pengelompokan
sampel-spesimen
sampel-spesimen
klinik
klinik
Sampel Serum
Sampel EDTA
Sampel Analisa Gas Darah dan electrolyte
Sampel sitrat
Sampel urine
Sampel feases, CSF, BM, Pleurea, Darah beku;
Sampel pemeriksaan mikrobilogy
Area Microscope
Area Janitor;
terbuat
dari
tembok
permanen
warna
terang,
7) Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata
dan mudah dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk
instrumen elektronik-Diagnostic harus tahan getaran.
8) Bench dilapisi bahan tahan air, panas/api dan bahan kimia
dengan sedikit sambungan, tepinya bulat (bukan siku), Laci
lemari penyimpan tingggi 70 cm (untuk bekerja pada posisi
duduk) dan Laci penyimpan tinggi 90 cm (untuk bekerja pada
posisi berdiri) lebar 60 cm;
9) Stool dilapisi bahan tahan air, panas/api dan bahan kimia, dapat
diatur ketinggian dan beroda;
10) Partisi dan atau dinding dilapisi dengan cat tahan air, sudut
dengan lantai membulat;
11) Westafel/sink dan kran tahan korosi dan bahan kimia, dibuat
dengan kedalaman tertentu untuk mencegah percikan. Kran
dapat dioperasikan dengan tangan dan kaki atau siku;
12) Listrik/electricity grounding dan elctrycity outlet spark and
water proof secukupnya;
13) Tersedia WC pasien (P/W), disable dan petugas yang terpisah,
jumlah sesuai dengan kebutuhan dengan ketentuan :
o Mudah pemeliharaanya dan selalu dalam keadaan bersih.
o Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin,
berwarna terang dan mudah dibersihkan.
o Pembuangan air limbah dari dilengkapi dengan penahan bau
(water seal).
o Letak Kamar mandi/WC tidak berhubungan langsung dengan
dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya.
o Lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara
luar.
o Kamar mandi/WC pria dan wanita harus terpisah.
o Kamar mandi/WC karyawan harus terpisah dengan Kamar
mandi/WC pasien.
air bersih,
mengalir,
jernih,
dapat
limbah
laboratorium
Tempat
dan
Laboratorium
efesien
yang
apabila
kapable.
menggunakan
Sistem
Bagi
Sakit
Rumah
Informasi
yang
telah
Informasi
Laboratorium
(Laboratory
Information
System)
Kepala Instalasi Laboratorium Klinik bertanggung jawab terhadap
pemberian jasa pelayanan yang berhubungan dengan pemeriksaan
penunjang medis laboratorium baik pemeriksaan medis, patologi, dan
mikrobiologi bagi seorang pasien. Saat ini Instalasi Laboratorium
klinik juga diberikan tanggung jawab sebagai pengelola Bank Darah.
Hal pertama yang perlu menjadi terobosan-diperkenalkan adalah
order manajemen yaitu pemanfaatan pelayanan permintaan dan
penyampaian hasil pemeriksaan dengan memanfaatkan fasilitas
komputer secara online. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan oleh semua
unit pengguna. Status atau proses permintaan layanan termasuk hasil
pemeriksaan dapat dipantau / dilihat langsung melalui fasilitas PC
melalui Sistem Informasi Laboratorium (Laboratory Information
System). Hampir 70% informasi yang digunakan dalam manajemen
pasien di Rumah Sakit umumnya berasal dari laboratorium patologi
klinik dan patologi anatomi dan hampir 94% dari permintaan EMR
(Electronic Medical Record) adalah untuk hasil laboratorium. Bahwa
keseluruhan alur kerja (work flow) pelayanan Laboratorium klinik
meliputi fase pre-Analitik, analitik dan post analitik membutuhkan
Sistem Informasi yang mampu mengolah matrikulasi data menjadi
Informasi yang berguna dan dibutuhkan.
Disinilah pemangku
(Laboratory
Information
System)
untuk
Sistem
Informasi
Laboratorium(Laboratory
Information
dan
dokter-klinisi,
subsistem
laboratorium(instrument
dibutuhkan
System
Informasi
laboratorium
dengan
berproduksi,
dan
mungkin
terus
berproduksi
dan
mutu
laboratorium
(pemantapan
mutu
internal).
intra
Tujuan
laboratorium
dilaksanakanya
akan
terjaga
dan
meningkat
lebih
baik,
untuk
dengan ISO
medik
tersebut
memenuhi
keseluruhan
persyaratan
manajemen dan teknis yang terdapat pada standar SNI ISO 15189:2009
sehingga memastikan kompetensi laboratorium medik dalam memberikan
hasil yang tepat waktu, akurat dan dapat dipercaya. Selain itu penggunaan
standar internasional sebagai kriteria penilaian untuk laboratorium medik
adalah salah satu cara untuk membangun saling keberterimaan hasil
pemeriksaan dengan negara lain. Komite Akreditasi Nasional (KAN) telah
mengoperasikan
pelayanan
akreditasi
untuk
laboratorium
medik
berdasarkan SNI ISO 15189:2009 sejak tahun 2005. Sistem akreditasi yang
dijalankan oleh KAN berdasarkan ISO 17011 (Confority assessment General
Requirement for accreditation bodies accrediting conformity assessment
bodies). Agar dapat diakreditasi oleh KAN, Laboratorium Medik , Sistem
manajemen mutu telah diimplementasikan secara efektif dalam setiap
pemeriksaan yang diajukan dalam ruang lingkup permohonan minimum 3
bulan sebelum mengajukan permohonan, dan telah melaksanakan satu kali
audit internal dan kaji ulang manajemen yang telah selesai ditindaklanjuti.
Yang tidak kalah penting pula dalam proses akreditasi, laboratorium medik
telah mempunyai hasil pemantapan mutu eksternal ( PME ), uji banding
dan atau pemantapan mutu internal ( PMI ) atau internal quality control
(IQC). Untuk menilai kompetensi laboratorium medik berdasarkan SNI ISO
15189:2009 maka KAN akan melakukan asesmen, yang dilakukan terdiri dari
2 tahap, yaitu audit kecukupan (pemeriksaan dokumen mutu terhadap
kesesuiannya dengan persyaratan akreditasi) dan asesmen lapangan untuk
melihat efektifitas implementasi SNI ISO 15189:2009 di laboratorium medik.
Proses pengambilan keputusan akreditasi dilakukan oleh Konsil KAN,
setelah mendapat pertimbangan teknis dari tim panitia teknis yang
diberikan pada sekretaris Jenderal KAN. (source ; http://www.kan.or.id/
Komite Akreditasi Nasional (KAN) 14 -08-2012). SNI ISO 15189:2009,
Laboratorium medik-klinik adalah Persyaratan-kualifikasi khusus untuk
mutu dan kompetensi Laboratroium klinik yang merupakan adopsi identik
dengan metode terjemahan dari ISO 15189:2007, Medical laboratories
Particular requirements for quality and competence versi Bahasa Inggris SNI
ini dirumuskan oleh sub-panitia Teknis Perumusan Standar Nasional
Indonesia Penilaian Kesesuaian PK 03-01, Lembaga Penilaian Kesesuaian
(ISO 15189) yang merupakan sub-panitia teknis dari PT 03-01, Lembaga
Penilaian Kesesuaian dan telah dikonsensuskan pada tanggal 14 Februari
2009 di Hotel Bumi Wiyata, Depok. (source : ICS 03.120.10;11.100.01 Badan
Sertifikasi Nasional (BS) , SNI ISO 15189-2009).
V.
pembangunan
Nasional/Kepala
Badan
Perencanaan
Pemerintah
dengan
Badan
usaha
dalam
penyediaan
Insfrastruktur.
Konsep Co-sourching diperkenalkan oleh Thomas & Parish (1999) yang
definisi operasionalnya adalah perusahaan melakukan partnership dengan
profesional diluar entity/organisasi. Dalam penyerahan pekerjaan kepada
outsider tersebut, entity/organisasi dalam hal ini adalah Laboratorium Klinik
Rumah Sakit di dampingi oleh Liaisson officer dari outsider namun tetap
menyertakan pekerja tetapnya (Resource SDM struktural dan fungsional)
untuk secara bersama-sama menjalankan pekerjaan, sekalipun pekerjaan
tersebut membutuhkan keahlian yang spesifik. Jika pekerjaan tersebut
bersifat project, maka sampai dengan waktu yang disepakati untuk
selesaianya
pekerjaan
tersebut,
Laboratorium
Klinik
Rumah
Sakit
dan
metodologi
sesuai
dengan
kebutuhan
Terkait dengan Rumah Sakit yang sudah status Badan layanan umum penuh
dapat melaksanakan Co-Sourching berdasarkan landasan hukum sebagai
berikut :
1. Undang Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 30 ayat 1
Setiap RS mempunyai hak (c). Melakukan IKS dengan pihak lain dalam
rangka pengembangan pelayanan.
2. Peraturan Presiden nomor 67 tahun 2005 tentang Kerja sama
pemerintah
dengan
Badan
Usaha
dalam
penyediaan
Operasional
dalam
hal
ini
didasarkan
atas
waktu
koordinasi
pelaksanaan
dan
pelayanan
kegiatan
infrastruktur
untuk
kepentingan
umum
dengan
Liaison officer, menjadi kendali bersama managemen Rumah Sakit dan Mitra
kerjasama operasional. Proses Transaksi bisnis
barang namun berupa Jasa bagi hasil (revenue sharing) dalam proses
pemeriksaan laboratorium. Ada offering dalam hal tarif pemeriksaan
laboratorium yang disepakati kedua belah pihak, sehingga revenue diperoleh
dari jumlah tindakan pemeriksaan dikalikan dengan tarif. Transaksi berupa jasa
bagi hasil (revenue sharing) dan berkorelasi pada transaksi pajak PPh pasal 23
(Jasa).
Pada pola KSO Cost Per Reportable Report (CPRR) kedua belah pihak
menyepakati tidak membentuk entitas baru, pola kerjasama lebih diutamakan
pada pembagian tugas pokok dan fungsi dari masing-masing pihak. Namun
Kendali managerial laboratorium tidak dalam kendali penuh Managemen
Laboratorium Rumah Sakit, khususnya untuk kendali Managemen LogistikInventory, Keuangan dan Liaison officer, menjadi kendali bersama managemen
Rumah Sakit dan Mitra kerjasama operasional. Proses Transaksi bisnis bukan
berupa perdagangan barang namun berupa Jasa per tindakan/ test dalam proses
pemeriksaan laboratorium. Rumah Sakit menerima offering tarif per test
tindakan pemeriksaan selanjutnya membayar jasa pemeriksaan kepada mitra
kerjasama operasional sejumlah test dikalikan dengan tarif yang disepakati
sehingga dalam transaksi pajak bukan PPN namun PPh pasal 23 .
Sejalan dengan peta strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 Direktorat
Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan yaitu terwujudnya Inovasi
Pelayanan Kesehatan, terwujudnya kemitraan yang berdaya guna tinggi dan
terwujudnya system managemen fasilitas pelayanan kesehatan serta mengacu
pada ketentuan PSAK 39 (Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan) tentang
kegiatan Co-sourching (Kerjasama Operasional) yang digolongkan sebagai
bentuk Kerjasama Operasional (KSO) tanpa pembetukan entitas hukum baru,
dimana hanya satu pihak saja yang secara signifikan memiliki kendali atas aset
maupun operasi KSO.
VI.
Tahapan
Pre-Analitik
meliputi
Integrasi
pelayanan
suatu
proses
tahapan
alat
Pre
analitik
(preparasi -
analitik.
Pada
Tahapan
Analitik,
Konsolidasi
antara
ware
dan
mempunyai
kemampuan
Laboratory
Information
mengabsorb
instruksi
System
yang
International
Mutu
Eksternal)
yang
berskala
Nasional
dan
mutu
pelayanan
Rumah
sakit.
Alur
pelayanan
Sumber : Work flow laboratory, berdasarkan permenkes 43 tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang baik
Komunikasi data antara Sistem Informasi Managemen Rumah Sakit (SIMRS) sebagaimana permenkes No 82 tahun 2013 tentang SIM-RS dengan
Sistem Informasi Laboratorium (LIS) dapat di ilustrasikan sebagai berikut :
Sumber : Diolah oleh penulis berdasarkan lampiran Permenkes No.43 tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang baik dan Permenkes No 82 tahun 2013 tentang
Sistem Informasi Managemen Rumah Sakit (SIMRS);
VII.
pendanaan
eksternal
(non-organik)
yaitu
dengan
pola
mempunyai
No
Deskribsi
Target pemasaranmarketing
Profit
Pelanggancustomer
Non profit
Audience-penerima
1
program
Pendapatan-Penerimaan
berdasarkan sumber
Pendapatan2
Chart Account
penerimaan al : yayasan,
Revenue
dana dari public, dana
bantuan
Laporan
3
Laporan laba rugi
Profit and Loss
kegiatan(statement of
activity)
Laporan Posisi keuangan
4
Neraca
Balance sheet
(statement of financial
statement)
Pinson.Linda, Anatomy of a Business Plan, Mozaik tahun 2009
Pada rencana bisnis Laboratorium di Rumah sakit Pemerintah,
membutuhkan setidaknya informasi berupa data data sebagai berikut :
o Jumlah Tempat tidur Existing
o BOR (Bed of Rate)
o ALOS (Average Length of Stay)
o Jumlah test existing 1(satu) tahun terakhir
o Tarif pemeriksaan existing
o Daftar Alat eksisting kepemilikan Rumah Sakit
o Daftar Alat Eksisting KSO parsial dan masa berlaku.
o Belanja reagensia 1 (satu) tahun terakhir
o Belanja Bahan Medis Habis Pakai 1 (satu) tahun terakhir
Berdasarkan
data
tersebut,
selanjutnya
dibuat
analisis
secara
Visi-Misi
Aspek legal
Kondisi umum
Potensi pengembangan
dan
pengintegrasian
alat
diagnostic
(One
klinisi
dalam
menegakan
diagnosis
untuk
Dokumen
pengadaan/Kontes
sesuai
peraturan
Peratutan
Pengumuman
Metodologi evaluasi
1. Sistem Gugur
2.Merrit point
6. Jadwal Kegiatan
7.Biaya yang diperlukan How much?
8. Out-put Keluaran yang diinginkan.
1) Pemenuhan kualifikasi administrasi
2) Pemenuhan kualifikasi teknis (spesifikasi)
3) Pemenuhan kualifikasi keuangan (bisnis plan)
4) Objective lainya yang akan di capai.
9. Penanggung jawab kegiatan.
tingkat
pengembalian
investasi
yang
meliputi
Domisili perusahaan
Surat
Ijin
Usaha
Perusahaan
Penyalur
Alat
Kesehatan
Health
and
Safety
Assurance
OHSAS
18001:2007)
penjelasan
kepada
calon
investor/penyedia
barang/jasa Co-Sourching.
c. Melakukan penilaian kelayakan penawaran-proposal-presentasi
investor Co-Sourching dan
investasi.
d. Menilai proposal
barang/jasa
Co-Sourching
berdasarkan
ketentuan
ambang
batas/passing grade.
e. Menyusun Rencana Kerja dan Syarat-syarat Umum dan Khusus
Kontrak Co-sourching.
f. Membuat laporan hasil analisis serta usulan atau draft kerja sama
sesuai dengan bentuk kerja sama yang direkomendasikan direksi.
4. Tupoksi Perusahaan Investor Co-Sourching
a. Mengajukan penawaran-proposal Business
b. Melengkapi dokumen yang dibutuhkan, berupa :
Akte pendirian perusahaan
Domisili perusahaan
Surat Ijin Usaha Perusahaan sebagaimana ketentuan.
NPWP
Laporan keuangan : laporan neraca, laba rugi, dan arus kas yang telah diaudit oleh Auditor Independen.
Bukti pembayaran pajak tahun lalu dan 2 bulan terakhir
pembayaran tahun berjalan.
Jaminan alat serta kesanggupan pemeliharaan dan penyediaan
suku cadang.
Gambar alat kedokteran atau desain fisik bangunan.
c. Melakukan presentasi usulan penawaran dan bisnis plan yang
meliputi :
IX. KESIMPULAN
1. Kendali mutu (Quality Assurance) dan biaya berdasarkan standar
internasional berbasis bukti (medical base evidance) saat ini telah
menjadi tren dunia kesehatan, oleh karena itu Rumah sakit Pemerintah
yang tidak mengikuti hal tersebut akan tertinggal. Pasien semakin
memahami bahwa ia memiliki hak untuk memilih, maka mutu pelayanan
akan merupakan salah satu sebab dipilihnya rumah sakit, selain standard
profesi yang telah ditetapkan juga berhadapan dengan asumsi dan tuntutan
hukum yang semakin gencar.
2. Implementasi INA-CBGs dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah
memberikan kepastian, mengubah tarif yang sebelumnya menggunakan
fee for service system menjadi prospective payment system.
3. Pelayanan laboratorium merupakan salah satu jenis layanan yang
terintegrasi dalam Clinical Pathway, dikarenakan fungsi pelayanan
laboratorium yang mencakup skrining, penentuan diagnosis, serta
evaluasi terapi. Guna menjamin laboratorium tidak mengalami
kerugian
dan
untuk
itu
proses
pelayanan
akan
terjamin
Infrastruktur,
Laboratory
Information
system,
dijalankan
dengan
menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
1.
Menteri
Kesehatan
Nomor
411/Menkes/PER/III/2010
Kesehatan
Nomor
43
tentang
Laboratorium Klinik;
7. Peraturan
Menteri
tahun
2013
tentang
Cara
http://www.kmadvantage.com/docs/
km
articles/KM
Strategic
Perspective.pdf;
10. Zanninotto M, Plebani M. The hospital central laboratory: automation,
integration and clinical usefulness. Clin Chem Lab Med 2010;48(7):911917;
11. Stacy E. F. Melanson, MD, PhD; Neal I. Lindeman, MD; Petr Jarolim, MD, PhD
Selecting Automation for the Clinical Laboratory, Arch Pathol Lab MedJuly
2007:vol 131:1069-9;
12. Kurec AS, Lifshitz MS. General concepts and administrative issues. In
McPherson RA, Pincus MR, eds. Hendrys Clinical Diagnosis and Management
by Laboratory Methods. 21st ed. China: Saunders Elsevier ; 2007:p.3-11;
13. Brian Griffin. B Arch(Syd) Fraia MDIA ARIBA.Laboratory Design Guide,
Architect and Laboratory Design Consultant, 3th Edition 2005;
14. Lewandrowski K. Clinical Chemistry : Laboratory Management and Clinical
Correlations, 1st ed. Philadelphia, Lippincott-Williams and Wilkins, 2002; 952.
15. B.Mulyono, Strategic Prioritization in Clinical Laboratory Services Using SFAS
Technique by Means of SWOT Matrix, Indonesian Journal of Clinical Pathology
and Medical Laboratory, Vol. 13, No. 2, Maret 2007: 93-96;
16. Timan IS. Laboratorium Pusat RS. Cipto Mangunkusumo. Profil dan Laporan
2010. RSCM, Jakarta 2010;
17. Aman
Medan, 2010;
18. I Made Arimba, KSO-SIMRS diunduh dari : http://www.madecerik.net, 4
Februari 2012;
19. Forum Helpdesk, Direktorat PPK BLU Direktorat Perbendaharaan Negara, 2
Januari 2015;
20. Lusia
M,
Penentuan
Jasa
Pelayanan
Laboratorium
dalam
persiapan
for
31. Iriana A Nicolic and Harald Maikisch. Public Private Partnerships And
Collaboration in the health sector, An overview wirh case studies from recent
European experience, October 2006;
32. Dwi Mardiatmo N H, dkk, Jurnal Implementasi Sistem Informasi Rumah Sakit,
UNDIP Semarang, 2013;
33. Henny Hendarty dkk di dalam Jurnal Pemanfaatan Sistem Informasi untuk
Pengelolaan Medik dan Jasa Kesehatan di Klinik, CommIT, Vol. 2 No. 1 Mei 2008,
http://msi.binus.ac.id/files/2013/05/0201-09;
34. Hartanto, business plan co-sourching Laboratorium Klinik RSUP H. Adam Malik
2014.
35. Widoatmodjo. Sawidji,:Remodeling The Business ed2 Oktober 2009, Gramedia
Pustaka, Jakarta;
36. Wulandari.Ana-Mulyanto Heru, Managemen Operasi CV Agung Semarang,
2010;
37. Herjanto.Edi, Managemen Operasi ed3, PT Grasindo, Jakarta 2008;
38. Info BPJS Kesehatan, Perubahan tariff INA-CBGs membuat biaya Kesehatan
lebih efektif, edisi VIII tahun 2014;
39. Buletin BUK Kementrian Kesehatan, INA-CBGs ;Untuk pelayanan Rumah Sakit
lebih baik, edisi Mei tahun 2013;
40. PERSI, Outlook Managemen Rumah Sakit- di era JKN, Bagaimana Kebutuhan
Pengembangan Managemen Rumah Sakit dan Bagaimana hubungan Rumah
Sakit dengan Dinas Kesehatan, tahun 2014;
41. Anoniym.
Laboratory
Integration.Laboratory
Answer.
Diunduh
dari
White
paper.Mayo,USA.
Diunduh
dari
PROFIL PENULIS
Hartanto lahir di Lampung, 13 September 1970, menyelesaiakan Pendidikan
di STEI IPWIJA Kampus Jl Gatot Subroto Gedung Adhi Graha lantai 14
Jakarta selatan, dengan thesis Analisis Strategi Distributor Farmasi dengan
pendekatan Blue Ocean Strategi dan Balanced Scorecard pada Line Bisnis
Kerja sama Laboratorium PT Indofarma Global Medika, Program Magister
Managemen, STEI IPWIJA Jakarta, 2013.
Kompetensinya pada bidang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, berupa
Sertificate Ahli Pengadaan Nasional Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/jasa Pemerintah
Republik Indonesia/LKPP November 2012.
Pengalaman profesi lainya, menyusun makalah pada event ASEAN Network
for Clinical Laboratory Standardization and Harmonization (ANCLS), dengan
judul Complete Laboratory Integration System, di Hotel Borobudor Jakarta,
28-30 September 2010; dan menjadi Narasumber Quality Assurance Up date
for Customer Satisfaction seminar ilmiah oleh Persatuan Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan Indonesia (PATELKI), Bandung, 11 Desember 2010;
Kompetensinya dalam managemen proyek diperoleh dari program Magister
Managemen Universitas Gajah Mada (MM-UGM)-Ikatan Ahli Managemen
Proyek Indonesia (IAMPI), Oktober 2015.
Referensi Pengalaman Proyek KSO di Rumah Sakit antara lain :
1) Kerjasama Operasi (KSO) Pelayanan Dialisys RSUD Badung Bali tahun
2015 2019;
2) Kerjasama Operasi (KSO) Laboratorium Patologi Klinik (laboratorum
terintegrasi) RSUP Sanglah tahun 2015 2019;
3) Kerjasama Operasi (KSO) Laboratorium Patologi Klinik (laboratorum
terintegrasi) RSUP. H. Adam Malik tahun 2015 2019;
4) Kerjasama Operasi (KSO) Laboratorium Patologi Klinik (laboratorum
terintegrasi) RSUP. M. Hoesin Palembang tahun 2012 2017;
5) Kerjasama Operasi (KSO) Laboratorium Patologi klinik (Laboratorium
terintegrasi) RSUD. Syaiful Anwar Malang tahun 2012 2017.
6) Kerjasama Operasi (KSO) Laboratorium Patology Klinik (laboratorium
terintegrasi) RSUP. Sanglah Denpasar Bali 2015 2020;
Pengalaman organisasi profesi di GAKESLAB (Gabungan Pengusaha Alat
Kesehatan dan Laboratorium) Pusat Jakarta KTA No. 135/GAKESLAB/DKI
Kepengurusan 2015 2019 sebagai Sekretaris Bidang Usaha Laboratorium.
Saat ini masih aktif di PT Indofarma Global Medika sebagai Manager KSO
Laboratorium, untuk diskusi dan konsultasi dapat dihubungi di 081807183798 email kso.kpbu@gmail.com