Penatalaksanaan Gangguan Sendi Temporomandibular Disorder Jadi
Penatalaksanaan Gangguan Sendi Temporomandibular Disorder Jadi
DAFTAR ISI
Daftar Isi..........................................................................................................1
Daftar Gambar.................................................................................................2
Bab I Pendahuluan........................................................................................3
Bab II Pemeriksaan Sendi Temporomandibular...........................................4
2.1 Anamnesa......................................................................................4
2.2 Pemeriksaan Klinis.......................................................................5
2.3 Radiografi.....................................................................................6
Bab III Penatalaksanaan Gangguan Sendi ....................................................7
Bab IV Penatalaksanaan Non Bedah.............................................................8
4.1 Komunikasi Dgn Penderita...........................................................8
4.2 Mengistirahatkan Rahang.............................................................9
4.3 Perawatan Sendiri/ Fisioterapi/ Terapi Fisis.................................9
4.4 Perawatan Farmakoterapi.............................................................11
4.5 Latihan Rahang...........................................................................12
4.6 Memakai Alat Di Dalam Mulut...................................................15
4.7 Perawatan Psikososial..................................................................17
4.8 Karies Dan Pathologi Lainnya.....................................................18
4.9 Protesa..........................................................................................18
4.10 Terapi Oklusal............................................................................19
Bab V Kesimpulan.......................................................................................20
Daftar Pustaka................................................................................................21
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
sakit yang signifikan dan kerusakan. Tanda dan gejala dari kelainan sendi
temporomandibular sangat beragam dan disebabkan karena hal-hal yang
kompleks.1
Penanggulangan non bedah terhadap gangguan sendi temporomandibula
ialah perawatan pendahuluan untuk mengatasi keluhan penderita, mengurangi
beban yang merusak, serta merestorasi fungsi dan aktivitas normal sehari-hari.2
BAB II
PEMERIKSAAN SENDI TEMPOROMANDIBULA
Untuk
tampak pada
ekstra oral yaitu dengan melihat facial profil, deviasi pergerakan rahang ataupun
adanya bunyi clicking dan popping ketika membuka tutup rahang. Untuk kasuskasus tertentu hal ini mungkin saja tidak bisa terlihat, seperti pada disc dislocation
without reduction. Pemeriksaan intra oral bisa diperhatikan keadaan rongga mulut
panderita, adanya malposisi, maloklusi ataupun adanya pergeseran garis median
pada incisivus sentral.4
Pemeriksaan selanjutnya adalah palpasi, sebelumnya kita harus mengukur
jarak deviasi pergerakan rahang. Karena palpasi sering memperburuk otot-otot
pengunyahan dan sendi rahang, yang dapat menyebabkan penurunan jangkauan
gerak. Palpasi dilakukan di daerah otot-otot sekitar fasial.4
BAB III
PENATALAKSANAAN GANGGUAN
SENDI TEMPOROMANDIBULAR
pada
BAB IV
PENATALAKSANAAN NON BEDAH
dulu
metode
reversible
sebelum
yang
irreversible,
dan
perawatannya harus multidisipliner antara dokter gigi ahli, ahli farmasi, ahli
psikologi, ahli terapi fisik, ahli psikiatri dan ahli neurologi. Berikut akan diuraikan
perawatan konservatif/ reversible.3
4.1 Komunikasi Dengan Penderita.
Praktisi diharapkan dapat menjelaskan ada pasien bahwa gejala yang
timbul bukanlah disebabkan oleh kelainan struktur atau penyakit organik tetapi
suatu kelainan reversibel yang mungkin saja berhubungan dengan pola hidup
pasien. Dengan demikian bisa memotivasi pasien agar lebih percaya diri hingga
timbul kerjasama yang baik antara dokter dengan pasien,dan pasien pun secara
bertahap bisa meninggalkan kebiasaan-kebiasaan clenching atau parafungsi.3
yang keras. Pasien dianjurkan untuk memakan makanan yang keci-kecil atau telah
di potong-potong.2,6
2) Tehnik Manual.2,3,5
Tehnik manual terdiri dari tiga kategori yaitu : mobilisasi jaringan lunak,
muscle conditioning dan joint distraction. Mobilisasi jaringan lunak merupakan
stimulasi dengan cara massage pada daerah nervus sensori kutaneus untuk
mengurangi nyeri.
10
10
11
usahakan dalam keadaan tenang.4 Bila terlalu lama dapat menggunakan obat-obat
pelemas otot misal valium iv sebanyak 10mg dan gerakan reposisi dimulai setelah
menit ketiga.
Prosedur reposisi yang telah dijelaskan biasanya dilakukan pada
gangguan dislokasi mandibula yang bersifat akut, adapun pada dislokasi yang
yang kronis atau long standing biasanya selain non bedah juga dilakukan
penatalaksanaan bedah. Menurut Bradley dkk (1994), pada gangguan ini (long
standing) penatalaksanaanya yaitu : Pertama, reduksi secara manual. Kedua,
reduksi secara tidak langsung dengan penarikan melalui sudut sigmoid notch atau
processus coronoideus serta penekanan pada kondilus. Ketiga, reduksi secra tidak
langsung melalui pembedahan pada sendi. 8
4.4 Perawatan dengan Farmakoterapi.
Obat-obatan dapat membantu meredakan gejala gangguan sendi
temporomandibular seperti rasa sakit, hiperaktivitas otot, ansietas dan depresi.
Baik pengalaman klinis maupun studi eksperimental terkendali menunjukkan
bahwa farmakoterapi dapat menjadi katalis kuat bagi rasa nyaman pasien dan
rehabilitasinya bila digunakan sebagai program penatalaksanaan komprehensif.
Obat-obatan yang bermanfaat terdiri dari, analgetik, anti inflamasi, kortikosteroid,
relaxan otot, anti anxietas dan anti depresi. untuk meringankan rasa sakit yang
timbul bisa diberikan : aspirin, asetaminophen, ibupropen. Anti inflamasi ;
NSAID, yaitu Naproxen, ibupropen. Antianxiety ; Diazepam. Musle relaxan ;
Cyclobenzaprine (Flexeril). Lokal Anastetik ; Lidokain dan Mepivakain.3,5,6
11
12
Latihan Resistif
12
13
13
14
penggunaan
splin
oklusal
sampai
sekarang
masih
15
2) Splin Reposisi
Bila gejala yang diderita pasien diantaranya ada deviasi (rahang yang
menyimpang), adanya clicking sendi yang diindikasikan adanya inkoordinasi
diskus-kondilus (interkoral derangement) maka diperlukan splin reposisi dengan
maksud mereposisi rahang bawah ke posisi normal dan mengembalikan
keseimbangan tonus otot-otot pengunyahan, juga menghilangkan clicking.
Splin reposisi bertujuan menghilangkan gejala pergeseran diskus dengan
reduksi clicking resiprokal, clicking waktu membuka mulut terjadi saat gerak
translasi kondilus dimulai, dan clicking waktu menutup mulut terjadi sebelum
15
16
16
17
dirawat lagi harus dicabut dan kelainan gigi atau patologi yang lain harus dirawat.
Faktor-faktor
tersebut
merupakan
sumber
rasa
tidak
enak
dan
dapat
mempengaruhi cara pasien mengigit atau mengunyah. Tetapi harus tetap diingat
bahwa gangguan sendi temporomandibular dapat makin parah perawatan gigi
yang terlalu lama dan oleh karena itu waktu perawatan harus dibuat sesingkat
mungkin.2,3,6
4.9 Prothesa
Restorasi prostetik atau penggantian gigi ditentukan berdasarkan jumlah
dan letak gigi-gigi yang hilang atau apakah protesa yang sekarang digunakan
menggangu fungsi. Terutama pada keadaan dimana kurangnya dukungan oklusal
dari gigi-gigi belakang atau bila pasien menggunakan gigi tiruan yang abrasi,
tidak memiliki desain yang baik dan longgar. Gigitan yang terlalu tinggi dapat
merangsang sendi terkena beban yang lebih besar dari biasa. Protesa yang longgar
dapat merangsang aktivitas otot parafungsional atau fungsi abnormal untuk
menstabilkan selama pasien mengunyah atau istrahat.2,3,6
4.10 Terapi oklusal
Terapi oklusal bertujuan mengubah gigitan untuk mengurangi tekanan
yang berlebihan pada sendi. Terapi ini meliputi perawatan ortodontik, restorasi
mahkota, dan selektif grinding.2,3,6
17
18
BAB V
KESIMPULAN
18
19
DAFTAR PUSTAKA
[2010,des,1];
Available
from:
pustaka.unpad.ac.id/wp-
19
20
20