Referattt Kelainan Kongenital
Referattt Kelainan Kongenital
PENDAHULUAN
(kasus
terbesar),
fetal
diseases,
genetic
diseases,
retardasi
dengan birth defect yang berat karena disebabkan faktor genetik atau partially
genetic. Ditambah lagi adanya ratusan ribu yang lahir dengan birth defect berat
sebagai akibat dari penyebab post konsepsi seperti ibu yang terpapar agen
lingkungan (teratogen) seperti alkohol, rubella, syphilis, defisiensi yodium, dan
thalassemia yang dapat membahayakan janin yang sedang berkembang.3
Kelahiran bayi dengan kelainan bawaan ini juga menimbulkan berbagai
permasalahan dalam keluarga, meliputi perasaan tertekan, malu, rasa bersalah,
serta perhatian dan pembiayaan yang lebih besar daripada anak yang lahir normal.
Sebagian besar orang tua yang mempunyai anak dengan kelainan bawaan ini tidak
mengetahui apa yang telah terjadi dan bagaimana kelanjutan hidup anak tersebut. 1
Selama ini di negara-negara dengan income sedang atau rendah hanya ada sedikit
atau bahkan tidak ada sama sekali perbaikan pada angka kematian bayi karena
birth defect, sehingga upaya-upaya surveillance, pencegahan dan promosi tentang
insidensi birth defect ini sangat perlu dikembangkan secara seksama dan segera.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang
mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi.1
2.2.
Angka Kejadian
Angka kejadian kelainan kongenital berkisar 15 per 1000 kelahiran. 3 Di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, secara klinis ditemukan angka kejadian
kelainan kongenital sebanyak 225 bayi di antara 19.832 kelahiran hidup,
sedangkan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan, sebesar 48 bayi (0,33%) di antara
14.504 kelahiran bayi dan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada sebesar 1.64
dari 4625 kelahiran bayi. Angka kejadian dan jenis kelainan kongenital dapat
berbeda-beda untuk berbagai ras dan suku bangsa, begitu pula dapat tergantung
pada cara perhitungan besar keciInya kelainan kongenital.3
2.3.
Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali tidak diketahui secara
pasti. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.4
Etiologi kelainan bawaan dapat dibedakan menjadi:1
1.
Faktor genetik
Kelainan karena faktor genetik adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh
kelainan pada unsur pembawa keturunan yaitu gen. Kelainan yang disebabkan
oleh faktor genetik dikelompokkan ke dalam kelainan akibat mutasi gen tunggal,
kelainan aberasi kromosom, dan kelainan multifaktorial (gabungan genetik dan
pengaruh lingkungan).
a. Kelainan mutasi gen tunggal (single gen mutant)
Kelainan single gen mutant atau disebut juga pola pewarisan
Mendel (Mendelian) terbagi 4 macam antara lain: autosomal resesif,
autosomal dominan, x-linked recessive, x-linked dominant.
b. Gangguan keseimbangan akibat kelainan aberasi kromosom
Kelainan kromosom dibagi atas aberasi numerik dan aberasi
struktural. Kelainan pada struktur kromosom seperti delesi, translokasi,
inversi, dan lain sebagainya, ataupun perubahan pada jumlahnya (aberasi
kromosom numerik/ aneuploidi) yang biasanya berupa trisomi, monosomi,
tetrasomi, dan lain sebagainya. Kelainan bawaan berat (biasanya
merupakan anomali multipel) seringkali disebabkan aberasi kromosom.
Aberasi numerik timbul karena terjadinya kegagalan proses replikasi dan
pemisahan sel anak yang disebut juga nondisjunction. Sedangkan aberasi
struktural terjadi apabila kromosom terputus, kemudian dapat bergabung
kembali atau hilang.
2. Faktor non-genetik
Kelainan oleh faktor non-genetik dapat disebabkan oleh obat-obatan,
teratogen, dan radiasi. Teratogen adalah obat, zat kimia, infeksi, penyakit ibu,
yang berpengaruh pada janin sehingga menyebabkan kelainan bentuk atau fungsi
pada bayi yang dilahirkan.
2.4.
Embriogenesis1
Embriogenesis normal merupakan proses yang sangat kompleks.
Perkembangan pranatal terdiri dari 3 tahap yaitu:
1. Tahap
implantasi
(implantation
stage),
dimulai
pada
saat
3. Tahap fetus (fetal stage), dimulai minggu kedelapan sampai lahir. Pada
tahap ini diferensiasi seluruh organ telah sempurna, bertambah dalam
ukuran, pertumbuhan progresif struktur skeletal, muskulus dan
terutama otak.
2.5.
Embriogenesis abnormal1,4
Kegagalan atau ketidaksempurnaan dalam proses embriogenesis dapat
menyebabkan terjadinya malformasi pada jaringan atau organ. Sifat dari kelainan
yang timbul tergantung pada jaringan yang terkena, penyimpangan, mekanisme
perkembangan, dan waktu pada saat terjadinya. Penyimpangan pada tahap
implantasi
dapat
merusak
embrio
dan
menyebabkan
abortus
spontan.
Diperkirakan 15% dari seluruh konsepsi akan berakhir pada periode ini.
Bila proliferasi sel tidak adekuat dapat mengakibatkan terjadinya
defisiensi struktur, dapat berkisar dari tidak terdapatnya ekstremitas sampai
ukuran daun telinga yang kecil.
Proses kematian sel yang tidak adekuat dapat menyebabkan kelainan,
antara lain sindaktili, atresia ani. Fungsi jaringan yang tidak sempurna akan
menyebabkan celah bibir dan langit-langit. Beberapa zat teratogen dapat
mengganggu perkembangan, tetapi efeknya sangat dipengaruhi oleh waktu pada
saat aktivitas teratogen berlangsung selama tahap embrio.
5
2.6.
Patogenesis
Berdasarkan patogenesisnya, kelainan kongenital dibagi menjadi:1,5
1. Malformasi
Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh
kegagalan
atau
ketidaksempurnaan
dari
satu
atau
lebih
proses
mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek
klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan ketiga
patogenesis terdahulu. Malformasi, deformasi, dan disrupsi menyebabkan
efek dalam kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang
ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relative
berlangsung singkat. Displasia dapat terus menerus menimbulkan
perubahan kelainan seumur hidup.
2.7.
Diagnosis1,5
Dalam menegakkan diagnosis postnatal, kita perlu melakukan pendekatan,
antara lain:
1. Penelaahan prenatal
Riwayat ibu, usia kehamilan, penyakit ibu seperti epilepsi, diabetes
melitus, varisela, kontak dengan obat-obatan tertentu seperti alkohol, obat
antiepilepsi, serta radiasi.
2. Riwayat persalinan
Posisi anak dalam rahim, cara lahir, status kesehatan neonatus.
3. Riwayat keluarga
Adanya kelainan bawaan yang sama atau kelainan bawaan yang
lainnya, kematian bayi yang tidak bisa diterangkan penyebabnya, serta
retardasi mental.
4. Pemeriksaan fisik
Mulai dari pengukuran sampai mencari anomali baik defek mayor
maupun minor.
5. Pemeriksaan penunjang
Sitogenetik (kelainan kromosom), analisis DNA, ultrasonografi,
organ dalam, ekokardiografi, radiografi. Pemeriksaan yang teliti terhadap
pemeriksaan fisik dan riwayat ibu serta keluarga kemudian ditunjang
dengan melakukan pemotretan terhadap bayi dengan kelainan bawaan
adalah merupakan hal yang sangat penting dibanding dengan pemeriksaan
penunjang laboratorium.
7
2.8.
adalah
istilah
umum
yang
digunakan
untuk
- Posisi lateral diambil dengan kaki dalam forced dorsi flexi. Garis
ditarik melalui axis mid longitudinal talus dan tepi bawah calcaneus.
Normalnya 40.
sendi tarsal sangat tebal dan kaku, yang dengan kuat menahan kaki
pada posisi equines dan membuat navicular dan calcaneus dalam posisi
adduksi dan inversi. Ukuran otot-otot betis berbanding terbalik dengan
derajat deformitasnya. Pada kaki pengkor yang sangat berat,
gastrosoleus tampak sebagai otot kecil pada sepertiga atas betis.
Sintesis kolagen yang berlebihan pada ligamen, tendo dan otot terus
berlangsung sampai anak berumur 3- 4 tahun dan mungkin merupakan
penyebab relaps (kekambuhan). Dibawah mikroskop, berkas serabut
kolagen menunjukkan gambaran bergelombang yang dikenal sebagai
crimp
(kerutan).
Kerutan
ini
menyebabkan
ligament
mudah
11
kaki
anak
dibiarkan
melingkari
tubuh
dan
Memakaikan
13
dibagian
ujung.
Hal
ini
dapat
menimbulkan
17
dalam
menemukan
dua
seluruh
ciri
populasi.
warisan
Wynne-
yang
dapat
Davies
(1970)
mempengaruhi
18
3. Malposisi intrauterine
Terutama posisi bokong dengan kaki yang berekstensi,
dapat mempermudah terjadinya dislokasi, ini berhubungan dengan
lebih tingginya insidensi pada bayi yang merupakan anak sulung,
dimana versi spontan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadi.
Dislokasi unilateral biasanya mempengaruhi pinggul kiri, ini sesuai
dengan presentasi verteks biasa (occiput anterior kiri) dimana
pinggul kiri agak beradduksi.
4. Faktor pascakelahiran
Dapat membantu menetapnya ketidakstabilan neonatal dan
gangguan perkembangan acetabulum. Dislokasi sering kali
ditemukan pada orang Lapps dan orang Indian Amerika Utara yang
membedong bayinya dan menggendongnya dengan kaki merapat,
pinggul dan lutut sepenuhnya berekstensi, dan jarang pada orang
Cina Selatan dan Negro Afrika yang membawa bayi pada
punggungnya dengan kedua kaki berabduksi lebar- lebar. Ada juga
bukti dari percobaan bahwa ekstensi lutut dan pinggul secara
serentak mengakibatkan dislokasi panggul selama perkembangan
awal.
Saat kelahiran panggul, meskipun tak stabil mungkin bentuknya
normal, tetapi capsul sering merentang dan berlebih lebihan. Selama
masa kanakkanak beberapa perubahan timbul, beberapa di antaranya
mungkin menunjukkan displasia primer pada acetabulum dan/atau femur
proksimal, tetapi kebanyakan di antaranya muncul karena adaptasi
terhadap ketidakstabilan menetap dan pembebanan sendi secara abnormal.5
Caput femoris mengalami dislokasi di bagian posterior tetapi
dengan ekstensi pinggul, caput itu pertama terletak posterolateral dan
kemudian superolateral pada acetabulum. Soket tulang rawan terletak
dangkal dan anteversi. Caput femoris yang bertulang rawan ukurannya
19
20
Amputasi Kongenital
Amputasi Kongenital (Missing Limbs) adalah suatu keadaan
dimana bayi baru lahir tidak memiliki sebuah lengan atau sebuah
tungkai
atau
bagian
dari
lengan
maupun
tungkai.
Osteogenesis Imperfekta
Osteogenesis Imperfekta adalah suatu keadaan dimana tulang
tulang menjadi rapuh secara abnormal.
merupakan suatu penyakit keturunan.
Osteogenesis imperfekta
Penyakit ini terjadi akibat
Osteogenesis imperfekta
Tulang mudah patah
21
Beberapa penderita
BAB III
KESIMPULAN
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat
dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian
setelah kelahiran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital
atau cacat bawaan pada neonatus yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor
genetik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor
radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor lainnya. Kelainan kongenital tulang yang
biasanya terjadi pada neonates dan anak yaitu CTEV, Metatarsus Primus Varus,
Genu Varus, Genu Valgum, Congenital Constriction Band Syndrome, Habitual
Patella
Dislocation,
Polidaktili,
Amputasi
Kongenital
dan
Osteogenesis
Imperfekta.
Kelainan kongenital dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan
tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang
memerlukan koreksi kosmetik. Kelainan kongenital atau cacat bawaan tidak dapat
dicegah, melainkan resiko terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi
alkohol, menghindari rokok , obat terlarang, makan makanan yang bergizi,
olahraga teratur, menjalani vaksinasi, melakukan pemeriksaan prenatal dengan
rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Februari
2013].
Diakses
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1237077-overview
7. Astira EF. Congenital Talives Equino Varus. Jakarta. 2011 [Diakses pada
2 Februari 2013]. Diakses dari: http://www.scribd.com/doc/68327926/ctev
8. Suryo. Polidaktili dalam Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. 2003.
24