Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Infeksi virus Rubella dan Rubeola merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa,

tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding
plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau dikenal juga dengan nama Campak
Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya
menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan.
Anak-anak

biasanya

sembuh

lebih

cepat

dibandingkan

orang

dewasa.

Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat ditularkan melalui urin,
kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan
virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak merah) pada kulit.
Rash Rubella berwarna merah jambu, akan menghilang dalam 2-3 hari, dan tidak selalu
muncul untuk semua kasus infeksi.
Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu yang
menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan
berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan
yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan
mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
B.

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan rubella dan rubeola ?
2. Apakah penyebab penyakit rubella dan rubeola?
3. Apakah tanda dan gejala pada penyakit rubella dan rubeola?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit rubella ?

C. TUJUAN
1

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti tentang pentingnya asuhan keperawatan anak dengan
Rubella dan Rubeola.

Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu

melakukan

pengkajian

keperawatan

pada anak yang

terserang penyakit Rubella dan Rubeola


Mahasiswa mampu menegakan diagnosa berdasarkan daftar masalah yang telah

didapatkan setelah melakukan anamnesa


Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan dengan tujuan SMART
Mahasiswa mampu melakukan implementasi dari tindakan yang

direncanakan
Mahasiswa mampu memberikan evaluasi setelah melakukan tindakan keperawatan

telah

BAB II
PEMBAHASAN
A.

RUBELLA
1. PENGERTIAN
2

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus
RNA dari golongan Togavirus. Rubela adalah penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak
(Rubeola) ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi
pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Pada anak yang lebih tua dan
dewasa, terutama wanita dewasa, infeksi kadang- kadang dapat berat, dengan
manifestasi keterlibatan sendi dan purpura.
Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang
rendah pada manusia normal.Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat
menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan
kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif
khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran,
lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela
ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang
wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang
lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital
Rubella Syndrome).
Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela pada
usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul
adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma,
mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak,
dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan
lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan.
2. ETIOLOGI
Rubella disebabkan oleh sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki
RNA genom untai tunggal. Yaitu suatu RNA virus yang ditularkan melalui kontak
udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak dan dewasa muda.
Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli. Penularan virus rubella adalah
melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah
masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya
gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam.
3

Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen.


Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian: viremia maternal dan viremia fetal.
Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Viremia timbul
setelah 5-7 hari dan berlangsung hingga timbul antibodi pada sekitar hari ke-13 hingga
ke-15. Timbulnya antibodi berbarengan dengan timbulnya ruam, hal ini menunjukkan
adanya dasar imunologik untuk ruam. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum
timbul erupsi di kulit. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam
barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan
dengan bayi tersebut.
3. PATOFISIOLOGI
Infeksi terjadi melalui mukosa saluran pernapasan bagian atas. Hanya sedikit
yang diketahui mengenai peristiwa yang terjadi selama minggu ke-2 hingga ke-3 masa
inkubasi. Replikasi virus mula-mula mungkin terjadi dalam saluran pernapasan, diikuti
dengan perkembangbiakan dalam kelenjar getah bening servikal.
Viremia timbul setelah 5-7 hari dan berlangsung hingga timbul antibodi pada
sekitar hari ke-13 hingga ke-15. Timbulnya antibodi berbarengan dengan timbulnya
ruam, hal ini menunjukkan adanya dasar imunologik untuk ruam. Viremia mencapai
puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit.
Setelah timbulnya ruam, virus hanya dapat tetap dideteksi dalam nasofaring,
dimana virus dapat menetap selama beberapa minggu. Pada sekitar 25% kasus, infeksi
primer bersifat subklinik.
Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan
kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret rasofaring, virus rubela telah
diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal. AS1, cairan sinovial
dan paru-paru.
Penularan terjadi melalui oral droplet, dan nasofaring, atau rate pernafasan
Selanjutnya virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit
belum diketahui patogenesisnya. Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum
hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa
inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya
erupsi.

Ruam pada rubella biasanya bertahan selama 3 hari. Kelenjar getah bening
akan tetap bengkak selama 1 minggu atau lebih dan nyeri sendi dapat bertahan lebih
dari 2 minggu.
Waktu inkubasi rubella adalah 14-23 hari dengan rata-rata 16-18 hari, artinya
mungkin seseorang anak yang terinfeksi rubella baru menunjukkan gejalanya setelah
2-3 minggu kemudian.
4. TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda dan gejala rubella, terutama pada anak-anak, sering begitu ringan
sehingga sulit untuk dilihat. Jika tanda-tanda dan gejala yang terjadi, mereka biasanya
muncul antara dua dan tiga minggu setelah terpapar virus.
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10 12 hari, terdiri dari tiga stadium.
1. Stadium prodromal, berlangsung 2 4 hari, ditandai dengan demam yang
diikuti batuk pilek susah menelan,stomatitis konjungtivis.
2. Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam selama 5 6 hari. Timbulnya
ruam dimulai dari batas rambut dibelakang telinga, kemudian menyebar ke
wajah, leher, dan akhirnya ke ektrimitas.
3. Stadium konvalesens, setelah 3 hari ruam berangsur angsur menghilang sesuai
urutan timbulnya.
Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1
2 minggu.
Gejala lain yang ditimbulkan:
1. Demam ringan dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah Mengantuk
2. Sakit tenggorok
3. Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar
dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula.
4. Pembengkakan kelenjar leher.
5. Sakit kepala
6. Hidung tersumbat atau pilek.
7. Radang, mata merah
B. RUBEOLA
1. PENGERTIAN
5

Campak Rubeola adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai
dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan
ruam kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita
campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum
rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.

2. ETIOLOGI
Campak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikan
ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi
adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Kekebalan terhadap campak diperoleh
setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu
yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
- bayi berumur lebih dari 1 tahun,
- bayi yang tidak mendapatkan imunisasi, dan
- remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

3. TANDA DAN GEJALA


Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- nyeri tenggorokan,
- hidung meler,
- batuk,
- nyeri otot,
- demam,
- mata merah, dan
- fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau).
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik
Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah
timbulnya gejala di atas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang
mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam
tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping.
Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai,
sedangkan ruam di wajah mulai memudar.

Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta
suhu tubuhnya mencapai 40o Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun,
penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
4. KOMPLIKASI
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
Infeksi bakteri
- Pneumonia
- Infeksi telinga tengah
Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L
dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan
palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang
tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak
koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
7

Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III;
DPT I, II, III; dan campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :

Gizi buruk kurang dari 60%

Gizi kurang 60 % - <80 %

Gizi baik 80 % - 110 %

Obesitas lebih dari 120 %

8)

Riwayat tumbuh kembang anak.


a). Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata
BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7
kg. Untuk anak usia pra sekolah rata rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan

untuk

perkiraan

tinggi

badan

dalam

senti

meter

menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada


rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5
tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b). Tahap perkembangan.

Perkembangan psikososial ( Ericson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya


insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka
anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu
percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.

Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik


( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra
komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).

Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase


8

preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada


tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu
belum benar dan magical thinking.

Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan


kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari
teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh
keluarga.

Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu


atau guru dan belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman.

Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baiknakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya
dengan kelompoknya.

Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation Separation .


Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.

Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada
akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa
menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama
temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.

Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya,


lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran
juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.

Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang
mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan
kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda
dengan roda tiga.

b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
- Inspeksi :

Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,


fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang,
3) Mulut
- Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
-

bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut
dan traktus digestivus.
4) Toraks
- Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan
pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis
menyerupai influenza.
- Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5) Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi
Bising usus.
- Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
6) Kulit
- Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi :
Turgor kulit menurun
2.

Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa
serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif
objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.

2. Diagnosa Keperawatan
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses
kehidupan / masalah kesehatan.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai berikut :
1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
10

2.

Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d

penumpukan secret pada nasofaring.


3. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
6. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang
baik.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.
Dengan kriteria hasil :
a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b. Anak bebas dari demam.

Intervensi
No
Intervensi
1
Monitor perubahan suhu tubuh, Sebagai
denyut nadi.

Rasional
pengawasan terhadap

adanya

perubahan keadaan umum pasien sehingga


dapat diakukan penanganan dan perawatan
secara cepat dan tepat.

Lakukan

tindakan

menurunkan

suhu

yang

dapat Upaya upaya tersebut dapat membantu

tubuh

sperti menurunkan suhu tubuh pasien serta

lakukan kompres, berikan pakaian meningkatkan kenyamanan pasien.


tipis dalam memudahkan proses
3

penguapan.
Libatkan keluarga dalam perawatan Meningkatkan rasa nyaman anak.
serta ajari cara menurunkan suhu
dan mengevaluasi perubahan suhu

tubuh.
Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui
keluarga

dan

anak

infomasi

dari

tentang pasien dan keluarga mengenai perawatan

hypertermia
5

kebutuhan

pasien dengan hypertemia.

Kolaborasi dengan dokter dengan Antipiretik menurunkan/mempertahankan


memberikan

antipiretik

dan suhu tubuh anak.

antibiotic sesuai dengan ketentuan.


11

Diagnosa II : Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan kriteria hasil :
a. Tidak mengalami aspirasi
b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.

Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Kaji fungsi pernapasan, contoh Ronci, mengi menunjukkan akumulasi secret/
bunyi napas, kecepatan, irama ketidakmampuan untuk membersihkan jalan
dan kedalaman dan penggunaan napas yang dapat menimbulkan penggunaan
otot aksesori.
2

otot aksesori pernapasan dan peningkatan

kerja pernapasan.
Catat kemampuan untuk batuk Pengeluaran secret sulit bila secret sangat
efektif.

tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak

Berikan

posisi

semi

adekuat hidrasi ).
fowler Posisi membantu memaksimalkan ekspansi

tinggi. Bantu klien untuk batuk paru dan menurunkan upaya pernapasan.
4

dan latihan napas dalam.


Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi atau aspirasi. Pengisapan
trakea

5
6

pengisapan

sesuai dilakukan

bila

klien

tidak

mampu

keperluan.
Pertahankan masukan cairan

mengeluarkan secret.
Pemasukan tinggi cairan membantu untk

Berikan lingkungan yang aman

mengencerkan secret.
Meningkatkan kenyamanan untuk anak

Diagnosa III : Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.


Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.
Dengan Kriteria hasil :
a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi
No
Intervensi
1
Pantau kulit dari adanya: ruam Mengetahui
dan lecet, warna dan suhu, mencegah
kelembaban

dan

Rasional
perkembangan
terjadinya

penyakit

komplikasi

dan

melalui

kekeringan deteksi dini pada kulit.


12

yang berlebih, area kemerahan


2

dan rusak.
Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan

sabun ringan
mengiritasi kulit.
Dorong klien untuk menghindari Membantu mencegah friksi / trauma kulit.

menggaruk dan menepuk kulit.


Balikkan atau ubah posisi Meningkatkan

dengan sering
Ajarkan anggota

keluarga

kebeersihan

sirkulasi

dan

tanpa

mencegah

tekanan pada kulit / jaringan yang tidak perlu.


/ Mengetahui terjadinya infeksi / komplikasi

memberi asuhan tentang tanda lebih cepat.


6

kerusakan kulit, jika diperlukan.


Konsultasi pada ahli gizi tentang Perbaikan nutrisi klien agar terhindar dari
makanan tinggi protein, mineral, infeksi karena kulit dapat menjadi barier
kalori dan vitamin.

utama yang dapat memperberat kondisi anak.

Diagnosa IV : Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.


Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan Kriteria hasil :
a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi
No
1
Pantau

Intervensi
berat badan,

Rasional
suhu, Mengontrol keseimbangan output.

kelembaban pada rongga oral,


2

volume konsentrasi urin.


Ukur berat jenis urine

Menunjukkan status hidrasi dan perubahan


pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan
terjadinya gagal ginjal akut pada respon

terhadap hipovolemia.
kulit/membrane Hipovolemia, perpindahan

Observasi

mukosa untuk kekeringan, turgor.


4

Hilangkan

tanda

lingkungan
Ubah posisi

dan

kekurangan nutrisi memperburuk turgor

kulit.
dari Menurunkan rangsangan pada gaster dan

bau

dengan

cairan

respon muntah.
sering, Adanya gangguan

sirkulasi

cenderung

berikan perawatan kulit dengan merusak kulit.


sering dan pertahankan tempat
6

tidur kering dan bebas lipatan.


Berikan :

Menarik minat anak agar mau minum


13

a.

Bentuk-bentuk

cairan

yang banyak.

menarik ( sari buah, sirup tanpa


es, susu )
Diagnosa V : Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan kriteria hasil :
a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b. Rewel berkurang.
Intervensi :
No
Intervensi
Rasional
1
Tubuh anak dibedaki dengan Mengurangi rasa gatal.
bedak salisil 1% atau lainya
2

(atas resep dokter )


Tidurkan anak ditempat yang Mencegah

silau

dan

menambah

agak jauh dari lampu ( jangan kenyamanan anak.


tepat dibwah lampu )
Diagnose VI : Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak
kurang baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat penyembuhan.
Dengan kriteria hasil :
a. Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b. Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi
No
1
Cuci
sesudah

Intervensi
tangan sebelum
kontak

Rasional
dan Mengurangi risiko kontaminasi silang.

perawatan

dilakukan. Intruksikan klien /


orang terdekat untik memcuci
2

tangan sesuai indikasi


Berikan lingkungan yang bersih Mengurangi pathogen pada system imun
dan berventilasi baik.

mengalami infeksi nosokomial.


Diskusikan tingkat dan rasional Meningkatkan kerja sama dengan cara
isolasi

pencegahan

mempertahankan
4

dan mengurangi kemungkinan pasien

dan hidup dan mengurangi rasa terisolasi.

kesehatan

pribadi.
Pantau tanda-tanda vital

Memberikan informasi data-data dasar,


14

awian atau peningkatan suhu secara


berulang-ulang dari demam yang terjadi
untuk
5

Kaji

frekuensi

pernapasan,

menunjukkan

bahwa

tubuh

bereaksi pada proses infeksi.


/kedalaman Kongesti / distress pernapasan dapat

perhatikan

batuk mengindikasikan

perkembangan

PCP,

spasmodic kering pada inspirasi penyakit yang umum terjadi.meskipun


dalam, perubahan karakteristik demikian,

TB

paru

mengalami

sputum dan adanya mengi atau peningkatan dan infeksi jamur lainnya,
ronchi.

Lakukan

isolasi viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang

pernapasan bila etiologi batuk membahayakan system pernapasan.


6

produktif tidak diketahui.


Ubah sikap baring beberapa kali Mencegah penyebaran infeksi bertambah
sehari dan berikan bantal utnuk parah

dan

mencegah

terjadinya

meninggikan kepala
dekubitus.
Dudukkan anak pada waktu Mencegah aspirasi

8
9

minum
Berikan obat yang tepat
Mencegah penyakit bertambah parah
Bawa berobat kembali jika anak Untuk menentukan tindakan pengobatan
terlihat selalu tidur, tidak mau selanjutnya.
makan minum, semakin lemah,
suhu tetap tinggi, kesadaran
menurun.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang
telah disusun.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping itu
evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.
Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai :
a. Berhasil
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian

15

Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam


pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai
dengan pernyataan tujuan.
PERBEDAAN RUBELLA (Campak Jerman) dan RUBEOLA
Campak Jerman disebabkan oleh virus Rubella sedangkan campak biasa disebabkan
oleh virus jenis Morbilli.
Campak Jerman menyebabkan ruam merah di kulit yang dimulai dari muka ke bawah
dan lamanya sekitar 3 hari. Adapun campak biasa, ruam merah yang timbul bisa muncul
dari mana saja dengan waktu yang bisa lebih lama atau pun lebih sebentar dari 3 hari.
Campak Jerman bisa menyebabkan sakit kepala dan sakit persendian. Adapun campak
biasa tidak. Hanya flu, batuk, pilek, dan demam saja.
Campak Jerman bisa menyebabkan hal yang fatal. Misalnya saja pada ibu hamil bisa
menyebabkan kematian atau kelahiran bayi prematur. Jika pun bayi itu bisa lahir, bayi itu
bisa sangat berisiko untuk cacat otak, cacat fisik, dan juga keterbelakangan mental.
Keadaan ini disebut sebagai sindrom Rubella Kongenital. Kemudian pada pria dewasa,
campak Jerman bisa menyebabkan sakit parah pada bagian testis. Adapun campak biasa
tidak menyebabkan hal-hal yang fatal. Hanya gejala biasa saja yang muncul.
Vaksin campak Jerman adalah MMR (measles, mumps, rubella) yang diberikan bisa
kapan saja. Adapun vaksin campak disebut sebagai vaksin campak biasa yang diberikan
pada usia bayi 9 bulan dan ulangan di usia 6 tahun.
Gejala awal muncul penyakit campak Jerman adalah pembengkakan kelenjar getah
bening di leher bawah kuping. Adapun campak biasa tidak.

16

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Infeksi Rubella Dan Rubeola

dapat menyerang

pada anak dan dewasa, dan

menyerang ibu hamil tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat
menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin, bayi lahir mati atau gangguan
terhadap janin. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan
tenggorokan. Virus ini dapat menular lewat udara dan lewat percikan air ludah yang keluar
dari mulut sang penderita.
B. SARAN
Semoga Penyakit Rubella dan Rubeola di indonesia khususnya sudah mulai berkurang
dengan pemberian vaksinasi kepada ibu dan anak untuk mengantisipasi terjangkitnya
penyakit campak.

17

DAFTAR PUSTAKA

Adam JMF. Survei diabetes melltitus pada wanita hamil. Penelitian Universitas Hasanuddin.
1986.
Amankwah KS, Prentile RL, Fleury FJ. The incidence of gestational diabetes. Obstetric and
Gynecology 1977; 49:497-498.
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai