Identifikasi Problem Kepasiran
Identifikasi Problem Kepasiran
Timbulnya
reservoirnya,
sehingga
problem
ini
identifikasi
berkaitan
untuk
erat
upaya
dengan
karakteristik
pencegahan
dan
kuat.
Semakin besar harga faktor sementasi yang didapat, maka akan semakin kuat
ikatan antar butiran-butiran pasir yang ada dan semakin terkonsolidasi
(consolidated) demikian juga sebaliknya, semakin rendah harga faktor
sementasinya maka akan semakin rendah juga tingkat konsolidasi antar buitiranbutiran pasir (unconsolidated), yang pada akhirnya butiran-butiran pasir tersebut
akan mudah lepas.
Harga faktor sementasi ini dapat diketahui dari analisa yang dilakukan
pada core yang didapatkan dan analisa tersebut merupakan analisa core spesial
yang merupakan rangkaian dari suatu penilaian formasi. Dimana harga faktor
pasir tercakup di dalam sifat batuan itu sendiri disamping pengaruh fluida. Faktorfaktor tersebut adalah :
3.2.1. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran fluida adalah fungsi penurunan tekanan aliran formasi.
Semakin besar aliran fluida, semakin besar pula gaya seret (drag force) fluida
yang bekerja pada busur kestabilan. Dengan demikian membesarnya kecepatan
fluida, kesetabilan menjadi berkurang dan dapat menyebabkan runtuhnya formasi.
Kecepatan fluida yang mengakibatkan runtuhnya busur kesetabilan disebut
sebagai kecepatan terminal busur kestabilan.
Stein memberikan persamaan tentang besarnya produksi kritis yang
diperbolehkan sehingga tidak merusak kestabilan formasi, yaitu :
Qz
0,025x106 K z N z G z A z
Bz z At
.(3-1)
Dimanan :
Qz = Laju produksi kritis, stb/hari
Kz = Permeabilitas formasi, md
Bz = Faktor volume formasi, bbl/stb
Nz = Jumlah lubang perforasi
Gz = Shear modulus batuan, psi
z = Viscositas fluida, cp
Az = Luas kelengkungan butir pada kondisi test, sq-ft
At = Luas kelengkungan butir pada kondisi pengamatan, sq-ft
3.2.2. Sementasi Batuan
Batupasir merupakan batuan sedimen klastik, yang butirannya terdiri dari
kwarsa, feldspar dan chert dengan silt, shale dan / atau lempung sebagai matrik
batuan. Semen kimianya terdiri dari karbonat dan / atau silika.
Batupasir terbagi menjadi tiga jenis tergantung dari komposisi kimianya,
yaitu kwarsit, graywacke dan arkose. Sementasi pada pasir kwarsit adalah
karbonat (kalsit dan dolomit) dan silika (chert, chalcedony dan kwarsa sekunder).
Sementasi alamiah pada batupasir graywacke dan arkose sangat sedikit atau
hampir tidak ada. Mineral tidak stabil adalah lempung yang banyak terdapat pada
pasir arkose dan graywacke. Lempung umumnya menyelimuti butir-butir kwarsa
dan bertindak sebagai mineral penyemen. Pasir graywacke dan pasir arkose tidak
tersementasi dengan baik sehingga sering menimbulkan problem kepasiran.
Archie mengemukakan suatu persamaan yang merupakan hubungan antara
porositas, faktor sementasi dan faktor formasi, yang dapat digunakan untuk
menentukan sementasi batuan, sebagai berikut:
F = -m
(3-2)
F = Ro/Rw
(3-3)
dimana :
F
= faktor formasi
= porositas batuan
m = faktor sementasi
Ro = resistivitas batuan dengan saturasi 100 % air
Rw = resistivitas air formasi
Harga m
1,3
1,3 1,7
1,7 1,9
1,9 2,2
2
2,8
Rt
Rw
......................................................... (3 4)
dimana :
Sw = saturasi air formasi, fraksi
Rt = resistivity batuan formasi sesungguhnya, -m
Rw = resistivity air foemasi, -m
Konsolidasi juga berpengaruh pada pori-pori batuan yang terbentuk,
karena akan memperkecil pori-pori batuan. Sedangkan sementasi merupakan
pengisian rongga oleh suatu larutan semen, seperti silikat atau karbonat. Menurut
Humble, batuan dengan porositas tinggi mempunyai faktor sementasi (m) rendah,
demikian pula sebaliknya (Gambar 3.1)
Gambar 3.1.
Hubungan Antara Faktor Fomasi Terhadap Porositas dan Faktor Sementasi
3.2.3 Kandungan Lempung Formasi
Pada umumnya formasi pasir mengandung lempung sebagai matrik atau
semen batuan dan kadar clay lining akan bertambah besar jika diameter pori-pori
mengecil.
Material lempung terdiri dari kelompok mika, kaolinite, chlorite, illite dan
montmorilllonite. Setiap kelompok tersebut mempunyai sifat-sifat yang berbedabeda tergantung pada komposisi dan struktur dari atom-atom oksigen, silokon dan
unsur-unsur lainnya, kelompok montmorillonite akan mengalami swelling bila
kontak dengan air. Sifat-sifat penting mineral lempung yang berhubungan erat
dengan kestabilan formasi adalah reaksi pertukaran ion, hidrasi lempung dan
dispersi lempung.
Umumnya lempung mempunyai sifat yang basah air atau water wet,
sehingga apabila air bebas melewati formasi yang mengandung lempung akan
menimbulkan dua akibat, yaitu :
GR log GR min
GR max GR min
.............................................(3 5)
dimana :
Vclay = kandungan lempung, fraksi
Grlog = gamma ray log (pembacaan pada slip log, API unit
Grmax = gamma ray maximum, API unit
Grmin = gamma ray minimum, API unit
Akibat dari semua itu, butiran pasir cenderung untuk bergerak ke lubang
sumur, apabila formasi mulai terproduksi. Pembengkakan (swelling) lempung
menyebabkan ruang pori semakin mengecil, sehingga porositas batuan akan
berkurang.
Dengan
berkurangnya
porositas,
permeabilitas
minyak
akan
Gambar 3.2.
Kandungan Mineral Rata-Rata yang Terdapat Dalam Lima Formasi
dari Gulf Coast
Tabel III-2
Hasil Analisa Sinar X Butir-Butir Halus Formasi Dari Gulf Coast
Clay
Montmorillonite
Illite
Kaolinite
Chlorite
Quartz
Other Minerals
Feldspar
Muscovite
Sodium chlorite
Calcite
Dolomite
Barite
Amorphous Mineral
Total
Well A
Well B
Well C
Well D
Well E
55
62
0,8
3,9
36,7
134
91
42
24,0
22
3,0
1,3
47,3
14
1,7
0,7
17,0
68,3
8,6
1,6
1,1
335,6
100,0
5,7
1,3
1,6
40,7
100,0
9,1
16
7,8
1,8
25,9
100,0
5,4
1,0
5,0
2,8
22,1
42,9
100,0
114
1,5
1,5
17,3
100,0
Dari pengamatan ini ternyata sebagian besar butir halus tersebut bukan
merupakan mineral lempung seperti anggapan sebelumnya.Terbukti bahwa
lempung hanya 11% berat dari seluruh butir dari kelima contoh batuan pasir. Butir
yang terbentuk dari kwarsa ternyata merupakan species yang dominan sebesar
39%, sedangkan sisanya merupakan mineral-mineral selain lempung dan kwarsa,
yaitu dolomite, feldspar, muscovite, kalsite dan barite.
Partikel halus yang bermigrasi bersama aliran ini tidak terbawa sampai
lubang sumur, tetapi hanya terkumpul pada bagian pori-pori yang mengecil,
sehingga menyebabkan penyumbatan dan penurunan permeabilitas.
Pada aliran satu fasa dengan kecepatan yang cukup tinggi, partikel-partikel
halus akan bergerak bersama-sama fluida melewati pori-pori, kecuali apabila
butir-butir halus ini membentuk jembatan mekanis pada pori-pori yang mengecil
seperti tampak pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3.
Pergerakan Partikel-Partikel bersama Fluida Satu Fasa dan Terbentuknya
Gumpalan Partikel Pada Penyempitan Pori-Pori
Kemungkinan semakin tertutupnya pori-pori semakin besar dengan bertambah
tingginya konsentrasi partikel halus. Gumpalan yang terkonsentrasi ini akan
mengalami keruntuhan bila terjadi gangguan berupa perubahan tekanan atau arah
aliran.Kecepatan
aliran
pada
saat
terbentuknya
partikel-partikel
yang
terkonsentrasi akan sangat berpengaruh pada kecepatan aliran yang tinggi, sangat
stabil terhadap perubahan arah aliran.
Pada kondisi dimana pada ruang pori lebih dari satu fasa fluida, partikel
halus hanya akan bergerak bila fasa yang membasahi bergerak, seperti terlihat
pada Gambar 3.4. berikut ini.
Gambar 3.4.
Partikel Basah Air Tidak Akan Bergerak Bila Air Tidak Bergerak
Partikel yang memiliki sifat basah campuran (mixed wettability)hanya
bergerak sepanjangantar permukaan minyak air. Apabila minyak dan air
mengalir bersama-sama, partikel halus akan ikut bergerak karena aliran air cukup
mampu membawa partikel, seperti tampak pada Gambar 3.5.
Gangguan tekanan akibat bergeraknya antar permukaan minyak air
melalui pori-pori akan mengakibatkan partikel teragitasi, sehingga kecil
kemungkinan terbentuknya gumpalan partikel yang permanen.
Pada umumnya formasi adalah water wet, sehingga partikel tidak akan
bergerak jika yang bergerak hanya minyak. Begitu fasa air bergerak maka partikel
akan bergerak bersama air. Pergerakan partikel ini sangat dipengaruhi oleh
prosentase air di dalam fluida yang terproduksi, seperti terlihat pada Gambar 3.6.
Dengan ikut terproduksinya partikel ke lubang sumur kemudian ke
permukaan dan dianggap sebagai pasir, sedangkan sisanya akan menyumbat pada
pori-pori disekitar lubang sumur. Karena tertutupnya pori-pori akan menyebabkan
penurunan permeabilitas dan naiknya gradien tekanan pada busur kestabilan,
sehingga gaya akibat aliran semakin tinggi. Penambahan gaya ini akan merupakan
penyebab runtuhnya kestabilan formasi.
Gambar 3.5.
Pergerakan Partikel-Partikel yang Terbatas Sepanjang Antar Permukaan
Pada Batuan Basah Campuran
Gambar 3.6.
Pergerakan Partikel-Partikel Pada Daerah Penyempitan Pori-Pori Bila Minyak dan
Air Bergerak
Fomasi pasir yang sementasinya tidak baik dapat merupakan suatu sistem
yang stabil dengan jalan membentuk lengkungan kestabilan (arching) diluar
lubang perforasi. Gambar 3.7. memperlihatkan skema lengkungan kestabilan pada
batuan pasir. Ditunjukkan dalam gambar tersebut, bahwa kestabilan formasi,
terutama untuk formasi pasir yang unconsolidated, dipengaruhi oleh adanya beban
stress yang bekerja disekitar lubang bor.
Kekuatan formasi dapat diketahui melalui modulus elastisitas batuan
dengan menggunakan log, yaitu sebagai berikut :
a. Sonic Log
Prinsipnya adalah penentuan interval transit time (t) yang merupakan fungsi
litologi formasi dan porositas yang berdasarkan pengalaman dan penelitian,
maka diperoleh kriteria sebagai berikut :
(t) < 95 s/ft
: formasi kompak
Gambar 3.7.
Skema Pembentukan Lengkungan Kestabilan
b. Mechanical Properties Log (MPL)
Sifat-sifat mekanisme batuan diperoleh berdasarkan suatu perhitungan dengan
menggunakan persamaan-persamaan dibawah ini :
A b
2
t
G 1.34 x 1010
B b
2
t
1 / C b 1.34 x 1010
AB 2
b
G / C b 1.34 2 x 10 20
2
t
dimana :
............................................................... (3 6)
......................................................... (3 7)
..................................................... (3 8)
1 2 U
2 1 2 U
1 U
3 1 U
Cb
1/Cb
G/Cb