Anda di halaman 1dari 19

PORTOFOLIO KASUS OBSGYN

AMENOREA SEKUNDER

Disusun oleh :
dr. Siti Indah Tawang LRN

Pembimbing:
dr. Tony Ertyanto, Sp.OG (K)
Pendamping :
dr. Kurniati, SpKK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IBNU SINA GRESIK


2016

PORTOFOLIO AMENOREA SEKUNDER


No. ID dan Nama Peserta : dr. Siti Indah Tawang LRN
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Ibnu Sina
Topik : Medis Obstetrik dan Ginekologi
Tanggal Kasus : 03 Mei 2016
Nama Pasien : Ny.M
No. RM : 634xxx
Tanggal Presentasi : Mei 2016
Pendamping : dr. Kurniati, Sp.KK
Tempat presentasi : RSUD Ibnu Sina
Obyektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Pasien dengan permasalan medis obstetric dan ginekologi
Tujuan : Mengetahui pemeriksaan, diagnostik, dan tatalaksana awal pasien dengan Amenorea
Sekunder
Bahan bahasan
Cara membahas

Tinjauan Pustaka
Diskusi

Riset
Presentasi &

Kasus
E-mail

Audit
Pos

diskusi
Data Pasien

Nama : Ny.M

Umur : 38 tahun

No. Registrasi : 634xxx

Alamat: Desa Sumengko, Kec Duduk


Sampeyan
1. Keluhan Utama: Nyeri Perut Bagian Bawah

Anamnesis (Autoanamnesis):
Pasien datang ke poli kandungan RSUD Ibnu Sina dengan keluhan nyeri pada perut bagian
bawah. Pasien mengaku nyeri perut terasa hilang timbul. Pasien mengaku mendapatkan haid
terakhir pada bulan desember 2015, lama haid 5-6 hari dan 2x/ hari ganti pembalut. Pasien
mengatakan sejak 4 bulan yang lalu pasien tidak mendapatkan menstruasi. Pasien mengaku
sudah sempat melakukan test kehamilan dan hasilnya negatif. Pasien mempunyai riwayat
menggunakan KB suntik 5 tahun yang lalu. Pasien mengaku BAK normal dan tidak ada
gangguan, tidak ada keputihan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Hipertensi disangkal
- Jantung disangkal
- DM disangkal
- Alergi disangkal
- Asma disangkal
3. Riwayat Pengobatan: Tidak ada
4. Riwayat keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama
Riwayat Haid
HPHT : Desember 2015
Menarche: 15 tahun
2

Siklus Haid: 28 hari, teratur


Lama haid: 5-6 hari
Riwayat pernikahan
Suami pertama, selama 17 tahun
Riwayat kehamilan
-

I. IUFD

II. Perempuan/ aterm/ spontan/ bidan/ 2900g/ 17 tahun

III. Laki- Laki/ aterm/ spontan/ bidan/ 3000g/ 7 tahun

Riwayat KB
KB suntik 5 tahun yang lalu
Riwayat ANC
(-)
5. Pemeriksaan fisik
STATUS GENERALIS
Vital Sign :
N : 84x/menit RR : 20x/menit To: 36.60 C

TD : 130/90
KU : Baik

Kesadaran : kompos mentis

K/L : Anemis (-)/icterus (-)/cyanosis (-)/dispneu (-)


Moon face (-) struma (-), pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris , retraksi
Jantung

Tekanan vena sentral


Tidak didapatkan distensi vena jugular ekterna

Inspeksi

Ictus cordis tampak pada ICS V midclavicular line sinistra

Pulsasi jantung tak tampak

Voussure cardiaque tidak ada

Palpasi

Iktus cordis teraba di ICS V midclavicular sinistra, kuat angkat

Pulsasi teraba di apeks.

Perkusi

Batas kanan jantung di ICS IV parasternal line dextra

Batas kiri jantung di ICS V midclavicular line sinistra

Auskultasi

S1 normal; S2 normal

S3 S4 sulit dievaluasi

Paru :
Inspeksi: bentuk thorax normal, simetris, retraksi (-)
Palpasi: fremitus raba normal
Perkusi: sonor
Auskultasi: ves/ves, wh -/-, rh -/ Abdomen :

Inspeksi : Cembung

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : soepel, nyeri tekan Suprasimfisis(-)

Extrimitas : Hangat, Kering. CRT < 2


Edema -/STATUS Obstetrik dan Gynecologi

I: TFU tidak teraba

II: tidak dapat dinilai

III : Tidak dapat dinilai


IV: tidak dapat dinilai

Massa (-)

8. Pemeriksaan Penunjang
Tes kehamilan (-)
USG tanggal 3 mei 2016
AF Normal
Endometrium Tebal
Gestasional sac (-)
ASESSMENT
P3A0H2/Amenorea Sekunder
PLANNING

Duphaston 2x 1

Daftar Pustaka
1. Speroff L, Glass R H, Kase N G, 1993. Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility, 5 th edition, William & Wilkins, Philadelphia. 401 454.
2. Baziad A, Surjana E J, 1993. Pemeriksaan dan Penanganan Amenorea, edisi pertama,
KSERI, Jakarta, 35 56.
3. Rebar R W, Disorders of Menstruation, Ovulation, and Sexual Response, Principles and
Practise of Endocrinology and Metabolism, 2nd edition, J.B. Lippicott Company,
Philadephia. 880 97.
4. Perkins R B, Hall J E, Martin K A, 1999. Neuroendocrine Abnormalities in Hypothalamic
Amenorea, The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, The Endocrine Society.
5. Santiago L P, 1993. Primary Amenorea and Secondary Amenorea Decision Making
Reproductive Endocrinology, 1st edition, Blackwell Scientific Publication Inc, 49-64
6. Scherzer W J, Clamrock H, 1996. Amenorea, Novaks Gynecology, 12th edition, William
& Wilkins, Baltimore, 809-831.
7. Baziad A, Surjana E J, 1993. Pemeriksaan dan Penanganan Amenorea, edisi pertama.
KSERI. Jakarta. Hal: 35 56.
Hasil Pembelajaran
1. Pengertian Amenorea
5

2. Tanda dan gejala Amenorea


3. Penatalaksanaan Amenorea
4. Pemeriksaan Amenorea

BAB I
PENDAHULUAN
Haid (menstruasi) adalah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat
kandungan berfungsi secara normal. Secara fisiologis menstruasi adalah proses hormonal
dalam tubuh wanita sebagai hasil dari pelepasan ovum. Pelepasan itu terjadi ketika ovum
yang ada di ovarium tidak dibuahi.
Ovarium merupakan salah satu bagian dari organ reproduksi perempuan yang terpenting.
Ovarium melepaskan sel ovum ke tuba falopi untuk proses fertilisasi. Selain itu ovarium
berfungsi memproduksi hormon yang penting bagi sistem tubuh perempuan. Ovarium pada
masa anak-anak masih dalam keadaan istirahat karena belum berfungsi secara sempurna
seperti di masa reproduktif. Baru apabila terjadi pubertas, maka terjadilah perubahanperubahan dalam ovarium yang dampak dari perubahan tersebut mengakibatkan pula
perubahan-perubahan besar pada seluruh tubuh seorang wanita.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi. Amenorea terbagi menjadi
amenorea fisiologik dan patologik. Amenorea fisiologik yaitu terdapat dalam masa sebelum
pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause. Amenorea patologik yaitu
amneorea yang terjadi karena sebab tertentu diluar amenorea fisiologik.
Amenorea dapat dibagi menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder.
1.

Amenorea primer adalah apabila tidak dapatnya haid pada wanita usia 16 tahun dengan
tanda-tanda seks sekunder atau usia 14 tahun tanpa tanda-tanda seks sekunder .

Amenorea primer umumnya mempunyai sebab yang lebih sulit diketahui seperti kelainan
congenital dan kelainan genetik.1,2,3
2.

Amenorea sekunder adalah tidak adanya menstruasi selama lebih kurang 3 bulan
berturut-turut pada perempuan dengan riwayat sklus menstruasi normal atau tidak adanya
menstruasi selama 9 bulan berturut-turut pada perempuan dengan riwayat oligomenore
sebelumnya.2,3 Angka kejadian berkisar antara 1 5%. Adanya amenorea sekunder lebih
menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti
gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, kelainan hipotalamus,
hipofisis, ovarium, kelainan uterus dan lain-lain.1,2,3

2.2.

KLASIFIKASI
Amenorea Fisiologik

Masa sebelum pubertas

Masa kehamilan

Masa laktasi

Sesudah menopause

Amenorea Patologik

Amenorea yang terjadi karena sebab tertentu diluar amenorea fisiologik

ETIOLOGI
Etiologi amenorea adalah sangat kompleks, selain disebabkan kelainan endokrinologi
bisa juga disebabkan faktor psikis atau penyakit sistemik lain. Secara umum penyebeb
amenorea dibagi dalam sebelas bentuk2,7 :
No Kelompok

Penyebab

Pubertas tarda

Penyebab secara umum

Insufisiensi kelenjar hipofisis


Penyakit Non endokrinologik
Penyakit kronik
Intoksikasi
Kurang gizi
Kerja berat
II

Penyebab di vagina

Tidak ada uterus (total/partial)


Atresia hymen

III

Penyebab di uterus

Tidak ada uterus


Kelainan congenital
Uterus hipoplasi
Atresia serviks
Atresia cavum uteri
Kerusakan

endometrium

akibat

kuretase, infeksi dan obat-obatan


IV

Penyebab di ovarium

Tidak ada ovarium


Hipogenesis ovarium
Pengangkatan ovarium
Ovarium polikistik
Insufisiensi ovarium (penyinaran)
Folikel persisten
Tumor ovarium

Penyebab di hipofisis

Insufisiensi sekunder : tumor, trauma,


post partum (Sindrom Sheehan)

VI

Penyebab di ensefal

Insufisiensi sekunder : tumor , trauma,


kegemukan,

kekurusan

(anoreksia

nervosa)
VII Penyebab di korteks

Trauma psikis

VIII Penyebab di adrenal

Sindrom adrenogen akibat insufisiensi


suprarenal dan tumor

IX

Penyebab di kelenjar tiroid

Hipotiroid/hipertiroid

Penyebab di pancreas

Kekurangan insulin

XI

Obat-obatan

Steroid

seks

atau

obat

yang

meningkatkan kadar PRL

EPIDEMIOLOGI
Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa prevalensi amenorea bervariasi menurut
asal-usul kebangsaan atau kelompok etnis. Namun, faktor lingkungan setempat yang
berhubungan

dengan

gizi

dan

prevalensi

penyakit

kronis

diragukan

berpengaruh. Misalnya, usia menstruasi pertama (menarche) bervariasi tergantung lokasi


geografis, seperti yang ditunjukkan oleh sebuah studi Organisasi Kesehatan Dunia atau
WHO yang membandingkan 11 negara, melaporkan rata-rata usia menarche dari 13-16
tahun
2.3.

PATOFISIOLOGI

Siklus menstruasi yang teratur dapat diprediksi jika hormon estradiol dan progesteron
dikeluarkan ovarium secara teratur sesuai respon rangsangan dari hipotalamus dan
hipofisis. Estradiol yang beredar merangsang pertumbuhan endometrium. Progesteron yang
diproduksi oleh korpus luteum setelah ovulasi merubah endometrium proliferasi menjadi
endometrium sekretori. Jika kehamilan tidak terjadi, endometrium sekretori ini luluh selama
periode menstruasi.

10

Gambar 2.2. Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium membentuk axis endokrin fungsional, yang dikenal sebagai
axis HPO, dengan regulasi hormonal dan reaksi umpan balik.8

Hipotalamus, terletak di sistem saraf pusat, melepaskan gonadotropin-releasing hormone


(GnRH) terus menerus, yang diangkut ke hipofisis anterior, di mana ia mengikat reseptor
GnRH untuk menstimulasi gonadotropin. Sebagai respon terhadap rangsangan oleh GnRH,
sel-sel ini mengeluarkan gonadotropin follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH). Selanjutnya, hormon ini merangsang ovarium untuk mensintesis dan
mengeluarkan hormon steroid. Pelepasan hormon melalui axis (HPO) hipotalamus-hipofisisovarium diatur dengan umpan balik negatif hormon steroid pada gonadotropin di hipofisis
anterior dan inhibisi langsung pada tingkat hipotalamus. Stimulasi dan inhibisi negatif
melengkapi jalur antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Setiap gangguan axis ini dapat
mengakibatkan amenorea.
2.4.

DIAGNOSIS
Dari klasifikasi diatas dapat kita lihat bahwa gejala amenorea dijumpai pada penyakit-

penyakit atau gangguan-gangguan yang bermacam-macam. Sudah jelas bahwa untuk


menegakkan diagnosis yang tepat berdasarkan etiologi, tidak jarang diperlukan pemeriksaanpemeriksaan yang beraneka ragam, rumit dan mahal harganya.
Algoritma untuk evaluasi amenorea sekunder:
11

1.

Periksa tes kehamilan.


Apabila tes kehamilan positif, maka rujuklah pasien ke spesialis.
Apabila tes kehamilan negatif, periksa nilai TSH dan prolactin.
Apabila nilai TSH dan prolaktin dalam batas normal, lakukan pemeriksaan
progestinnya.
o Apabila ada perdarahan , pikirkan siklus annovulatory untuk memasukkan
sindroma PCO.
o Apabila tidak ada perdarahan dan E2/ pemeriksaan progestin negatif,
pikirkanlah sindroma Asherman atau obstruksi outlet.
o Apabila ada perdarahan setelah pemeriksaan E2/ progestin dan pada
pemeriksaan uterus dan vagina normal, periksa nilai FSH dan LH.

2.

Bila nilai FSH dan LH menurun atau dalam batas normal, periksa MRI kepala.

Apabila pada pemeriksaan MRI abnormal, pikirkan penyakit hipotalamus,


hancurnya hipofise, atau tumor hipofise.

Apabila pada pemeriksaan MRI normal, maka lanjutkan dengan evaluasi klinis
untuk menyingkirkan penyakit kronis, anorexia nervosa, penggunaan mariyuana
atau kokain, atletikisme, atau stress psikososial.

3.

Bila nilai FSH dan LH meningkat, periksa kariotipe.

Bila pada pemeriksaan kariotipe, pikirkan mosaik Turner atau mixed gonadal
dysgenesis.

Bila kariotipenya abnormal (46,XX), penyebabnya kegagalan ovarium. Periksa


sistem autoimun. Pikirkan oophoritis autoimun; kegagalan ovarium prematur,
penggunaan terapi radiasi dan kemoterapi, atau sindroma ovarium resisten.

4.

Bila nilai TSH dan prolaktin memanjang, penyebabnya hipotiroidisme dan


hiperprolaktinemia.

5.

Periksa testosteron dan nilai DHEAS pada pasien dengan hirsutisme.

Bila nilai testosteron lebih dari 200 mcg/mL dan nilai DHEAS lebih dari 700
ng/mL, pikirkan PCOS, hiperplasia adrenal kongenital, hipertekosis, atau tumor
sekret androgen.

12

Bila nilai testosteron dan DHEAS dalam batas normal atau sedikit meningkat,
lakukan pemeriksaan progestin. Bila ada perdarahan, maka diagnosisnya adalah
PCOS.

2.5.

TANDA DAN GEJALA KLINIS


Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun, dengan atau

tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut


pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi selama 3 bulan
berturut-turut padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi. Gejala lainnya
tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea.

2.6.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami,

Setelah diagnosis ditegakkan, untuk beberapa wanita dengan oligomenore atau amenore yang
tidak ingin menjadi hamil, oral kontrasepsi dapat menjadi pilihan yang baik untuk
memulihkan siklus menstruasi dan diberikan penggantian estrogen. Tidak adanya kehamilan
harus didokumentasikan sebelum kontrasepsi oral terapi dimulai.
Pada wanita dengan amenorea dilakukan uji progesteron (uji P) dengan cara diberikan
progesteron (medroksi progesteron asetat/ MPA, atau noretisteron atau hidrogesteron) dengan
dosis 2x5mg selama 7 hari. Uji P positif bila terjadi perdarahan 3-4 hari kemudian. Bila 2-3
hari pemberian progesteron sudah terjadi perdarahan maka progesteron tidak dilanjutkan. Uji
P positif berarti uterus dan endometrium normal, vagina dan himen normal, ada ovarium
dengan pertumbuhan folikel yang normal dan secara tidak langsung dapat diartikan fungsi
hipofisis dan hipotalamus normal.
Amenorea pada wanita dengan uji P positif terjadi karena desregulasi hipotalamus
hipofisis, kemungkinan besar karena gangguan sistim umpan balik poros hipotalamus
hipofisis. Bila kadar FSH dan prolaktin normal, tetapi LH tinggi kemungkinan wanita
tersebut menderita sindroma ovarium polikistik.1,2,3
Pada wanita dengan uji progesteron positif yang belum menginginkan memiliki anak,
diberikan progesteron dari hari ke 16 sampai hari ke 25 siklus haid, diberikan selama 3 siklus
13

berturut- turut. Setelah itu dilihat apakah siklus haid menjadi normal kembali. Bila terjadi lagi
gangguan haid atau amenorea, maka perlu pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab
amenorea tersebut. bagi wanita yang ingin memiliki anak tidak dianjurkan pemberian obatonatan pemicu ovulasi seperti klomifen sitrat, epimestrol ataupun gonadotropin.1,2,3,4,5
Pada wanita dengan uji P negatif dilakukan uji estrogen + progesteron dengan
memberikan estrogen (estrogen konjugasi atau estrogen valerinat atau etinilestradiol) 1x1
tablet perhari selama 21 hari dan pemberian progesteron 5-10mg perhari pada hari ke 12-21.
Uji estrogen dan progesteron paling sederhana adalah dengan pemberian pil KB. Uji estrogen
dan progesteron positif apabila 2-3 hari terjadi perdarahan. Dan berarti wanita tersebut
hipoestrogen. Pengobatan dilanjutkan dengan pemberian estrogen selama 25 hari dan dari
hari ke 19-25 diberikan progesteron.1,2,3,4,5
Uji E+P positif artinya wanita tersebut hipoestrogen karena terganggunya
pembentukan estrogen di folikel. Dilakukan pemeriksaan hormon FSH, LH dan prolaktin.
Apabila uji E+P negatif sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab
gangguan tersebut.1,2,3,4,5

Macam- macam jenis kontrasepsi hormonal oral maupun suntikan:


Kontrasepsi hormonal berisi 2 hormon steroid yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Estrogen sintetik adalah etinil estradiol, mestranol dan progesteron sintetik adalah progestin,
norethindron, noretinodrel, etinodiol, norgestrel. Alasan utama untuk menggunakan estrogen
dan progesteron sintetik adalah bahwa hormon alami hampir seluruhnya akan dirusak oleh
hati dalam waktu singkat setelah diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam sirkulasi porta.
Mekanisme kontrasepsi hormonal antara lain dengan penggunaan estrogen dan
progestin terus menerus terjadi penghambatan sekresi GnRH dan gonadotropin sedemikian
rupa hingga tidak terjadi perkembangan folikel dan tidak terjadi ovulasi. Progestin akan
menyebabkan bertambah kentalnya mukus serviks sehingga penetrasi sperma terhambat,
terjadi gangguan keseimbangan hormonal dan hambatan progesteron menyebabkan hambatan
gangguan pergerakan tuba. Estrogen menginhibisi pelepasan FSH, progesteron menginhibisi

14

pelepasan LH. Jelas bahwa ovulasi dapat dicegah dengan inhibisi stimulus ovarium, maupun
pencegahan pertumbuhan folikel.
1)

. Kontrasepsi oral ( pil kontrasepsi ) Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi berupa pil
dan diminum oleh wanita, yang berisi estrogen dan progestin berkhasiat mencegah
kehamilan bila diminum secara teratur. Kontrasepsi oral yang paling sering dipakai
saat ini merupakan kombinasi esterogen dan progresteron yang diminum setiap hari
selama 4 tiga minggu dan bebas minum selama satu minggu, dan pada saat itulah
terjadi pendarahan uterus-withdrawal. Komponen estrogen dalam pil menghalangi
maturasi folikel dalam ovarium, sedangkan komponen progesteron memperkuat
daya estrogen untuk mencegah ovulasi. Pada keadaan biasa estrogen dan
progesteron dihasilkan oleh ovarium, karena pengaruh folikel stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang dikeluarkan oleh hipophyse, akan
berpengaruh pada endometrium sehingga terjadi siklus menstruasi.
Selain itu esterogen dan progresteron berpengaruh langsung pada hipotalamus,
yaitu mekanisme feed back, yang akan menghambat pengeluaran FSH dan LH
releasing factor yang akibat selanjutnya adalah dihambatnya pengeluaran FSH dan
LH. Dengan dihambatnya FSH dan LH maka tidak akan terjadi ovulasi. Pada
pemakaian kontrasepsi hormonal, estrogen dan progesteron yang diberikan akan
mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron dalam darah tetap tinggi, sehingga
mekanisme feed back akan bekerja. Mekanisme inilah yang dipakai sebagai dasar
bekerjanya kontrasepsi hormonal.
Sampai sekarang dikenal 4 tipe kontrasepsi oral yakni tipe kombinasi, tipe
sekuensial, mini pil dan pil pasca sanggama (morning after pil). Tipe kombinasi
adalah yang mula mula dikenal dan efektifitasnya paling tinggi dan oleh karena itu
tipe inilah yang sampai sekarang paling banyak digunakan
a) Tipe kombinasi Terdiri dari 21-22 pil yang setiap pilnya berisi derivat
estrogen dan progestin dosis kecil, untuk penggunaan satu siklus. Pil pertama
mulai diminum pada hari kelima siklus haid selanjutnya setiap hari 1 pil selama
21-22 hari. Umumnya 2-3 hari sesudah pil terakhir diminum akan timbul
perdarahan haid yang merupakan perdarahan putus obat (withdrawal bleeding).
Penggunaan pada siklus selanjutnya sama seperti siklus sebelumnya yaitu pil
pertama ditelan pada hari kelima siklus siklus haid
15

b) Tipe sekuensial Pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan


sistem hormonal tubuh, 12 pil pertama hanya mengandung estrogen, pil ke-13
dan seterusnya merupakan kombinasi
c) Tipe mini pil Hanya berisi derivat progestin dosis kecil (0,5 mg atau lebih
kecil) terdiri dari 21-22 tablet. Minipil bukan menjadi pengganti dari pil oral
kombinasi, tetapi hanya sebagai suplemen/tambahan, yang digunakan oleh
wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau
untuk wanita yang harus menghindari estrogen oleh sebab apapun
d) Pil pasca senggama Berisi dietilstilbestrol 25 mg diminum 2 kali sehari dalam
kurang waktu 72 jam pasca senggama selama 5 hari berturut-turut. Keefektifan
kontrasepsi oral yaitu bagi ibu yang masih menyusui sampai sembilan bulan
pertama postpartum keefektifan pil ini mencapai 98,5%. Bagi ibu yang tidak
menyusui, keefektifan turun menjadi 96%
2) Kontrasepsi Suntik (Suntikan KB) Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah
kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan penyuntikan obat tersebut
pada ibu yang subur. Mekanisme kerja kontrasepsi suntik secara primer kadar
Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan kadar Leutenizing Hormon (LH) menurun
sehingga tidak terjadi peningkatan LH. Respon kelenjar hypofise terhadap
gonadotropin realising hormon eksogenous tidak berubah, sehingga member kesan
proses terjadi di hipotalamus daripada di hypofise. Secara sekunder lender servik
menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa serta
membuat endometrium menjadi kurangt baik untuk implantasi ovum yang telah
dibuahi oleh sperma karena edometrium menjadi atropi, selain itu juga
mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tubafallopi. Untuk mengetahui
contoh produk dari kontrasepsi suntik yang beredar di indonesia:
a) DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetat), mengandung 150 mg DMPA, yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
b) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200mg
noretisteron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
c) Cyclofem, yang mengandung 25 mg depo medroksi asetat dan 5 mg estradiol
sipionat yang diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali
16

2.7.

DIAGNOSIS BANDING
1. Kehamilan
2. Penyakit Tiroid
3. PCOS

2.8.

KOMPLIKASI
Infertilitas

BAB III
PEMBAHASAN
Ny. M, 38th datang ke poli kandungan RSUD Ibnu Sina dengan keluhan nyeri pada
perut bagian bawah. Pasien mengaku nyeri perut terasa hilang timbul. Pasien mengaku
mendapatkan haid terakhir pada bulan desember 2015, lama haid 5-6 hari dan 2x/ hari ganti
pembalut. Pasien mengatakan sejak 4 bulan yang lalu pasien tidak mendapatkan menstruasi.
Pasien mengaku sudah sempat melakukan test kehamilan dan hasilnya negatif. Pasien
mempunyai riwayat menggunakan KB suntik 5 tahun yang lalu. Pasien mengaku BAK
normal dan tidak ada gangguan, tidak ada keputihan. Hipertensi disangkal, Jantung disangkal,
DM disangkal, Alergi disangkal, Asma disangkal.
Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum tampak baik, GCS : 456, Skala
Nyeri 3, tekanan darah 130/90, nadi 84x/menit, suhu tubuh 36,6oC, pernapasan 20x/menit.
Tidak didapatkan anemia pada pemeriksaan. Nyeri tekan suprasimfisis (-), pada pemeriksaan.
Leopod, tinggi fundus uteri tidak teraba. Pada tes kehamilan (-). Pada pemeriksaan USG
tampak:
-

AF dalam batas normal


Endometrium tebal
Gestasional sac (-)

17

Pada teori gangguan menstruasi yang harus dibedakan adalah fisiologik dan
patologik. Jika fisiologik tidak perlu diterapi, tapi jika patologik dapat dibedakan apakah
termasuk gangguan menstruasi ( amenorea) primer atau sekunder. Pada kasus yang dialami
Ny. M, 38 tahun tersebut dapat dikategorikan pada amenorea sekunder. Karena pada Ny. M
berada dalam masa reproduksi dan pernah menikah, kemudian tidak mendapatkan haid
selama 4 bulan berturut- turut padahal sebelumnya haid teratur. Diketahui pertama kali
menstruasi pada umur 15 tahun, teratur dengan siklus 28hari, lama 5-6 hari. Pada Ny. M,
38tahun telah dilakukan pemeiksaan berupa tes kehamilan dan hasilnya negatif. Dari
amannesa dan pemeriksaan fisik dan penunjang kasus Ny. M mengarah pada Amenorea
Sekunder. Perlu beberapa rangkaian pemeriksaan lebih lanjut untuk lebih mengetahui sebab
amenorea tersebut.

BAB IV
KESIMPULAN
Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi. Amenorea terbagi
menjadi amenorea fisiologik dan patologik. Amenorea fisiologik yaitu terdapat dalam masa
sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause. Amenorea
patologik yaitu amneorea yang terjadi karena sebab tertentu diluar amenorea fisiologik.
Amenorea dapat dibagi menjadi amenorea primer dan amenorea sekunder.
1.

Amenorea primer adalah apabila tidak dapatnya haid pada wanita usia 16 tahun dengan
tanda-tanda seks sekunder atau usia 14 tahun tanpa tanda-tanda seks sekunder .
Amenorea primer umumnya mempunyai sebab yang lebih sulit diketahui seperti kelainan
congenital dan kelainan genetik.1,2,3

2. Amenorea sekunder adalah tidak adanya menstruasi selama lebih kurang 3 bulan
berturut-turut pada perempuan dengan riwayat sklus menstruasi normal atau tidak adanya
menstruasi selama 9 bulan berturut-turut pada perempuan dengan riwayat oligomenore
sebelumnya.2,3 Angka kejadian berkisar antara 1 5%. Adanya amenorea sekunder lebih
menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti
gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, kelainan hipotalamus,
hipofisis, ovarium, kelainan uterus dan lain-lain.1,2,3
18

Kasus Ny M, 38 tahun datang dengan nyeri perut bawah dan riwayat tidak mens
selama 4 bulan sebelumnya, mempunyai keadaan yang stabil. Hal itu dapat dilihat dari
tekanan darah : 130/90, nadi 84x/menit, suhu tubuh 36,6oC, pernapasan 20x/menit. Tidak
didapatkan anemia pada pemeriksaan. Nyeri Suprasimfisis (-). Leopold, tinggi fundus uteri
tidak dapat dievaluasi. Hasil tes kehamilan (-), Hasil USG, AF dalam batas normal,
Endometrium tebal, Festasional sac (-). Pasien ini mengarah ke Amenorea Sekunder.
Sehingga yang harus dilakukan adalah memerikan terapi hormonal untuk mengembalikan
siklus menstruasinya dan memonitor dengan cara kontrol rutin ke poli kandungan.

19

Anda mungkin juga menyukai