BAB V
PENJELASAN DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Pasal 1
URAIAN PEGIATAN
1. Kegiatan
: Pengadaan Gapura, Pagar dan Pos Keamanan
2. Lingkup Pekerjaan. :
- PEKERJAAN PERSIAPAN
- PEKERJAAN 2 (DUA) UNIT GAPURA
- PEKERJAAN POS KEAMANAN
- PEKERJAAN PAGAR
- PEKERJAAN PERKERASAN JALAN MASUK
3. Sarana Pekerjaan
3.1 Tenaga Kerja / Tenaga Ahli
Tenaga kerja dan tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan bidang
keahliannya dan jumlahnya sesui dengan volume pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Untuk koordinator dan assisten Koordinator tenaga kerja yang
akan melaksanakan Pekerjaan Pengadaan Gapura, Pagar dan Pos Keamanan
harus sesuai dengan bidang keahliannya dan dibuktikan dengan sertifikasi
keahlian di samping ijasah yang di peroleh dari pendidikan pormal, antara lain :
Bidang Arsitektur, Bidang Arsitektur Pertamanan, Bidang Kaahlian Sipil. Serta
Sertificat Keahlian lainnya yang di butuhkan.
3.2 Peralatan Pekerjaan
Alat-alat bantu, seperti Kendaraan Pengangkut Bahan /barang, Beton Molen, ,
Genset, Pompa air, Alat gali, alat-alat pengangkat dan pengangkit serta
peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
3.3 Bahan-bahan
Bahan-bahan untuk kebutuhan pekerjaan antara lain bahan material kontruksi
beton, bahan material arsitektur, bahan mekanikal elektrikal, bahan plumbing
dan sanitair, Batu Alam, dan lainnya harus dalam jumlah yang cukup untuk
setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dan tepat pada waktunya.
`
4. Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuanketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta Gambar kerja yang
diterbitkan. Selain RKS dan gambar sebagi pegangan fihak pelaksana. Juga fihak
Pasal 3
STANDARD RUJUKAN
1. Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti normalisasi Indonesia
StandardIndustri Konstruksi, peraturan Regional dan Nasional lainnya yang ada
hubungannya denganpekerjaan antara lain :
PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia.
NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia.
PUIL-1977 : Peraturan Umun Instalasi Listrik.
KEP.LH NO.12/ 1994 : Pedoman umum UKL dan UPL Untuk RTH dan Penataan
Elemen Estetika Perkotaan
2. Jika tidak terdapat dalam peraturan / standart / Normalisasi tersebut diatas, maka
berlaku peraturan / standar / Normalisasi Internasional ataupun negara asal
produsen bahan /material / komponen yang bersangkutan.
Pasal 4
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
1. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
2. Kehadiran direksi selaku wakil pemberi tugas untuk melihat, mengawasi, menegur,
ataumemberi nasehat tidak mengurangi tangung jawab penuh tersebut diatas
3. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
4. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
menjadi tanggung jawab kontraktor.
5. Selama pembangunan berlangsung, kontraktor harus menjaga keamanan bahan/
material, barang milik proyek, direksi dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan
maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima. Bila terjadi
kehilangan bahan-bahan bangunan pertamanan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun belum adalah tanggung jawab kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
6. Apabila pekerjaan telah selesai kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar
lokasi pekerjaan. Segala pembiayaan menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
1. Dilapangan pekerjaan kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa kontraktor atau
biasadisebut pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor, berpendidikan minimal S1
Sipil /Arsitektur atau sederajat dengan pengalaman minimal (4) tahun dalam bidang
Pelaksanaan Proyek atau S1 jurusan Arsitektur Pertamanan dengan pengalaman
minimal (4) tahun dalam bidang Pelaksanaan dan masing-masing bersetifikat ( SKA,
KTP dan Cv ) yang di terbitkan oleh Lembaga resmi Keterampilan khusus.di tambah
dengan Asisten Pelaksana minimal berpendidikan SMK ( SKT, KTP dan Cv )
berpengalaman minimal ( 4 ) tahun dilengkapi dengan SKT tenaga ahli sesuai
dengan bidangnya
2. Dengan adanya pelaksana, tidak berarti kontraktor lepas tanggung jawab sebagian
maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada pemimpin kegiatan dan
Direksi, nama dan jabatan pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari menurut pendapat Pemimpin Kegiatan dan Direksi, Pelaksana
kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan
kepada kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.
5. Dalam waktu tujuh hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor harus
sudah menunjuk Pelaksana baru atau kontraktor sendiri (Penanggung jawab /
Direktur Perusahaan) yang akan memimpin perusahaan.
Pasal 6
KETENTUAN & SYARAT-SYARAT BAHAN
1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) ini
maupun dalam berita acara penjelasan, bahan-bahan yang akan dipergunakan
maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi Persyaratan Umum Bahan
Bangunan Indonesia (PUBI th 1982) Standart Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termasuk serta ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat Tentang Taman dalam
Penggunaan Materi Tanaman Hias yang berlaku di Indonesia.
2. Merk Pembuatan Bahan/ Material & Komponen Jadi
2.1 Semua Merk Pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syaratsyarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas dan tidak
diartikan sebagai suatu yang mengikat.
`
2.2 Bahan dan material komponen jadi yang dipasang/ dipakai harus sesuai dengan
yang tercantum dalam gambar, memenuhi standart spesifikasi bahan tersebut,
Pasal 8
KOORDINATOR PELAKSANAAN
1. Jadwal Pelaksanaan
1.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan dilapangan, kontraktor wajib membuat
rencana kerja pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-chat dan
Scurve bahan dan tenaga kerja.
1.2 Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah Surat
Keputusan Penunjukan (SKP) diterima Kontraktor. Rencana kerja yang telah
disetujui oleh Direksi, akan disyahkan oleh pemberi tugas. Pengawas dari Dinas
Pasal 11
PENGUPASAN PERATAAN LAPISAN TANAH
a. Pemborong harus melakukan pengupasan (stripping) terlebih dahulu pada lokasi
proyek tersebut, sehingga didapatkan permukaan datar / rata / bersih yang bebas
dari sisa-sisa rumput liar dan material lain yang dapat mengganggu.
b. Ketebalan pengolahan tanah minimal 30 cm dari permukaan tanah asli. Tanah
sampah bekas Stripping (kupasan) harus dibuang jauh dari lokasi pekerjaan/sesuai
dengan petunjuk Direksi.
PASAL 12
PEKERJAAN TANAH
a. Pekerjaan Galian
Galian lubang atau menerus pada permukaan Lahan dilaksanakan pada :
Semua bagian untuk pekerjaan galian pondasi Pedestrian bangunan atau
Pagar
Semua jalur untuk pekerjaan drainase
Semua jalur untuk pekerjaan pemasangan instalasi pipa penyiraman
Semua jalur untuk pekerjaan pemasangan instalasi listrik
Galian lobang tanah dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar, baik lebar,
panjang, dalam, kemiringan. Bila terjadi kesulitan pelaksanaan pekerjaan menurut
gambar,Pemborong segera mengajukan usulan kepada Direksi mengenai
penyelesaiannya.
b. Pekerjaaan urugan
Pekerjaan pengurugan tanah dilaksanakan pada :
Semua Bekas bagian untuk pekerjaan galian pondasi Pedestrian bangunan
atau Pagar
Semua bekas jalur untuk pekerjaan drainase
Semua bekas jalur untuk pekerjaan pemasangan instalasi pipa penyiraman
Semua bekas jalur untuk pekerjaan pemasangan instalasi listrik
Semua bagian dari tanah yang akan ditanam Pohon / semak / perdu
Pelaksanaan Pengurugan menurut gambar serta peil-peil yang telah
ditetapkan.
c. Sumber Penggunaan Material
Bahan material bekas galian yang digunakan untuk urugan harus
seijin/disetujui Direksi.
Apabila tanah untuk pengurugan diambil dari luar lokasi, maka tanah yang
diambil harusdari satu sumber dan disetujui Direksi. Pekerjaan pengurugan
dimulai, tanah yang sudah dibersihkan harus dilakukan pemadatan.
Bahan material Pekerjaan adalah bahan produk dalam negeri satandar sii di
upayakan bahan alam yang berdekatan dengan lokasi pekerjaan.
Apabila bahan material susah di dapat di lapangan kontraktor wajib mencari
alternatip lain dan harus disetujui Direksi.
d. Tanah dasar Yang Kurang Baik
Direksi mempunyai wewenang apabila menghendaki agar tanah yang kurang baik
mutunya digali sampai kedalaman tanah yang dianggap memadai mutunya sebelum
pekerjaan dilaksanakan.
4. BAHAN-BAHAN
4.1. Batu-Bata
4.1.1. Batu bata harus batu bata merah dari mutu yang terbaik dengan
pembakaran sempurna dan merata, produksi lokal dengan ukuran
nominal 55 mm x 110 mm x 230 mm atau sesuai dengan ukuran lokal
yang dapat diperoleh, yang dibakar dengan baik dan bersudut runcing
dan rata, tanpa cacat dan mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata
yang biasa diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda dengan ukuran
tersebut diatas, harus diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari
ukuran-ukuran tersebut.
4.1.2. Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal 25
kg/cm2, sesuai ketentuan SII-0021-78/SNI.15-2049-1991 dan SK SNI S04-1989-F.
4.2. Adukan Pasangan Bata
Adukan dan plesteran untuk pasangan batu-bata harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis seperti pada BAB II.11 (Spesifikasi Teknis Adukan dan
Plesteran).
4.3. Bahan Penutup dan Pengisi Celah
Bahan penutup dan pengisi celah harus memenuhi persyaratan Spesifikasi
Teknisseperti pada BAB II.20 (Spesifikasi Teknis Penutup dan Pengisian
Celah).
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1. Adukan
5.2.1. Adukan harus dicampur dalam alat/tempat mencampur yang telah
disetujui.
Sangat dilarang memakai adukan yang sudah mulai mengeras dan
membubuhkannya untuk dipakai lagi.
5.2.2. Adukan yang dipakai seperti berikut:
Untuk pasangan kedap air di daerah basah, 15 cm di bawah
permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai (tergambar ataupun
tidak tergambar dalam Gambar Kerja), dan ditempat-tempat lain
sesuai petunjuk Gambar Kerja digunakan adukan 1 semen dan 2
pasir.
Untuk pasangan biasa digunakan adukan 1 semen dengan 5 pasir.
5.2. Pemasangan
5.2.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib memeriksa dengan
seksama Gambar Kerja dan melihat keadaan tempat pekerjaan tersebut
diatas yang akan dilaksanakan. Sebelum digunakan, batu bata harus
direndamdalam air menggunakan bak air/drum hingga jenuh. Dinding
harus dipasang dan didirikan menurut masing-masing ukuran, ketebalan
2.2. Standar Industri Indonesia (SII) and/or Standar Nasional Indonesia (SNI):
- SII.0013-81/SNI. 15-2049-1992 Semen Portland, Mutu dan Cara Uji
Semen.
- SNI. 03-2847-1992- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
- American Concrete Institute (ACI)
- ACI 318-95 Building Requirements for Reinforced Concrete
- ACI 347-94 Formwork for Concrete
`
3. PROSEDUR UMUM
3.1. Gambar Detail Pelaksanaan
Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus di sertakan Kontraktor kepada
Pengawas Lapangan untuk disetujui dan harus meliputi:
- Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait, lewatan,
sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
- Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi, ukuran,
sambungan, sisipan dan pekerjaan lainnya yang terkait.
- Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja, peralatan dan
alat-alat kerja.
3.2. Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan Pengujian
3.2.1. Pemeriksaan Lapangan
- Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian pendahuluan tersebut
di bawah akan dilakukan oleh Pengawas Lapangan dengan biaya
Kontraktor.
Kontraktor harus mengacu kepada hasil campuran percobaan dan
estimasi yang akan digunakan dalam pekerjaan ini.
- Kontraktor harus membantu Pengawas Lapangan dalam
pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian. Pengujian
pendahuluan akan meliputi penentuan hal-hal berikut:
- Karakteristik batu pecah.
- Tipe dan kualitas semen.
- Pemilihan dan dosis bahan tambahan.
- Perbandingan kelas batu pecah dan campuran.
- Faktor air semen.
- Pengujian slump.
- Karakteristik campuran beton segar.
Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai diperoleh campuran
yang sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Teknis ini.
3.2.2. Pengambilan Contoh bahan Agrerat Beton
Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh Pengawas
METODA UJI
AASHTO
T 112
T 113
T 11
MAX.
BERAT %
0,5 %
0,5 %
3%
4.4.2. Agregat halus tidak boleh mengundang bahan-bahan organik, asam, alkali
dan bahan lainnya yang merusak.
Agregat halus merata didegradasi dan harus memenuhi ketentuan gradasi
berikut:
SARINGAN
No.
No.
No.
No.
3/8
4
18
50
100
mm)
mm)
mm)
mm)
mm)
100
95 100
45 80
10 30
1 10
`
4.5. Agregat Kasar
4.5.1. Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran, batu pecah,
kerak dapur tinggi dan bahan lainnya yang disetujui dan memiliki
karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas dari bahan-bahan yang
tidak diinginkan.
Agregat kasar harus bebas dari bahan-bahan yang merusak dan harus
memenuhi ketentuan berikut:
METODA UJI
AASHTO
T 112
T 11
-
NO.
1.
2.
3.
MAX.
BERAT %
0,25 %
1%
10 %
Bahan-bahan lain yang merusak harus tidak lebih dari batas presentase yang
ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini dan/atau disetujui Pengawas
Lapangan.
4.5.2. Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan ASTM A 33 :
UKURAN
MAKS.
BATU
PECAH
(CM)
UKURAN SARINGAN
5,08
2,54
1,905
3,81
95-100
1,905
0,952
0,952
No.4
No.8
1,2
7
-
10-30
0-5
No.1
6
-
100
90-100
20-55
0-10
0-5
100
85-100
10-30
0-10
0-5
`
4.5.3. Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung dengan ukuran lain
dengan perbandingan berat atau volume untuk menghasilkan batuan yang
memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan.
4.6. Bahan Perawatan
Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut :
- Lembaran kain dari sera/goni
- Lapisan cairan untuk perawatan beton
- Lembaran polyethylene putih untuk perawatan beton
4.7. Bahan Tambahan
4.7.1. Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat pengerasan
beton, bila dibutuhkan, harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe B & D.
4.7.2. Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton bila diperlukan,
harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe C.
4.8. Pengisi Sambungan (Join Filler) dan (Joint Sealant)
4.8.1 Joint Filler harus memenuhi persyaratan AASHTO M 153 dan US Federal
terbuka, dan acuan kayu harus dibasahi dengan air sebelum penempatan
beton.
5.2. Perlakuan Pembukaan Acuan
Semua dinding acuan harus diberi lapisan yang disetujui sebelum penempatan
baja tulangan, dan acuan dari kayu harus dibasahi dengan air sebelum
penempatan beton.
Bahan pelapis yang akan menyebabkan perubahan warna asli beton tidak
boleh digunakan.
5.3. Penempatan Pipa Drainase dan Konduit
5.3.1. Pipa-pipa drainase, konduit kabel listrik dan/atau telekomunikasi harus
dipasang sebelum pengecoran, dengan tanpa mengurangi kekuatan beton.
Pipa-pipa tersebut harus dilindungi sehingga tidak akan terisi adukan beton
sewaktu pengecoran.
5.3.2. Pipa drainase dan pipa konduit harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi
Teknis Mekanikal.
5.4. Sambungan Konstruksi
Sambungan konstruksi harus ditempatkan pada tempat-tempat sesuai Gambar
Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Sambungan konstruksi harus
tegak lurus terhadap garis utama tekanan dan umumnya ditempatkan pada
titik-titik minimal gaya geser pada sambungan konstruksi horizontal. Batang
pasak, alat penyalur beban dan alat pengikat yang diperlukan harus
ditempatkan pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
5.5. Sambungan Terbuka
Sambungan terbuka harus dibuat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja
dengan menyisipkan dan kemudian mencabut kepingan kayu, pelat metal atau
bahan lain yang disetujui. Penyisipan dan pencabutan cetakan harus dilakukan
tanpa merusak pinggiran atau sudut beton. Penulangan tidak boleh melewati
sambungan terbuka kecuali bila ditentukan lain.
5.6. Pengisi Sambungan`
5.6.1. Sambungan muai yang diisi harus dibuat serupa dengan sambungan terbuka.
Bila ditentukan pembentukan ulang sambungan muai, ketebalan pengisian
yang dipasang sesuai dengan ketentuan Gambar Kerja. Pengisi sambungan
harus dipotong dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan permukaan
yang akan disambung.
5.6.2. Pengisi harus dipasang dengan kuat terhadap permukaan beton yang telah
ditempatkan dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak bergeser bila
disampingnya ditempatkan beton.
5.6.3. Bila diperlukan penggunaan lebih dari 1 lembar pengisi untuk mengisi
sambungan, lembaran harus ditempatkan secara rapat dan celah diantaranya
diisi dengan aspal kelas 18 kg, dan salah satu sisinya harus ditutup dengan
aspal panas agar tersimpan dengan baik.
5.6.4. Segera setelah pembongkaran acuan, sambungan muai harus diperiksa
dengan teliti.
5.6.5. Beton atau adukan yang menutup sambungan harus dipotong dengan rapih
dan dibuang. Bila, selama pelaksanaan, bukaan sebesar 3 mm atau lebih
muncul pada sambungan yang akan dilalui lalu lintas, bukaan tersebut harus
ditutup dengan ter panas atau aspal sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
5.7. Sambungan Besi
Sambungan hasil harus ditempatkan pada semua sambungan konstruksi yang
berhubungan langsung dengan tanah atau air bawah tanah dan tempat-tempat
lain sesuai Gambar Kerja dan/atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
5.8. Toleransi
Kontraktor harus menjaga dan menyetel acuan untuk memastikan, setelah
pembongkaran acuan dan sebelum pekerjaan akhir, bahwa tidak ada bagian
beton yang melebihi toleransi yang diijinkan dalam Gambar Kerja. Variasi
ketinggian lantai harus diukur sebelum pembongkaran pelindung dan
penumpu.
5.9. Perbandingan dan Campuran Beton
5.9.1. Perbandingan bahan ditentukan dengan penimbangan atau dengan metoda
yang disetujui Pengawas Lapangan. Perbandingan volume tidak diijinkan
tanpa persetujuan Pengawas Lapangan.
5.9.2. Semua beton harus dicampur dengan mesin. Waktu pencampuran harus
sesuai dengan petunjuk kapasitas alat pencampur.
5.9.3. Slump yang diijinkan minimal 75 mm dan maksimal 150 mm untuk balok,
kolom dan pelat sedangkan untuk pondasi sumuran minimal 50 mm dan
maksimal 125 mm. Pencampuran beton tidak boleh dimulai tanpa
memastikan persediaan bahan yang memadai, dalam batas yang aman, agar
pengecoran beton dapat dilaksanakan.
5.9.4. Bila pengecoran tidak dapat dihentikan. Kontraktor harus menyediakan
peralatan tambahan dan memadai yang disetujui Pengawas Lapangan.
5.9.5. Beton ready-mixed harus dicampur dan didatangkan sesuai ketentuan ASTM
C 94 dan ASTM C 685.
5.10. Penempatan Beton dan Pembongkaran Acuan
5.10.1. Beton tidak boleh ditempatkan sebelum acuan, penulangan, sisipan dan
lainnya telah disetujui Pengawas Lapangan. Acuan harus dibersihkan,bebas
Pembongkaran Acuan
c. Diameter pipa seperti ditunjukkan dalam gambar dan terbuat dari bahan
GIP. Diameter pipa antara dia. 1 s/d dia. 3 baik pipa utama maupun
pipa cabang terbuat dari bahan GIP
2) Accessories
Fitting harus terbuat dari material yang sama dengan material pipa yaitu
GIP
3) Valve
a. Gate Valve
(1) Untuk diameter 2 1/2 keatas harus mempunyai spesifikasi SNI
(2) Valve pada fixture unit terbuat dari Brass metal atau dari bahan
Alloy yang anti karat, khusus dibuat untuk fixture-fixture unit
tersebut, tampak harus mengkilat tanpa ada cacat seperti stainless
steel.
4) Pompa Air Bersih dan Perlengkapannya
a. Kontraktor harus memasang Pompa Air Bersih sesuai dengan gambar
dokumen untuk Pompa distribusi kapasitas : 110 liter/menit Total Head
: 33 - 57 Meter
b. Motor listrik harus sesuai dengan N.E.M.A Standard dan National
Electric Code.
c. Brosur lengkap harus disertakan dalam penawaran berisikan curve-curve
karakteristik dan susunan bagian-bagian pompa. Pemilihannya harus
diberi tanda dengan warna.
e. Sistem Instalasi air Buangan
1. Pipa
Semua pipa dan air buangan harus ada pipa vent yang terdapat
didalam kolam, demikian pula dengan pipa dari Bak kontrol terbuat
dari bahan PVC class AW, dari buatan WAVIN atau yang setara,
yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi lapangan.
2. Accessories
Semua fitting harus terbuat dari bahan yang sama dengan pipa, yaitu
PVC Class 5 Bar Semua Floor Drain dan Clean Out terbuat dari
bahan Stainless Steel sesuai dengan daftar merk.
f. Peralatan Pendukung/Alat Bantu
a) Pemipaan pada peralatan/unit mesin seperti tangki, pompa dan
lainnya harus ditopang secara terpisah sehingga tidak membebani
unit mesin/peralatan tersebut, dan jika diperlukan harus disertai
peredam getaran.
b) Sistem sambungan harus dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi
untuk mengatasi gerakan-gerakan thermal dan/atau gerakangerakan akibat aliran fluida pada tempattempat tertentu dengan
system sambungan swing, flexible expansion loop dan lainnya.
6) Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja untuk
mengoperasikan/merawat peralatan Plambing dan mendatangkan 1 (satu)
orang supervisor sekali seminggu untuk memeriksa atau melakukan
balancing selama masa pemeliharaan.
7) Kontraktor harus memberikan service secara Cuma-Cuma untuk seluruh
system Plambing selama 180 (seratus delapan puluh) hari setelah ini
diserah terimakan pertama kali dan garansi 1 (satu) tahun setelah serah
terima kedua.
c. Perijinan
1) Semua ijin-ijin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan itu
untuk melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas
tanggungan dan biaya Kontraktor.
2) Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang
dipatenkan serta kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang
diperlukan untuk ini. Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat
Pernyataan mengenai hal tersebut diatas.
3) Kontraktor harus menyerahkan semua perijinan atau keterangan resmi
yang diperoleh mengenai instalasi proyek ini kepada Pengelola
Kegiatan/Konsultan Pengawas/Direksi Konstruksi atau pihak ditunjuk,
sebelum penyerahan kedua dilakukan.
4) Kontraktor harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Pengelola
Proyek/Konsultan Pengawas/Direksi setiap akan melakukan sesuatu
tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan pekerjaan di
luar jam kerja (kerja lembur).
5) Kontraktor harus mendapatkan ijin-ijin yang berhubungan dengan pajak,
pemerintahan setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang
dikerjakan. Dalam hal ini, semua biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan permintaan ijin tersebut harus dibayar oleh Kontraktor.
6) Penyetelan seluruh system agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik
sesuai dengan persyaratan dokumen pelelangan dan gambar-gambar yang
ada.
7) Pengadaan pemasangan seluruh instalasi Plambing sesuai dengan
persyaratan dokumen, spesifikasi dan yang lainnya sesuai dengan kontrak.
8) Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan lebih lanjut kepada Pengelola
Proyek/Kontraktor Konsultan Pengawas/Direksi, Konsultan atau pihak
lain yang ditunjuk untuk ini. Apabila sampai terjadi kelalaian dan
kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerugiankerugian
yang mungkin terjadi.
9) Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi
Plambing harus berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan
spesifikasi teknik, serta addendum lainnya. Bila dalam spesifikasi ini
4. Pasangan Kanstin
5. Profilan pada bangunan
6. Pekerjaan Saluran batu kali
7. Pekerjaan Septictank dan Rembesan
PEKERJAAN LANTAI PAVING BLOCK
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis
Paving Block pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja
serta Spesifikasi Teknis ini atau sesuai Petunjuk Pengawas Lapangan.
`
2. STANDAR/ RUJUKAN
2.1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
2.2. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F).
2.3. Standar Industri Indonesia (SII)/ Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.4. Spesifikasi Teknis Adukan dan plesteran.
3. PROSEDUR UMUM
3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus
diserahkan terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui
sebelum dikirim ke lokasi proyek.
Contoh bahan Paving Block harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) buah
dengan 4 (empat) gradasi warna untuk setiap bahan.
Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab kontraktor.
3.2. Pengiriman dan Penyimpanan
Pengiriman Paving Block ke lokasi proyek harus dalam label/merek
dagang yang utuh dan jelas.
Kontraktor wajib menyediakan cadangan sebanyak 2,5% dari keseluruhan
bahan terpasang untuk diserahkan kepada Pemilik Proyek.
4. BAHAN-BAHAN
4.1. Umum.
Paving Block harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang dikenal.
Paving Block yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak
lurus, sudut-sudutnya tidak siku, retak atau cacat-cacat yang lainnya, tidak
boleh dipasang.
4.2. Tipe dan warna masing-masing Paving Block harus sesuai Skema warna
yang ditentukan kemudian, berasal dari merek yang setara yang disetujui
oleh Pengawas Lapangan.
4.3. Paving Block Beton
Paving Block beton harus dari jenis dengan permukaan yang terdiri dari
butiran batu alam warna hijau, seperti tipe Pearl stone buatan Cisangkan
atau yang setara, dengan ukuran dan tebal sesuai ketentuan dalam Gambar
Kerja.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Persiapan
5.1.1. Pekerjaan pasangan Paving Block baru boleh dilakukan setelah pekerjaan
lainnya benar-benar selesai.
5.1.2. Pemasangan Paving Block harus menunggu sampai semua pekerjaan
pemipaan air bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak di
belakang atau di bawah pasangan Paving Block ini telah diselesaikan
terlebih dahulu.
5.2. Pemasangan
5.2.1. Sebelum pemasangan Paving Block pada Lahan, Tanah dalam keadaan
kering, padat, rata dan bersih.
5.2.2. Sebelum dipasang, Paving Block harus dipilah terlebih dahulu.
5.2.3. dengan direncanakan atau sesuai petunjuk Gambar Kerja.
5.2.4. pasangan Paving Block pada lantai harus ditempatkan di atas lapisan
pasir padat, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja
permukaannya harus dimiringkan dan sedemikian rupa menuju ke arah
lubang pembuangan
5.2.5. Paving Block harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh
berongga.
Harus dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang Paving Block
yang terpasang tetap lurus dan rata.
Paving Block yang salah letaknya, cacat atau pecah, harus dibongkar dan
diganti.
5.2.6. Paving Block mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetri yang
dikehendaki dapat terbentuk dengan baik.
5.2.7. Sambungan atau celah-celah antara Paving Block harus lurus, rata dan
seragam, saling tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari 1.6mm,
kecuali bila ditentukan lain.
5.2.8. Pemotongan Paving Block harus dengan keahlian dan dilakukan hanya
pada satu sisi, bila tidak terhindarkan. Pada pemasangan khusus seperti
pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran dan bentuk-bentuk yang
lainnya harus dikerjakan rapih dan sesempurna mungkin.
5.3. Pengecoran Siar/Celah
5.3.1. Pengecoran siar/celah antara Paving Block harus dilaksanakan setelah
pasangan Paving Block benar-benar rata. Hal ini perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya aus
5.3.2. Siar/celah antara Paving Block dicor dengan pasir beton II,Pengecoran
dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar.
5.3.3. Setelah pasir pengisi cukup rata, bekas-bekas pengecoran segera
dibersihkan.
5.3.4. Setelah permukaan paving block di pasang dan di cor rata selanjutnya di
lakukan pemadatan dengan stamper kodok sampai permukaan rata dan
disetujui oleh konsultan pengawas.
5.4. Pembersihan dan Perlindungan
Setelah pemasangan selesai, permukaan Paving Block harus benar-benar
bersih, tidak ada cacat, bila dianggap perlu permukaan Paving Block harus
diberi perlindungan misalnya dengan coating anti lumut atau cara lain
yang diperbolehkan, tanpa merusak permukaan Paving Block.
dibongkar dan diganti dengan perkerasan beton sikat yang baru tanpa ada
biaya tambahan ke pemilik/ owner.
3.3.2. Unit perkerasan batu sikat yang tidak melalui uji labolatorium seperti yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini harus ditolak dan diganti dengan produk
berkualitas lebih baik, oleh kontraktor tanpa biaya tambahan apapun.
4.0. MATERIAL
4.1. Lapisan Batu Alam
Lapisan Batu Candi harus terbuat dari batu alam gunungdengan warna yang telah
ditentukan (hitam/gelap) berukuran 300mm x 300mm, 300mm x 600mm, 200mm
x 400mm seperti produk lokal atau setara produk kepulauan jawa.
4.2. Pasir
Pasir untuk dasar harus keras, bersih, bebas dari tanah liat dan lumpur dan harus
diurug dengan benar dan disetujui oleh Konsultan pengawas.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1. Lapisan Pasir Dasar
5.1.1.Tanah dasar dan landasan harus telah disiapkan untuk transfer dan profil
longitudinal yang benar. Memiliki minimum kemiringan of 2%, atau seperti
yang dtunjukkan dalam gambar.
Persiapan tanah dasr harus sesuai persyaratan Spesifikasi Persiapan Tanah
Dasar, dan landasan harus sesuai dengan persyaratan Spesifikasi Landasan.
5.3.1. Landasan harus disebarkan dengan ketebalan merata seperti yang Ditunjukkan
dalam gambar.
5.3.2. Plesteran pengikat disebarkan setelah landasan dengan lapisan yang seragam,
ketebalan yang harus ditetapkan berdasarkan kondisi lapangan untuk
memberikan kedalaman setelah pemadatan 50mm, atau seperti yang ditunjukkan
dalam gambar.
5.2. Lapisan Beton
5.2.1. Lapisan Beton dasar / rabat harus disebarkan di atas lapisan pasir atau dibuat
balok pada lapisan yang sama, ketebalan minimum 10 mm
5.3.3. Setelah menempatkan beton rabat, kemudian lapisan dipadatkan guna mencapai
kesatuan dengan landasan pasir dan menghasilkan ketinggian dan profil yang
didisain dengan tidak kurang dari 3 (tiga) pass, menggunakan plat pemadat yang
sesuai.
5.3. Batu Candi
5.2.1. Balok perkerasan beton harus diletakkan secara manual di atas lapisan beton
rabat tebal sesuai dengan pola yang ditentukan.
5.3.4. Setelah meletakkan batu candi setelah itu perlu untuk mencapai level dan bentuk
yang didisain.
5.3.5. Pembersihan dan perlindungan
Pembersihan dan perlindungan beton sikat dengan coating anti lumut atau cara
lain yang diperbolehkan, tanpa merusak permukaan batu sikat.
3.3.3. Unit perkerasan Batu Templek yang tidak memnuhi persyaratan dalam
spesifikasi ini harus ditolak dan diganti dengan produk berkualitas lebih baik,
oleh kontraktor tanpa biaya tambahan apapun.
4.0. MATERIAL
4.1. Lapisan Batu Templek
Lapisan Batu Templek harus terbuat dari batu alam asli dengan warna yang
telah ditentukan (hitam/gelap) produk lokal Bandung atau cimahi
4.2. Pasir
Pasir untuk dasar harus keras, bersih, bebas dari tanah liat dan lumpur dan
harus diurug dengan benar dan disetujui oleh Konsultan pengawas.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1. Lapisan Pasir Dasar
5.1.1. Tanah dasar dan landasan harus telah disiapkan untuk transfer dan profil
longitudinal yang benar. Memiliki minimum kemiringan of 2%, atau seperti
yang dtunjukkan dalam gambar.
Persiapan tanah dasr harus sesuai persyaratan Spesifikasi Persiapan Tanah
Dasar, dan landasan harus sesuai dengan persyaratan Spesifikasi Landasan.
5.3.7. Landasan harus disebarkan dengan ketebalan merata seperti yang
ditunjukkandalam gambar.
5.3.8. Pasir dasar disebarkan setelah landasan dengan lapisan yang seragam, ketebalan
yang harus ditetapkan berdasarkan kondisi lapangan untuk memberikan
kedalaman setelah pemadatan 50mm, atau seperti yang ditunjukkan dalam
gambar.
5.2. Lapisan rabat Plesteran
5.2.1. Lapisan Rabat harus disebarkan di atas lapisan pasir atau dibuat balok pada
apisan yang sama, ketebalan minimum 30 mm
5.3.9. Setelah menempatkan Rabat, kemudian lapisan dipadatkan guna mencapai
kesatuan dengan landasan pasir dan menghasilkan ketinggian dan profil yang
didisain dengan tidak kurang dari 3 (tiga) pass, menggunakan plat pemadat
yang sesuai.
5.3. Batu Templek
5.2.1. Batu Templek di pasang diatas rabat pleateran secara merata dengan desain sesui
gambar kerja dengan nad antara yang seukuran Setelah meletakkan Batu
Templek setelah itu perlu di bersihkan dan dicuci dengan Hcl yang ada di
pasaran dengan consentrat sesuai kemasan pabrikasi
PASAL 19
PENGECATAN
1.0. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan, tenaga
kerja dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecatan selengkapnya,
sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Kecuali ditentukan lain, semua permukaan eksterior dan interior harus dicat dengan
standar pengecatan minimal 2 (dua) kali cat dasar dan 2 (dua) kali cat akhir.
2.0. STANDAR/ RUJUKAN
2.1. Steel Structures Painting Council (SSPC).
2.2. Swedish Standard Institution (SIS).
2.3. British Standard (BS).
2.4. Petunjuk Pelaksanaan dari pabrik pembuat cat yang digunakan.
3.0. PROSEDUR UMUM
3.1. Data Teknis dan Kartu Warna
Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dan kartu warna dari cat
yang akan digunakan, untuk disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Lapangan.
Semua warna ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan akan diterbitkan secara
terpisah dalam suatu Skema Warna.
3.2. Contoh dan Pengujian
3.2.1. Cat yang telah disetujui untuk digunakan harus disimpan di lokasi proyek
dalam kemasan tertutup, bertanda merek dagang dan mencantumkan identitas
cat yang ada di dalamnya, serta harus diserahkan tidak kurang (dua) bulan
sebelum pekerjaan pengecatan, sehingga cukup dini untuk memungkinkan
waktu pengujian selama 30 (tiga puluh) hari.
3.2.2. Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Pengawas lapangan
mengambil 1 liter contoh dari setiap takaran yang ada dan diambil secara acak
dari kaleng/kemasan contoh harus diaduk dengan sempurna untukmemperoleh
contoh yang benar-benar dapat mewakili.
3.2.3. Untuk pengujian, Kontraktor harus membuat contoh warna dari cat-cat tersebut
diatas 2 (dua) potongan kayu lapis atau panel semen berserat berukuran 300mm
x 300mm untuk masing-masing warna. 1 (satu) contoh disimpan kontraktor dan
1 (satu) contoh lagi disimpan Pengawas lapangan guna memberikan
kemungkinan untuk pengujian di masa mendatang bila bahan tersebut ternyata
tidak memenuhi syarat setelah dikerjakan.
3.2.4. Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna menjadi tanggung
jawab kontraktor.
4.0. BAHAN-BAHAN
4.1. Umum.
4.1.1. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih
jelas menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau spesifikasi cat,
nomor takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrik, petunjuk dari pabrik
dan nama pabrik pembuat, yang kesemuanya harus masih absah pada saat
pemakaiannya. Semua bahan harus sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan
pada daftar cat.
4.1.2. Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu pabrik/merek
dagang dengan cat akhir yang akan digunakan. Untuk menetapkan suatu standar
kualitas,
disyaratkan
bahwa
semua
cat
yang
dipakai
harus
berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi yang setara.
4.2. Cat Dasar
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau yang setara:
- Alkali Resisting Primer/Alkali Resistant Sealer untuk permukaan plesteran,
beton, gypsum dan semen berserat.
- Aluminium Wood Primer Undercoat untuk permukaan kayu lapis.
- Quick-Drying Metal Primer Chromate/Zinc Chromate Primer untuk
permukaan lapis besi/baja.
4.3. Cat Akhir
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setara:
- Acrylic Emulsion/Vinyl Acrylic Emulsion untuk permukaan interior plesteran,
beton, gypsum dan panel semen berserat. Setara Pentalite dari ICI-Dulux atau anacryl
dari Danapaint.
- Acrylic Emulsion/Vinyl Acrylic Emulsion khusus untuk permukaan eksterior
plesteran, beton dan panel semen berserat. Setara Weather shield dari ICIDulux atau
Danashield dari Danapaint.
- Synthetic Enamel/Synthetic Super Gloss untuk permukaan kayu dan besi/baja.
Setara Super gloss.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
5.3.1. Umum
- Polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda sejenisnya yang
berhubungan langsung dengan permukaan yang akan dicat, harus dilepas,
ditutupi atau dilindungi, sebelum pelaksanaan persiapan permukaan dan
pengecatan dimulai. Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan
lainnya, permukaan
- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang
tersebut.
harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat kering), sesuai
ketentuan berikut:
a. Permukaan Interior Plesteran, Beton, Gipsum dan Panel Semen Berserat.
Cat dasar : 2 (dua) lapis Alkali Resisting Primer/ Alkali Sealer Resistant.
Cat akhir : 2 (dua) lapis Vinyl Acrylic Emulsion/Acrylic Emulsion.
b. Permukaan Eksterior Plesteran, Beton dan Panel Semen Berserat.
Cat dasar : 2 (dua) lapis Alkali Resisting Primer/Alkali Sealer Resistant.
Cat akhir : 2 (dua) lapis Vinyl Acrylic Emulsion/Acrylic Emulsion.
c. Permukaan Besi/Baja.
Cat dasar : 2 (dua) lapis Quick Drying Metal Primer Chromate/Zinc
Chromate Primer.
Cat akhir : 2 (dua) lapis Synthetic Super Gloss/Synthetic Enamel.
d. Tebal Lapisan Cat.
Tebal lapisan cat dalam keadaan kering harus sesuai dengan standar dari
pabrik pembuat cat yang dipilih untuk digunakan.
5.5.3. Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.
- Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras,
membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya. Cat
harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam
konsistensinya selama pengecatan.
- Bila disyaratkan oleh keadaan permukaan, suhu, cuaca, dan metoda
pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan
dengan mentaati petunjuk yang diberikan oleh pabrik pembuat cat dan tidak
melebihi jumlah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
- Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab Kontraktor
untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis
dibawahnya).
5.5.4. Metoda Pengecatan.
- Cat dasar untuk permukaan beton, plesteran dan panel semen berserat diberikan
dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan panel gypsum diberikan dengan kuas dan lapisan
berikutnya dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan kayu lapis diberikan dengan kuas dan lapisan
berikutnya dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan barang besi/baja diberikan dengan kuas atau
disemprotkan dan lapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan.
Pasal 20
PEKERJAAN PEMBONGKARAN, PENGAMAN DAN PEMBERSIHAN
SETELAH PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam
Lingkup pekerjaan seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam buku
RKS ini dari semua barang atau bahan material lainnya yang dinyatakan tidak
digunakan lagi setelah pekerjaan selesai menjadi tanggung jawab Kontraktor
bersangkutan.
2. Semua bekas bongkaran sisa bahan, sampah dan sebagainya harus dikeluarkan
dari lokasi tapak/site
3. Selama Pelaksanaan berlangsung Kontraktor harus menjaga keamanan
bahan/material, barang maupun peralatan yang di gunakan sampai tahap serah
terima penyelesaian pekerjaan.
Pasal 21
PEKERJAAN LAIN-LAIN / PENUTUP
1. Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di
lapangan akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan
Kontraktor. Bila diperlukan akan dibicarakan bersama konsultan perencana.
2. Sebelum penyerahan pertama, Kontraktor wajib meneliti semua bagian
pekerjaan yang belum sempurna, dan harus diperbaiki, arean taman harus
ditata rapi dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari
proyek.
3. Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, memupuk, mendangir,
menyiram memangkas, mengamankan dan memperbaiki ornament taman dari
segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan
pekerjaan benar-benar telah sempurna.
4. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada penjelasan
ternyata diperlukan, akan dicantumkan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
Ooooo0ooooO