TINJAUAN PUSTAKA
1. Manajemen Keperawatan
1.1
dari
institusi
tetapi dapat
memerlukan
pengembangan atau
Swanburg
(2000),
ketrampilan
manajemen
dapat
kemampuan
atau penguasaan
teori, keterampilan
berfikir. 2)
1.2
Peran Manajer
Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan.
Tetapi
faktor
tergantungnya
tugas,
kepuasan
staf. Kepuasan
kerja
staf
dapat
dilihat
dari
agar diciptakan
suasana
keterbukaan
dan
manajer
terhadap
hasil
dari
menghindari
kemungkinan
terjadinya
saling
melempar
keperawatan, perlu
melakukan
kesalahan.
Kepala
ruangan disebuah
ruangan
perencanaan
jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan,
organisasi, menetapkan
biaya biaya
untuk
setiap
kegiatan
serta
pemberian
asuhan
keperawatan
kepada
tepat,
memfasilitasi
kolaborasi. 5)
optimal.
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan
lain yang diperlukan di ruang rawat.
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
10) Melaksanakan
program
orientasi kepada
pasien
dan keluarganya
kegawatan, injeksi
memudah
keadaan
dan
menampung
keluhan
dirawat
serta
untuk
membantu
tenaga
nonkeperawatan
dalam
memelihara
penilaian
terhadap
uapaya
peningkatan
peralatan
pelaksanaan
2.
Perawat Pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu
Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi,
2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan
yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik
saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali
memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam
memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan
dengan klien.
b.
&
Perry
(2005),
sebagai
pelindung
perawat
membantu
untuk
kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau
pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi
hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu
klien dalam menyatakan hakhaknya bila dibutuhkan. Perawat juga
melindungi hak hak klien melalui caracara yang umum dengan penolakan
aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau
menetang hak hak klien.
c.
Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini
terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam
untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya pelayanan
kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry
(2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan
klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber
informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan
keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan pada klien
dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan
keperawatan dan lainlain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang
jelas.
d.
Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi
organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.
Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai
dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan
sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan
dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005)
3.
Kepemimpinan
adalah
memberikan
pengaruh kepada perubahan perilaku orang lain secara langsung maupun tidak.
Seorang manajer ingin kepemimpinan lebih efektif, ia harus mampu memotivasi
diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap permasalahan organisasi, menggerakkan stafnya agar mereka mampu
melaksanakan tugatugas pokok organisasi sesuai dengan kewenangan yang
diberikan kepadanya dan tanggung jawab yang melekat pada setiap tugas
(Muninjaya, 1999). Menurut Gillies (1994), dalam Arwani (2006), mendefinisikan
kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang mempunyai arti
beragam, seperti untuk memandu (to guide), untuk menjalankan dalam arah
tertentu (to run in a specific direction), untuk mengarahkan (to direct), berjalan
didepan (to go at the head of), menjadi yang pertama (to be first), membuka
permainan (to open play), dan cenderung kehasil yang pasti (to tend toward a de).
Pemimpin yang efektif adalah seorang katalisator dalam memudahkan
interaksi yang efektif di antara tenaga kerja, bahan, dan waktu. Seorang pemimpin
yang efektif adalah seorang pembangkit tenaga (sinergis) yang menyatukan usaha
banyak pekerja dengan bermacam macam ketrampilan. Kepemimpinan adalah
sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan lebih besar untuk
menunjukkan dan mempengaruhi perilaku yang lain dibandingkan dengan dia,
jadi, fungsi pemimpin berdasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak pihak
yang terlibat. Dalam setiap perusahaan kerja sama memerlukan usaha banyak
orang atau pekerja, pemimpin dibutuhkan untuk meluruskan pegawai dalam
rangka mendukung tujuan organisasional. Untuk memulai usaha kelompok
kepada akhir yang diinginkan, mencampur dan menipang usaha berbagai tenaga
ahli (Gillies, 1989).
Weirich dan Koontz (1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni
atau proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka bersedia dengan
kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Sementara itu, Hellriegel dan Slocum (1992) menyatakan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain
uantuk mencapai tujuan.
Menurut McGregor, dikutip dari swanburg (2001), menyatakan ada empat
variabel besar yang diketahui sekarang untuk memahami kepemimpinan: 1)
karakteristik pimpinan, 2) sikap, kebutuhan
(1986),
dikutip
dari
swanburg
(2001)
mendefinisikan
dimensi yaitu pimpnan, bwahan, dan situasi. Masing masing dari dimensi
tersebut saling mempengaruhi.
tersebut
mencakup
cara
mengarahkan,
menunjukkan
jalan,
yang
ketiga
(Muninjaya, 1999).
Secara mendasar gaya kepemimpinan dibedakan atas empat macam
berdasarkan kekuasaan dan wewenang, yaitu otokratik, demokratik, participation,
dan laisez faire atau free rain. Keempat tipe atau gaya kepemimpinan tersebut
satu sama lain memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies, 1986).
a. Gaya
menimbang
jawaban
bawahan
atas
usulannya,
manajer
4.
Semangat Kerja
kegembiraan dan
marah, sering sakit, suka membantah, gelisah dan pesimis, maka reaksi itu
dikatakan sebagai bukti semangat kerja rendah. Menurut Gondokusumo
(1995), semangat kerja adalah refleksi dari sikap pribadi atau sikap kelompok
terhadap seluruh lingkungan kerja dan terhadap kerja sama dengan orang lain
untuk mencapai hasil maksimal sesuai dengan kepentingan bersama.
Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat
dengan jalan memperkecil kekeliruhan dalam pekerjaan, mempertebal rasa
tanggung jawab, serta dapat menyelesaikan tugas tapi waktunya sesuai
dengan rencana yang ditetapkan ( Nitisemito, 2000 )
Semangat (moril) kerja adalah kemampuan sekelompok orang-orang
untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan
bersama (Moekijat, 2002 : 130).
Semangat
kerja sangat
penting
semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi atau
tidak bekerja karena malas, (2) dengan semangat kerja yang tinggi dari
buruh dan karyawan maka pekerja yang
kepadanya akan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat, (3)
dengan semangat kerja yang tinggi pihak organisasi memperoleh keuntungan
dari sudut kecilnya angka kerusakan karena semakin tidak puas dalam
bekerja, semakin tidak
angka kerusakan, (4) semangat kerja yang tinggi otomatis membuat karyawan
akan merasa senang bekerja sehingga kecil kemungkinan karyawan akan
pindah bekerja ketempat lain, (5) semangat
semangat
karakteristiknya
seperti manusia
dengan
ciriciri bekerja
tidak
tenang, menunda
pekerjaan,
rendah menjadi semangat kerja tinggi atau sebaliknya sesuai dengan faktor
faktor yang mempengaruhi dan upaya untuk membangun semangat kerja
(Adnyani, 2008).
dilihat
dari beberapa
indikasi. Dengan
e) Kegelisahan di mana-mana
Sebagai seorang pemimpin harus mengetahui kegelisahan yang timbul
pada
bawahannya.
Kegelisahan
yang
timbul
dapat
berwujud
Menurut
menunjukkan
karakteristik
Nitisemito
kecenderungan
semagat
kerja
(1996),
berdasarkan
rendahnya
semangat
indikasi
kerja,
yang
maka
indikator yaitu
disiplin, kerja sama, dan kepuasan kerja. Disiplin merupakan suatu keadaan
tertip karena orang orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk
dan taat kepada aturan yang ada serta melaksanakan dengan senang hati.
Dalam disiplin ada 2 faktor yang mendukung yaitu faktor waktu dan
faktor perbuatan. Usaha usaha untuk menciptakan disiplin selain melalui
tata tertib atau peraturan yang jelas juga harus ada pencabaran tugas dan
wewenang yang jelas, tata cara, tata kerjayang sederhana dapat dengan
mudah diketahui oleh pekerja. Disiplin dapat diukur dengan kepatuhan
karyawan dengan kehadiran dalam bekerja, kepatuhan pekerja kepada
jam kerja, kepatuhan pada perintah atasan, taat kepada peraturan dan tata
tertip yang berlaku, berpakaian
yang
baik
dapat
dilihat
dari kesediaan
para
karyawan
untuk
bekerja sama dengan teman teman sekerja dan atasan mereka sehubung
dengan tugas masing masing. Kerja sama adalah refleksi dari semangat
dan akan baik jika semangat tinggi. Proses kerja sama mengandung segi
relasi, interaksi, partisipasi, kontribusu setiap individu, dan masing masing
mereka menyumbangkan ide pikirnya.
Kepuasan
mempunyai kontribusi
yang
sangat
besar terhadap
pekerja
kerja, serta kerja sama dengan pimpinan dan sesama pekerja. Pekerja yang
tidak memperoleh kepuasan sering melamun, mempunyai semangat kerja
rendah, cepat
tidak
perusahaan
yang
baik
bukan
saja
hanya
memberikan
jika
mereka
cukup
baik.
Misalnya
dengan
cara
mewajibkan
para
rasa
tanggungjawab.
Tanggung
jawab
dapat
mengikut
sertakan
mereka
berunding
maka
perasaan
Tentu
saja
cara
itu
harus
juga
disertai
dengan
maka
berarti
kegairahan
kerjanya
dapat
pula
ditingkatkan.
Fasilitas yang menyenangkan janganlah diartikan secara sempit, sebab
banyak menafsirkan bahwa fasilitas menyenangkan antara lain
rekreasi, cafetaria sampai olah raga dan sebagainya.
Sebenarnya fasilitas yang menyenangkan sangat luas, sehingga
termasuk juga pengobatan, tempat ibadah, kamar kecil yang bersih,
pendidikan untuk anak dan sebagainya. Tempat ibadah akan
menimbulkan ras kesenangan batiniah, sebab dengan penyediaan
mengakibatkan
showdown
atau
bentuk-bentuk
lainnya.
c) Tingkat kebiasaan absen (abseniesme) yang tinggi, artinya
terlalu banyak jumlah pegawai yang tidak masuk atau
sering datang terlambat
d) Moral yang rendah dalam bentuk kenakalan, perbuatan
yang merugikan nama baik organisasi, dan lain sebagainya.
e) Tidak adanya loyalitas kepada organisasi.
f) Pessimisme
g) Appatisme
dengan
pekerja
dan berusaha
agar
supervisi yang
bermutu, kondisi
kerja yang
yang
harmonis, dan adanya aturan mainan yang jelas. Selain itu teknik pengawasan
dan kebijakan menajemen meliputi pengawasan berusaha agar pekerja
mempunyai minat kerja yang besar, memberi pujian.
Menurut Zainun (2004), beberapa
menyelenggarakan motivasi untuk
usaha positif
meningkatkan
dalam rangka
semangat
kerja, yaitu
kepada tenaga
tidak