Manajemen Mutu Rumah Sakit Ed
Manajemen Mutu Rumah Sakit Ed
Diah
1. Pendahuluan
Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan
menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Godd Corporate Governance) dan tata kelola klinis yang
baik (Good Clinical Governance).
Dalam Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 33 Ayat 1 dan 2
tersebut menyebutkan setiap rumah sakit harus memilikiorganisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel
serta paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umumdan keuangan.
tanggal 1 Januari 2010 telah berlaku implementasi modus keempat dalam era liberalisasi perdaganan jasa
bidang kesehatan untuk negara kawasan Asia Tenggara sesuai dengan perjanjian kerjasama ASEANMutual
Recognition Arrangement on Medical
Practitioners(MRA-MP).1 Ada 4tujuan dalamMRA-MP yakni:
1.mengatur mobilitas praktisi dokter di wilayahASEAN;
2. meningkatkan dan mengembangkan kerja sama pertukaran informasi
antar profesi medis;
3.meningkatkan mutu kualifikasi dan standar layanan dan;
4.kerjasama pendidikan dan pelatihan profesi medis
Rumah Sakit
1 Pengertian
Ada beberapa pengertian rumah sakit yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
a Menurut Assosiation of Hospital Care (1947) Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan
kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.
b Menurut American Hospital Assosiation (1947) Rumah sakit adalah suatu alat organisasi
yang terdiri atas tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang
permanen
menyelenggarakan
pelayanan
kedokteran,
asuhan
keperawatan
yang
serta
penapisan
teknologi
bidang
permintaan konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit dengan wajar,
efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan
sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat
konsumen.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan, maka fungsi pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar
menjadi efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat.
Dengan latar belakang diatas, maka program pengendalian / peningkatan mutu pelayanan merupakan
prioritas utama di semua rumah sakit.
Faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan rumah sakit yaitu:
1 Keandalan yang mencakup dua hal pokok yaitu konsistensi kerja dan kemampuan untuk
dipercaya.
2 Daya tangkap yaitu sikap tanggap para karyawan melayani saat dibutuhkan pasien.
3 Kemampuan yaitu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan aagar dapat
memberikan jasa tertentu.
4 Mudah untuk dihubungi dan ditemui
5 Sikap sopan, respek dan keramahan para pegawai.
6 Komunikasi yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka
pahami serta selalu mendengaran saran dan keluhan pelanggan.
7 Dapat dipercaya dan jujur
8 Jaminan keamanan
9 Usaha untuk mengerti dan memahami kebutuhan pelanggan
10 Bukti langsung yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan,
representasi fisik dan jasa.
Dalam
perkembangan
selanjutnya,
Parasuraman
mengemukakan
bahwa
10
faktor
yang
II
e Kecelakaan di tempat tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi, perbelanjaan, di
arena olahraga, dll
Mekanisme kejadian :
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek
kimia, fisik maupun listrik atau radiasi
Waktu kejadian :
a Waktu perjalanan (traveling / transport time)
b Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain, dll
Cedera
Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan
Instalasi Pelayanan Gawat Darurat melakukan pelayanan terus menerus selama 24 jam.Secara
prinsip maka IGD hanya melakukan primary care sedangkan definitive care dilakukan pada unit lain
dengan cara kerjasama yang baik.
Standar ketenagaan:
KUALIFIKASI
NO
NAMA JABATAN
PENDIDIKA
N
SERTIFIKAS
PENGALAMAN
KERJA
5
tahun
KEBUTUHAN
di
Kepala Instalasi
S1 Kedokteran
PPGD / ATLS
Manajemen Rumah
Gawat Darurat
Umum
/ ACLS
Sakit
Institusi
Kesehatan
PPGD / BLS /
Kepala Ruangan
IGD
D3 Keperawatan
BTLS / BCLS
Manajemen
Keperawatan
Perawat Pelaksana
IGD
Petugas
Administrasi
Dokter Umum
D3 Keperawatan
D3 Keperawatan
D3 FKM
PPGD /
ATLS / ACLS
PPGD / BLS /
BTLS / BCLS
PPGD / BLS /
BTLS / BCLS
Diutamakan yang
memiliki
pengalaman di
bidang manajemen
perumahsakitan
1f
SLTA sederajat
1g
Petugas MR IGD
SLTA sederajat
1h
Pembantu Perawat
SLTA sederajat
1i
Staf Ambulance
SLTA sederajat
Diutamakan yang
telah
1j
Petugas Farmasi
SAA
berpengalaman di
Bidang
Farmasi
Perumahsakitan
Agar dapat memberikan kejelasan serta keteraturan dokter jaga IGD, serta kemudahan bagi para
petugas IGD dan petugas RS yang lain dalam memberikan pelayanan. Sehingga pelayanan secara
keseluruhan dapat berjalan dengan tertib, lancar dan bertanggung jawab.
Kebijakan
Pengaturan dokter jaga disusun dan ditetapkan oleh Kepala Instalasi
mempertimbangkan jam kerja sesuai peraturan Depnaker. Serta dilaksanakan oleh seluruh dokter jaga
IGD
Prosedur
1 Kepala IGD memperhatikan jadwal jaga bulan sebelumnya untuk melihat kelebihan atau kekurangan
jam jaga dokter IGD dibulan sebelumnya.
2 Dokter jaga IGD dapat membuat permintaan jadwal jaga selama masih bisa di akomodir dalam
pelayanan IGD.
3 Kepala IGD / perwakilan dokter jaga IGD yang ditunjuk membuat draft jadwal jaga dokter IGD 1
(satu) minggu sebelum jadwal diberlakukan.
4 Dalam waktu 3 hari setelah adanya draft jadwal jaga, dokter jaga IGD dapat mengajukan keberatan
draft jadwal jaga tersebut, selama dianggap tidak mengaggu kelancaran pelayanan di IGD.
5 Kepala IGD menetapkan jadwal jaga IGD 3 (tiga) hari sebelum jadwal dilaksanakan.
6 Dokter jaga IGD diwajibkan melaksanakan jadwal jaga yang telah ditentukan
7 Bilamana dokter yang bersangkutan berhalangan hadir maka 2 (dua) hari sebelumnya dapat
menghubungi Kepala IGD untuk mengajukan dokter jaga pengganti dengan mengisi form tukar jaga
atau form cuti
8 Dokter jaga pengganti menanda tangani kesepakatan menerima tugas jaga dan selanjutnya
bertanggung jawab untuk bertugas di IGD sesuai dengan kesepakatan dan diketahui oleh Kepala IGD
9 Dokter jaga IGD yang berhalangan hadir secara mendadak wajib memberitahu dokter jaga IGD yang
sedang bertugas untuk meneruskan tugas jaga IGD sampai dokter jaga di IGD yang menggantikan
datang dan juga memberitahu kepada Kepala IGD.
10 Dokter jaga IGD yang sedang bertugas sanggup meneruskan jaga IGD bilamana tidak ada
seorangpun dokter jaga IGD lain yang sanggup menggantikan tugas jaga, dan selanjutnya
memberitahu kepada Kepala IGD
Unit Terkait: -
Admission
Komite medis
Pengaturan Jaga Perawat IGD
Pengaturan Jadwal Jaga Dokter Konsulen
Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Ka. Instalasi Rawat.
Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 1 bulan, serta sudah di edarkan ke unit
terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga dimulai.
Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan, maka ;
*. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka. Instalasi Rawat
atau petugas administrasi medis paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga,serta dokter tersebut
wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
*. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan kepada
ka.Instalsi Rawat atau ke petugas administrasi medis, dan di harapkan dokter tersebut sudah
menunjuk dakter jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak di dapatkan, maka
Ka.Instalasi Rawat wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti.
Standar Fasilitas
1 Fasilitas dan Sarana
IGD terdiri dari ruang tiase, ruang resusitasi, ruang tindakan bedah, ruang tindakan non bedah, ruang
observasi, ruang kebidanan dan ruang berduka.Ruang resusitasi terdiri dari 1 (satu) tempat tidur,
ruangan tindakan bedah terdiri dari 3 (tiga) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 9
(Sembilan) tempat tidur, ruang observasi terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruang kebidanan 1 (satu)
tempat tidur dan ruang berduka 1 (satu) tempat tidur.
2 Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat darurat Departemen
Kesehatan RI untuk menunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat Darurat.
a alat-alat untuk ruang resusitasi :
1 Ambu bag ( 1 buah)
2 Brandcard fungsional ( 1 buah)
3 Defibrilator ( 1 buah)
4 Monitor EKG ( 1 buah)
5 Oxigen sentral lengkap dengan flowmeter ( 1 buah)
6 Laringoskope anak dan dewasa ( 1 set)
7 Oropharingeal air way (sesuai kebutuhan)
8 Infus set / transfuse set ( )
9 Trolly emergency yang berisi alat-alat
10 Stetoskop ( 1 buah)
11 Tensi meter ( 1 buah)
12 Thermometer ( 1 buah)
Cromic
II
Mersilk
III
Premilene
7,5 cm x 4,5 m
II
10 cm x 4,5 m
III
15 cm x 4,5 m
5 Lampu sorot
6 Kassa (1 tromol)
7 Dressing set (2 set)
8 Vena secti set (1 set)
9 Minor set (1 set)
10 Catheter set (1 set)
11 Aff hecting set (1 set)
12 Korentang dan Tempat (4 set)
13 Pinset bayonet kecil (2 set)
14 Margil forcep besar (1 set)
15 Magil forcep kecil (1 set)
16 Gunting gips
17 Gunting verban
18 Speculum hidung
c Alat-alat untuk ruang tindakan non bedah :
Nomor 14 ( 3 buah)
II
Nomor 16 ( 3 buah)
III
Nomor 18 (3 buah)
5 Otoscope (1 buah)
6 Mesin EKG (1 buah)
7 Tensimeter ( 3 buah)
8 Stetoskop ( 2 buah)
9 Thermometer (1 buah)
d Alat-alat untuk ruang observasi
1 Folly Cateter semua nomer (5 set)
2 Urine Bag ( 3 buah)
3 NGT
I
Nomor 14 ( 3 buah)
II Nomor 16 ( 3 buah)
III Nomor 18 (3 buah)
4 Infuse set (1 buah)
5 Stetoskop ( 2 buah)
6 Thermometer (1 buah)
7 Mesin EKG (1 buah)
8 Tensimeter ( 3 buah)
9 Monitor EKG
10 Elektroda EKG
e Alat-alat untuk tindakan di ruang kebidanan
1 Partus set
2 Infamwarmer
3 Hendscoon
4 Suction Central
5 Tensimeter
6 Timbangan bayi
7 Lampu penerang
f
Alat-alat dalam trolly emergency : elektroda EKG anak, elektroda EKG dewasa, face mask adult,
face mask pediatric, guedel no.1-6, O2 NRM, O2 conecting, O2 nasal canul, O2 simple mask,
resuscitator
kit
adult,
resuscitator
no.14,12,10,8.
g Ambulance
Fasilitas dan sarana untuk ambulance:
a Perlengkapan ambulance
AC (Air Conditioner)
Sirine
Lampu rotater
Sabuk pengaman
kit
neonates,
resuscitator
pediatric,
suction
cateter
Westafel
Tempat sampah
b Alat Emergency dan Obat
Mesin suction
Stethoscope
Ambu bag
Senter ( 1 buah )
Stetoskop ( 1 buah )
Tensimeter ( 1 buah )
Plester ( 1 gulung )
Supaya peralatan yang ada dapat digunakan dengan baik sesui dengan fungsinya.
Supaya nilai / hasil yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan hasil yang sebenarnya.
2 Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan prioritas
penanganan.
Triase adalah system seleksi penderita yang menjamin setiap penderita untuk mendapatkan pelayanan
gawat darurat secara tepat dan akurat.
Gawat : mengancam nyawa.
Darurat : membutuhkan tindakan segera.
: ke ruang resusitasi.
3 Penderita dengan label kuning, masuk dalam ruan observasi untuk dilakukan tindakan
observasi, selama observasi penderita di bawah pengawasan dokter jaga saat itu,
kemungkinan teknis :
a Penderita dapat pulang dan atau control di rawat jalan.
b Penderita dapat rawat inap.
c Penderita dapat di rujuk.
d Apabila terjadi emergensi segera diarahkan ke ruang resusitasi.
4 Penderita dengan label biru masuk dalam ruang resusitasi untuk segera dilakukan tindakan resusitasi
jantung pulmonal dan atau resusitasi otak/cairan dan lain sebagainya. Bila perlu dapat dilakukan defibrilasi
/cardioversi , dengan kemungkinan teknis. :
a Penderita dapat rawat inap
b Penderita dapat dirujuk ( persyaratan rujuk terpenuhi )
c Penderita meninggal, diarahkan ke ruang jenazah.
5 Penderita dengan label hitam pada kasus death on arrival (DOA ), masuk dalam ruang jenazah, untuk
selanjutnya diarahkan ke kamar jenazah.
1 Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed consent pada
pasien/keluarga pasien disaksikan oleh perawat.
2 Pasien , atau keluarga pasien bila pasien dalam keadaan tidak sadar atau masih di bawah umur
menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh perawat.
3 Setelah diisi dimasukan dalam berkas rekam medis pasien.
Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan mengenai keadaan
umum pasien
Bila tempat telah tersedia dirumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi supir ambulance , atau
bisa juga menghubungi ambulan 118 sesuai kondisi pasien.
Morning Report
Case Presentation
Rapat Pekanan
Rapat Bulanan
6 Pelaksanaan program MONEV (monitoring dan evaluasi) serta perumusan langkah perbaikan /
peningkatan mutu
7 Secara periodik perlu dilakukan studi banding untuk melihat layanan IGD rumah sakit lain, baik rumah
sakit pemerintah / PEMDA maupun swasta.
Kegiatan Bench Marking diatas diperlukan untuk memperluas wawasan staf IGD dalam pengelolaan unit
layanan terkait.
Sedangkan uraian sistematika program Pengendalian Mutu diatas adalah sebagai berikut :
1 Pembuatan atau Penetapan Standar Mutu, meliputi :
-
Penetapan Standar Pelayanan Medik; khususnya pembuatan pada 10 kasus penyakit terbanyak dan
kasus kegawatdaruratan medik secara umum
Supervisi rutin; dilaksanakan oleh Ka. Instalasi IGD dan supervisi unit terkait
4 Ditetapkan ACTION PLAN terkait tindaklanjut dari kegiatan MONEV. Penetapan dengan ACTION PLAN
ditentukan oleh temuan teknis dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi. Dalam penerapan ACTION
PLAN tersebut diharapkan mampu memfasilitasi percepatan pencapaian standar mutu yang telah
ditetapkan.
pasien datang
Kepuasan pelanggan, standar > 70%
Kematian pasien 24 jam, standar 2/1000 (pindah ke pelayanan rawat inap setelah 8 jam)
Khusus untuk RS Jiwa pasien dapat ditenangkan dalam waktu 48 jam, standar 100%
Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka, standar 100%
Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap akan mengalami
tingkat proses transformasi yaitu:
a Tahap admission yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat tinggal di
rumah sakit.
b Tahap diagnosis yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.
c Tahap treatment yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam program perawatan
dan terapi.
d Tahap inspection yaitu secara continue diobservasi dan dibandingkan pengaruh serta respon
pasien atas pengobatan.
e Tahap control yaitu setelah dianalisis kondisinya, pasien dipulangkan, pengobatan diubah atau
diteruskan. Namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa ulang.
Menurut Jacobalis (1990) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan
dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
f
Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi lainnya.
g Efisiensi dan efektifitas
Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya rumah sakit agar dapat berdaya guna
dan berhasil guna.
h Keselamatan Pasien
Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien
i
Kepuasan pasien
Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental dan social pasien terhadap lingkungan rumah sakit,
kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan
sebagainya.
BOR adalah suatu prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator
ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam
satu periode)) X 100%.
b ALOS (AverageLength of Stay)
ALOS adalah suatu gambaran mutu pelayanan yang menggambarkan rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes,
2005).
Rumus ALOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati).
c TOI (Turn Over Interval)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3hari.
Rumus TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup
+mati).
d BTO (Bed Turn Over)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur. TOI dan BTO adalah
indikator yang menggambarkan permintaan masyarakat kepada RS karena kedua indikator ini
berhubungan langsung dengan jumlah pasien yang telah dilayani.
e NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000
penderita
keluar.
Indikator
ini
memberikan
gambaran
mutu
pelayanan
di
rumahsakit.Rumus NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup +
f
mati) ) X 1000 .
GDR (Gross Death Rate)
GDR
adalah
angka
kematian
umum
untuk
setiap
1000
penderita
keluar.
Rumus GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000
(Depkes RI, 2005).
Tatalaksana visite dokter
1 Dokter spesialis melakukan visit di ruang perawatan dimulai saat pasien masuk, sampai selesai perawatan.
2 Dokter tersebut selama visit didampingi sebisa mungkin oleh dokter ruangan, dan perawat yang bertugas
mencatat semua instruksi dokter tersebut.
3 Selama visit, dokter selain memeriksa kondisi pasien juga memberikan kesempatan pada pasien atau
keluarganya, untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan penyakit dan penanganan pasien
tersebut.
4 Setelah visit, dokter owner wajib memberikan instruksi tertulis dalam status dan secara lisan kepada
dokter ruangan dan perawat, dengan jelas.
5 Dalam penulisan resep untuk pasien tersebut, dokter ruangan mengingatkan kepada dokter owner, agar
menuliskan secara jelas dan terbaca. Hal ini untuk menghindari kesalahan dalam persepsi terhadap resep
tersebut, pada bagian keperawatan rawat inap dan farmasi.
1 Pasien yang akan dirujuk ke luar RS, terlebih dahulu harus ditelusuri dengan jelas sebabnya, dan
harus dikomunikasikan terhadap keluarga pasien. Pasien dan keluarga bebas memilih Rumah Sakit
yang akan dituju.
2 Setelah jelas rumah sakit yang akan dituju, pihak RS menghubungi melalui telepon untuk
menanyakan tempat dan mendapatkan informasi mengenai biaya perawatan, dan diketahui /
disetujui keluarga pasien.
3 Jika ada tempat, dokter pasien yang bersangkutan / dokter ruangan / dokter jaga IGD
harusberbicara langsung dengan dokter di Rumah Sakit yang dituju mengenai keadaan
pasien. Jika tidak ada tempat pada Rumah Sakit yang dituju, carikan Rumah Sakit lain, hingga
mendapat tempat.
4 Buatkan surat pengantar / rujukan untuk pasien yang akan dirujuk oleh dokter yang bersangkutan /
dokter jaga / dokter IGD.
5 Setelah jelas, maka pasien dipersiapkan keperluan dan kelengkapannya, baik secara klinis,
administratif, serta resume medisnya,
diharapkan menyelesaikan terlebih dahulu administrasi Rumah Sakit, sebelum pindah ke Rumah
Sakit lainnya.
6 Pasien yang dirujuk ke luar RS, harus didampingi oleh perawat dan ambulance dari RS, sampai ke
tempat tujuan.
7 Setelah pasien sampai ke tempat tujuan, perawat mengalihkan segala kelengkapan pasien, dan
menjelaskan secara detail tentang pasien tersebut..
8 Perawat dan ambulance setelah selesai menunaikan tugasnya, segera kembali ke RS.
Standar pelayanan minimal rawat inap
1 Pemberi pelayanan di rawat inap, standar dr. Spesialis, perawat minimal pendidikan D3
2 Dokter penganggung jawab pasien rawat inap, standar 100%
3 Ketersediaan pelayanan rawat inap, standar anak, penyakit dalam, kebidanan, bedah
4 Jam visite dokter spesialis, standar 08.00 s/d 14.00 setiap hari kerja
5 Kejadian infeksi pasca operasi, standar < 1,5 %
6 Kejadian infeksi nosokomial, standar < 1,5 %
7 Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematian, standar 100%
8 Kematian pasien > 48 jam, standar < 0,24%
9 Kejadian pulang paksa, standar < 5 %
10 Kepuasan pelanggan, standar > 90%
11 Rawat inap TB
a Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB, standar > 60%
b Terlaksananya kegianan pencatatan dan pelaporan TB di RS, standar > 60%
12 Ketersediaan pelayanan rawat inap di RS yang memberikan pelayanan jiwa, standar NAPSA,
gangguan psikotik, gangguan neurotic dan gangguan mental organik
13 Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri, standar 100%
14 Kejadian re-admission pasien gangguan jiwa dalam waktu 1 bln, standar 100%
15 Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa, standar < 6 minggu
V Pelayanan Rawat Jalan
Standar pelayanan minimal rawat jalan
1 Dokter pemberi pelayanan di poliklinik spesialis, standar 100% dokter spesialis
2 Ketersediaan pelayanan, standar Klinik anak, Klinik penyakit dalam, Klinik kebidanan, Klinik
bedah
3 Ketersediaan pelayanan di RS Jiwa, standar Anak remaja, NAPZA, Gangguan psikotik,
4
5
6
7
standar 100%
7 Komplikasi anestesi karena overdosis, reaksi anestesi, dan salah penempatan endotracheal
tube, standar < 6%
VII
2 Pemberi pelayanan persalinan normal, standar: dokter SpOG, dokter umum terlatih (asuhan
persalinan normal), bidan.
3 Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit, standar: tim PONEK yang terlatih
4 Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi, standar: dokter SpOG, dokter SpA,
dokter SpAn
5 Kemampuan menangani BBLR 1500gr 2500gr, standar: 100%
6 Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria, standar: < 20%
7 Keluarga Berencana, standar: 100%
a Presentasi KB (vasektomi & tubektomi) yang dilakukan oleh tenaga kompeten dr. Sp.OG,
dr.Sp.B, dr.Sp.U, dr.umum terlatih
b Presentasi peserta KB mantap yang mendapat konseling KB mantap oleh bidah terlatih
8 Kepuasan pelanggan, standar: > 80%
VIII Pelayanan Intensif
Standar pelayanan minimal:
1 Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam,
standar: < 3%
2 Pemberi pelayanan Unit Intensif, standar: dokter SpAn dan dokter spesialis sesuai dengan
kasus yang ditangani, 100% perawat minimal D3 dengan sertifikat perawat mahir ICU/setara
D4
IX Pelayanan Radiologi
Standar pelayanan minimal radiologi:
1 Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto, standar: < 3 jam
2 Pelaksana ekspertisi, standar: dokter SpRad
Pasien mendaftarkan diri ke Unit Pendaftaran, bila telah punya kartu kontrol, harap
Untuk pasien-pasien ruang rawat inap, perawat harap menginformasikan terlebih dahulu
kepada ruang rehab medik, bila akan dilakukan terapi rehab medik, lengkap beserta tindakan
dan instruksi dokternya.
XII
Pelayanan Farmasi
XV
Pelayanan GAKIN
Standar pelayanan minimal: Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit
pelayanan, standar 100% terlayani.
Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan, standar: 100%
Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang jelas, standar: 100%
Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan, standar: <10 menit
Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayana rawat inap, standar: <15 menit
XVII
4
5
6
7
8
9
3 Peralatan aboratorium dan alat ukur yang digunakan dalam pelayanan terkaliberasi tepat
waktu sesuai dengan ketentuan kaliberasi, standar: 100%
XXII
Pelayanan Laundry
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
4
5
Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi III PT Bina Rupa Aksara, Jakarta. 1996.
Ditjen Yankes. Pedoman Kerja Rumah Sakit Jilid III, Depkes RI. Jakarta. 1991/1992
Depkes RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Dirjen Yanmed. Depkes RI, Jakarta. 1992
Wijono,DJ. Manajemen Mutu Pelayanan Rumah SAkit, Airlangga University Press. Surabaya. 1994
Soedarmono Soejitno, Ali Alkatiri, Emil Ibrahim. Reformasi perumahsakitan Indonesia. Gramedia