KONSEP PDCA
Dosen Pembimbing : Sri Mulyati, SKM, M.Kes
Disusun oleh :
Ani Nurhayati
Dwi Cahyanti Wulandari
206110060
Efa Kurniasari
Tanzilah Diah Utarini
Ummu Samhatun
D III Kebidanan 3B
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
Bab I
Pendahuluan
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman,
yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin,
2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin,
2006).
Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :
Efektivitas (Effectiveness)
Efisiensi (Efficiency)
Kontinuitas (Continuity)
Keamanan (Safety)
Kenyamanan (Amenities
Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan
penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam
pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda
persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.
Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi
penilaian yaitu :
Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan
petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan
keramahtamahan petugas terhadap klien
Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian
pelayanan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai
dengan kebutuhan klien
Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana,
kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu
berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
(health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan
menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang
diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna
kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
A. Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun
1930 yang disebut dengan Shewhart cycle. PDCA, singkatan bahasa Inggris dari
"Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu
proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam
pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards
Deming yang kemudian dikenal dengan The Deming Wheel(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai
bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus
Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari
nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas
statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau
system sehingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai
berikut :
Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan
suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsurunsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat
dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir
yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah
mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang
baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a. Judul rencana kerja (topic),
b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin
dicapai (goal, objective, and target),
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f. Biaya yang diperlukan (budget),
g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika
pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim,
perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat
memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial.
Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok
manajerial, yaitu :
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf
terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan
cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara
penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang
dilaksanakan.
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil
yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan
untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum berjalan
dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan
atau
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu
yang sering dipergunakan yakni
a. Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara
periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan
adalah:
a) Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
b) Tetapkan jangka waktu pengamatan
c) Lakukan perhitungan penyimpangan
b. Peta kontrol (control diagram)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit,
sehingga pasien merasa nyaman dan puas
2. Tujuan khusus
a. Meningkatnya rasa nyaman pasien
b. Meningkatkan kinerja nakes
c. Meningkatkan semangat dan motivasi kerja/kinerja nakes
d. Meningkatkan kepuasan pasien dengan pelayanan
kesehatan
d. Kegiatan yang akan dilakukan
1. Melakukan rapat perbangsal
2. Membuat sistem penghargaan bagi karyawan
3. Memasyaraktkan kotak saran
4. Membuat rencana wisata bagi karyawan
5. Menambah pelatihan medis pada nakes/karyawan
6. Menambah pegawai/ nakes
e. Organisasi dan susunan personalia
PJ
: Dr. K
Ketua pelaksana : dr. Y
Sekertaris
: U, SKM
Bendahara
: T, S.Kep, Ners
Sie acara
: - A, (Kabag Personalia)
- D (bag. Manajmemen RS)
- E (Kabag. Keperawatan)
Sie Perlengkapan
: - S, S.Kep
-
Sie Humas
: - O, SKM
-
f.
Y, Amd.Keb
N , Amd.Kep
G, Amd.Kep
L, Amd.Kep
K, S.Apt
F, S.Kep, S.Mat
Biaya
Masukan : Rp 5.000.000
j.