Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan
standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan (Saifudin, 2006).

Mutu pelayanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya
melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multi
dimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi
penilaian yang dipakai. Salah satu cara untuk menilai mutu pelayanan adalah dengan menggunakan
siklus PDCA.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,
pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu
pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam
rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Dalam sistem tenaga kesehatan ini tidak luput merupakan tugas untuk bagaimana membangun
dengan indikator Mutu pelayanan Kebidanan maka. Kami membuat suatu perencanaan di dalamnya
penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Daftar Tilik, salah satunya kami menggunakan
sistem PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai cara penilaian mutu pelayanan
kebidanan berdasarkan daftar tilik yang di kembangkan melalui konsep PDCA (Plan, Do, Check,
Action).

C. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang cara penilaian mutu pelayanan kebidanan berdasarkan siklus PDCA (Plan,
Do, Check, Action).

D. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian penilaian mutu

2. Untuk mengetahui cara menganalisa masalah berdasarkan siklus PDCA

3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi siklus PDCA dalam pelayanan kebidanan


BAB II

PEMBAHASAN

“Mutu” dapat diartikan sebagai “Derajat Kesempurnaan” atau “Tingkat Kesempurnaan Penampilan”
dalam hal ini adalah Tingkat Kesempurnaan Penampilan dari Pelayanan Kesehatan.

Untuk mengukur Derajat Kesempurnaan tentunya harus dibandingkan dengan sesuatu keadaan
kesempurnaan yang diidamkan atau yang ditetapkan yang dinamakan Standar.

Untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan bisa dilakukan dengan membandingkan Penampilan
Pelayanan Kesehatan dengan standar pelayanan kesehatan yang ditetapkan.

Mutu pelayanan kesehatan itu sangat subjektif tergantung pada persepsi, sistim nilai, latar belakang
sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan banyak faktor lain baik pada masyarakat ataupun pribadi-
pribadi terkait pada jasa pelayanan kesehatan

Dalam program menjaga mutu terdapat kumpulan masalah yang harus diselesaikan, setelah cara
penyelesaian masalah berhasil ditetapkan, kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan pada Program
Menjaga Mutu adalah melaksanakan cara penyelesaian tersebut sedemikian rupa sehingga mutu
pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan. Dalam program menjaga mutu, pelaksanaan kegiatan
ini tercakup dalam suatu siklus kegiatan tertentu yang dikenal dengan nama siklus PDCA ( Plan, Do,
Check, Action).

A. Pengertian Siklus PDCA

PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" adalah suatu proses pemecahan
masalah empat langkah interaktif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Metode ini
dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas
modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode
ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming memodifikasi PDCA menjadi PDSA ("Plan, Do,
Study, Act") untuk lebih menggambarkan rekomendasinya.

B. Siklus PDCA
Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu
upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana
yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam
melaksanakan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah
tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan.

Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya


tujuh unsur rencana yaitu:

a Judul rencana kerja (topic),


b Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),
c Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal,
objective, and target),
d Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f Biaya yang diperlukan (budget)
g Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).

2. Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun.  Pada
tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat
mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap


cara penyelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara
penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkoordinasikan kegiatan cara
penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang
dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk
mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum berjalan dengan baik
c. Apakah sumber daya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan

Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu
yang sering dipergunakan yakni:

a Lembaran pemeriksaan (check list)

Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara
periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksaan
adalah:

1) Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati


2) Tetapkan jangka waktu pengamatan
3) Lakukan perhitungan penyimpangan

b Peta kontrol (control diagram)

Peta kontrol adalah suatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya


penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrol dibuat berdasarkan
lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah
:

1) Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum


2) Tentukan presentasi penyimpangan
3) Buat grafik penyimpangan
4) Nilai grafik

4. Perbaikan (Action)

Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanakan perbaikan rencana kerja.


Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan
cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk
kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

Cara melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan


a. Lihat daftar tilik

Daftar tilik adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh
pelayanan sesuai atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Berisi daftar
kelengkapan sarana, pra sarana, pengetahuan, kompetensi teknis, persepsi klien, dsb.

b. Lihat sasaran penilaian


1) Observasi : mengamati pada saat pelayanan

Observasi: suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan
dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yang
langsung (Bimo Walgito, 1987:54)

a) dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan lebih dulu.


b) direncanakan secara sistematis.
c) hasilnya dicatat & diolah sesuai dengan tujuannya.
d) Dapat diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya
e) bersifat kuantitatif.

2) Wawancara : dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman

Kartono (1980: 171) interview (wawancara) : suatu percakapan yang diarahkan pada
suatu masalah tersebut; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau
lebih berhadap-hadapan secara fisik.

Dalam proses interview terdapat 2 pihak dengan kedudukan yang berbeda. pertama
berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya berfungsi sebagai
pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau informan.

Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan (penjelasan),


sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan
kembali isi jawaban interviewer dengan kata-kata lain), mengingat-ingat & mencatat
jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih lanjut &
berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan) .

3) Dokumen : sebuah tulisan yang memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas &
informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai media elektronik.
melihat kelengkapan dokumen rekam medik, register, buku catatan.

ILUSTRASI 1
PERMASALAHAN YANG ADA PADA PUSKESMAS “T” :

· Ruang periksa KIA sempit

· Ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap
NIFAS

· Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional

4. RUANG PERIKSA KIA SEMPIT

a. Dari hasil penelitian tiap ruangan → paling bermasalah ruangan KIA

b. Penyebab:

Terbatasnya lahan yang disediakan untuk pembangunan tempat pelayanan kesehatan dan
terlalu banyak pasien sehingga ruangan sangat pengap dan sempit

c. Rekomendasi peneliti:

· Ubah kondisi ruang periksa KIA dengan penataan tempat yang lebih nyaman

· Memperluas lahan ruang periksa KIA

5. RUANG RAWAT INAPNYA KURANG MEMADAI DAN PERLU DITAMBAH KHUSUSNYA


RUANG RAWAT INAP NIFAS

a. Kondisi sekarang : 1 ruangan KIA,1 ruangan UGD ,dan terdapat 2 ruangan rawat inap
yang mana ruangan 1 khusus pasien dewasa dan ruangan 2 khusus pasien anak-anak

b. Penyebab :

· Terbatasnya dana untuk pembangunan tempat pelayanan

· Terbatasnya lahan yang disediakan oleh pihak pemerintah

c. Rekomendasi peneliti :

· Ajukan tambahan dana pada dinas kesehatan untuk perbaikan tempat pelayanan
sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan fasilitas yang memuaskan pada pasien

6. KURANGNYA TENAGA KESEHATAN YANG PROFESIONAL

a. Kondisi sekarang: satu dokter spesialis terjadwal dan tidak menetap.

b. Penyebab:

· Kurangnya pengetahuan dari tenaga kesehatan dalam segi teori

· Kurangnya pengalaman dalam melakukan tindakan


· Pasien berharap bisa mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih mudah
prosedurnya

c. Rekomendasi peneliti:

· Tes penerimaan tenaga kesehatan baru lebih diperketat

· Beri penjelasan kepada pasien bahwa menyediakan tenaga kesehatan yang profesional
di puskesmas bukanlah suatu hal yang mudah.

PLANT (P) perencanaan dari masalah :

1. Ruang Periksa KIA Sempit

· Merencanakan perubahan ruangan

2. Ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap
NIFAS

· Merencanakan pengajuan penambahan dana pada dinas kesehatan

3. Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional

· Mengadakan penerimaan tenaga kesehatan baru yang lebih profesional

DO (D) /Pelaksanaan

1. Ruang Periksa KIA Sempit

· Ubah kondisi ruangan periksa KIA dengan penataan tempat yang nyaman

2. Ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap
NIFAS

· Rujukan tambahan dana pada dinas kesehatan untuk perbaikan fasilitas pelayanan

3. Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional

· Menerima tenaga kesehatan baru yang lebih berkompeten melalui penyaringan yang
lebih ketat

CHECK (C)

1. Ruang Periksa KIA Sempit

· Mengevaluasi kondisi ruangan apakah sesuai standart pelayanan

2. ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap
NIFAS

· Mengevaluasi dana yang di ajukan tepat sasaran atau tidak


3. kurangnya tenaga kesehatan yang profesional

· Mengevaluasi apakah tenaga kesehatan mampu berkompeten atau tidak

ACTION (A)

1. Ruang Periksa KIA Sempit

· Apabila kondisi ruangan belum memenuhi Standart maka petugas kesehatan lebih
meningkatkan pelayanannya

2. Ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap
NIFAS

· Apabila pengajuan dana sudah disetujui untuk Langkah selanjutnya segera dilakukan
penambahan ruangan

3. Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional

· Apabila tenaga kesehatan kurang berkompeten bisa diadakan pelatihan dan


pembinaan ketrampilan petugas kesehatan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan
standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak
( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
(Saifudin, 2006).

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,
pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu
pelayanan

Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

B. Saran
1. Sebagai seorang calon bidan kita harus mngetahui langkah atau strategi apasaja yang
hendaknya kita lakukan untuk menjaga dan meningkatkan nilai mutu pelayanan
kebidanan
2. Dengan mengetahui cara penilaian mutu pelayanan kebidanan, kita dapat lebih
termotivasi untuk tetap meningkatkan mutu pelayanan yang akan diberikan kepada
masyarakat
3. Diharapkan pada praktisi kesehatan untuk terus belajar demi meningkatkan skill
masing-masing sehingga program pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik,
terstandar dan dapat meningkatkan kualitas dan mutu dari pelayanan kesehatan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan.

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2006. Buku 1 Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

Yulifah, dkk. 2009. .Komunikasi dan Konseling Dalam Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika

Yulifah, Rita, dkk. 2009. ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS. Jakarta: Salemba Medika.

Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982

Azrul Azwar. Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993

Azrul Azwar. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993

Anda mungkin juga menyukai