Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rizka Febrianti

NIM

: 03111003004

Kelas : B
Jurusan: Teknik Kimia

Reaktor CSTR dan PFR pada Industri


Salah satu reaktor yang mekanismenya cukup sederhana dibandingkan dengan
reaktor-reaktor yang digunakan pada industri kimia adalah reaktor alir pipa. Model reaktor
alir pipa (RAP) atau plug flow reaktor (PFR) merupakan reaktor di mana reaksi kimia
berlangsung secara kontinu sepanjang sistem aliran. Reaktor alir pipa sering juga disebut
sebagai reaktor alir sumbat atau Continuous Tubular Reaktors (CTRs). Reaktor alir pipa ini
digunakan untuk memperkirakan sifat-sifat reaktor kimia sehingga variable kunci reaktor
seperti dimensi reaktor bisa dihitung.
Reaktor ini memiliki karakteristik dalam mekanisme reaksi. Pada umumnya
karakteristik reaktor alir pipa pada kondisi ideal yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Reaktor ini biasanya berupa tube (tabung) yang bereaksi dengan aliran fluida.
Diasumsikan tidak terjadi pengadukan (mixing).
Aliran plug merupakan jenis aliran yang terjadi pada reaktor ini (reaktor alir).
Sebagian besar mixing dari jenis reaktor ini beroperasi pada level intermediet.
Pencampuran sempurna dalam dimensi radial (konsentrasi seragam).
Tidak ada pencampuran (mixing) pada aliran aksial atau tidak terjadi dispersi aksial
(aliran terpisah).

a. Reaktor CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor)


Industri yang menggunakan reaktor CSTR, antara lain : PT. Polypet Karya Persada,
PT. Polysinso Eka Perkasa, PT. Polytama Propindo.

Aplikasi Reaktor Alir Tangki Berpengaduk


1. SPM-2100
SPM-2100 Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) dapat digunakan untuk
mereaksikan 2 macam gas. Reaksinya dapat terjadi dalam keadaan endoterm maupun
eksoterm. Contohnya: reaksi antara etilen (reaktan A) dengan benzena (reaktan B) yang
terjadi dalam keadaan eksoterm, untuk memproduksi etilbenzena (produk C), bahan kimia
yang digunakana dalam pembuatan monomer stirena. Reaktan A dan B dimasukkan ke
dalam CSTR agar kedua reaktan tersebut tercampur dengan sempurna menggunakan
pemutar bermotor (motorized agitator).
2. CSTR dengan cooling jacket
Pada CSTR disamping yang terjadi adalah reaksi tunggal dalam keadaan eksoterm
yang tidak dapat balik (irreversible), dapat dilihat bahwa aliran fluida dimasukkan secara
terus-menerus ke dalam reaktor dan aliran fluida lainnya dikeluarkan terus-menerus dari
reaktor. Sejak reaktor tersebut menggabungkan dengan sempurna, aliran keluar memiliki
konsentrasi dan temperatur yang sama dengan fluida dalam reaktor. Menyadari bahwa
lapisan disekitar reaktor juga masuk dan keluar aliran, pelapis diasumsikan bergabung
dengan sempurna dan pada temperatur yang lebih rendah dari reaktor. Energi lalu
melewati dinding reaktor menuju pelapis, memindahkan panas yang dihasilkan oleh
reaksi.
Banyak contoh reaktor yang digunakan dalam industri yang serupa dengan reaktor di
atas. Contohnya adalah tipe-tipe dari reaktor polmerisasi yang memproduksi polimer
yang digunakan dalam produk plastik seperti pendingin polistirena atau botol plastik.

Neraca Massa komponen A adalah:


Input

laju reaktan

yang masuk

Output
laju reaktan yang
meninggalkan reaktor

Reaksi

laju reaktan

yang bereaksi

Akumulasi
laju reaktan yang
terakumulasi

Konfigurasi Reaktor Alir Tangki Berpengaduk


Reaktor Tangki Alir Berpengaduk atau yang biasa dikenal sebagai Continuous Stirred
Tank Reactor (CSTR) merupakan jenis reaktor dengan model berupa tangki berpengaduk dan
diasumsikan pengaduk yang bekerja dalam tangki sangat sempurna sehingga konsentrasi tiap
komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Reaktor
jenis ini merupakan reaktor yang umum digunakan dalam suatu industri. Dalam operasinya,
reaktor ini sering digunakan dalam jumlah lebih dari satu dengan rangkaian reaktor disusun
secara seri maupun paralel.
Pemilihan susunan rangkaian reaktor dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan,
tergantung keperluan dan maksud dari operasinya. Masing-masing rangkaian memiliki
kelebihan dan kekurangan, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Semua yang ada
didunia ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum, rangkaian reaktor yang
disusun secara seri itu lebih baik dibanding secara paralel. Setidaknya ada 2 sisi yang dapat
menjelaskan kenapa rangkaian reaktor secara seri itu lebih baik. Pertama, ditinjau dari
konversi reaksi yang dihasilkan dan yang kedua ditinjau dari sisi ekonomisnya.
Pertama, ditinjau dari konversi reaksinya. Feed yang masuk ke reaktor pertama dalam suatu
rangkaian reaktor susunan seri akan bereaksi membentuk produk yang mana pada saat
pertama ini masih banyak reaktan yang belum bereaksi membentuk produk di reaktor
pertama, sehingga reaktor selanjutnya berfungsi untuk mereaksikan kembali reaktan yang
belum bereaksi dan seterusnya sampai mendapatkan konversi yang optimum. Secara
sederhana, reaksi yang berlangsung itu dapat dikatakan berkali-kali sampai konversinya
optimum. Konversi yang optimum merupakan maksud dari suatu proses produksi. Sementara
itu jika dengan reaktor susunan paralel, dengan jumlah feed yang sama, maka reaksi yang
terjadi itu hanya sekali sehingga dimungkinkan masih banyak reaktan yang belum bereaksi.
Walaupun pada outletnya nanti akan dijumlahkan dari masing-masing reaktor, namun tetap
saja konversinya lebih kecil, sebagai akibat dari reaksi yang hanya terjadi satu kali.
Kedua, tinjauan ekonomisnya. Dalam pengadaan alat yang lain, misal jika seri hanya
memerlukan satu wadah untuk bahan baku (baik dari beton ataupun stainless steel), dan
konveyor yang digunakan juga cukup satu. Namun jika paralel mungkin memerlukan wadah
lebih dari satu ataupun konveyor yang lebih dari satu untuk memasukkan feed ke masingmasing reaktor. Konsekuensi yang lain dari suatu reaktor rangkain paralel adalah karena
masih ada reaktan yang banyak belum bereaksi maka dibutuhkanlah suaturecycle yang

berakibat pada bertambahnya alat untuk menampungnya, sehingga lebih mahal untuk
mendapatkan konversi yang lebih besar
Salah satu kerugian dari penggunaan reaktor tangki (CSTR) adalah bahwa reaksi
berlangsung pada konsentrasi yang realtif rendah, yaitu sama dengan konsentrasi di dalam
campuran yang meninggalkan reaktor. Akibatnya untuk reaksi-reaksi berorde positif volume
reaktor yang diperlukan menjadi besar. Salah satu cara untuk menghindari kerugian ini
adalah dengan mempergunakan beberapa reaktor tangki yang dipasang seri, sehingga
konsentrasi reaktan tidak turun secara drastis tetapi bertahap dari satu tangki ke tangki yang
berikutnya.
Dengan cara ini maka kecepatan reaksi di masing-masing tangki akan turun menurun
secara bertahap pula, sehingga volume total seluruh reaktor untuk mendapatkan besarnya
konversi tertentu akan lebih kecil dibandingkan dengan sistem reaktor tunggal.

b. Reaktor PFR (Plug Flow Reactor)


Industri yang menggunakan reaktor PFR atau Reaktor Alir Pipa, adalah : PT.
Petrokimia Gresik dan Pertamina.
Reaktor alir pipa merupakan reaktor di mana cairan bereaksi dan mengalir dengan
cara melewati tube (tabung) dengan kecepatan tinggi, tanpa terjadi pembentukan arus putar
pada aliran cepat. Reaktor alir pipa pada hakekatnya hampir sama dengan pipa dan relatif
cukup mudah dalam perancangannya. Reaktor ini biasanya dilengkapi dengan selaput
membran untuk menambah yield produk pada reaktor. Produk secara selektif ditarik dari
reaktor sehingga keseimbangan dalam reaktor secara kontinu bergeser membentuk lebih
banyak produk.
Pada umumnya reaktor alir pipa dilengkapi dengan katalisator. Seperti sebagian besar
reaksi pada industry kimia, reaksinya membutuhkan katalisator secara signifikan pada suhu
layak (standar). Dalam RAP, satu atau lebih reaktan dipompakan ke dalam suatu pipa.
Biasanya reaksi yang digunakan pada reaktor ini adalah reaksi fasa gas. Reaksi kimia
berlangsung sepanjang pipa sehingga semakin panjang pipa maka konversi yield akan
semakin tinggi. Namun tidak mudah untuk menaikkan konversi karena di dalam RAP
konversi terjadi secara gradien. Pada awalnya kecepatan reaksi berlangsung secara cepat
namun setelah panjang pipa tertentu atau pipa bertambah panjang maka jumlah reaktan akan
berkurang dan kecepatan reaksi berlangsung lebih lambat dan akan semakin lambat seiring

panjangnya pipa. Artinya, untuk mencapai konversi 100% panjang pipa yang dibutuhkan
adalah tak terhingga.
Beberapa hal penting dalam reaktor alir pipa adalah:
1. Perhitungan dalam model RAP mengasumsikan tidak terjadi pencampuran (mixing)
dan reaktan bergerak secara aksial bukan radial.
2. Katalisator dapat dimasukkan melalui titik yang berbeda dari titik masukan dimana
katalisator ini diharapkan dapat mengoptimalkan reaksi dan terjadi penghematan.
3. Umumnya RAP memiliki konversi yang lebih besar dibandingkan dengan reaktor alir
tangki berpengaduk (RATB) dalam volume yang sama. Artinya, dengan waktu tinggal
yang sama reaktor alir pipa memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan RATB.
Di dalam reaktor alir pipa, fluida mengalir dengan perlakuan yang sama sehingga
waktu tinggal () sama untuk semua elemen fluida. Fluida sejenis yang mengalir melalui
reaktor ideal ini disebut dengan plug. Saat plug mengalir sepanjang reaktor alir pipa, fluida
bercampur sempurna dalam arah radial bukan dalam arah axial (dari arah depan atau
belakang). Setiap plug dengan volume berbeda dinyatakan sebagai kesatuan yang terpisahpisah (hampir seperti batch reaktor) dimana plug mengalir turun melalui pipa reaktor ini.
Reaktor alir pipa juga dikenal sebagi reaktor aliran piston atau reaktor aliran turbular.
Reaktor-reaktor tersebut memiliki

persamaan diferensial biasa, dimana pemecahan

persamaan tersebut dapat diselesaikan jika boundary condition diketahui. Model reaktor alir
pipa digunakan untuk berbagi jenis fluida, seperti: cairan, gas, dan slurry. Walaupun aliran
turbulen dan difusi aksial menyebabkan pencampuran arah axial pada berbagai reaktor
namun pada reaktor alir pipa kondisi ini memiliki efek yang kecil dan diabaikan. Pada kasus
model reaktor alir pipa yang paling sederhana, beberapa asumsi pokok harus dibuat untuk
menyederhanakan masalah ini. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua asumsi ini perlu,
namun pemindahan asumsi ini menambah kerumitan masalah.
Model reaktor alir pipa dapat digunakan pada reaksi lipat ganda (multiple reaction)
serta reaksi yang melibatkan perubahan suhu, tekanan dan densitias fluida. Walaupun
kerumitan ini diabaikan, namun selalu relevan dalam proses industri. Adapun asumsi yang
diguanakan pada model reaktor ini sebagai berikut:
1. Aliran plug (plug flow)
2. Keadaan steady state
3. Densitas fluida konstan (untuk cairan dan juga berlaku untuk gas yang tidak
mengalami penurunan tekanan, perubahan mol dan perubahan temperatur).
4. Diameter pipa konstan

5. Reaksi tunggal (single reaction)


6. Zat mengalir di dalam pipa dengan distribusi kecepatan datar
7. Kecepatan pengadukan ke arah radial berlangsung sangat cepat sehingga pada setiap
penampang pipa R, T,P dan komposisi fluida selalu uniform (seragam), dan perbedaan
terjadi di sepanjang pipa R
8. Setiap partikel fluida yg mengalir mempunyai waktu tinggal sama
9. Fluida dalam fasa gas berlangsung pada tekanan tetap dan fluida dalam fasa cair
berlangsung pada volume dan tekanan tetap.
Dalam aplikasinya, reaktor alir pipa digunakan pada reaksi:
a.
b.
c.
d.
e.

Reaksi skala besar


Reaksi cepat
Reaksi homogen atau heterogen
Reaksi kontinu
Reaksi pada temperatur tinggi.

Neraca mol reaktor pipa alir (PFR)

dFA
rA
dV

(14)

FA FA0 FA0 x

dFA
dx
FA0
dV
dV

(15)

Dengan menggabung persamaa (14) dan (15) didapat:

FAO

dx
rA
dV

(16)

FA0

V
dx
dV
rA o

V FA0

dx
rA
(17)

Laju reaksi merupakan fungsi konsentrasi dan konsentrasi merupakan fungsi konversi
sehingga laju reaksi merupakan fungsi konversi. Kurva (-1/r A) versus konversi
ditampilkan pada Gambar berikut:

Anda mungkin juga menyukai