Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Disusun oleh :
Dessy sulistyowati
B.200090006
Eviana setiyadi
B.200090008
Fadhila Retno M
B.200090014
Puput Safitri
B.200090022
Kus Endang M R
B.200090032
Ika Dian P
B.200090036
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
A. PENDAHULUAN
Allah menurunkan Islam dan menjadikan kitab suci Al-Quran sebagai petunjuk bagi
seluruh makhluk di dunia. Al-Quran diturunkan melalui seorang perantara yang mulia, yakni
Nabi Muhammad SAW, yang memiliki misi yang mulia yaitu membangun manusia yang beradab
dan menyebarkan keadilan dimuka bumi. Al-Quran dan Al-Hadist sebagaimana yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW, hendaknya dijadikan pedoman hidup agar manusia saling menyayangi dan
menghormati dalam hidup bermasyarakat. Beliau mengajarkan agar manusia mempergunakan
kemampuan dan potensi dirinya sebagai pribadi yang bebas. Kebebasan merupakan unsur
kehidupan yang paling mendasar yang digunakan sebagai syarat untuk mencapai keseimbangan
hidup.
Setelah Rasulullah SAW wafat, pemerintahan dipegang oleh Khulafaurrasyidin.
Dimana, perkembangan-perkembangan baru muncul dimasa itu, terutama tercermin dari
kebijakannya yang berbeda antara satu khalifah dengan khalifah yang lain. Seiring dengan
semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam, perkembangan pemikiran-pemikiran ilmu
pengetahuan mengalami kemajuan yang sangat pesat dimana banyak pemikir-pemikir muslim
yang mulai menggali isi dari Al-Quran yang menjadi sumber kebenaran dan pengetahuan,
sehingga kota-kota besar Islam saat itu menjadi pusat kebudayaan dan pengetahuan dunia. Tak
heran jika kemudian banyak ahli-ahli Barat yang datang dan belajar di kota-kota tersebut.
Perkembangan Ekonomi Islam menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan sejarah Islam. Mengapa saat ini perkembangan pemikiran Ekonomi Islam, yang
mana 6 abad yang lalu pernah menjadi kiblat pengetahuan dunia, kurang dikenal dan
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat? Hal ini dikarenakan kajian-kajian pemikiran
Ekonomi Islam kurang tereksplorasi di tengah maraknya dominasi ilmu pengetahuan
konvensional (Barat) sejak runtuhnya kekhalifahan Islam di Turki lebih dari 8 dasawarsa yang
lalu. Akibatnya, perkembangan Ekonomi Islam yang telah ada sejak tahun 600M kurang begitu
dikenal masyarakat. Ekonomi Islam kurang mendapat perhatian yang baik, sebab masyarakat
tidak mendapatkan informasi yang memadai.
B. PEMBAHASAN
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam
Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW ditunjuk sebagai seorang
Rosul. Rosululoh SAW mengeluarkan sejumlah kebijkan yang menyangkut berbagai hal yang
berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum (fiqih), politik (siyasah), juga
masalah perniagaan atau ekonomi (muamalah). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi
perhatian Rosululloh SAW, karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang
harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rosululloh SAW menjadikan pedoman
oleh para Khalifah sebagai penggantinyadalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. AlQuran dan Al-Hadist digunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah juga digunakan
oleh para pengikutnya dalam menata kehidupan ekonomi negara. Perkembangan pemikiranpemikiran pada masa-masa tersebut adalah sebagai berikut :
Perekonomian di Masa Rosululloh SAW (571-632 M)
Rosululloh diberi amanat untuk mengemban dakwah Islam pada umur 40 tahun. Pada
masa Rosululloh SAW, tidak ada tentara formal. Semua muslim yang mampu boleh jadi tentara.
Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka diperbolehkan mendapatkan bagian dari
harta rampasan perang. Rampasan tersebut meliputi senjata, kuda, unta, domba, dan barangbarang bergerak lainnya yang didapatkan dari perang. Situasi berubah setealah turunnya Surat
Al-Anfal (8) ayat 41 : Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Alloh, Rosul, Kerabat Rosul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan Ibnu sabil, jika kamu beriman kepada Alloh dan kepada yang
Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad)di hari furqaan, yaitu di hari bertemunya dua
pasukan. Dan Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Rosululloh SAW biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang tersebut
menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk beliau dan keluarganya, bagian kedua untuk
kerbatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang sedang membutuhkan dan orang
yang sedang dalam perjalanan. Empat perlima bagian yang lain dibagi diantara prajurit yang ikut
perang, dalam kasus tertentu beberapa orang yang tidak ikut serta dalam perang juga mendapat
bagian. Penunggang kuda mendapat dua bagian, untuk dirinya sendiri dan kudanya.
Pada masa Rosululloh SAW, beliau mengadopsi praktik yang lebih manusiawi terhadap
tanah pertanian yang telah ditaklukkan sebagai fay atau tanah dengan kepemilikan umum.
Tanah-tanah ini dibiarkan dimiliki oleh pemilikinya dan penanamnya, sangat berbeda dari
praktik kekaisaran Romawi dan Persia yang memisah-misahkan tanah ini dari pemiliknya dan
membagikannya kepada elit militernya dan para prajurit. Semua tanah yang dihadiahkan kepada
Rosululloh SAW (iqta) relatif lebih kecil jumlahnya dan terdiri dari tanah-tanah yang tidak
bertuan. Kebijakan ini tidak hanya mambantu mempertahankan kesinambungan kehidupan
administrasi dan ekonomi tanah-tanah yang dikuasai, melainkan juga mendorong keadilan antar
generasi dan mewujudkan sikap egaliter.
Pada tahun kedua setelah hijrah, shodaqoh ini kemudian dengan Zakat Fitrah yang
dibayarkan setiap kali setahun sekali pada bulan ramadhan. Besarya satu sha kurma, gandum,
tepung keju, atau kisimis, setengah sha gandum untuk setiap muslim, budak atau orang bebas,
laki-laki atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum Shalat Idul Fitri.
Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara shodaqoh fitrah pada tahun ke-2
hijrah. Akan tetapi ahli hadist memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 hijrah
ketika Maulana Abdul hasa berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan kurun waktu lima tahun
setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau
ketentuan hukum.
Sumber Pendapatan Primer
Pendapatan utama bagi negara pada masa Rosululloh SAW adalah zakat (memiliki
karakteristik yang sama dengan pajak, tetapi secara dasar berorientasi pada agama ) dan ushr
( iuran untuk tanah produksi ). Keduanya berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti
pajak. Zakat dan Ushr merupakan kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar Islam.
Pengeluaran untuk keduanya sudah diuraikan secara jelas dalam Surat At-Taubah (9) ayat 60 :
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orag fakir, orang-orang miskin, penguruspengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakannya) budak orangorang yang berhutang, untuk jalan Alloh dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Alloh dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Pada masa Rosululloh SAW, zakat dikenakan pada hal-hal berikut :
1. Benda logam yang terbuat dari emas seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk
lainnya
2. Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk
3.
4.
5.
6.
7.
lainnya,
Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing
Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan
Hasil pertanian termasuk buah-buahan
Luqta, harta benda yang ditinggalkan mush
Barang temuan
e) Wakaf, harta benda yang diindikasikan kepada umat Islam yang disebabkan Alloh dan
pendapatannya akan didepositokan ke Baitul Maal,
f) Nawaib, pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan pada kaum muslimin yang
kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat dan ini pernah
terjadi pada masa Perang Tabuk,
g) Zakat fitrah, zakat yang ditarik di bulan suci Ramadhan, dan dibagi sebelum sholat Ied,
h) Bentuk dan shodaqoh lainnya seperti kurban dan Kuffarat adalah dende atas kesalahan
yang dilakukan seorang muslim pada acara keagamaan, seperti berburu pada musim haji.
Pencatatan seluruh penerimaan negara pada masa Rosululloh SAW tidak ada, karena beberapa
alasan:
1. Jumlah orang Islam yang bisa membaca, menulis dan mengenal aritmatika sedikit
2. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana baik yang
didistribusikan maupun yang diterima
3. Sebagian besar dari zakat hanya didistribusikan secara lokal
4. Bukti-bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum digunakan
5. Pada kebanyakan kasus, ghanimah (harta yang didapatkan dari kemenangan perang)
digunakan dan didistribusikan setelah terjadi peperangan tertentu
Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa Rosululloh SAW juga tidak
tersedia, tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa sistem keuangan yang ada tidak dijalankan
sebagaiman semestinya. Dalam kebanyakan kasus pencatatan diserahkan pada pengumpul zakat
dan setiap orang pada umunya terlatih dalam masalah pengumpulan zakat. Setiap perhitungan
yang ada disimpan dan diperiksa sendiri oleh Rosululloh SAW. Beliau juga memberikan nasihat
kepada pengumpulan zakat mengenai hadiah yang ia terima. Rosul SAW berperan sebagai
eksekuitf, legislatif, dan yudikatif, namun beliau tidak segan bertanya kepada sahabat dan
bertukar pikiran dengan orang-orang beriman dalam urusan mereka.
bebas. Serta adanya pengawasan terhadap penekanan harga. Beliau juga sangat tegas dalm
menangani masalah zakat. Zakat dijadikan ukuran fiskal utama dalam rangka memecahkan
masalah ekonomi secara umum. Umar menetapkan zakat atas harta dan bagi yang membangkang
didenda sebesar 50% dari kekayaannya.
Pada masa beliau dibangun Institusi Administrasi dan Baitul Mal yang reguler dan
permanen di Ibu Kota, yang kemudian berkembang dan didirikan pula Baitul Mal cabang di ibu
kota propinsi. Baitul Mal secara tidak langsung berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal
negara Islam. Harta Baitul Mal dipergunakan mulai untuk menyediakan makanan bagi para
janda, anak-anak yatim, serta anak-anak terlantar, membiaya penguburan orang-orang miskin,
membayarkan utang orang-orang yang bangkrut, membayar uang diyat, untuk kasu-kasus
tertentu, sampai untuk pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial. Bersamaan dengan
reorganisasi Baitul Mal, Umar mendirikan Diwan Islam yang disebut Al-Divan. Al- Divan adalah
kantor yang mengurusi pembayaran tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta
tujangan lainnya secara reguler dan tepat. Khalifah Umar juga membentuk komite yang terdiri
dari Nassab ternama untuk membuat lapran sensus penduduk Madinah sesuai dengan tingkat
kepentingan dan kelasnya.
Khalifah Umar menetapkan beberapa peraturan sebagai berikut:
a) Wilayah Irak yang ditaklukan menjadi muslim, sedangkan bagian yang berada dibawah
perjanjian damai tetap dimiliki oleh pemilik sebelumnya dan kepemilikannya tersebut
dapat dalihkan
b) Kharaj (pajak yang dibayarkan oleh pemilik-pemilik tanah negara taklukan), dibebankan
pada semua tanah yang termasuk kategori pertama, meskipun pemilik tersebut kemudian
memeluk Islam dengan demikian tanah seperti itu tidak daat dikonversi menjadi tanah
ushr
c) Bekas pemilik tanah diberi hak kepemilikan, sepanjang mereka memberi kharaj dan
jizyah (pajak yang dikenakan bagi penduduk non muslim sebagai jaminan perlindungan
oleh negara)
d) Sisa tanah yang tidak ditempati atau ditanami (tanah mati) atau tanah yang diklaim
kembali bila ditanami oleh muslim diperlakukan sebagai tanah ushr.
e) Di Sawad, kharaj dibebankan sebesar saaau dirham atau satu rafiz (satu ukuran lokal)
gandum dan barley (sejenis gandum) dengan ngapan tanah tersebut dapat dilalui air.
Harga yang lebih tinggi dikenakan kepada ratbah (rempah atau cengkih) dan perkebunan,
f) Di Mesir, menurut sebuah perjanjian Amar, dibebankan dua dinar, bahkan hingga tiga
irdabb gandum, dua qist untuk setiap minyak, cuka, dan madu dan rancangan ini telah
disetujui Khalifah
g) Perjanjian Damaskus ( Syiria ) menetapkan pembayaran tunai, pembagian tanah dengan
muslim. Beban per kepala sebesar satu dinar dan beban satu jarib ( unit berat ) yang
diproduksi per jarib (ukuran) tanah.
Ustman bin Affan ( 47 SH 35H / 577 656 M )
Khalifah Ustman mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Umar. Pada enam tahun
pertama Balkh, Kabul, Ghazni Kerman, dan Sistan ditaklukan. Kemudian tindakan efektif
dilakukan untuk pengembangan sumber daya alam. Aliran air digali, jalan dibangun, pohonpohon ditanam untuk diambil buah dan hasilnya dan kebijakan di bidang keamanan perdagangan
dilaksanakan dengan pembentukan organisasi kepolisian tetap.
Usman mengurangi jumlah zakat dari pensiun. Tabri menyebutkan ketika khalifah
Ustman menaikkan pensiun sebesar seratus dirham, tetapi tidak ada rinciannya.Beliau
menambahkan santunan dengan pakaian. Selain itu ia memperkenalkan kebiasaan membagikan
makanan di masjid untuk orang-orang miskin dan musafir.
Pada masa Ustman, sumber pendapatan pemerintah berasal dari zakat, ushr, kharaj, fay,
dan ghanimah. Zakat ditetapkan 2,5 persen dari modal aset. Ushr ditetapkan 10 persen iuran
tanah-tanah pertanian sebagaiman barang-barang dagangan yang diimpor dari luar negeri. Kharaj
merupakan iuran pajak pada daerah-daerah yagn ditaklukan. Prosentase dari kharaj lebih tinggi
dari ushr. Ghanimah yang didapatkan dibagi 4/5 kepada para prajurit yang ikut andil dalam
perang sedangkan 1/5-nya disimpan sebagai kas negara.
Ali bin Abi Thalib ( 23H 40H / 600 661 M )
Pada masa pemerintahan Ali, beliau mendistribusikan seluruh pendapatan provinsi yang
ada di Baitul Mal Madinah , Busra, dan Kuffah. Ali ingin mendistribusikan sawad, namun ia
menahan diri untuk menghindari terjadi perselisihan.
Secara umum, banyak kebijakan dari khalifah Ustman yang masih diterapkan, seperti
alokasi penegeluaran yang tetap sama. Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambahkan
jumlahnya pada masa Ustman hampir dihilangkan seluruhnya.
Khalifah Ali mempunyai konsep yang jelas mengenai pemerintahan, administrasi umum
dan masalah-masalah yang berkaitan dengannnya seperti mendiskripsikan tugas dan kewajiban
dan tanggung jawab penguasa, menyusun dispensasi terhadap keadilan, kontrol atas pejabat
tinggi dan staf, menjelaskan kebaikan dan kekurangan jaksa, hakim dan abdi hukum,
menguraikan pendapatan pegawai administratif dan pengadaan bendahara.
Perkembangan Ekonomi Pasca Khulafaurrasyidin
Pendapatan Pemerintah
Pendapatan pada masa pasca khulafaurrasyidun masih menggunakan sistem perpajakan
yang dikenal dengan kharaj. Pajak ini ditetapkan atas tanah pertanian yang dibayar dalam bentuk
uang. Besar kecilnya ditentukan oleh kesuburan dan luas lahan. Jizyah tidak dipandang lagi
sebagai sumber pendapatan. Kemudian pajak ini dikenal dengan al-jawali. Ketika pendapatan
jizyah menurun, timbul berbagai macam pajak baru. Pajak ini dikenal dengan pajak hilali, karen
ditarik setiap tanggal baru (hilal) kalender hijriyah. Pajak lainnya adalah al-mufariq yang
dikenakan terhadap terhadap barang ekspor dan impor melalui pentai.
Pendapatan negara tidak dikumpulkan di Baitul Mal sebagaimana pada masa
khulafaurrasyidin. Setiap pendapatan dikhususkan untuk biaya suatu kegiatan tertentu.
Kemudian sisa pendapatan barulah dikumpulkan di kas negara sebagai dan cadangan.
Pengaitan antara pendapatan dan pengeluaran dalan bentuk neraca. Neraca ini
diperhitungkan setiap tahun berdaarkan tahun masehi, karena kharaj (sumber terbesar waktu itu)
dipungut berdasarkan tahun masehi. Sejak abad kedua hijrah muncul diwan yang mirip dengan
jasa akuntansi dewasa ini. Diwan bertugas meneliti pendapata, mengatur pengeluaran, dan
mengkaitkan pendapatan dan pengeluaran.
Mata Uang
Pada masa permulaannya Muslim menggunakan emas dan perak dengan beratnya.
Dinar dan dirham yang mereka gunakan adalah mata uang kekaisaran Persia. Mata uang Islam
dibuat pada masa Khalifah Abdullah Malik bin Marwan. Saat itu beliau memerintahkan untuk
pembuatan dirham yang dicap dengan kata-kata Allah adalah Satu, Allah adalah Abadi .
Beliau memerintahkan untuk membuang semua gambar-gambar manusia (raja/pahlawan) atau
binatang dan menggantikan dengan tulisan / bacaan seperti tahlil, tahmid, dan sebagainya.
Mata uang yang lain pada waktu itu berfungsi sebagai sarana pengumuman keabsahan
pemerintahan pada waktu itu yang namanya terpatri di mata uang tersebut. Mata uang itu disebut
sikkah.
Dalam Islam dikenal dua jenis mata uang utama, yaitu dinar emas dan dirham perak.
Selain kedua mata uang tersebut terdapat mata uang pecahan yang disebut maksur seperti qitha
dan miqtal. Pada keempat hijrah dunia Islam mengalami krisis mata uang emas dan perak, maka
kemudian dibuatlah mata uang dari tembaga yang dikenal dengan fulus.
Nilai mata uang ditetapkan sendiri oleh Khalifah. Penetapan itu sendiri tidak lepas dari
pertimbangan nilai riil masyarakat dan naik turunya nilai uang dari waktu ke waktu. Mata uang
pada waktu itu ditimbang terlebih dahulu untuk mencegah penipuan dengan standar timbangan
yang telah mereka miliki yaitu : auqiyah, nasy, nuwah, mitsqal, dirham, daniq, qirath, dan
habbah.
Kemudian muncul tempat penukaran mata uang (as-shayyrifah) dan istilah yang
menunjukkan bahwa tempat penukaran menjadi bank. Istilah tersebut antara lain shaftajah,
shakk, khath, dan hawalah.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pasca Khulafaurrasyidin
Perkembangan pemikiran ekonomi pasca Rosululloh SAW dan khulafaurrasyidin dibagi
menjadi 3 periode yang didasarkan atas nama tokoh ekonomi Islam tersebut hidup.
adalah masalah religi atau agama, kehidupan, pemikiran, keturunan, dan harta kekayaan yang
bersangkutan dengan masalah ekonomi.
Beliau juga memperkenalkan mengenai peranan uang dalam ekonomi (ditulis dalam
kitab Ihya Ulum Din). Menurut beliau , manusia memerlukan uang sebagai alat perantara /
pertukaran (medium exchange) untuk membeli barang. Fungsi ini kemudian dijabarkan kembali
oleh Ibnu Taimiyah dengan menambahkan 1 funsi tambahan, yakni bahwa uang juga berfungsi
sebagai alat untuk menetukan nilai (measurement of value )
Karya yang ditulisnya antara lain yang cukup monumental : Alajwibah Al-Ghazaliyah fi
Al-Masail Al-Ukhrawiyah, Ihya Ulum Din, Al-Adab fi Al-Dina, dan lain sebagainya.
Sumbangan terbesar dalam bidang Ekonomi banyak dimuat dalam karya besarnya, AlMuqadimmah. Beberapa prinsip dan falsafah ekonomi telah difikirkannya, seperti keadilan (aladl), hardworking, kerjasama (cooperation), kesederhanaan (moderation), dan fairness. Ibnu
Khaldun menekankan bahwa keadilan adalah tulang punggung dan asas kekuatan sebuah
ekonomi. Dalam karyanya tersebut, disebutkan mengenai rasa kebersamaan yang akan
terbentuk dan menguat jika ada keadilan untuk menjamin adanya kesejahteraan masyarakat
melalui pemenuhan kewajiban bersama dan pemerataan hasil pembangnan. Jika keadilan ini
hilang, maka cenderung akan menimbulkan ketidakpuasandiantra masyarakat, mengecilkan hati
masyarakat, dan berpengaruh buruk terhadap solidaritas masyarakat. Dan lebih jauh lagi lagi, hal
ini tidak hanya mempengaruhi motivasi masyarakat dalam bekerja tapi juga akan melemahkan
efisiensi, sikap inovatif, kewirausahaan dan kualitas kebaikan yang lain sehingga pada akhirnya
menyebabkan disintegrasi dan kemunduran masyarakat.
Manusia dan Ekonomi
Teori ekonomi dan pemikiran Ibnu Khaldun tentang manusia adalah berdasarkan pada
prinsip-prinsip dan falsafah Islam, tidak hanya melihat fungsi manusia dalam aktifitas
perekonomian
sebagai
hewan
ekonomi
(economic
animal),
sebaliknyanya
beliau
mengungkapkan bahwa manusia yang sebenarnya adalah manusia Islam (Islamic Man /
homoislamicus) yang memerlukan Ilmu pengetahuan (sumber yang didapatkan dari Alloh SWT
melalui pengamatan dan observasi) ekonomi untuk memenuhi misinya di muka bumi.
Teori Produksi
Ibnu Khaldun mengemukakan suatu teori bahwa kehidupan ekonomi selalu mengarah
pada pelaksanaan keseimbangan (equilibrium) antara penawaran dan permintaan. Menurut beliau
produksi berdasarkan pada faktor tenaga kerja (buruh) dan kerjasama dari masyarakat. Beliau
menganggap tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam proses produksi walaupun faktor
lain seperti bahan baku diperlukan, tenaga buruh diperlukan untuk menghasilkan produksi akhir.
Teori Nilai, Uang, dan Harga
Meskipun Ibnu Khaldun tidak secara jelas membedakan antara teori nilai guna (use
value) dengan nilai pertukaran (exchange value), tetapi secara tegas beliau mengatakan bahwa
nilai suatu barang tergantung pada nilai tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Beliau
mengatakan, Semua usaha manusia dan semua tenaga buruh perlu digunakan untuk
mendapatkan modal dan keuntungan. Tidak ada jalan lain bagi manusia untuk mendapatkan
keuntungan melainkan melalui penggunaan buruh.
Mengenai Uang beliau berpendapat bahwa banyaknya uang tidaklah menetukan
kekayaan suatu negara, tetapi ditentukan oleh banyaknya produksi negara tersebut dan neraca
pembayarn yang positif. Sejalan dengan pemikiran Al-Ghazali mengenai uang, Ibnu Khaldun
menjelaskan bahwa uang tidak perlu mengandung emas dan perak tetapi emas dan perak menjadi
standar nilai uang. Uang tidak mengandung emas dan perak merupakan jaminan pemerintah
menetapkan nilainya. Karena itu pemerintah tidak boleh mengubahnya. Pemerintah wajib
menjaga niai uang yang dicetak karena masyarakat menerimanya tidak lagi berdasarkan berapa
kandungan emas dan perak di dalamnya. Oleh karena itu selain menyarankan digunakan uang
standar emas/perak, beliau juga menyarankan konstannya harga emas dan perak.
Pada bagian lain, Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik turunya penawaran terhadap
harga. Beliau mengatakan, ketika barang-barang yang tersedia sedikit, maka harga-harga akan
naik. Namun bila arak antarkota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan, mak akan
banyak barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang melimpah dan harga-harga akan
turun.
Selain menulis Al-Muqadimmah, beliau juga banyak menulis buku lainya, antara lain :
Syarh Al-Burdah, sejumlah ringkasan atas buku-buku karya Ibnu Rusyd, sebuah catatan atas
buku Matiq, dan lain-lain
Perkembangan Pemikiran Islam ke Barat
A. Schumpeter (1954) menulis sebuah buku yang berjudul History of Economic
Analysis, yang berisikan tentang pondasi dan pemikiran dasar ilmu ekonomi dan
perkembangannya. Dalam bukunya tersebut, ia menjelaskan sejarah perkembangan ekonomi
yang terjadi didunia. Hal yang menarik adalah setelah akhir masa keemasan Graceo Roma di
abad-8 Masehi, sangat sedikit sekali ditemukan pemikiran dan teori ekonomi yang signifikan
dihasilkan, bahkan masa ini berjalan hingga abad ke-13 yang ditandai dengan masa St. Aquinas
(1225-1274). Selama kurang lebih lima abad tersebut, tidak begitu banyak teori ekonomi dan
karya ekonomi yang dihasilkan oleh para pemikir barat> Schumpeter menyebutnya sebagai
Great Gap atau jurang yang besar diantaranya, saat itu terjadi masa kegelapan (dark age)
terhdap ilmu dan sains di Eropa. Pengaruh gereja masih terasa kental membatasi para ahli dan
ilmuwan untuk menghasilkan karya ilmiah. Bahkan bila seseorang dapat dianggap membelot dari
ajaran Tuhan bila bertentangan dengannya dan hukuman mati pun akan diberikan padanya.
Disisi dunia yang lain, dunia Islam mencapai masa keemasan,dimana banyak ilmuwan
muslim yang mulai menggali Kitab Suci Al-Quran dan referensi-referensi lainnya, berhasil
memberikan karya-karya ilmiah yang signifikan mulai meliputi kedokteran, teknik, arsitektur,
kimia, hukum, seni dan sastra, sosial hingga ekonomi. Banyak ilmuwan muslim yang menulis,
meneliti, dan menghasilkan teori-teori ekonomi yang hasilnya hingga sekarang masih relevan
untuk dipelajari dan diterapkan. Karya-karya agung para ilmuwan inilah yang menjadikan dunia
Islam menjadi pusat kebudayaan dan pengetahuan dunia selama kurang lebih 13 abad.
Mulai abad 9 muncul banyak tokoh Islam yang mempengaruhi pemikiran dan
kehidupan mayarakat Barat, seperti Biruni, Firdawsi, Ibnu Sina, Nasisirn, Khuswraw, Nizamul
Mulk, Al-Ghazali, Omar Khayyam, dan lin sebagainya.
Pengaruh pemikiran Islam terhadap masyarakat barat dipengaruhi dua fakta yang menonjol :
a. Para cendikiawan tersebut menerima dorongan terbesar dari warisan ilmu
pengetahuan dan filsafat Greco-Helenistik
b. Islam menerima warisan tersebut dan mengajarkan di dalam sekolah-sekolah
perguruan tinggi, pusat penelitian, dan perpustakaan-perpustakaan
Dampak dari penyebaran kebudayaan Islam ini, Eropa mendapatkan banyak ilmu
pengetahuan bersumber dari dunia Islam. Dalam bidang ilmu ekonomi beberapa pengetahuan
yang diindikasi disalain oleh Ilmuwan Eropa diantaranya adalah :
1. Teori Parento Optimum diambil dari pidato Ali bi Abi Tholib yang dikumpulkan dalam
suatu kitab yang berjudul Nahjul Balaghah.
2. Bar Hebracus, pendeta Jocobite Church menyalin beberapa bab kitab karya Al-Ghazali
yang berjudul Ihya Ulum Din.
3. Gresham law dan Oresme Trarise diambil dari kitab karya Ibnu Taimiyah
4. Pendeta era Spanyol Ordo Dominican, Raymond Martini menyalin banyak bab dari
Tahaful Al-Falasifa, Maqasid Ul-falasifa, Al-Munqid, Mishkat Ul-Anwar dan Ihya Ulum
Din.
5. St. Thomas menyalin banya bab daari Farabi (St. Thomas yang belajar di Ordo
Dominican mempelajari ide-ide Al-Ghazali dari Bar Hebracus dan Martini)
6. Adam Smith dengan hukumnya The Wealth of Nation diduga banyak mendapat inspirasi
dari karya Ibnu Khaldun, Al-Muqadimmah dan bukunya Abu Ubayd yang berjudul AnAnwal.
Sedangkan beberapa bentuk pengelola ekonomi barat yang sama digunakan Islam
adalah:
a) Syirkat ( partnership )
b) Suftaja ( bill of exchange )
c) Hawal ( letters of credit )
d) Funduq ( specialized large scale commercial institutions and market which development
developed in to virtual stock exchange )
e) Dur-ul tiraz ( pabrik yang dijalankan oleh negara )
f) Mauna ( private bank )
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Pada masa Rasulullah, sistem ekonomi yang diberlakukan adalah sistem ekonomi yang telah
di syariatkan dalam Islam
2. Sistem ekonomi di zaman rasulullah sangat kompleks dan sempurna meskipun pada masa
setelahnya tetap dilakukan perbaikan
3. Jenis-jenis kebijakan baik pendapatan dan pengeluaran keuangan di masa Rasulullah lebih
terfokus pada masa perang dan kesejahteraan rakyat. Tidak seperti saat ini bahwa kebijakankebijakan ekonomi lebih difokuskan pada pencarian keuntungan