39
Tinjauan Pustaka
kadar normal pada keadaan pubertas
sebelum pada akhirnya turun ke kadar
yang rendah, dan hampir tidak terdeteksi
pada masa kanak-kanak. Fungsi biologis
kenaikan ini tidak diketahui. Penelitian
pada binatang menunjukkan bahwa hal
tersebut berkontribusi terhadap diferensiasi otak.3
Efek Testosteron Pubertal pada Anak 46
XY
Saat pubertas, banyak perubahan fisik
dini pada kedua jenis seks yang bersifat
androgenik (bau badan dewasa, kulit dan
rambut lebih berminyak, jerawat, rambut
aksila, kumis, dan jambang). Pada masa
ini, perkembangan ciri kelamin sekunder
pada laki-laki seluruhnya karena pengaruh
androgen (pertumbuhan penis, maturasi
jaringan spermatogenik dan fertilitas, janggut, suara berat, rahang dan otot maskulin,
rambut pada tubuh, tulang yang padat).
Pada laki-laki, perubahan utama semasa
pubertas yang dikaitkan dengan estradiol
adalah akselerasi penutupan epifisis (berakhirnya pertumbuhan tinggi badan), dan
(bisa terjadi) ginekomastia.3
ETIOPATOGENESIS
Insensitivitas androgen terjadi akibat mutasi pada gen untuk reseptor androgen
(AR) yang berlokasi pada kromosom Xq
11-12. Hal ini merupakan X-linked recessive
trait yang penyakitnya tidak bergejala, atau
minimal.2
Xq 11-12 Area
XY Person
X Chromosome
Gene
Encoding
Androgen
Receptor
Androgen
Insensitive to
Androgen
Androgen
Receptor
Normal Androgen
Receptor Behavior
40
Tinjauan Pustaka
ditemukan kromosom XY pada perempuan yang diperiksa kariotipe-nya untuk
tujuan lain.9-12
Beragam Kelainan akibat Insensitivitas
Androgen
Walaupun banyak mutasi ditemukan, spektrum manifestasi klinis dibagi menjadi 6 fenotip, yang dihubungkan dengan meningkatnya
respons jaringan karena pengaruh androgen.
Sindrom insensitivitas androgen komplet
(complete androgen insensitivity syndrome, CAIS): penampilan wanita komplet, kecuali tidak ada uterus, tuba falopii,
atau ovarium, testis pada abdomen, rambut jarang hingga androgenik.5
Laki-laki dengan mikropenis, hipogonadisme, dan ginekomastia.5
Sindrom Reifeinstein: genitalia ambigu, testis kecil yang terletak di rongga abdomen
atau skrotum, rambut jarang sampai androgenik, ginekomastia semasa pubertas.6
Sindrom infertilitas pada pria: genitalia
interna dan eksterna normal, tubuh pria
normal atau female androgyny, virilisasi
dan rambut androgenik, berkurangnya
produksi sperma dengan fertilitas normal atau infertil.6
Undervirilized fertile male syndrome:
genitalia interna dan eksterna normal
dengan mikropenis, testis di dalam
skrotum, rambut androgenik normal,
jumlah sperma dan fertilitas normal atau
berkurang.6
X-linked spinal and bulbar muscular atrophy: tubuh dan fertilitas normal atau
hampir normal, ginekomastia semasa
remaja yang memberat, degenerasi otot
yang terjadi ketika dewasa.7
Osteoporosis
Wanita CAIS mempunyai risiko osteoporosis lebih tinggi dibandingkan wanita normal
tetapi tampaknya tidak mempunyai kecenderungan terjadinya fraktur tulang. Densitas
tulang yang rendah tidak selalu dihubungkan dengan penggunaan regimen HRT
yang tidak adekuat atau kapan dilakukan
gonadektomi. Diduga kurangnya aktifitas
androgen memberikan kontribusi terhadap
wanita AIS partial (PAIS) untuk bertahan,
tetapi hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
PEMERIKSAAN DAN TES DIAGNOSTIK
Kebanyakan kasus CAIS didiagnosis
melalui:
41
Tinjauan Pustaka
Penetapan menjadi perempuan biasanya
diikuti oleh gonadektomi pada masa
kanak-kanak untuk mencegah maskulinisasi lanjut, terutama pada masa pubertas. Sering kali dilakukan perluasan
vagina dan pengurangan ukuran klitoris.
Estrogen diberikan saat pubertas; hal ini
mempunyai keuntungan, yaitu jaringan
akan lebih sensitif pada masa yang akan
datang terhadap testosteron yang tidak
relevan untuk remaja perempuan. Prosedur pembedahan yang dilakukan lebih
sedikit dibandingkan prosedur penentuan pada laki-laki dan secara kosmetik
hasilnya lebih baik, tetapi perempuan
yang mengalami pembedahan dini ini
banyak yang mengalami gangguan sensasi dan fungsi seksual.
Selama lebih dari 50 tahun, penentuan gender dengan bedah rekonstruktif pada bayi banyak dilakukan
sebagai pilihan orang tua dan dokter.
Hal ini ternyata banyak menimbulkan
masalah. 8,11
42
Tinjauan Pustaka
PROGNOSIS
Untuk CAIS, pengangkatan jaringan testis sebaiknya dilakukan. Prognosis untuk
IAIS tergantung dari keadaan dan berat
tidaknya ambiguitas genitalia.10
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kanker
testis, infertilitas, dan gangguan psikologis.10
KESIMPULAN
Penderita AIS dan CAIS perlu mendapat perhatian dari orang tua dan dokter
s eawal mungkin demi kelangsungan kehidupan seksual dan psikososialnya. Diagnosis sedini mungkin dapat diupayakan dengan menggali riwayat keluarga
dan penapisan (screening) medis. Penyuluhan kepada masyarakat, termasuk
tokoh masyrakat, harus diintensifkan.
Daftar Pustaka
McPhaul MJ. Androgen receptor mutations and androgen insensitivity. Molecular and Cellular Endocrinology 2002; 198(1-2):617.
Lee HJ, Chang C. Recent advances in androgen receptor action. Cellular and Molecular Life Sciences 2003; 60(8):161322.
Nitsche EM, Hiort O. The molecular basis of androgen insensitivity. Hormone Research 2000; 54(5-6):32733.
Androgen insensitivity syndrome. Online mendelian inheritance in man. Johns Hopkins University. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/dispomim.
cgi?id=300068 (retrieved July 15, 2009)
5. Partial androgen insensitivity. Online mendelian inheritance in man. Johns Hopkins University. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/dispomim.
cgi?id=312300 (retrieved July 15, 2009)
6. Wisniewski AB, Migeon CJ, Meyer-Bahlburg HF, et al. Complete androgen insensitivity syndrome: long-term medical, surgical, and psychosexual outcome. The
Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 2000; 85(8):26649.
7. Androgen insensitivity syndrome ethical and legal implications of genetic testing. Available from: http://www.gghjournal.com/volume23/3/ab03.cfm
8. Official Positions. Available from: http://www.intersexualite.org/English-Offical-Position.html
9. Wysolmerski JJ, Insogna KL. The parathyroid glands, hypercalcemia, and hypocalcemia. In: Kronenberg HM, Schlomo M, Polansky KS, Larsen PR (Eds). Williams
Textbook of Endocrinology. 11th ed. St. Louis, Mo: WB Saunders, 2008; chap. 266.
10. Bringhurst FR, Demay MB, Kronenberg HM. Disorders of Mineral Metabolism. In: Kronenberg HM, Schlomo M, Polansky KS, Larsen PR (Eds). Williams Textbook
of Endocrinology. 11th ed. St. Louis, Mo: WB Saunders, 2008; chap. 27.
11. Speroff L, Fritz MA. Normal and abnormal growth and pubertal development. In: Clinical gynecologic endocrinology and infertility. 8th ed. Washington: Lippincott
William and Wilkins, 2011; pp.391-434.
12. Speroff L, Fritz MA. Amenorrhea. In: Clinical gynecologic endocrinology and infertility. 8th ed. Washington: Lippincott William and Wilkins, 2011; pp.435-93.
1.
2.
3.
4.
43