Penanganan Produksi Permukaan
Penanganan Produksi Permukaan
Gempa tektonik.
Angin.
Suhu (temperatur).
Tekanan udara.
Air, dapat berupa air hujan, air laut, air tanah, air rawa, air danau.
Kedua tenaga tersebut (geomorphic agent) bekerja sama membentuk
pemukiman
hanya
sesuai
untuk
kegiatan
administratif
(3.1)
dimana :
F
= tenaga angin, lb
Vk
Ch
= koefisien ketinggian
Cs
= koefisien bentuk
(3.2)
dimana :
Va = kecepatan angin rata-rata, knot
Vg = kecepatan angin maksimum, knot
3.1.2.2. Pengaruh Ombak
Besarnya pengaruh ombak akan berdampak pada kekuatan dari
anjungan terapung terutama pada kekuatan kaki-kakinya yang mana
mempengaruhi kestabilan pada arah horisontal serta mempengaruhi dalam
perencanaan pola penjangkaran. Data test model sering digunakan untuk
menentukan besarnya tenaga ombak, dengan menggunakan model test semisubmersible rig dan bentuk-bentuk lain yang tidak beraturan. ABS membuat
dua teori perhitungan tenaga ombak untuk kondisi laut dangkal dan laut
dalam. Kedalaman air sebesar 300 ft digunakan untuk membedakan kedua
teori tersebut.
Metode laut dangkal merupakan metode sederhana yang didasarkan
pada interpolasi. Analisa ini didasarkan pada struktur silindris vertikal dan
dapat digunakan untuk unit-unit yang mempunyai jenis kaki penyangga
dengan komponen yang tidak silindris. Metode tersebut juga diasumsikan
bahwa struktur memanjang sampai dasar laut. Sedangkan metode laut dalam
teorinya dikemukakan oleh ABS untuk menentukan drag dan tenaga
kelembaman dari unit pemboran dengan kedalaman lebih dari 300 ft.
3.1.2.3. Dasar Laut
Dasar laut tertutupi oleh batuan sedimen dengan morfologi yang
komplek, seperti deret perbukitan, tebing-tebing yang curam, palung,
lembah-lembah dan sebagainya. Dalam hal ini, dua hal yang penting adalah
morfologi dasar laut dan sedimen dasar laut, yaitu sebagai berikut :
1. Morfologi dasar laut
Morfologi dasar laut seperti halnya morfologi darat , terbentuk akibat
tenaga eksogen dan endogen. Morfologi dasar laut ini berdasarkan
kedalaman laut dibagi dua bagian, yaitu :
a. Morfologi dibatas tepi kontinen (laut dangkal), yang merupakan
perairan dangkal dengan dasar yang hampir rata dan disebut
dengan kontinental shelf. Lebar rata-rata continental shelf sekitar
60 km, tetapi disetiap tempat lebarnya berbeda-beda, yaitu
berkisar dari 0 sampai 1300 km. Bentuk-bentuk dari morfologi
laut dangkal ini antara lain : dataran continen, atoll, shelf channel,
watt, dan shoals.
b. Morfologi di laut dalam, yang mana laut dalam mempunyai
bentuk-bentuk morfologi yang lebih unik daripada laut dangkal,
antara lain : oceanic ridge, sea floor trench, seamount, guyot, dan
basin.
arus laut dipermukaan air laut, akan tetapi pada umumnya tidak lebih
dari kedalaman 50 100 m.
d. Arus densitas
Adalah arus laut yang terjadi karena adanya perbedaan densitas /
kerapatan, kerapatan disini dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas.
3.1.2.5. Letak Geografis Daerah Laut
Seperti halnya didaratan, akibat adanya pengaruh perputaran bumi
mengelilingi matahari selama setahun maka distribusi sinar matahari tidak
merata, sehingga berpengaruh langsung terhadap iklim dan cuaca di daerah
laut.
Letak geografis daerah laut ditentukan dengan garis lintang dan bujur
dimana daerah perairan itu berada. Tetapi karena pengaruh rotasi bumi pada
sumbunya di kutub utara dan selatan, maka pengaruh lintang jauh lebih
besar. Dari letak lintang geografis tersebut, maka daerah-daerah laut secara
umum dikelompokkan menjadi :
1. Derah laut tropis, terletak sekitar katulistiwa atau pada lintang 0 o
sampai 5-10o lintang utara dan selatan.
2. Daerah laut sub-tropis, dengan lintang 5-10o sampai 23o lintang utara
dan selatan.
3. Daerah laut sedang (transisi), dengan lintang 23-66,5o lintang utara
dan selatan.
4. Daerah laut kutub, dengan 66,5-90o lintang utara dan selatan, daerah
ini selalu ditutupi salju abadi.
Pengaruh geografis ini terutama pada laut terbuka seperti samudra
Atlantik dan Pasifik serta samudra Hindia, sedangkan untuk laut-laut
pedalaman seperti laut Tengah, laut Merah, dan laut Kaspia sangat
dipengaruhi oleh iklim kering dari daerah gurun disekitarnya.
Letak geografis daerah laut tersebut akan mempengaruhi kekuatan
angin (badai), tinggi ombak, arus, serta pengaruh terhadap anjungananjungan produksi.
berpengaruh
terhadap
perencanaan
pada
peralatan
produksi
Gambar 3.1.
Skema Sistem Produksi Permukaan (36)
Perencanaan fasilitas produksi dipermukaan tujuannya adalah
mengontrol dan mengatur aliran fluida produksi dipermukaan, yang meliputi
perencanaan jenis dan ukurannya. Fluida Reservoir akan mengalir ke
Gambar 3.2.
Proses Pengaliran Fluida Produksi Permukaan (5)
fasilitas
produksi
permukaan
nantinya
meliputi
dengan
bagian
komponen
peralatan
pemisahan
dan
juga
permukaan
pemasangan
flow
ini
line
berpengaruh
beserta
terhadap
perencanaan
peralatan-peralatan
lainnya.
surface
fasilities
selanjutnya.
Faktor-faktor
yang
Gambar 3.3.
Wellhead beserta Komponen-Komponennya (5)
(working pressure) yang berkisar antara 960 15000 psi, seperti ditunjukkan
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Standard API untuk Wellhead (14)
Mark cold working
Hidrostatik test
Former Corresponding
(psia)
pressure
Series Designation
(psia)
960
2000
3000
5000
10000
15000
1440
4000
6000
10000
15000
22500
Series 400
Series 600
Series 900
Series 1500
Series 2900
Series 2900
Casing Head
Casing head disebut juga landing base. Digunakan untuk menahan
casing berikutnya yang lebih kecil, memberikan suatu penyekat antara
rangkaian casing, memberikan suatu hubungan dengan annulus dan sebagai
landasan blow out preventer. Casing head harus direncanakan untuk dapat
menahan berat intermediate casing berikutnya yang akan dipasang tanpa
menyebabkan kerusakan pada casing.
1. Lowermost Casing Head
Lowermost casing head merupakan bagian paling bawah dari
peralatan wellhead yang akan berpaut dengan bagian atas surface casing dan
berfungsi untuk menopang rangkaian surface casing serta menyekat annulus
diantara rangkaian casing head. Bagian-bagian dari lowermost casing head
adalah :
Gambar 3.4.
Lowermost Casing Head (14)
Dalam pemilihan ukuran peralatan lowermost casing head harus
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Desain
Casing harus didesain agar dapat menerima casing hanger tanpa
menyebabkan kerusakan pada rangkaian casingnya.
Outlet, yaitu merupakan saluran keluar yang jumlahnya bisa satu atau
dua buah. Pada saluran keluar ini biasanya diapasang katup-katup.
Pada umumnya tekanan kerja minimum dari intermediate casing head
sama atau lebih besar dari tekanan maksimum yang menyebabkan kerusakan
yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
pemilihan
yang cukup tinggi karena akan menopang atau menahan rangkaian casing
berikutnya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
casing hanger antara lain :
Top flange, top flange disini dilengkapi dengan lock screw yang
berfungsi untuk menahan tubing hanger pada tempatnya dan
memberikan tekanan pada tubing hanger seal dan seal annulus.
Outlet, merupakan saluran keluar yang jumlahnya bisa satu atau dua
buah.
Gambar 3.5.
Tubing Head untuk Multiple Completion (14)
4. Menyusun hanger sehingga pemasangan katup back pressure sesuai
dengan tempatnya.
5. Hanger harus disusun untuk ketepatan atau keakuratan test tekanan.
3.2.1.1.2. Christmas Tree
Christmass tree merupakan salah satu kelengkapan komplesi sumur
di permukaan, yang terdiri dari kumpulan valvevalve dan fittingfitting
yang dipasang di atas tubing head. Christmass Tree berfungsi untuk menahan
dan mengatur aliran fluida dari formasi ke permukaan. Christmass tree ini
terbuat dari baja yang berkualitas tinggi sehingga disamping mampu
menahan tekanan tinggi juga mampu menahan laju aliran air formasi yang
bersifat korosif yang ikut mengalir bersama minyak atau dapat menahan
pengikisan yang disebabkan oleh pasir yang ikut terbawa oleh aliran fluida
formasi. Berdasarkan jumlah tubing maka christmass tree dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu
completion christmass tree. Sedangkan bila dilihat dari bentuk dan jumlah
wing valvenya christmass tree dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Christmass
tree berlengan satu (single wing) dan Christmass tree berlengan dua (dual
wing). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jenis-jenis christmas tree pada
gambar 3.6.
Pemasangan christmas tree jenis multiple-pararel string wellhead
dengan semua fitting berada pada flange bagian atas dari tubing head.
Sedangkan untuk christmas tree yang menggunakan sambungan jenis ulir,
las, dan flange yang berdiri sendiri serta flange dengan kesatuan yang
lengkap, dipakai untuk tubing ukuran 1 1/4, 1 3/4, 2 3/8, 2 7/8, 3, dan
4.Berdasarkan bentuk sambungan manifoldnya, multiple completion
christmas tree dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Gambar 3.6.
Prinsip kerja :
Dengan memutar handwheel yang berhubungan langsung dengan stem
dan needle valve maka dapat diatur lubang antara needle dengan seat
yang juga merupakan diameter choke, yang besarnya akan ditunjukkan
pada skala melalui indikator yang ikut bergerak sesuai pergerakan stem.
e. Check valve, merupakan valve yang hanya dapat mengalirkan fluida pada
satu arah tertentu yang berfungsi untuk menahan aliran dan tekanan balik
dari separator. Pada christmas tree, check valve ini ditempatkan setelah
choke sebelum masuk ke flow-line.
3.2.1.1.3. Choke
Merupakan peralatan yang berfungsi untuk menahan sebagian aliran
dari flow valve sehingga produksi minyak dan gas dapat diatur menurut
kehendak kita. Choke ini juga terbuat dari baja yang berkualitas tinggi untuk
dapat menahan kikisan pasir atau karena pengaruh fluida formasi yang
bersifat korosif.
Adapun tujuan dari pemasangan choke (bean) ini adalah :
1. Menjaga laju aliran yang diinginkan
2. Menjaga tekanan balik (back pressure) yang sesuai untuk
mencegah masuknya pasir ke dalam sumur
3. Mencegah terjadinya gas coning
4. Memberi tekanan balik pada formasi sehingga tekanan formasi
tetap tinggi
5. Memproduksikan fluida reservoir pada laju aliran yang terbaik
Dalam industri perminyakan ada dua jenis choke yang sering
digunakan, antara lain yaitu :
1. Positive Choke
Choke ini terbuat dari besi baja pejal, dimana pada bagian dalamnya
terdapat lubang kecil (orifice), dimana minyak dan gas sering
melewatinya. Karena aliran fluida melalui choke ini maka akan
terjadi perbedaan tekanan antara sebelum choke dan sesudah choke
yang besarnya tergantung pada diameter orifice choke tersebut.
Positive choke ini hanya memiliki satu ukuran orifice (fixed orifice).
2. Adjustable Choke
Bedanya dengan positive choke adalah adjustable choke mampu
merubah diameter atau ukuran orificenya hanya dengan memutar atau
mengatur hand-wheelnya saja. Pemakaian adjustable choke ini
dimaksudkan untuk menghindari penukaran atau pergantian choke,
terutama pada sumur-sumur yang menggunakan christmass tree
single wing, agar pada waktu sumur berproduksi didapatkan aliran
yang bersih dan tidak terdapat lagi lumpur dan pasir. Dalam hal ini
jika digunakan positive choke akan mudah tersumbat kotoran yang
berasal dari sumur.
C.R 0, 5
q ...
S2
(3.3)
dimana :
Pwh = Tekanan di kepala tubing, psia
R
435.R 0,564
q .
S 1,89
(3.4)
dimana : Pwh dalam satuan psig
Gambar 3.7.
Bean Performance Chart Gilbert (26)
b. Metode Poetmann dan Beck
Metode yang digunakan Poetmann dan Beck ini merupakan
pengembangan dari persamaan Ros (1960). Poetmann dan Back memberikan
bentuk persamaan sederhana sebagai berikut :
17,4 q R 0,5
Pwh =
...........................................................(3.5)
S
0,0054 T Z ( Rp Rs )
R
............................................(3.6)
Bo. P
dimana :
P
Rp
Rs
Bo
Poetmann
dan
Beck
dapat
dipergunakan
untuk
Gambar 3.8.
Nomogram Poetmann dan Back untuk Oil Gravity 30 oAPI(6)
3.2.1.1.4. Adapter dan Crossover Flange
Yang dimaksud dengan adapter adalah suatu alat penyambung yang
berfungsi untuk merubah ukuran flange yang berbeda. Jadi dengan adapter
dapat digunakan untuk menghubungkan dua flange yang tidak sama
ukurannya disebut double-studded. Yang dimaksud adapter flange pada
tubing head, yaitu merupakan intermediate yang digunakan untuk
menghubungkan flange bagian atas dari tubing head dengan master valve
dan juga digunakan untuk menyangga tubing. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 3.9. Adapter flange pada tubing head dapat dibedakan sebagai
berikut :
1. Jenis Studded, dimana untuk flange bagian bawah ada alur cincin dan
lubang yang ada bautnya. Sedang untuk bagian atas berupa studded
yang berhubungan dengan master valve.
2. Jenis Spool, dimana hampir serupa dengan jenis studded, kecuali
untuk bagian atasnya yang berbentuk flange.
Gambar 3.9.
Tubing Head Adapter (14)
3.2.1.2. Komponen dan Perencanaan Peralatan Transportasi
Peralatan transportasi berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala
sumur dengan bagian komponen peralatan pemisahan. Komponen peralatan
transportasi ini terdiri dari gathering sistem (flowline, manifold, valve,
header) dan machinery facilities (pompa dan kompresor) sebagai fasilitas
penunjang.
3.2.1.2.1. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Proses Transportasi
Suhu minyak yang diproduksikan tersebut, selama masa alirnya
sampai ke permukaan sumur akan mengalami kehilangan sebagian panasnya
(heat loss) yang menyebabkan penurunan suhu alirnya. Suhu alir minyak
mentah pada panjang pipa produksi (flowline) tertentu ditentukan dengan
persamaan matematis :
To - T1
= e Z .. (3.7)
T2 - T1
2,54 K D L 10-5
z =
...(3.8)
QS
dimana :
To = suhu awal minyak keluar dari sumur, 0 C
T1 = suhu setempat, 0 C
T2 = suhu akhir minyak pada saat mencapai pour pointnya, 0C
K = koefisien pemisahan panas fluida dari pipa, Kcal / m2 / jam/ 0C
D = diameter pipa, inchi
L = panjang pipa, meter
Q = jumlah aliran, ton / jam
S
untuk
mengalirkan
panas
ini
disebut
sebagai
dt
dx
(3.9)
dimana :
q
dt
= gradien suhu pada jarak yang diperhatikan, oF/ft
dx
tp td
ln Rl .Rdl
2. .k .H
(3.10)
dimana :
q
tp = suhu panas, oF
td = suhu dingin, oF
= panjang silinder, ft
2. Konveksi
Konveksi adalah cara perpindahan panas dimana diperlukan adanya
aliran fluida untuk dapat mengangkut panas dari suatu tempat ke
tempat lain yang mempunyai suhu lebih rendah. Jadi dalam
perpindahan panas melalui cara ini, molekul-molekul fluida bergerak
dari suatu tempat ke tempat lain untuk mengangkut panas. Gerakangerakan molekul-molekul dari fluida ini disebabkan karena perbedaan
densitas antara fluida panas dengan fluida yang lebih dingin. Seperti
kita telah ketahui bahwa densitas fluida pada suhu yang panas akan
lebih kecil daripada densitas fluida tersebut yang mempunyai suhu
yang lebih dingin. Akibat adanya perbedaan densitas fluida ini, maka
akan terjadi suatu aliran panas dari fluida yang mempunyai suhu
lebih tinggi ke fluida yang mempunyai suhu lebih rendah. Laju
perpindahan panas ini dikemukakan oleh Newton dengan persamaan
sebagai berikut :
Q = h . A . ( tp td ) ....(3.11)
dimana :
q
A = luas penampang, ft 2
tp = suhu panas, oF
td = suhu dingin, oF
3. Radiasi
Radiasi adalah cara perpindahan panas dimana tidak diperlukan
adanya media penghantar. Panas yang dihasilkan sumber panas
dipancarkan melalui gelombang elektromagnetik, dimana besarnya
pancaran dipengaruhi oleh tingginya suhu dari sumber panas tersebut.
Semakin panas suhu suatu benda, semakin besar pula energi yang
A = luas penampang, ft 2
t
= suhu, oR
Sehingga besarnya / jumlah panas yang diterima oleh tanah sekeliling pipa
adalah sebagai berikut :
Q
. D . L . K . (tr ta) .
(3.14)
dimana :
Q = jumlah panas yang diterima oleh tanah sekeliling pipa, BTU/jam
D = diameter luar pipa, ft
L = panjang pipa, ft
K = koefisien hantaran panas dari pipa ke tanah rata-rata,
BTU/ft2-jam-oF
tr = suhu aliran minyak rata-rata, oF
ta = suhu sekeliling rata-rata, oF
Jumlah panas yang dihantarkan atau dilepaskan, besarnya sama dengan
jumlah panas yang diterima, maka :
Q . Cp. (t1 t2) =
. D . L . K . (tr ta) ..
(3.15)
Suhu rata-rata aliran minyak dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
tr
(t1 t a ) (t 2 t a )
ta
(t1 t a )
....(3.16)
Ln
(t 2 t a )
Jika persamaan (3.15) dan (3.16) diatas diselesaikan, maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Ln
(t1 t a )
.D.L.K
=
Q.Cp
(t 2 t a )
(3.17)
Persamaan (3.17) bila satuannya dirubah kedalam satuan matrik, maka
persaamaannya menjadi :
Ln
(t1 t a )
=
(t 2 t a )
2,54 .D.L.K
Q.Cp.10 5
(3.18)
atau sering ditulis dengan :
Ln
(t1 t a )
=
(t 2 t a )
eZ
(3.19)
dimana :
Z =
2,54 .D.L.K
Q.Cp.10 5
3.2.1.2.2.1.
Gambar 3.10.
Individual Oil dan Gas Gathering Sistem (14)
b. Well Centre Gathering Sistem
Beberapa sumur yang terdapat dalam system ini disatukan dalam satu
gathering system yang kemudian dipisahkan fluida produksinya. Sistem ini
sangat
menguntungkan
karena
memperkecil
biaya
capital
dengan
Gambar 3.11.
Well Centre Gathering Sistem (38)
c. Common Line Gathering Sistem
Pada system ini fluida produksi dari beberapa sumur dialirkan di
dalam satu flowline yang kemudian dihubungkan instalasi pemisahan,
dimana produksi air, gas dan minyak diukur pada interval tertentu melalui
well tester dan selanjutnya dihubungkan ke tangki pengumpul. Sistem ini
diperlihatkan pada gambar 3.12.
Gambar 3.12.
Common Line Gathering Sistem (38)
Gambar 3.13.
Axial Gathering Sistem (35)
3.2.1.2.2.2.
Gambar 3.14.
Radial Gathering Sistem (35)
Complex Liquid Gathering Sistem
Gambar 3.15.
Penggunaan Diameter Pipa (A dan B) Dihubungkan Secara Seri (14)
Dimana L adalah panjang pipa dan D adalah diameter pipa yang
dihubungkan secara seri, maka dalam hal ini laju aliran (Q) akan memenuhi
persamaan :
Q LA = Q LB = (Q L) total ...................................................... (3.20)
dimana :
= panjang pipa, ft
( P f) B
= (P f ) total ......................................(3.21)
Dalam hal ini tidak ada persamaan yang tepat untuk kondisi diatas,
karena adanya variasi diameter. Pemecahan masalah ini dapat didekati
dengan menganggap pipa tersebut terdiri dari satu diameter ekivalen dari
system tersebut. Panjang ekivalen seluruh rangkaian (L) adalah :
L = L B { D A / D B )5
Apabila D = D B { L A / L B }5
......................................................(3.22)
.......................................................(3.23)
Untuk jaringan pipa yang letak sumur sumur ke block station terlalu
jauh, dibuatlah sub station sebagai pemisah pertama dan dari beberapa sub
station minyak dikirim ke block station. Minyak dari block station dikirim
dengan menggunakan pompa melalui pipa ke stasiun pengumpul utama
(SPU) yang masih berada di Complex Block Station
3.2.1.2.2.3.
dengan
bagian
komponen
peralatan
pemisahan
dan
juga
Fiberglass pipe
Plastic pipe
Asbestos pipe
Low pressure flow line, yaitu flow line yang dapat menahan sampai
125 psi.
High pressure flow line, yaitu flow line yang dapat menahan tekanan
lebih dari 125 psi.
Dari pengelompokan flow line menurut kemampuannya dalam
menahan tekanan alir dari fluida produksi, maka dapatlah diambil salah satu
baik low pressure flow line maupun high pressure flow line yang disesuaikan
dengan tekanan kepala sumur. Ada kalanya dua tipe diatas digunakan
bersama-sama pada suatu sumur yang reservoirnya terdiri dari multi zone,
dimana zone yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan tekanan
yang menyolok sehingga diperlukan dua tubing (dual completion), dan
dipermukaan memerlukan dua flow line seperti diatas.
Di lapangan penempatan flowline tidak selalu terletak pada bidang
yang datar, tetapi disesuaikan dengan topografi daerah tersebut, walaupun
demikian tetap diusahakan agar menempati posisi horizontal.
Masalah utama aliran fluida didalam pipa horizontal adalah
penurunan tekanan sepanjang aliran, disamping penurunan tekanan masalah
kehilangan panas sepanjang aliran juga akan menjadi masalah utama pada
kasus minyak berat ini. Untuk kasus minyak berat ini flowline harus
diberikan perlakuan khusus yaitu memberikan panas tambahan (heater) agar
fluida minyak tetap dapat mengalir dengan baik.
Dalam perhitungan pipa horizontal terutama dalam memperkirakan
penurunan tekanan dibuat korelasi besarnya perhitungan gradient tekanan
aliran fluida, baik dalam pipa horizontal maupun pipa miring karena daerah
perbukitan.
1. Perhitungan Gradien Tekanan Alir dalam Pipa Horizontal
a. Aliran Fluida Satu Fasa
Persamaan gradien tekanan yang dapat digunakan untuk satu fluida
yang mengalir pada sudut kemiringan pipa tertentu diperoleh dengan
menggunakan persamaan (3.24) :
2
dP
g
sin f v v dv
dL gc
2 gc d
gc dz
......(3.24)
total
dL
dL
dP
dL
el
dP
dL
.(3.25)
acc
dimana :
(dP/dL)el
(dP/dL)f =
f p v2
, merupakan komponen yang ditimbulkan oleh adanya
2 gc d
gesekan.
(dP/dL)acc =
v dv
,
gc dz
Komponen ini berlaku untuk semua jenis aliran pada setiap sudutan
pipa dan menyebabkan penurunan tekanan dalam arah aliran. Pada
aliran laminer friction loss berbanding kurus dengan kecepatan fluida.
Sedangkan pada aliran turbulen, friction loss sebanding dengan
vn,dimana : 1,7 < n < 2.
3. Komponen percepatan.
Komponen ini berlaku untuk setiap kondisi aliran transient, tetapi
berharga nol untuk luas penampang yang konstan dan aliran
incompressible. Pada setiap kondisi aliran, dimana terjadi perubahan
kecepatan, seperti dalam aliran compressible, penurunan tekanan
terjadi dalam arah pertambahan kecepatan. Meskipun fluida berfasa
satu telah dilakukan penelitian secara luas, tetapi masih digunakan
faktor gesekan yang ditentukan secara empiris untuk perhitugan aliran
turbulen. Ketergantungan ini menghasilkan kesalahan kesalahan
dalam perhitungan gradien tekanan.
b. Aliran Fluida Dua Fasa
Perhitungan gradien tekanan untuk aliran fluida dua fasa memerlukan
harga harga kondisi aliran seperti kecepatan aliran dan sifat sifat fisik
fluida (berat jenis, viscositas, dan dalam beberapa hal, tegangan permukaan).
Apabila harga harga tersebut telah dapat ditentukan untuk masing masing
fasa yang mengalir, maka perlu dilakukan penggabungan penggabungan.
Definisi definisi yang digunakan dalam aliran multifasa :
Sifat sifat dalam aliran dua fasa yang digunakan dalam perhitungan
gradien tekanan aliran dua fasa akan sedikit dibicarakan disini.
Sifat sifat tersebut meliputi Liquid Hold up, No Slip Liquid Hold
Up, Berat jenis, Kecepatan aliran, Viskositas, Tegangan Permukaan.
Liquid Hold-Up
Liquid Hold up didefinisikan sebagai perbandingan antara bagian
volume pipa yang diisi oleh cairan dengan volume keseluruhan dari
pipa.
HL
volume.cairan.dalam. pipa
volume. pipa
..............................................
(3.26)
Liquid Hold Up merupakan fraksi yang berharga dari nol (untuk
aliran yang hanya terdiri dari gas) sampai berharga satu (untuk aliran
yang hanya terdiri dari cairan). Bagian pipa yang tidak terisi oleh
cairan, berarti berisi gas. Maka didefinisikan Gas Hold Up, yaitu
perbandingan antara volume pipa yang berisi gas dengan volume pipa
keseluruhan. Dengan demikian :
Hg
= 1 HL
..(3.27)
dimana :
HL
Liquid Hold Up
Hg
Gas Hold Up
qL
qL q g
...(3.28)
Dimana qL dan qg masing masing adalah laju aliran cairan dan gas
yang diamati. Sedangkan no slip gas hold up adalah :
g
= 1 - L .(3.29)
Berat jenis total antara cairan dan gas yang mengalir bersama sama
dalam pipa dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu :
-
..(3.30)
n L L g g
..(3.31)
k L L / H L g g / H g
..(3.32)
Dalam hal cairan yang mengalir terdiri dari minyak dan air, maka
density cairan merupakan penggabungan antara density minyak dan
densitas air, yaitu :
L o fo w f w
...(3.33)
dimana :
qo
qo Bo
f o fraksi minyak =
qo q w q B q B
o
o
w
w
fo
1 WOR Bw
Bo
(3.34)
..
(3.35)
f w fraksi air =
1 fo
.....
(3.36)
Kecepatan aliran
Banyak perhitungan gradien tekanan aliran fluida dua fasa didasarkan
pada variable kecepatan yang disebut dengan superficial velocity,
qg
A
...(3.37)
qg
.....(3.38)
A Hg
qL
A
...(3.39)
qL
A HL
..(3.40)
.......
(3.41)
Apabila terjadi perbedaan kecepatan gas sebenarnya dengan
kecepatan cairan sebenarnya, maka :
vs v g v L
vsg
Hg
vsL
= slip velocity
HL
...(3.42)
v sL
vm
..(3.43)
v v v m v s 4.v s .v sL
HL s m
2.v s
0, 5
..(3.44)
Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh terhadap perhitungan gradien tekanan
aliran, terutama untuk menentukan bilangan Reynold ataupun untuk
..(3.45)
s L H L g H g
...(3.46)
...(3.47)
dimana :
n
= no slip viscosity
= slip viscosity
0,125
( N Re) tp
......................................................(3.48)
0 , 32
dimana :
1488.Wt
Nretp = ( .d / 4).
tp
...................................................................
(3.49)
WT = total laju massa aliran (liquid + gas), lbm/sec
= WL + Wg = qL L + qg g
tp
=
d
.......................................(3.50)
...................................................(3.51)
2. f TP .( M tp ) 2
g c . TP .d
............................................................(3.52)
dimana :
Mtp
= WT / Ap ................................................................(3.53)
= kecepatan massa total, lbm/sec-ft2
.d 2
= cross sectional area dari pipa, ft2
4
Ap
tp
.........................................
(3.54)
gc
16.WT .W g .P
................................................................
2 .d 4 .P1 .P2 .g c
(3.55)
Anggap P1 (up stream pressure) dan P2 sebagai (down stream pressure) untuk
suatu jarak x, dimana Pavg adalah tekanan rata-rata.
Pavg
P1 P2
2
....................................................................................
(3.56)
Sehingga akan didapat kehilangan total akibat gesekan :
P
total
1 a
..................................................................(3.57)
Korelasi Duckler II :
Korelasi Duckler II ini disebut juga metode slip konstan dan
merupakan korelasi yang paling banyak digunakan. Pada metode ini
meskipun dengan anggapan terjasdi slip, tetapi harga no-slip hold up tetap
dihitung. Harga no-slip hold up ini digunakan untuk menentukan harga
faktor gesekan dan hold up sebenarnya. Persamaan-persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Nre tp
d .v m . tp
tp
......................................................................
(3.58)
dimana :
tp
L 2
1 L 2
= L
g 1 H
H
L
L
...........................................(3.59)
HL = liquid hold up
vm = kecepatan campuran/mixture, ft/sec
Sementara besarnya kehilangan tekanan akibat gesekan dan akibat
percepatan dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Pf
2. f tp .L.v m2 . tp
..............................................................................
12.g c .d
(3.60)
1
Pa
144.g c . A 2
.q 2
L .q L 2
g
g
H L
1 H L
g .q g 2
1 H L
L .q L 2
H L
. cos
downstream
upstream
....................... ..............................................................................(3.61)
......................................................................
(3.62)
2) Korelasi Eaton
Eaton mengembangkan korelasi penurunan tekanan aliran dalam pipa
horizontal
berdasarkan
test
yang
dilakukannya.
Eaton
melakukan
Vdv
g
.dW f 0 ....................................................(3.63)
gc
gc
dimana :
V
gc
= tekanan, psi
P
g
2.g c
f .WT .Vm 2
L 0
2.g c .d
.....
(3.64)
dimana:
WL = laju massa cairan, lb/sec
Wg = laju massa gas, lb/sec
WT = laju massa alir total, lb/sec
L = densitas cairan, lbm/cuft
g = densitas gas, lbm/cuft
VL = kecepatan aliran cairan, ft/sec
Vg = kecepatan aliran gas, ft/sec
= faktor gesekan
( N LV ) 0, 575 P
N gv .N D0, 0277 Pb
0 , 05
NL
N LB
dimana :
Pb = tekanan standar (14,7 psi)
0 ,1
......................................(3.65)
NLv = 1,938
vsL
Ngv = 1,938
vsg
Nd = 120,872
............................................................(3.66)
1
4
NL = 0,15726
1
4
............................................................(3.67)
1
2
............................................................(3.68)
1
1
4
L L
..................................................(3.69)
factor) yang merupakan fraksi kehilangan tekanan total yang berasal dari
komponen elevasi. Persamaan berikut ini digunakan untuk menentukan
kehilangan tekanan aliran dalam aliran pipa miring akibat perubahan
ketinggian :
L H f H
P =
...............................................................(3.70)
144
dimana :
P = kehilangan tekanan, psi
L = densitas cairan, lbm/cuft
Hf = faktor elevasi, tak berdimensi
H = jumlah kenaikan up-hill dalam arah aliran, ft
Gambar 3.16.
Grafik Faktor Elevasi dari Flanigan (6)
Faktor elevasi (Hf) ditentukan dengan menggunakan grafik pada
gambar 3.16., yang mana harga Hf sebagai fungsi dari kecepatan superficial
gas, dalam ft/det. Kurva di gambar tersebut, dinyatakan dalam bentuk
persamaan sebagai berikut :
Hf = { 1 + 0,3264 ( vsg ) } 1 .......................................................(3.71)
mengembangkan
korelasinya
dengan
menggunakan
N .h.H f . L
144
..................................................
(3.72)
dimana :
PTPH = kehilangan tekanan pipa dalam daerah bukit / miring, psi
PTP = kehilangan tekanan dengan menganggap seluruh pipa
horisontal, psi.
L
= jumlah perbukitan
Hf
.......................................................(3.73)
vsg
3.2.1.2.2.4.
0,7
1) Sistem Looping
Seringkali diperlukan peningkatan laju aliran persatuan pressure drop
daripada sistem. Hal ini umumnya ditemui apabila diinginkan peningkatan
atau laju aliran dibuat sama tetapi tekanasn lebih rendah. Pertama, umumnya
terjadi pada perluasan sistem, sedangkan yang kedua terjadi pada system
pipeline yang tua, dimana kemampuan pompa sudah menurun. Pemecahan
masalah tersebut yang paling sering dilakukan dan yang paling ekonomis
adalah memasang satu atau lebih pipa yang sejajar dengan pipa yang
pertama, untuk seluruh panjang pipa atau sebagian saja.
Gambar 3.17. dibawah ini menunjukkan skema dari system loop yang
sederhana.
Gambar 3.17.
Sistem Looping (14)
Panjang dari loop dan panjang pipa yang sejajar dalam system loop
umumnya sama tetapi kadang-kadang akibat penyesuaian dengan kondisi
permukaaan tanah, antara loop dengan pipa yang pertama tidak sama
panjangnya. Apabila pipa tersebut panjangnya sama, maka persamaan yang
dapat ditulis adalah :
p f
Pf
L
..................................................................(3.74)
Laju aliran total harus terbagi antara pipa A dan pipa B dalam perbandingan
tertentu sehingga :
QA + QB = QC .........................................................................(3.75)
Penggunaan Persamaan Aliran :
Diameter pipa ditentukan untuk suatu laju produksi tertentu dan
penurunan tekanana atau kapasitas suatu ukuran pipa tertentu dibawah
kondisi tekanan dan temperatur tertentu. Faktor gesekan (f) dan bilangan
Reynold (NRe) keduanya mengandung variable diameter dan kecepatan.
QL =
.D 2 .v
= 0,785.D2.v ....................................................
(3.76)
v
NRe =
QL
0,785.D 2
D.v.
Q L .
0,785.D.
....................................................
(3.77)
2. f .L.Q L .
32. f .L.Q L .
2. f .L.v 2 .
Pf
=
=
2
2
g .D
2 .D 5 .g
( .D / 4) .g .D
2
...............
(3.78)
32.L.Q L .
f
2 .g.Pf
2
D5
D5 = a . f
...............................................................................(3.79)
dimana :
QL = laju aliran cairan dalam pipa/kapasitas alir pipa, cuft/sec
v
= viskositas fluida, cp
= faktor gesekan
= panjang pipa, ft
Pf
= konstanta
NRe =
QL .
4.Q L .
=
0,785.D.
.D.
D =
4.Q L .
1
= b
. .N Re
N Re
b
N Re
............................................
(3.80)
dimana b = konstanta
Apabila kedua persamaan a dan b digabungkan, maka diperoleh :
5
b
N
Re
a. f
b5
5
f N Re .....................................................(3.81)
a
atau
b5
a
, maka diperoleh :
4
b 5 32.Pf .g .Q L .
............................................................................
a
3 .L. 5
3
(3.82)
Kemudian bila dibuat grafik pada kertas log-log antara
b5
dengan NRe, dan
a
N Re 2,1506
2, 5
...................................................
(3.83)
Selanjutnya berdasarkan harga NRe tersebut dapat ditentukan harga
dari diameter pipa. Dalam perhitungan diameter flowline ada dua persamaan
garis yang digunakan sesuai jenis pipa yang digunakan, yaitu :
- Untuk commercial pipe : y = 3,28 log(x) + 1
...................(3.84)
..................(3.85)
dimana :
y. 0,5.g .D. .( Pf / L)
0,5
.................................................
..(3.86)
x
0,5.g.D. .(P
/ L)
0,5
..................................................
(3.87)
3.2.1.2.2.5. Manifold
Manifold merupakan kumpulan dari kerangan-kerangan atau valvevalve yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida produksi dari masingmasing sumur, seperti terlihat pada gambar 3.18. Untuk itu produksi dari
masing-masing sumur itu perlu dikelompokkan terlebih dahulu ke suatu
pemusatan well centre. Dasar pengelompokan dari sumur-sumur tersebut
adalah : tekanan pada masing-masing sumur, kapasitas produksi dari masingmasing sumur, perbandingan gas minyak (GOR), ada tidaknya material lain
dari produksi sumur, sifat-sifat fisika dan kimia fluida produksi sumursumur.
Gambar 3.18.
Manifold (14)
Gambar 3.19.
Gate Valve (38)
b. Globe valve
Valve ini banyak digunakan untuk mengalirkan saluran gas dan
uap. Katup ini digunakan untuk tekanan yang rendah (300 psi)
yang biasanya katup ini dipakai jika tidak diperlukan pengawasan
yang teliti, seperti pada gambar 3.20.
Gambar 3.20.
Globe Valve (3)
c. Plug valve
Gambar 3.21.
Plug Valve (38)
B. Perhitungan Manifold
Manifold terdiri dari valve-valve yang berfungsi untuk mengatur
aliran fluida. Disamping sistem pengaturan, manifold juga digunakan untuk
penentuan ukuran kapasitas valve adalah suatu yang hal yang penting.
Untuk menentukan ukuran valve yang akan dipakai dalam suatu
rangkaian flowline, manifold atau pada suatu system pengaliran cairan dapat
dilakukan dengan menggunakan hubungan antara aliran dan penurunan
tekanan cairan yang melalui valve tersebut.
Persamaan yang dipakai dinyatakan dalam bentuk persamaan orifice untuk
aliran fluida incompressible, yaitu :
Q Cv .A
(3.88)
dimana :
.........................................................................
= koefisien aliran
Merupakan header yang digunakan untuk test produksi untuk masingmasing sumur.
Sebagai pipa saluran utama, maka sistem header flowline dapat tegak
lurus (900) atau miring (450), seperti pada gambar 3.33. Sedangkan diameter
header bervariasi tergantung laju produksi yang diinginkan.
Gambar 3.22.
Sistem Header (9)
Untuk dapat merencanakan suatu unit header yang sesuai dengan
fungsinya, maka perencanaan diameter header dan kehilangan tekanan pada
header sesuai dengan posisinya.
Perlengkapan pada system manifold tergantung pada faktor-faktor
yang sesuai dengan kebutuhan di dalam penggunaannya, tetapi untuk
perlengkapan manifold yang standar biasanya terdiri dari production header,
test header dan beberapa valve yang diperlukan untuk operasi produksi.
Jika sumur-sumur yang produksinya dialirkan melalui manifold
mempunyai tekanan aliran yang berbeda, maka sebaiknya produksi dari
sumur-sumur tersebut dipisahkan menjadi menjadi beberapa aliran. Untuk itu
diperlukan production header yang dapat digunakan pada tekanan tinggi
maupun tekanan rendah. Disamping itu biasanya dilakukan test aliran secara
periodik dari tiap-tiap sumur dan untuk itu diperlukan test header.
Gambar 3.23.
Berbagai posisi Header : (a) Posisi tegak, (b) Posisi 45o (14)
A. Penentuan Diameter Header
Salah satu fungsi header yaitu dapat menampung seluruh fluida
produksi dari sejumlah sumur, maka di dalam perencanaan header juga harus
mampu mengurangi kehilangan tekanan yang terjadi diantara manifold
dengan separator agar tekanan balik di kepala sumur kecil.
Penentuan awal diameter header dapat dihitung dengan persamaan :
q
= A V = 0,785 d 5 V ........................................................(3.89)
dimana :
q = laju alir fluida didalam header dimana merupakanq tiap sumur, stb/d
d = diameter dalam header, inch
V = kecepatan fluida dalam header, ft/det
Untuk kecepatan maksimum fluida di dalam header didekati persamaan :
untuk cairan
V = (48 / ) 1/3 , ft/ det
...................................................(3.90)
untuk gas
V = 148,7 ( KZT/ M )1/2 , ft / det ....................................(3.92)
Pd
2S
.....................................................................................(3.94)
dimana :
T = ketebalan pipa yang diijinkan, inch
P = tekanan kerja pada header, psi
d = diameter luar header, inch
S = tegangan pipa, tergantung dari bahan pipa seperti :
- Grade A, Steel pipe
= 18000 psi
= 21000 psi
1800 psi
= 14400 psi
tekanan didalam header, untuk aliran dua fasa, baik pada posisi datar, miring
ataupun tegak masing-masing akan diuraikan.
1. Kehilangan Tekanan untuk Posisi Header Horizontal
Persamaan dasar kehilangan tekanan di dalam header untuk aliran
dua fasa pada posisi horizontal, adalah :
dP
f V
m m m
dL
2 gcd
..................................................................(3.95)
dP
f V
V d
m m m m m m
dhtotal
2 gc d
g c dh
2
.......................................(3.96)
m
...............(3.97)
Z total g c
(2,965 x1011 )d 5 m
Z
dimana :
Z
fm =
m =
percepatan gravitasi
gc =
P f
KW 2
0,28
2
d H
................................................................(3.98)
dimana :
(P)f = hilang tekanan pada belokan karena friksi, psi
K
= koefisien resistensi
dH
Gambar 3.24.
Pompa Centrifugal (33)
Gambar 3.25.
Pompa Centrifugal Axial Flow Pump (33)
Pompa Reciprocating
Pada pompa jenis ini, energi ditambahkan pada fluida secara
intermitten oleh pergerakan piston, plunger piston / diaphragm
(pergerakan dari diaphragm yang bergerak kebelakang dan
kedepan dalam suatu fixed chamber), seperti pada gambar 3.26.
dan 3.27. Pada pompa diaphragm, ketika tekanan gas melawan
pergerakan diaphragm maka gaya tersebut akan mengakibatkan
liquid keluar, ketika gas dibebaskan diaphragm melentur kembali
dibawah tekanan pada section line sehingga liquid akan masuk.
Gambar 3.26.
Pompa Reciprocating Piston Pump (33)
Gambar 3.27.
Pompa Reciprocating Diaphragm Pump (33)
Pompa Rotary
Pendesakan disebabkan oleh pergerakan memutar. Pompa ini
kerja pemompaan disebabkan adanya gerak relatif antara bagian
yang bergerak dari pompa dengan bagian yang diam. Liquid
secara kontinyu ditekan dengan tekanan tinggi tanpa perlu
memberi
energi
kinetik
pada
awalnya.
Gambar
3.28.
Gambar 3.28.
Pompa Reciprocating Rotary Pump (33)
Persamaan untuk menentukan horse power (HP) pompa adalah :
Q1 ( P1 - P2 )
BHP =
...(3.99)
58766 E
dimana :
BHP = horse power dari pompa, HP
Q1
P1
P2
= efisiensi pompa, %
B. Kompressor
Kompressor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas.
Kompressor udara biasanya menghisap udara dari atmosfir. Namun ada pula
udara atau gas yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Sebaliknya
ada pula kompressor yang menghisap gas yang bertekanan lebih rendah dari
tekanan atmosfir, yang disebut dengan pompa vakum. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 3.29.
Pada dasarnya kompressor terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Positive Displacement Type
2. Dynamic Type
3. Thermal Type
Gambar 3.29.
Diagram Type-Type Kompressor (33)
Factor
Investement
Operating Cost
Centrifugal
Low
Less
Reciprocating
High
More
(excluding fuel)
Fuel Consumption
Flexibility
Efficiency
High
Less
Better at Low
Low
More
Better at High Ratios
Project Life
Ratios
Short Life
Space
Favorable
Less
More
Requirements
Relocation
Less Difficult
More Difficult
Gambar 3.30.
Centrifugal Compressor (33)
Gambar 3.31.
Reciprocating Compressor (3)
Bentuk dari kompressor centrifugal dapat dilihat pada gambar 3.30.,
sedangkan bentuk dari kompressor reciprocating dapat dilihat pada gambar
3.31. Kompressor-kompressor jenis centrifugal dapat mengurangi biaya
pengoperasiannya, karena bangunan stasiun kompressor dan landasan
dibawah mesin lebih kecil. Satu kerugian dari penggunaan centrifugal
kompressor ini yaitu mempunyai perbandingan efisiensi yang lebih rendah
(82 %). Untuk menambah daya tekan (kompresi) yang lebih tinggi dapat
dihubungkan dua kompressor centrifugal secara seri. Kompressor centrifugal
digerakkan dengan listrik atau turbin gas, dimana penggunaan turbin gas
lebih baik bilamana kelebihan gas terdapat pada lapangan tersebut, atau
untuk mengontrol kapasitas, dan bilamana kapasitas dari satu unit digunakan
secara umum pada suatu stasiun kompressor. Dapat digunakan ukuran kecil
atau sedang dimana setiap single unit dapat menghasilkan tenaga diatas 50
m3/min, dengan pemberian tekanan diatas 7 atm gauge pada 20 HP dan
putaran diatas 200 rpm.
Mesin kompressor dan mesin gas dapat diletakkan terpisah dengan
penggunaan sistem pendinginan langsung atau digunakan sistem pendingin
berputar. Kompressor diperlukan untuk menaikkan tekanan alir dalam pipa,
terutama dalam pipa transmisi yang berjarak panjang, dimana kehilangan
tekanan yang terjadi sangat besar. Disamping itu juga kompresor jaga
diperlukan pada gathering system yang kadang tidak mampu memenuhi laju
produksi yang diinginkan ke dalam pipa transmisi.
Persamaan pada single stage adiabatic compressor untuk laju
produksi 1 MMSCF / D gas diperlukan HP sebesar :
1/ k
BHP 0,0857 Z av
Zs
k i / k
Qg Ts k
E k 1
P
d
Ps
k i / k
(3.100)
dimana :
BHP
Qg
Ts
= Temperatur hisap, 0R
Zs
Zd
= efisiensi, %
pS
Pd
Zav
= (Zs/ZD)/2
.....
.....(3.101)
Psuc
Untuk penentuan total Break Horse Power ( BHP ) dari kompressor, adalah :
( HP / MMSCFD )
BHP =
.............(3.102)
E
dimana :
CR
Compressor Ratio
Pdis
Psuc
BHP
= efisiensi kompressor, %
Fasilitas Pemisahan
Penurunan tekanan yang dialami oleh fluida sejak keluar dari sumur
telah menyebabkan terpisahnya fasa gas dan fasa cair, tetapi terpisahnya itu
belum sempurna. Dalam hal ini fluida produksi yang diperoleh dan dialirkan
dari sumur dapat berupa gas, minyak dan air. Sesuai dengan permintaan dari
refinery ataupun sebelum dikapalkan, maka antara gas, minyak dan air harus
dipisahkan. Proses pemisahan tersebut dilakukan pada bagian surface
facilities, yaitu pada komponen peralatan pemisah fluida produksi. Proses
pemisahan fluida produksi tersebut meliputi berbagai cara pemisahan
padatan dari minyak, pemisahan air dan gas dari minyak serta pemecahan
emulsi. Karena dengan memisahkan zat-zat tersebut maka akan dapat
dicegah biaya-biaya yang tidak perlu. Untuk lebih jelasnya, gambar 3.32.
menunjukkan tentang fasilitas pemisahan di lapangan.
Gambar 3.32.
Fasilitas Pemisahan (34)
Pemisahan antara minyak dengan gas atau air terjadi dalam separator,
yang selanjutnya akan dapat diketahui besarnya kapasitas produksi minyak
atau gas. Separator ini mempunyai beberapa komponen utama dan dibedakan
berdasarkan dari bentuknya, kegunaannya serta jumlah kapasitas produksi.
Proses pemisahan minyak dan air yang tercampur di dalamnya terjadi pada
bagian treating section. Treater section ini meliputi heater treater, oil
skimmer dan wash tank.
3.2.2.1. Separator
Separator adalah tabung bertekanan dan bertemperatur tertentu yang
digunakan untuk memisahkan fluida produksi kedalam fasa cairan dan fasa
gas. Fungsi utama dari separator adalah :
1. Unit pemisahan utama cairan dari gas.
2. Melanjutkan proses dengan memisahkan gas ikutan dari cairan.
3. Untuk mengontrol penghentian kemungkinan pelepasan gas dari
cairan.
4. Memberikan waktu yang cukup pemisahan antara minyak dan air
yang ikut terproduksi.
5. Melakukan treatment lainnya jika mungkin
Proses pemisahan dalam separator ini berjalan pada tekanan dan
temperatur tertentu yang kondisi optimumnya diperhitungkan berdasarkan
komposisi dari hidrokarbon yang terproduksi.
3.2.2.1.1. Komponen Separator
Secara garis besar separator dapat terbagi menjadi empat bagian
utama, yaitu : bagian pemisah utama, bagian pengumpul cairan, bagian
pemisah kedua, dan Mist Extraction Section yang memiliki fungsi yang tak
kalah penting, seperti pada gambar 3.33.
1.
tumbukan (impingement)
gaya centrifugal
coalescing pack
filter
Gambar 3.33.
Separator dan Bagian-Bagian Utamanya (33)
a. Tumbukan (impingement)
Apabila aliran gas yang mengandung butir-butir cairan tersebut
menumbuk pada suatu bidang, maka butiran tersebut akan tertinggal di
permukaan tersebut. Apabila jumlah butiran makin banyak, maka akan
terbentuk butiran yang lebih besar, maka butiran cairan tersebut akan jatuh
ke bagian pengumpul cairan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.34.
Gambar 3.34.
Prinsip Tumbukan (impingement) pada Mist Extractor (33)
b. Perubahan arah aliran
Apabila suatu aliran gas yang mengandung butir-butir cairan diubah
arahnya, maka butir-butir cairan cenderung untuk tetap bergerak dalam arah
aliran semula, sedangkan gas lebih mudah untuk mengikuti arah aliran yang
baru. Sehingga dalam hal ini butir cairan akan tertinggal, seperti pada
gambar 3.34.
c. Gaya centrifugal
Apabila aliran gas yang membawa butir-butir cairan berputar dengan
kecepatan cukup tinggi, maka gaya sentrifugal akan mendorong butir cairan
kearah luar, yaitu pada dinding daripada mist extractor.
Gambar 3.35.
Prinsip Gaya Centrifugal pada Mist Extractor (14)
Gambar 3.36.
Prinsip Coalescing Pack pada Mist Extractor (33)
e. Filter
Viscositas fluida
Separator vertikal
Separator horizontal
Gambar 3.37.
Separator Vertikal (33)
Prinsip alat ini adalah fluida produksi yang masuk ke dalam separator
melalui bagian pemisah pertama mengalami gerakan putar fluida. Gaya
sentrifugal yang timbul dan gaya gravitasi yang terjadi akan menimbulkan
pemisahan pertama. Gas yang terpisah akan bergerak melalui alat pemisah
kedua dimana partikel cairan yang lebih berat akan turun. Selanjutnya gas
akan mengalir ke bagian mist extractor, disini partikel yang berukuran 1-10
micron (1 micron = 0,0001 cm) akan terkumpul sampai akhirnya jatuh turun
menetes, sedangkan partikel yang lebih kecil akan keluar melalui gas outlet.
Separator vertikal terbagi atas dua fasa dan tiga fasa, seperti terlihat pada
gambar 3.38 dan gambar 3.39.
Gambar 3.38.
Separator Vertikal Dua Fasa (5)
Gambar 3.39.
Separator Vertikal Tiga Fasa (5)
Kelebihan separator vertikal :
1. Kontrol level gas outlet tidak begitu rumit, karena jarak vertikal
antara gas oulet dan level cairan cukup jauh.
2. Kecenderungan penguapan kembali cairan kedalam fasa gas kecil.
3. Untuk dioperasikan di lapangan lebih murah karena hanya
memerlukan tempat pemasangan yang sempit.
4. Dapat menampung pasir dalam jumlah banyak.
5. Mempunyai kapasitas surge yang besar.
Gambar 3.40.
Separator Horisontal (5)
Gambar 3.41.
Separator Horisontal Dua Fasa (5)
Gambar 3.42.
Separator Horisontal Tiga Fasa (5)
Gambar 3.43.
Separator Horisontal Single Tube (Tabung Tunggal) (5)
Gambar 3.44
Separator Horisontal Double Tube (Tabung Ganda) (9)
Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan yang dimiliki separator
horizontal di dalam aplikasinya di lapangan.
centrifugal,
kecepatan
rendah
dan
kontak
permukaan
dapat
Gambar 3.45.
Separator Spherical (Bulat) (9)
Prinsip kerja alat ini, fluida produksi yang masuk lubang inlet
kemudian dibelokkan dengan flow diverter sehingga menyinggung dinding
separator. Aliran ini akan mengelilingi dinding separator yang akhirnya jatuh
pada bagian pengumpul cairan dan akan keluar melalui outlet pada level
tertentu.
Aliran gas yang terjadi akibat pemisahan dari gerak fluida yang
mengelilingi tersebut akan bergerak melalui bagian tengah separator. Cairan
yang terbentuk saat bergerak ke atas ini (akibat perubahan kecepatan) akan
menetes turun dan gas yang lolos masuk ke dalam mist extractor.
Kemudian partikel 10 micron terpisahkan dan gas akan keluar
melalui gas outlet. Terdapat dua type separator spherical, yaitu type untuk
pemisahan dua fasa dan tiga fasa, seprti pada gambar3.46 dan gambar 3.47.
Gambar 3.46.
Separator Spherical (Bulat) Dua Fasa (5)
Gambar 3.47.
Separator Spherical (Bulat) Tiga Fasa (5)
Knock-Out
Merupakan alat pemisah cairan dan dibedakan atas dua bagian,
yaitu :
a. Free Water Knock-Out (FWKO), berfungsi untuk
memisahkan air bebas dari campuran gas dan hidrokarbon
cairan. Gas dan minyak keluar dari FWKO melalui outlet
yang sama dan air terpisah dengan sendirinya.
b. Total Liquid Knock-Out (TLKO), berfungsi untuk
memisahakan cairan dari aliran gas yang bertekanan tinggi
(lebih besar dari 3000 psi).
2.
Gas Scrubber
Merupakan jenis separator yang dirancang untuk memisahkan butir
cairan yang masih terikut gas hasil pemisahan tingkat pertama, dan
juga dirancang untuk menampung dan memisahkan fluida produksi
dengan harga GLR yang tinggi, seperti pada gambar 3.48. Alat ini
Gambar 3.48.
Gas Scrubber (33)
3.
Flash Chamber
Alat ini digunakan pada tahap lanjut dari proses pemisahan secara
kilat (flash) dari separator bagian pemisah utama. Flash chamber ini
juga digunakan sebagai separator bagian pemisah kedua dan
dirancang untuk bekerja pada tekanan rendah ( < 125 psi ).
4.
Expansion Vessel
Merupakan separator untuk proses pengembangan gas pada
pemisahan bertemperatur rendah. Fungsi utamanya adalah sebagai
penampung gas hydrate yang terbentuk pada proses pendinginan.
Alat ini bekerja dengan tekanan kerja berkisar 100 1500 psi.
5.
Chemical Electric
Merupakan separator tingkat lanjut untuk memisahkan air dari
cairan hasil separasi tingkat sebelumnya yang dilakukan secara
elektrik (menggunakan prinsip anoda-katoda) dan umumnya untuk
memudahkan pemisahan digunakan additive kimiawi.
Gambar 3.49.
Separator Berdasarkan Tekanan Kerja (Operating Pressure) (2)
3.2.2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pemisahan
o g
Qg
..................................................................(3.103)
dimana :
Qg = kapasitas gas
o = densitas minyak, ppg
g = densitas gas, ppg
Pendekatan Pemisahan
Pemisahan
2
secara differensial, %
0
75
90
96
98,5
Gambar 3.50.
Skema Pemisahan Dua Tingkat pada Separator (33)
2. Pemisahan tiga tingkat, ditunjukkan pada gambar 3.51. :
Umumnya digunakan untuk :
intermediate oil gravity
intermediate GOR
intermediate tekanan aliran sumur
Gambar 3.51.
Skema Pemisahan Tiga Tingkat pada Separator (33)
3. Pemisahan empat tingkat, ditunjukkan pada gambar 3.52.:
Umumnya digunakan untuk :
oil gravity yang tinggi
GOR tinggi
tekanan di kepala sumur tinggi
Gambar 3.52.
Skema Pemisahan Empat Tingkat pada Separator (33)
3.2.2.1.5. Perencanaan Separator
Perhitungan perencanaan separator meliputi penentuan kapasitas
separator dan penentuan tekanan kerja separator. Perencanaan separator ini
dimaksudkan untuk dapat memilih jenis serta kapasitas separator yang sesuai
dengan kondisi lapangan secara optimum.
....................................................(3.105)
....................................................(3.106)
V = 0,785 d2 h ..................................................................(3.107)
dimana d adalah diameter dalam daripada separator dalam ft, dan h adalah
tinggi kolom minyak diatas outlet minyak di dasar separator, yang besarnya
tergantung pada tinggi daripada separator sebagai berikut :
Tabel 3.5.
Tinggi Separator dan Tinggi Kolom Minyak (45)
Tinggi Separator
H
(ft)
5
2,5
10
3,25
15
4,25
d 2h
t
......................................................................................
(3.108)
dimana persamaan (3.108) tersebut digunakan untuk separator vertikal.
Sedangkan untuk separator horizontal (single tube), volume minyak adalah :
V 0,785d 2
L
2
.....................................................................................
(3.109)
dimana L adalah panjang separator horizontal.
Apabila persamaan (3.109) disubstitusikan ke persamaan (3.106), maka
kapasitas minyak untuk separator horizontal bertabung tunggal adalah :
q 50,24
d 2L
t
......................................................................................
(3.110)
Untuk separator bertabung ganda (double tube), volume minyak adalah :
V = 0,785 d2 L .......................................................................(3.111)
100,5
d2 2.
t
....................................................................
(3.112)
Untuk separator spherical, volume minyak diambil setengah dari volume
spherical, yaitu :
V = 4 / 6 r3 ( d / 2 )0,5 = 0,2618 d3 ( d / 2 )0,5
................(3.113)
t 2
0 ,5
................................................................(3.114)
Menghitung konstanta (
S.P
)
T
dimana :
S = SG gas, (udara = 1)
P = tekanan, psia
T = temperatur, oR
T .Z .Qg
.K
P
d .Leff 42
.........................................................
(3.115)
dimana :
Qg
d
12
......................................................................(3.116)
Membuat tabel antara d, Leff, dan Lss , dimana harga diameter bebas
memilih sesuai dengan data separator dipasaran (tabel 3.6)
12.Lss
d
........................................................................
(3.117)
tr.Ql
0,7
.......................................................................
(3.118)
dimana :
Ql = laju alir liquid, BPD
tr
Gambar 3.53.
Grafik Penentuan Harga K(2)
1). Separator Vertikal, 2 fasa
Menghitung konstanta (
S.P
)
T
dimana :
S = SG gas, (udara = 1)
P = tekanan, psia
T = temperatur, oR
d 2 504
.............................................................
(3.119)
dimana :
Qg
tr.Ql
0,12
...........................................................................
(3.120)
dimana :
Ql = laju alir liquid, BPD
tr
- untuk OD 36 :
Lss =
h 76
12
....................................................................(3.121)
- untuk OD 36 :
Lss =
h d min 40
12
..........................................................(3.122)
dimana :
OD
Lss
Menentukan diameter (d) dan Lss dari tabel yang memiliki SR 3-4
menit.
................................................................(3.123)
dimana :
P2 = tekanan kerja separator kedua, psi
P1 = tekanan kerja separator pertama, psi
A = konstanta fungsi dari stock tank
Gambar 3.54. menunjukkan pengaruh tekanan separator pada pemisahan dua
tingkat.
Gambar 3.54.
Pengaruh Tekanan Separator pada Pemisahan Dua Tingkat (1)
Konstanta A dapat ditentukan dengan menggunakan grafik hubungan
antara Konstanta A dengan Pseudo SG, yang mana dalam hal ini perlu untuk
lebih dahulu mengetahui prosentase dari C1, C2 dan C3 serta harga pseudo
SG. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.55 dan gambar 3.56.
Analisa yang dilakukan Whinnery-Campbell memberikan dua
persamaan yang masing-masing untuk crude (dengan SG > 1.0) dan kondesat
(dengan SG < 1.0).
Penentuan tekanan kerja separator kedua, untuk crude dengan SG >
1.0, digunakan persamaan sebagai berikut :
P2 = A ( P1 )0,686 + C1 ........................................................(3.124)
dimana :
P2 = tekanan kerja separator kedua, psi
P1 = tekanan kerja separator pertama, psi
A = konstanta fungsi dari stock tank
C1 = dimensionless shifting constant, yang besarnya ditentukan
dengan persamaan :
C1
A 0,057
0,0233
........................................................................
(3.125)
Sedangkan untuk kondensat dengan SG < 1.0, maka tekanan kerja separator
yang kedua ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
P2 = A ( P1 )0,765
+ C2
.............................................................(3.126)
A 0,028
0,012
...................................................................................(3.127)
Gambar 3.55.
Hubungan antar Konstanta A dengan C1 dan C2 (22)
Gambar 3.56.
Hubungan antara Konstanta A dengan pseudo SG (22)
2. Metode Perbandingan
Pendekatan lain yang dapat digunakan pada pemisahan bertingkat
(lebih dari tiga tingkat),adalah dengan persamaan-persamaan sebagai berikut:
Rt = (P1/Pst)1/m .............................................................................(3.128)
P2 = (P1/Rt) = Pst Rtm-1 .................................................................(3.129)
Ppt = Pst Rtm(Rt-1) ...........................................................................(3.130)
dimana :
m = jumlah antara tingkat atau jumlah tingkat dikurangi satu
Rt = perbandingan tekanan kerja separator yang berurutan
P2 = tekanan kerja separator kedua
P1 = tekanan kerja separator pertama
Pst = tekanan kerja separator terakhir (tangki pengumpul)
Ppt = tekanan pada tingkat pertengahan yang terakhir digunakan
Persamaan-persamaan di atas hanya digunakan apabila data yang
tersedia sangat kurang sekali dan tekanan kerja yang akan ditentukan berada
pada tingkat pertengahan. Pendekatan yang dilakukan pada metode ini
Untuk
perhitungan
tersebut,
digunakan
konsep
konstanta
P
y1 1 xi
PT
........................................................................................(3.131)
yi
nL
..................................................................................
(3.133)
Sedangkan y i = k i x i atau x i = yi / k i , dengan demikian apabila
hubungan yang terakhir ini disubstitusikan ke dalam persamaan di atas, maka
akan diperoleh :
z1n x1nL ki xi nv
................................................................................
(3.134)
atau :
zi n
y i nL
yi nv
ki
.................................................................................
(3.135)
Sedangkan n = nL + n v atau nL = n - n v dan n v = n - nL
Pemisahan harga x dan y dari persamaan (3.134) dan (3.135) akan
menghasilkan :
zi n
(ki nv ) nL .....................................................................................(3.136)
xi
zi n
n
nv L
ki
yi
.......................................................................................(3.137)
Jumlah dari seluruh fraksi mol masing-masing fasa adalah satu, yaitu :
x i = x i + x2 +..+ xn = 1
....................(3.138)
y i = y i + y2 +..+ yn = 1
....................(3.139)
dengan demikian :
zi n
x (k n ) n
i
i v
....................................................................
(3.140)
y
i
zi n
n
( L ) nv
ki
1
....................................................................
(3.141)
Untuk menghitung komposisi fasa cair dan gas yang keluar dari
separator dilakukan secara trial dan error, dengan menganggap harga n = 1,
dan menganggap harga nL, dan atau nv tertentu sehingga diperoleh harga x i
= 1 dan atau x i = 1.
Gravity dehidration
Prinsip dasar dan cara kerja metode gravity dehidration adalah
perbedaan gravity antara minyak dan air sebagai emulsi, pelaksanaan
pemisahan emulsi secara gravity murni hanya dapat dilakukan pada
keadaan emulsi yang tidak stabil. Termasuk disini adalah : wash tank,
heater treater, centrifuge, dan lainnya.
2.
Electrical dehidration
Cara kerja electrical dehidration berdasarkan prinsip contrell, dimana
emulsi minyak-air dipanaskan untuk mengurangi harga viskositas
minyak dan kemudian diberikan tenaga listrik melalui medan listrik
bertekanan tinggi. Sebagai akibat tegangan listrik tersebut maka partikel
air akan bermuatan listrik, dan juga sebagai akibat pengaruh medan
listrik bolak-balik, gerakan partikel air tersebut akan dipercepat dan
membantu
penggabungan
daripada partikel
air tersebut
untuk
tersebut.
Dibandingkan
dengan
gravity
dehidration,
Chemical dehidration
Penggunaan bahan kimia untuk proses pemisahan ini biasanya
digabungkan dengan salah satu peralatan pemisah secara gravitasi.
Suatu emulsi akan menjadi stabil apabila terjadi suatu perubahan
kondisi pada lapisan tipis antar muka tersebut. Penggunaan bahan kimia
untuk memecahkan emulsi pada dasarnya mengubah komposisi kimia
pada lapisan tipis antar muka tersebut, yaitu dengan menambahkan
surface active agent (surfactant), dimana dengan menambahkan bahan
kimia tersebut, maka emulsi menjadi tidak stabil.
Treating section terbagi menjadi tiga system, yaitu :
1. Oil Treating Sistem
2. Water Treating Sistem
3. Gas Treating Sistem
Sebelum
melakukan
pemilihan
Treating
System
yang
akan
Kapasitas
pemanas
dari
firebox
ditentukan
berdasarkan
= perbedaan suhu, 0 F
bagian
Heater
Treater,
dan
pemanasan
dengan
Gambar 3.57.
Skema Heater Treater Vertikal (33)
Heater Treater Vertikal dapat juga berupa Gun Barrel, yang
dapat dipasang pada Tangki penampung. Gun Barrel memiliki fungsi
Gambar 3.58.
Skema Heater Treater Horizontal (2)
3.
Gambar 3.59.
Skema Heater Treater Elektrostatik Horisontal (33)
dLeff 438
Qo
2
(SG )d m
(3.143)
Untuk Bejana Vertikal :
Qo
d 81.8
2
( SG ) d m
1
2
....
(3.144)
dimana :
d
Qo
= viskositas minyak, cp
Leff
SG
dm
Qo (tr ) o
1,05
..
(3.145)
Untuk Bejana Vertikal,
d 2h
(t r ) o Qo
0,12
.....
(3.146)
dimana :
d
Leff
Qo
tr
melalui flow distribusi section yang berisi coal yang sangat tipis. Bagian ini
berfungsi untuk mencegah timbulnya turbulensi di inlet pada settling section.
Pada settling section aliran air tidak merupakan aliran turbulen, hal ini
menyebabkan butiran minyak akan terpisah. Minyak yang telah dipisahkan
dikeluarkan melalui outlet minyak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 3.60.
Perencanaan oil skimmer dimaksudkan untuk memisahkan butiranbutiran minyak yang masih tertinggal dalam air pada heater treater.
Penentuan kapasitas oil skimmer berdasarkan hukum intermediate, yang
dapat dituliskan dalam persamaan :
VSW
( o ) 0, 29 ( o ) 0, 43
...............................
(3.147)
dimana :
Vsw
dp
( g )(dp ) 2 ( W O )
18
......................................................
(3.148)
Bila Vso < Vsw, berarti kapasitas oil skimmer merupakan fungsi retention
time dari minyak. Untuk menghitung retention time dalam menit,
menggunakan persamaan :
t
h
60.VSO
(3.149)
dimana :
..............................................................................
1440. AW .L
5,615.t
....................................................................
(3.150)
dimana :
qw
.r 2
y
y (r 2 y 2 ) r 2 sin 1
2
r
...............................(3.151)
dimana :
r
(a)
(b)
Gambar 3.60.
(a) Oil Skimmer Horisontal, (b) Oil Skimmer Vertikal (2)
1,78.10 6 ( SG )( d m ) 2
...
(3.152)
dimana :
Vt
dm
SG
= viskositas air, cp
t
432 r
P
2
5
3
5
....(3.153)
dimana :
c. Coalescence.
dmax
= densitas,g/cm3
tr
System
lebih
banyak
membutuhkan
waktu
bila
(a)
(b)
Gambar 3.61.
(a) Vertical Skim Tank (b) Horizontal Skim Tank (33)
2. Plate Coalescer
Cara kerja dari komponen utama ini adalah dengan memberikan
kemiringan tertentu pada pipa yang memiliki Plate Coalescers,
sehingga dengan menggunakan pemisahan secara gravitasi, butiran
minyak akan menuju ke plate bagian atas. Butiran minyak yang kecil
ini akan saling bergabung dan menjadi butiran yang semakin besar,
seprti pada gambar 3.62.
Gambar 3.62.
Plate Coalescer (33)
3. Precipitator / Filter
Alat ini dulu merupakan alat pemisah butiran minyak yang paling
sering digunakan. Cara kerjanya adalah dengan memberikan filter
atau saringan untuk menyaring butiran minyak dan menggabungkan
butiran minyak yang tersaring tersebut.
Gambar 3.63.
Precipitator / Filter(33)
Masalah yang sering terjadi adalah timbulnya sumbatan pada pori
saringan oleh butiran padat yang masih terikut masuk kedalam inlet.
Sehingga dapat dikatakan, alat ini efektif untuk digunakan pada air
yang bersih dari padatan. Untuk menghindari adanya padatan yang
terikut, maka sebelum masuk, fluida dialirkan terlebih dahulu ke
penyaring pasir. Bentuk dari filter ditunjukkan dalam gambar 3.63.
4. SP Packs
Merupakan suatu alat yang dirancang untuk mengurangi jarak yang
harus ditempuh oleh butiran minyak dari dalam bejana atau skimmer
sampai dengan permukaan tempat penggabungan butiran minyak .
Hal ini dikarenakan di dalam suatu bejana jarang terjadi suatu
gerakan turbulen yang memungkinkan terjadinya penggabungan
butiran minyak. SP pack memberikan suatu gerakan aliran turbulen
dengan mengalirkan air melalui suatu celah pipa, sehingga butiran
minyak yang masih terdapat dalam aliran air dapat saling menumbuk
dan menggabungkan diri. SP Pack ini ditempatkan kedalam suatu
bejana penampungan air, seperti terlihat pada gambar 3.64.
Gambar 3.64.
SP Pack dalam Tangki(2)
5. Flotation Unit
Flotation Unit ini digunakan pada suatu system treating air produksi
yang tidak mengandalkan pemisahan secara gravitasi. Pemisahan
butiran minyak dilakukan dengan menghamburkan butiran gas
dengan ukuran kecil ke dalam air. Dua macam Unit Flotasi, yaitu :
Dispersed Gas Unit (gelembung gas terdispersi pada aliran total
dengan menggunakan inductor device atau dengan vortex yang di set
up dengan rotor mekanik), seperti terlihat pada gambar 3.65. dan
Dissolved Gas Unit (memecahkan larutan di gelembung dengan
diameter kecil yang kontak dengan butiran minyak di dalam air dan
membawanya ke permukaan), seperti terlihat pada gambar 3.66.
Dispersed Gas Unit memiliki Gas Water Ratio lebih tinggi dibanding
dengan Dissolved Gas Unit.
Gambar 3.65.
Dispersed Gas Units(33)
Gambar 3.66.
Dissolved Gas Units(33)
6. Disposal Piles
Disposal Pile merupakan pipa dengan diameter yang besar (kurang
lebih 24 sampai dengan 48 inchi) yang biasanya ditempatkan di
bawah permukaan air pada platform, Fungsi utama Disposal Pile ini
adalah untuk mengumpulkan air buangan dari platform pada satu
lokasi. Disposal Pile boleh juga digunakan untuk mengumpulkan
pasir hasil sisa pemisahan fluida reservoir, cairan lain yang
Gambar 3.67.
Pola Aliran dalam Skimm Pile (33)
3. Spesifik Gravity air yang terproduksi, (SGw), bila data tidak dimiliki
maka assumsi yang digunakan adalah sebesar 1,07.
4. Viskositas Waste Water, (, cp), bila data tidak diketahui maka
digunakan assumsi viskositas sebesar 1,0 cp.
5. Konsentrasi minyak yang terdapat didalam air yang akan dilakukan
Treating (mg/l atau ppm).
6. Spesifik Gravity Minyak (SGo).
7. Distribusi ukuran partikel pada butiran minyak yang terlarut dalam
air.
8. Laju deras hujan, (Rw, 2 in/jam).
9. Laju alir Washdown (QWD, bpd). Bila tidak diketahui maka digunakan
assumsi sebesar 1500 bwpd per 50 gpm washdown hose.
10. Kurva distribusi ukuran partikel butiran minyak pada deck
pengurasan.
11. Konsentrasi minyak yang terlarut pada kondisi discharge.
Setelah mendapatkan data-data tersebut diatas, maka langkah yang harus
diambil untuk menentukan peralatan yang akan digunakan adalah :
1. Menghitung Oil Content yang terdapat di dalam air. Bila tidak
memungkinkan dapat menggunakan assumsi sebesar 1000 sampai
dengan 2000 mg/l.
2. Menghitung kualitas minyak yang terdispersi.
3. Mencari distribusi ukuran partikel butiran minyak yang terdapat
didalam aliran air. Dengan menggunakan distribusi Straight Line
dengan diameter maksimum250 sampai dengan 500 mikron.
4. Mencari harga ukuran butiran minyak yang akan dilakukan Treating.
5. Jika aliran air yang dimiliki kurang dari 5000 bwpd, atau area yang
dimiliki cukup luas, maka lebih baik menggunakan SP pack dan
langsung menuju langkah 10. Jika ukuran butiran minyak yang akan
dilakukan treating adalah antara 30 s/d 50 mikron, maka lebih baik
menggunakann Floating Unit dan langsuing menuju langkah 6. Jika
ukuran butir minyak yang akan dilakukan treating lebih besar dari 30
mikron, maka lebih baik menggunakan
sering
air
dikeluarkan
dipisahkan
dari
glycol
(pada
dipakai
walaupun
ada
partikel-partikel
yang
calcium
Processing
merupakan
proses
yang
dilakukan
untuk
menurunkan harga Btu dalam gas dapat mencapai hasil panas gas
yang maksimum, sesuai dengan kontrak penjualan. Jika gas memiliki
prosentase kandungan komponen berat yang tinggi, maka gas akan
sulit untuk memberikan efek panas dalam pembakaran yang rendah..
Gas Processing dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
a. Absorption / Lean Oil
Yaitu lean oil yang berupa kerosin disirkulasikan keseluruh plant.
Lean oil ini digunakan untuk menyerap komponen hidrokarbon
ringan yang terdapat dalam aliran gas, sehingga hanya komponen
berat hidrokarbon saja yang tertinggal dalam aliran gas.
Kemudian Lean Oil didaur ulang untuk membebaskan kembali
komponen ringan hidrokarbon yang diserapnya, kemudian
kembali pada proses absorption / lean gas berikutnya. Hasilnya
yaitu cairan dengan karakteristik kandungan komponen C3 80%,
C4 90%, C5 98%.
b. Refrigeration
Yaitu dengan metode pendinginan pada aliran gas. Pendingin
yang digunakan berupa freon atau propana. Karakteristik
komponen hidrokarbon yang diperoleh adalah : C3 85%, C4 94%,
C5+ 98%
c. Cryogenic Plants
Yaitu gas didinginkan sampai dengan -150oF, gas juga mengalami
perubahan kecepatan dan tekanan yang diperoleh dari turbin.
Metode ini sangat diminati karena dengan metode ini kondisi
hasil produksi dapat bertemperatur rendah, sehingga cairan hasil
proses yang diperoleh lebih banyak. Karakteristik komponen
hidrokarbon yang dihasilkan adalah : C3>60%, C4>90%, C5 100%
faktor
yang
mempengaruhi
perencanaan
peralatan
penampungan fluida produksi adalah kondisi dan fasa fluida, kapasitas fluida
produksi dan kondisi permukaan serta lokasi penempatannya.
1. Kondisi fasa fluida produksi
Kondisi fasa fluida produksi disini adalah fasa fluida yang akan
ditampung dalam tangki penampungan. Faktor ini berpengaruh
terutama dalam hal pemilihan jenis tangki pengumpul, bahan, dan
konstruksinya. Apabila fasa fluidanya gas, maka digunakan tangki
jenis gas storage tank, begitu pula untuk fasa fluida minyak.
Disamping itu, kondisi fasa mempengaruhi pemasangan dan
pemilihan dasar, serta bentuk atap dari tangki pengumpul tersebut.
2. Kapasitas fluida produksi
Besarnya kapasitas fluida produksi yang akan disesuaikan dengan
produktivitas atau cadangan reservoir pada lapangan tersebut. Oleh
karena itu, biasanya terdapat tangki tambahan (emergency tank) jika
tangki sebelumnya tidak dapat menampung kapasitas fluida produksi
yang melebihi kapasitas tangki sebelumnya.
3. Kondisi permukaan dan lokasi
Sebelum
perencanaan
suatu
storage
facility,
faktor
kondisi
penampung
ada
beberapa
macam
yang
dibedakan
dapat dibedakan lagi menjadi bolted steel tank dan welded steel tank.
a. Bolted Steel Tank
Merupakan jenis tangki penyimpanan yang dibuat dari bahan baja,
seperti terlihat dalam gambar 3.68.
Gambar 3.68.
Fasilitas Penampung Type Bolted Steel Tank (5)
Bahan baja tersebut berbentuk plat atau lembaran yang dihubungkan
dengan paku keling, sehingga apabila terjadi korosi atau kerusakan
dari masing-masing lembar baja tersebut akan lebih mudah dalam
penggantiannya.
b. Welded Steel Tank
Tangki ini terbuat dari baja yang dilas dan mempunyai ketebalan 3/16
inch atau lebih, lembaran bajanya biasanya tersusun atas 9 lembar
baja yang disambung dengan las (welded). Keuntungan tangki ini
adalah kemampuannya yang dapat menahan tekanan gas yang lebih
besar jika dibandingkan dengan jenis bolted steel tank. Gambar 3.69
menunjukkan bentuk dari welded steel tank.
Gambar 3.69.
Fasilitas Penampung Type Welded Steel Tank (5)
Sedangkan kerugiannya adalah kesukaran pemasangan rangkaiannya
di lapangan karena membutuhkan peralatan las, sehingga untuk
mempercepat pemasangan masing-masing bagiannya dilakukan di
pabrik, demikian pula kesulitan pada saat dilakukan test untuk
memeriksa kekuatan dari tangki tersebut.
2. Wooden Tank
Merupakan jenis tangki penyimpanan yang terbuat dari kayu. Jenis
kayu yang digunakan untuk membuatnya adalah redwood atau whitepine,
seperti terlihat pada gambar 3.70. Tangki ini sangat cocok digunakan untuk
keadaan dimana korosi menjadi masalah utama. Jenis tangki ini tidak
memerlukan
pengecetan
karena
permasalahan
korosi
sudah
dapat
tangki cepat aus. Kekurangan lainnya adalah harga tangki ini mahal dan
mudah untuk terbakar.
Gambar 3.70.
Fasilitas Penampung Type Wooden Tank (14)
3. Plastic Tank
Tangki jenis ini terbuat dari bahan plastik yang cocok digunakan
untuk mengggantikan jenis wooden tank, yang merupakan alternatif lain
untuk permasalahan korosi. Akan tetapi jenis tangki ini sangat mahal
harganya dan akan semakin rapuh dengan bertambahnya waktu. Oleh karena
itu pemakaian jenis tangki plastic ini hanya digunakan pada jangka waktu
pendek saja.
3.2.3.1.3. Jenis-Jenis Fasilitas Penampung Berdasarkan Konstruksi
Atapnya
Berdasarkan konstruksi atapnya (roof), maka tangki ini dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
perlu
ditentukan
besarnya
kapasitas
tangki.
Besarnya
(3.154)
dimana :
V = volume tangki, m3
d
H = tinggi tangki, ft
Dalam prakteknya, tiap-tiap bagian dinding tangki penyimpanan
mempunyai ketebalan yang tidak sama, dimana bagian bawah tangki lebih
tebal dari bagian atasnya. Adanya bagian tangki yang tebalnya tidak sama ini
dimaksudkan agar tangki mampu menahan tekanan yang berbeda-beda pada
( ID ) 2 .H
, bbl ..............(3.155)
7,15307
dimana :
ID = diameter dalam, ft
H
= tinggi tangki, ft
P
Pst Pmax ( Pv Pmin ) max Pa
Tmin
....
(3.156)
- Untuk kondisi Pmin < Pv , maka berlaku persamaan :
Pst = Pmax - Pa
....(3.157)
dimana :
Pst
Pmax
Pmin
psia
Pv
Pa
Tmax
Tmin
tertentu yang berdasarkan kebutuhan konsumen yang tidak tetap pada setiap
Gas holders kering atau basah dengan volume yang bervariasi dan
kondisi tekanan konstan
3.2.4.2. Minyak
Kandungan minyak mentah setelah proses pemisahan lalu dilanjutkan
dengan treating section harus memiliki kandungan gas dan air yang kecil.
Kandungan gas bebas dalam minyak mentah yang telah terpisahkan akan
berubah-ubah / meluas besarnya, tergantung dari ukuran dan bentuk
separator, desain dan susunan bagian dalam separator, tekanan operasi dan
temperatur, laju alir, GOR, kedalaman dari cairan didalam separator,
viscositas, dan tegangan permukaan minyak.
Kriteria minyak hasil pemisahan yang baik adalah memiliki kadar air
minimum / sangat sedikit atau kandungan airnya 1 % memiliki harga
GOR terendah, memiliki harga faktor volume fomasi minyak terendah,
memiliki oAPI tertinggi, viskositas rendah, berat jenis rendah, titik didih
rendah, titik nyala rendah dan bebas dari fluida non hidrokarbon (CO2, N2,
H2S, O2, dll). Sedangkan kriteria yang lain hasil pemisahan minyak yang baik
adalah mangandung air minimum 16000 ppm dan maksimum 80000 ppm
dengan retention time 1-2 menit. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam
tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Perkiraan Kualitas dari Minyak Mentah yang sudah Dipisahkan (5)
3.2.4.3. Air
Air yang terpisahkan dari separator tiga fasa akan mengandung
minyak. Kriteria air hasil pemisahan yang baik adalah air yang bebas dari
minyak dan gas / kadar minyak dan kadar gas yang masih terkandung
didalamnya sedikit, memiliki pH dan salinitas sesuai dengan kebutuhan
injeksi atau harga pH dan salinitas yang netral untuk dibuang kembali ke
alam. Kriteria yang lain hasil pemisahan air yang baik adalah mengandung
minyak minimum 0,4 % dan maksimum 2 % untuk retention time 1-2 menit.
Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam tabel 3.9.
Tabel 3.9.
Perkiraan Kualitas dari Air yang sudah Dipisahkan (5)