Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

I.

Identitas Pasien
Nama

: Tn. E

Umur

: 26 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

II.

RM

: 119384

Tgl Masuk

: 24 Oktober 2016

Anamnesis
Keluhan Utama
: Nyeri pada jari kaki kanan
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 2 jam yang lalu sebelum masuk ke RSUD Andi Makkasau
akibat kecelakaan lalu lintas.
Mekanisme trauma :
Pasien sedang mengendarai motor, tiba-tiba kehilangan kendali akibat
jalanan yang licin sehingga menabrak pembatas jalan lalu pasien terjatuh
ke arah kanan, dan membentur aspal dengan posisi kaki kanan tertindih
motor. Riwayat pingsan tidak ada, riwayat mual dan muntah tidak ada,
riwayat sakit kepala ada.

III.

Pemeriksaan Fisik
PRIMARY SURVEY

Airway and C-spine control


Airway
: clear, patent
C-spine control : Breathing

Environment

: RR = 18 x/menit reguler, spontan,

tipe thoracoabdominal, dada simetris kiri dan kanan


Circulation
:
BP = 130/80 mmHg, HR = 80

x/menit reguler, kuat angkat, CRT <2 detik


Disability
: GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor,

2.5 mm/2.5 mm, refleks cahaya +/+


Suhu axilla = 36.8oC

SECONDARY SURVEY:

Regio Cruris sinistra


Look
:
Tampak luka robek pada jari kedua kaki kanan aspek anterior dan
posterior ukuran 9 x 2 x 4 cm, deformitas (+) angulasi (+), udem

(+), hematoma (+) bone exposed (+) tendon exposed (+)


Feel
:
Nyeri tekan ada.
Move
:
Pergerakan aktif dan pasif dari interphalanx joint sulit dievaluasi
karena nyeri.
NVD :
Sensibilitas baik, pulsasi dari arteri dorsalis pedis sinistra dan arteri
tibialis posterior sinistra teraba. CRT < 2 detik.
Leg Length Discrepancy

ALL
TLL
LLD

IV.

Kanan
94 cm
77 cm

Kiri
95cm
78 cm
1 cm

GAMBARAN KLINIS

V.

GAMBARAN RADIOLOGI
Foto Pedis Dextra AP + Lateral

Kesan:
Tampak diskontinuitas phalanx proximal digiti II
Aposisi dan alignment tak baik
Struktur tulang baik
Kesan : fraktur phalanx proksimal digiti II pedis dextra

VI.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

WBC

25.9

4,00-10,0

RBC

5.80

4,00-6,00

HGB

17.2

12,0-16,0

HCT

49.5

37,0-48,0

PLT

345

150-400
4

VII.

CT

1000

4-10

BT

300

1-7

HbsAg

Non Reactive

Non Reactive

RESUME
Seorang laki-laki, 26 tahun, masuk RSUD Andi Makkasau Pare-Pare dengan
keluhan nyeri pada jari kaki kanan dialami sejak 2 jam yang lalu sebelum
masuk ke RSUD Andi Makkasau akibat kecelakaan lalu lintas. Mekanisme
trauma : Pasien sedang mengendarai motor, tiba-tiba kehilangan kendali
akibat jalanan yang licin sehingga menabrak pembatas jalan lalu pasien
terjatuh ke arah kanan, dan membentur aspal dengan posisi kaki kanan
tertindih motor. Riwayat pingsan tidak ada, riwayat mual dan muntah tidak
ada, riwayat sakit kepala ada.
Dari pemeriksaan fisis, didapatkan pada inspeksi tampak lacerated wound
anterior dan posterior aspect dengan ukuran 9x2x4 cm, deformitas ada,
swelling ada, hematoma ada, bone exposed ada, tendon exposed ada. Pada
palpasi ditemukan adanya nyeri tekan. Range of Motion pada sendi jari kaki
sulit dinilai karena nyeri. Pada pemeriksaan neurovaskuler distal dalam
batas normal. Dari pemeriksaan radiologi, ditemukan adanya Fraktur os
phalanx proximal digiti II pedis dextra.

VIII.
IX.

DIAGNOSIS
Open Fracture proximal phalanx right 2nd toe grade IIIA
PENATALAKSANAAN
IVFD Ringer Lactate
Antibiotik
Analgesik
5

Pembersihan luka
Elevasi tungkai, awasi tanda compartment syndrome
Rencana ORIF

DISKUSI
I.

PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Ini akibat dari
adanya retakan, akibat terjatuh atau pecahnya lapisan kortex sehingga tulang
terenggang baik secara komplet dan ada pergeseran dari fragmen tulang.
Jika kulit diatas fraktur masih utuh maka disebut fraktur tertutup, jika kulit
terhubung dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, hati-hati
terhadap kontaminasi dan infeksi.1
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
6

pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau


tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.1,2,3
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Pelaksana Teknis
Terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
pada tahun 2006 di Indonesia dari 1.690 kasus kecelakaan lalulintas, 249
kasus atau 14,7% nya mengalami fraktur femur.1
II.

ANATOMI

III.

MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR

Fraktur dapat disebabkan dari kecelakaan, stress yang berulang


maupun gangguan pada tulang (fraktur patologis). (1,2,3,7,8)
1. Fraktur yang disebabkan karena kecelakaan
Pada umumnya fraktur disebabkan oleh kekuatan yang berlebihan
yang terjadi secara tiba-tiba, yang dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung.

Langsung
o Energi tinggi: kecelakaan kendaraan bermotor
Sebagian besar berupa fraktur transversal, comminuted,
displaced fractures.
Angka kejadian kerusakan terhadap jaringan sangat tinggi.
o Penetrasi: luka tembakan
Pola luka bervariasi.
Pada senjata genggam dengan kecepatan rendah tidak dapat
menyebabkan gangguan pada tulang maupun kerusakan
jaringan seperti yang disebabkan oleh energy tinggi
(kecelakaan bermotor) atau kecepatan tinggi (senjata
tembak dan senjata mematikan lainnya).
o Bending: three- or four-point (ski boot injuries)
Obliq yang pendek maupun fraktur transversal dapat
timbul, dengan kemungkinan menghasilkan potongan

butterfly.
Timbulnya crush injury.
Pola comminuted dan segmental sangat berhubungan

dengan kerekatan janringan di sekitarnya.


Kemungkinan terjadinya kompartemen sindrom harus
diperhatikan

Tidak langsung
o Mekanisme terpelintir

Terputarnya kaki dan terjatuh dari ketinggian rendah


merupakan penyebab utama.
8

Spiral, tidak ada pergeseran pada bagian fraktur yang


memiliki hubungan yang sedikit terhadap kerusakan
jaringan sekitar.

o Fraktur Stres

Pada pelatihan militer, jenis kecelakaan ini sangat sering


timbul pada sambungan antara metafisis dan diafisis,
ditandai dengan bagian sklerotik pada kortex postero
medial.

Pada penari balet, fraktur ini biasanya muncul pada 1/3


tengah, yang biasanya tersembunyi akibat penggunaan yang
berlebihan.

Temuan radiologi dapat tertunda sampai beberapa minggu.

2. Fraktur karena stres berulang:


Fraktur jenis ini muncul pada tulang yang normal yang menanggung
berat secara berulang-ulang, biasanya terjadi pada atlet, penari dan anggota
militer yang selalu melakukan latihan. Beban yang berat akan menimbulkan
deformitas yang menginisiasi proses normal dari remodeling tulang,
gabungan dari proses reabsropsi tulang dan pembentukan tulang baru sesuai
dengan hukum Wolffs. Ketika terpajan oleh stress serta proses deformasi
yang berulang dan memanjang, reabsorpsi timbul lebih cepat daripada
penggantian, sehingga meninggalkan daerah yang kosong dan menyebabkan
fraktur. Masalah yang sama timbul pada orang yang sedang dalam
pengobatan sehingga mengganggu keseimbangan proses reabsorpsi dan
penggantian tulang baru.
3. Fraktur Patologi:
Fraktur dapat terjadi dengan stres yang normal jika tulang melemah
akibat

perubahan

pada

strukturnya

(contohnya

pada

osteoporosis,

osteogenesis imperfekta atau Pagets disease) atau sebuah lesi litik


(contohnya kista pada tulang atau sebuah metastasis).

Gambar 7. Beberapa pola fraktur dapat dijadikan sebagai patokan mekanisme penyebab: (a)
pola spiral (terputar); (b) pola obliq pendek (kompresi); (c) potongan segitiga butterfly
(tertarik) dan (d) pola transversal (tertekan). Pola spiral dan beberapa obliq (panjang)
seringkali terjadi akibat kecelakaan energi rendah secara tidak langsung; pola tertarik dan
transversal disebabkan kecelakaan energy tinggi secara langsung. 1

Klasifikasi Gustilo And Anderson untuk fraktur terbuka:3


1. Tipe I : kulit bersih terbuka < 1 cm, biasanya dari dalam keluar; kontusio
otot minimal; fraktur transversal simpel atau oblik pendek.
2. Tipe II : Laserasi > 1cm, dengan kerusakan soft tissue yang luas;
komponen yang hancur minimal hingga sedang; fraktur transversal simpel
atau oblik pendek dengan kominusi yang minimal.
3. Tipe III : kerusakan soft tissue yang luas, termasuk otot, kulit, dan struktur
neurovaskuler;biasanya merupakan trauma high energy dengan komponen
hancur yang berat.
a. III A : Laserasi soft tissue yang luas, penutupan tulang yang
adekuat; fraktur segmental, trauma luka tembak; stripping
periosteal yang minimal.
b. III B : Kerusakan soft tissue yang luas dengan stripping periosteal
dan paparan tulang yang membutuhkan penutupan flap dari soft
tissue; biasanya berkaitan dengan kontaminasi yang masif.
c. III C : Trauma vaskuler yang membutuhkan perbaikan.

VI.

DIAGNOSIS

10

Mendapatkan informasi mengenai riwayat yang lengkap dan


pemeriksaan fisis sangat penting ketika memeriksa seseorang yang diduga
mengalami fraktur. Dapat diketahui bagaimana mekanisme perlukaan,
waktu terjadinya perlukaan dan syndrome nyeri yang akan muncul. Sangat
penting untuk menentukan apakah perlukaan ini termasuk tinggi-atau
rendah energi, perlukaan dengan energi yang tinggi juga akan sangat
signifikan akan mengalami perlukaan jaringan lunak pada sekitar daerah
fraktur.
Fraktur phalanx pedis disebabkan oleh perlukaan energi rendah yang
berpotensi dengan keadaan patologik atau kondisi osteopenik. Ini sangat
penting untuk menanyakan mengenai lokasi dan berat ringannya nyeri.
Penanganan harus hati-hati pada associated injuries. Dari pemeriksaan fisis,
biasanya ditemukan nyeri pada sisi yang fraktur yang berhubungan dengan
hematom dari jaringan lunak.2 Pemeriksaan Neurovascular Distal (NVD)
penting dilakukan. Arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior harus
diraba untuk dievaluasi dan kita laporkan hasilnya, khususnya pada fraktur
terbuka vascular biasanya mengalami gangguan. Nervus peroneal comunis
VII.

dan tibialis harus kita lakukan pemeriksaan. 3


PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan Radiologi (Foto x-ray) yang harus dilakukan pada fraktur
phalanx pedis adalah foto AP dan lateral dari pedis, sendi interphalangeal
harus nampak pada foto tersebut.3
Pemeriksaan radiologi pada fraktur phalanx harus mencakup semua
bagian pedis (posisi anteroposterior [AP] dan lateral) dengan visualisasi
sendi pergelangan kaki dan interphalanx. Posisi oblik dapat membantuuntuk
melihat karakteristik fraktur. Foto radiologi post- reduksi harus mencakup
bagian kaki untuk aligment dan rencana preoperatif.3
Seorang ahli bedah sebaiknya melihat ciri - ciri foto radiologi AP dan lateral
seperti berikut: 3
-

Lokasi dan morfologi fraktur harus ditentukan.


Adanya garis fraktursekunder: garis ini dapat berubah selama operasi.
Adanya fraktur komminitive: hal ini menandakan cedera- energi
tinggi.

11

Jarak fragmen tulang yang telah berubah dari lokasi normalnya:


pergeseran fragmen yang luas menunjukkan bahwa jaringan lunak

yang terikat telah rusakdanfragmen mungkin avaskular.


Defek osseus: hal ini menunjukkan adanya tulang yang hilang.
Garis fraktur dapat meluas ke proksimal hingga ke lututatau ke distal

hinggake pergelangan kaki.


Keadaan tulang: Apakah ada bukti adanya osteopenia, metastasis, atau

fraktur sebelumnya?
Osteoarthritis atau adanya artroplast ilutut: hal tersebut dapat

mengubahmetode pengobatanyang dipiliholehahli bedah.


Gasdalam jaringan: hal ini biasanya akibat sekunder dari fraktur

terbukatetapi juga dapat menandakan adanya gas gangren, necrotizing


fascitis, atau infeksi anaerob lainnya.

Pemeriksaan X-ray adalah hal yang wajib. Harus diingat rule of twos: 1
-

Two views - Sebuah fraktur atau dislokasi tidak dapat terlihat hanya
dari satu posisi foto X- ray dan setidaknya dibutuhkan dua posisi

(anteroposterior dan lateral) yang harus diambil.


Two joints Pada lengan bawah atau tungkai bawah, satu tulang dapat
fraktur dan mengalami angulasi. Angulasi tidak mungkin terjadi
kecuali tulang lainnya juga rusak, atau sendi dislokasi. Keduanya,

sendi atas dan bawah fraktur harus diambil pada film x-ray.
Two limbs - Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat
membingungkan dengan diagnosis fraktur; foto x-ray dari ekstremitas

yang tidak terluka diperlukan untuk perbandingan.


Two injuries cedera yang parah sering menyebabkan cedera pada
lebih dari satu level. Jadi, pada fraktur calcaneum atau femur penting

dilakukan foto x-ray pelvis dan spine.


Two occasions - Beberapa fraktur yang sangat sulit untuk dideteksi
segera setelah cedera, tapi pemeriksaan x-ray yang lain satu atau dua
minggu kemudian dapat menunjukkan adanya lesi. Contoh umum
adalah undisplaced fraktur ujung distal klavikula, scaphoid, neck
femur dan maleolus lateralis dan juga fraktur stress dan cedera fiseal
yang tidak berpindah dimanapun terjadi.

12

Computed

tomographydanmagnetic

resonance

imaging(MRI)

biasanya tidakdiperlukan. Technetium scantulangdan MRIdapat berguna


dalam mendiagnosis stress fraktursebelumcederanyamenjadi jelaspada foto
polos. Angiografi diindikasikan jika dicurigai terdapat cederaarteri.3
VIII.

PENATALAKSANAAN
Dari semua penanganan kecelakaan, atasi syok merupakan langkah
awal dan fraktur dibidai sebelum dipindahkan. Bidai fraktur dengan metode
Thomas-type splint untuk mengurangi perdarahan dan rasa nyeri. Berikan
antibiotik dan analgetik intravena.1
Fraktur Tibia Fibula
Non-operative 3
Reduksi fraktur diikut dengan pengaplikasian long leg cast dengan
pemberian beban secara progresif dapat digunakan untuk mengisolasi dan
menutup fraktur berenergi rendah dengan pergeseran dan pola kominutive
yang minimal.

Cast pada lutut dengan sudut fleksi 0-5 untuk memperbolehkan beban
ditopang secepat mungkin oleh pasien dengan percepatan untuk

pemberian beban secara penuh pada minggu kedua dan keempat.


Setelah empat sampai enam minggu, long leg cast dapat diganti

dengan patella-bearing cast atau fraktur brace.


Kesuksesan union mencapai 97%, namun pemberian beban yang
terlambat dapat menyebabkan penyetuan tulang terlambat atau
malunion.

Reduksi fraktur yang dapat diterima

Direkomendasikan angulasi varus/valgus < 5

Direkomendasikan angulasi anterior/posterior < 10 (disarankan < 5)

Direkomendasikan deformitas rotasional < 10 dengan eksternal rotasi


dapat ditoleransi lebih baik dibandingkan internal rotasi.

Pemendekan < 1 cm; 5 mm distraksi dapat menunda penyembuhan


antara 8-12 bulan.
13

Direkomendasikan jika kontak lebih dari 50%.

Diperkirakan, spina iliaca anteroposterior, bagian tengah dari patella


dan dasar dari jari kedua dalam satu garis.

Waktu untuk Union

Waktu rata-rata adalah 164 minggu. Hal ini bervariasi tergantung

pada pola fraktur dan kerusakan jaringan.


Union yang terlambat didefinisikan > 20 minggu.

Fraktur Stres Tibia

Pengobatan terdiri dari penghentian aktivitas yang beresiko.

Sebuah short leg cast mungkin diperlukan, dengan ambulation


partial-weight-bearing.

Fraktur Corpus Fibula

Pengobatan terdiri dari weight bearing yang ditoleransi.

Meskipun tidak diperlukan untuk penyembuhan, imobilisasi dalam


waktu singkat dapat digunakan Nonunion: Timbul saat secara klinis
baik secara klinis dan radiologi, memperlihatkan tanda-tanda potensi
untuk union hilang, termasuk lesi sklerotik dan celah yang tidak
berubah dalam beberapa minggu. Nonunion juga didefinisikan sebagai
penyembuhan yang tidak terjadi dalam 9 bulan setelah fraktur.

untuk meminimalkan rasa sakit.

Nonunion jarang terjadi karena lampiran otot yang luas.

Pengobatan Operatif3
Intramedullary (IM) Nailing

14

IM nailing memiliki keuntungan dalam menjaga suplai darah


periosteal dan membatasi kerusakan jaringan lunak. Selain itu,
keuntungan biomekaniknya adalah dapat mengontrol alignment,
translasi dan rotasi. Oleh karena itu direkomendasikan pada sebagian
besar pola fraktur.

Locked versus unlocked nail


o Locked nail: Alat ini memberikan kontrol rotasi; efektif dalam
mencegah pemendekan pada fraktur comminutive dan pada
orang-orang

dengan

kehilangan

tulang

yang

signifikan.

Interlocking screws dapat dibuka pada lain waktu untuk


dinamisasi lokasi fraktur, jika diperlukan, untuk penyembuhan.
o Nonlocked nail: Alat ini memungkinkan impaksi pada lokasi
fraktur dengan weight bearing, tetapi sulit untuk mengontrol
rotasi. Nonlocked nail jarang digunakan.

Reamed versus unreamed nail


o Reamed nail: Hal ini diindikasikan untuk kebanyakan fraktur
tertutup dan terbuka. Hal ini memungkinkan IM splint yang
sangat baik pada fraktur dan penggunaan diameter yang lebih
besar, nail yanglebih kuat.
o Unreamed nail: Hal ini dirancang untuk menjaga suplai darah
IM pada fraktur terbuka di mana suplai periosteal telah hancur.
Saat ini disediakan untuk fraktur terbuka dengan derajat tinggi;
kerugiannya adalah bahwa alat ini secara signifikan lebih lemah
dari reamed nail yang lebih besar dan memiliki risiko yang lebih
tinggi terjadinya implant fatigue failure.

Flexible Nails (Enders, Rush Rods)

Beberapa pin IM yang menggunakan tenaga pegas untuk menahan


angulasi dan rotasi, dengan kerusakan minimal pada sirkulasi medula.
15

Alat ini jarang digunakan di Amerika Serikat karena dominasi pola


fraktur yang tidak stabil dan sukses dengan interlocking nails.

Hal ini direkomendasikan hanya pada anak-anak atau remaja dengan


physes terbuka.

Fiksasi Eksternal

Terutama digunakan pada fraktur terbuka yang parah, juga dapat


digunakan pada fraktur tertutup dengan komplikasi, seperti sindrom
kompartemen, adanya cedera kepala bersamaan, atau luka bakar.

Popularitasnya

di

Amerika

Serikat

telah

berkurang

dengan

meningkatnya penggunaan reamed nails untuk sebagian besar fraktur


terbuka.

Tingkat union: Hingga 90%, dengan rata-rata3,6 bulan untuk union.

Insiden infeksi saluran pin adalah 10% -15%.

Plates and Screws

Biasanya dilakukan pada fraktur yang meluas ke metafisis atau


epifisis.

Tingkat keberhasilan yang dilaporkan adalah 97%.

Tingkat komplikasi infeksi, kerusakan luka, dan malunion atau


nonunion meningkat pada polacedera-energi yang tinggi.

Fraktur Proksimal Tibia

Fraktur ini mencapai sekitar7% dari semua fraktur diafisis tibia.

16

Patah tulang ini terkenal sulit untuk nailing, sering terjadi malaligned,
deformitas tersering adalah valgus dan angulasi apeks apeks.

Nailing membutuhkan penggunaan teknik khusus seperti blocking


screws.

Penggunaan plat yang dimasukkan secara perkutaneus sering


digunakan akhir-akhir ini.

Fraktur Distal Tibia

Resikomalalignmentadadengan menggunakan IM nail.

Dengan IM nailing, fibulaplating atau penggunaan blocking screws


sekrupdapat membantu untuk mencegah malalignment.

Penggunaan plat yang dimasukkan secara perkuteneus sering


digunakan akhir-akhir ini.

Fraktur Tibia dengan Fibula yang utuh

Jikafraktur tibia yang tidak mengalami pergeseran, pengobatan terdiri


dari long leg cast dengan earlyweight bearing. Observasi yang
cermatdiindikasikan untukmengenali kecenderungan terjadinyavarus.

Beberapa penulis merekomendasikan IM nailing walaupun fraktur


tibia tidak mengalami pergeseran.

Sangat beresiko terjadinya varus jika ada malunion,terutama pada


pasien dengan usia >20tahun.

17

Fasciotomy

Adanya bukti terjadinya kompartemen syndrome yang merupakan


indikasi

untuk

dilakukan

fasciotomy

pada

semuaempat

otot

kompartemen tungkai bawah (anterior, lateral, superfisial dandeep


posterior) melalui satu atau beberapa teknik insisi. Setelah operasi
fiksasi fraktur, pembukaan fasia tidak boleh reapproximated.
IX.

KOMPLIKASI 3
Komplikasi yang dapat terjadi ada 2 jenis, yaitu komplikasi dini dan
komplikasi lanjut. Yang termasuk komplikasi dini adalah syok, emboli
lemak, trauma pembuluh darah besar, trauma saraf, tromboemboli, dan
infeksi. Sedangkan yang termasuk kompliksai lanjut adalah delayed union,
non union, malunion, kaku sendi otot, dan refraktur. 3,9
o Malunion: Hal ini termasuk deformitas yang tidak sesuai dengan
posisi anatominya.
o Nonunion: Hal ini terkait dengan cedera- berkecepatan tinggi, fraktur
terbuka (terutama Gustilo grade III), infeksi, fibula yang intak, fiksasi
yang tidak adekuat dan fraktur yang pada awalnya mengalami
pergeseran.
o Dapat terjadi infeksi.
o Dapat terjadi kekakuan pada lutut dan / atau pergelangan kaki.
o Nyeri pada lutut: Hal ini merupakan komplikasi yang paling umum
yang berhubungan dengan IM tibialnailing.
o Kerusakan hardware: Kerusakan nail dan locking screw tergantung
pada ukuran nail yang digunakan dan jenis logamnya. Reamed nail
yang lebih besar memiliki cross screw yang lebih besar; insidens
kerusakan nail dan screw lebih besar pada undreamed nail yang
memanfaatkan locking screw dengan diameteter- kecil.
o Nekrosis akibat suhu dari diafisis tibia dengan reaming merupakan hal
yang tidak biasa dan merupakan komplikasi yang serius. Risiko

18

meningkat dengan penggunaan reamer yang tumpul dan reaming


dengan kontrol tourniquet.
o Reflex simpatik distrofi: Hal ini merupakan hal yang paling umum
terjadi pada pasien yang tidak bisa menggunakan bear weight early
dan dengan imobilisasi cast yang lama. Hal ini ditandai dengan nyeri
dan bengkak yang diikuti oleh atrofi ekstremitas. Tanda-tanda
radiografi adalah demineralisasi bercak-bercak pada kaki dan distal
tibia serta pergelangan kaki equinovarus. Hal tersebut diobati dengan
stoking kompresi elastis, weight bearing, blok simpatis, dan orthoses
kaki, disertai dengan terapi fisik yang agresif.
o Kompartemen syndrome: Kompartemen

anterior

merupakan

kompartemen yang paling sering terkena. Tekanan tertinggi terjadi


pada saat reduksi terbuka atau tertutup. Hal ini memerlukan fasiotomi.
Kematian otot terjadi setelah 6 sampai 8 jam. Kompartemen syndrome
deep posterior mungkin terlewatkan karena tidak terkenanya
kompartemen superficial diatasnya, dan menyebabkan claw toes.
o Cedera neurovaskular: Cedera vascular jarang terjadi kecuali jika
cedera berkecepatan tinggi, adanya pergeseran nyata, sering pada
fraktur terbuka. Hal ini paling sering terjadi pada arteri tibialis anterior
yang melintasi membran interoseus tungkai bawah bagian proksimal.
Hal ini mungkin memerlukan saphenous vein interposition graft.
Nervus peroneal komunis rentan terhadap cedera langsung pada fibula
proksimal serta fraktur dengan angulasi varus yang signifikan. Traksi
yang berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada saraf, dan cetakan
cast/ paddingyang tidak adekuat dapat mengakibatkan neurapraksia.
o Dapat terjadi emboli lemak.
o Deformitas claw toes. Hal ini terkait dengan jaringan parut pada
tendon ekstensor atau iskemia dari posterior otot kompartemen.

DAFTAR PUSTAKA

19

1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apleys System of


Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-693.
2. Bucholz, Robert W.; Heckman, James D. Fractures of The Tibia and Fibula.
In: Court-Brown, Charles M. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 7th
Edition. UK: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. p. 1868-76.
3. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D.Handbook of Fractures, 4th Edition.
USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2010. p. 464-75.
4. Agur AMR, Dalley AF. Grants Atlas of Anatomy 12th edition. New York:
Lippincott William Wilkins. 2009. p. 422-5.
5. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy.
2th Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 294, 316-9.
6. Snell RS. The Lower Limb. Clinically Anatomy by Regions. 8th Edition. New
York: Lippincott Williams & Wilkins; p. 595-6.
7. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer.
2006. 59-60.
8. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.
Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.
9. Nalyagam S. Injury of The Knee and Leg. In: Solomon L. Apleys System of
Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 901-4.

20

Anda mungkin juga menyukai