I.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. E
Umur
: 26 tahun
II.
RM
: 119384
Tgl Masuk
: 24 Oktober 2016
Anamnesis
Keluhan Utama
: Nyeri pada jari kaki kanan
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 2 jam yang lalu sebelum masuk ke RSUD Andi Makkasau
akibat kecelakaan lalu lintas.
Mekanisme trauma :
Pasien sedang mengendarai motor, tiba-tiba kehilangan kendali akibat
jalanan yang licin sehingga menabrak pembatas jalan lalu pasien terjatuh
ke arah kanan, dan membentur aspal dengan posisi kaki kanan tertindih
motor. Riwayat pingsan tidak ada, riwayat mual dan muntah tidak ada,
riwayat sakit kepala ada.
III.
Pemeriksaan Fisik
PRIMARY SURVEY
Environment
SECONDARY SURVEY:
ALL
TLL
LLD
IV.
Kanan
94 cm
77 cm
Kiri
95cm
78 cm
1 cm
GAMBARAN KLINIS
V.
GAMBARAN RADIOLOGI
Foto Pedis Dextra AP + Lateral
Kesan:
Tampak diskontinuitas phalanx proximal digiti II
Aposisi dan alignment tak baik
Struktur tulang baik
Kesan : fraktur phalanx proksimal digiti II pedis dextra
VI.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
WBC
25.9
4,00-10,0
RBC
5.80
4,00-6,00
HGB
17.2
12,0-16,0
HCT
49.5
37,0-48,0
PLT
345
150-400
4
VII.
CT
1000
4-10
BT
300
1-7
HbsAg
Non Reactive
Non Reactive
RESUME
Seorang laki-laki, 26 tahun, masuk RSUD Andi Makkasau Pare-Pare dengan
keluhan nyeri pada jari kaki kanan dialami sejak 2 jam yang lalu sebelum
masuk ke RSUD Andi Makkasau akibat kecelakaan lalu lintas. Mekanisme
trauma : Pasien sedang mengendarai motor, tiba-tiba kehilangan kendali
akibat jalanan yang licin sehingga menabrak pembatas jalan lalu pasien
terjatuh ke arah kanan, dan membentur aspal dengan posisi kaki kanan
tertindih motor. Riwayat pingsan tidak ada, riwayat mual dan muntah tidak
ada, riwayat sakit kepala ada.
Dari pemeriksaan fisis, didapatkan pada inspeksi tampak lacerated wound
anterior dan posterior aspect dengan ukuran 9x2x4 cm, deformitas ada,
swelling ada, hematoma ada, bone exposed ada, tendon exposed ada. Pada
palpasi ditemukan adanya nyeri tekan. Range of Motion pada sendi jari kaki
sulit dinilai karena nyeri. Pada pemeriksaan neurovaskuler distal dalam
batas normal. Dari pemeriksaan radiologi, ditemukan adanya Fraktur os
phalanx proximal digiti II pedis dextra.
VIII.
IX.
DIAGNOSIS
Open Fracture proximal phalanx right 2nd toe grade IIIA
PENATALAKSANAAN
IVFD Ringer Lactate
Antibiotik
Analgesik
5
Pembersihan luka
Elevasi tungkai, awasi tanda compartment syndrome
Rencana ORIF
DISKUSI
I.
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Ini akibat dari
adanya retakan, akibat terjatuh atau pecahnya lapisan kortex sehingga tulang
terenggang baik secara komplet dan ada pergeseran dari fragmen tulang.
Jika kulit diatas fraktur masih utuh maka disebut fraktur tertutup, jika kulit
terhubung dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, hati-hati
terhadap kontaminasi dan infeksi.1
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,
6
ANATOMI
III.
Langsung
o Energi tinggi: kecelakaan kendaraan bermotor
Sebagian besar berupa fraktur transversal, comminuted,
displaced fractures.
Angka kejadian kerusakan terhadap jaringan sangat tinggi.
o Penetrasi: luka tembakan
Pola luka bervariasi.
Pada senjata genggam dengan kecepatan rendah tidak dapat
menyebabkan gangguan pada tulang maupun kerusakan
jaringan seperti yang disebabkan oleh energy tinggi
(kecelakaan bermotor) atau kecepatan tinggi (senjata
tembak dan senjata mematikan lainnya).
o Bending: three- or four-point (ski boot injuries)
Obliq yang pendek maupun fraktur transversal dapat
timbul, dengan kemungkinan menghasilkan potongan
butterfly.
Timbulnya crush injury.
Pola comminuted dan segmental sangat berhubungan
Tidak langsung
o Mekanisme terpelintir
o Fraktur Stres
perubahan
pada
strukturnya
(contohnya
pada
osteoporosis,
Gambar 7. Beberapa pola fraktur dapat dijadikan sebagai patokan mekanisme penyebab: (a)
pola spiral (terputar); (b) pola obliq pendek (kompresi); (c) potongan segitiga butterfly
(tertarik) dan (d) pola transversal (tertekan). Pola spiral dan beberapa obliq (panjang)
seringkali terjadi akibat kecelakaan energi rendah secara tidak langsung; pola tertarik dan
transversal disebabkan kecelakaan energy tinggi secara langsung. 1
VI.
DIAGNOSIS
10
11
fraktur sebelumnya?
Osteoarthritis atau adanya artroplast ilutut: hal tersebut dapat
Pemeriksaan X-ray adalah hal yang wajib. Harus diingat rule of twos: 1
-
Two views - Sebuah fraktur atau dislokasi tidak dapat terlihat hanya
dari satu posisi foto X- ray dan setidaknya dibutuhkan dua posisi
sendi atas dan bawah fraktur harus diambil pada film x-ray.
Two limbs - Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat
membingungkan dengan diagnosis fraktur; foto x-ray dari ekstremitas
12
Computed
tomographydanmagnetic
resonance
imaging(MRI)
PENATALAKSANAAN
Dari semua penanganan kecelakaan, atasi syok merupakan langkah
awal dan fraktur dibidai sebelum dipindahkan. Bidai fraktur dengan metode
Thomas-type splint untuk mengurangi perdarahan dan rasa nyeri. Berikan
antibiotik dan analgetik intravena.1
Fraktur Tibia Fibula
Non-operative 3
Reduksi fraktur diikut dengan pengaplikasian long leg cast dengan
pemberian beban secara progresif dapat digunakan untuk mengisolasi dan
menutup fraktur berenergi rendah dengan pergeseran dan pola kominutive
yang minimal.
Cast pada lutut dengan sudut fleksi 0-5 untuk memperbolehkan beban
ditopang secepat mungkin oleh pasien dengan percepatan untuk
Pengobatan Operatif3
Intramedullary (IM) Nailing
14
dengan
kehilangan
tulang
yang
signifikan.
Fiksasi Eksternal
Popularitasnya
di
Amerika
Serikat
telah
berkurang
dengan
16
Patah tulang ini terkenal sulit untuk nailing, sering terjadi malaligned,
deformitas tersering adalah valgus dan angulasi apeks apeks.
17
Fasciotomy
untuk
dilakukan
fasciotomy
pada
semuaempat
otot
KOMPLIKASI 3
Komplikasi yang dapat terjadi ada 2 jenis, yaitu komplikasi dini dan
komplikasi lanjut. Yang termasuk komplikasi dini adalah syok, emboli
lemak, trauma pembuluh darah besar, trauma saraf, tromboemboli, dan
infeksi. Sedangkan yang termasuk kompliksai lanjut adalah delayed union,
non union, malunion, kaku sendi otot, dan refraktur. 3,9
o Malunion: Hal ini termasuk deformitas yang tidak sesuai dengan
posisi anatominya.
o Nonunion: Hal ini terkait dengan cedera- berkecepatan tinggi, fraktur
terbuka (terutama Gustilo grade III), infeksi, fibula yang intak, fiksasi
yang tidak adekuat dan fraktur yang pada awalnya mengalami
pergeseran.
o Dapat terjadi infeksi.
o Dapat terjadi kekakuan pada lutut dan / atau pergelangan kaki.
o Nyeri pada lutut: Hal ini merupakan komplikasi yang paling umum
yang berhubungan dengan IM tibialnailing.
o Kerusakan hardware: Kerusakan nail dan locking screw tergantung
pada ukuran nail yang digunakan dan jenis logamnya. Reamed nail
yang lebih besar memiliki cross screw yang lebih besar; insidens
kerusakan nail dan screw lebih besar pada undreamed nail yang
memanfaatkan locking screw dengan diameteter- kecil.
o Nekrosis akibat suhu dari diafisis tibia dengan reaming merupakan hal
yang tidak biasa dan merupakan komplikasi yang serius. Risiko
18
anterior
merupakan
DAFTAR PUSTAKA
19
20