Adat Istiadat PDF
Adat Istiadat PDF
KAJIAN TEORITIS
Gillin dan Gillin (dalam Usman Pelly, 1994 : 28) juga mengatakan,
bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai
kebiasaan, tradisi sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu
meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
Menurut R. Linton (dalam Riyani, 2011 :18) Mengemukakan bahwa
masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir
tentang dirinya sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas tertentu.
Masyarakat itu timbul dari setiap kumpulan individu, yang telah cukup lama
hidup dan bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Kelompok-kelompok
manusia yang dimaksud di atas belum terorganisasikan mengalami proses yang
fundamental yaitu : (1) Adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para
anggotanya. (2) Timbul perasaan kelompok secara lambat laun.
Koentjaraningrat (2002:143-144) menjelaskan cukup detail tentang
pengertian masyarakat ini, sebagai berikut:
Istilah yang paling lazin dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup
manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari
adalah masyarakat.Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang
berasal dari kata socius, yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri
berasal dari akar kata Arab yang berbunyi syaraka yang berarti ikut serta
atau berpartisipasi. Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi.
Sedangkan Soepomo (dalam Soekanto, 1983: 153), mengambarkan masyarakat ini
sebagai:
individu adalah suatu mahluk, dalam mana masyarakat
mengkhususkan diri. Masyarakat ialah keseluruhan dari sekalian dari
anggota seorang-seorang. Karena itu keinsafan kemasyarakatan dan
10
dan pernikahan itu adalah seuatu yang sangat sakral sehingga orang terkadang
harus berfikir seribu kali dalam memepersiapkan pernikahannya.Perkawinan
dalam Islam dikenal juga dengan pernikahan, dimana pernikahan iniialah suatu
akad atau perjanjian mengikat antara seorang laki-laki dan perempuan untuk
menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak dengan suka rela dan
kerelaan kedua belah pihak merupakan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang
diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman (sakinah) dengan cara-cara yang di
ridhoi Allah SWT.
Nikah secara bahasa adalah berkumpul dan bergabung. Dikatakan
: nakahat al-asyjar, yaitu pohon-pohon tumbuh saling berdekatan dan berkumpul
dalam satu tempat. Berkata Imam Nawawi : Nikah secara bahasa adalah
bergabung, kadang digunakan untuk menyebut akad nikah , kadang digunakan
untuk menyebut hubungan seksual. (http://www.ahmadzain.com/read/karyatulis/271/pengertian-menikah-dan-hukumnya/,diakses 29 Juni 2013).
Al-Fara seorang ahli bahasa Arab mengatakan bahwa orang Arab
menyebutkan kata Nukah al Mar-atu artinya adalah organ kewanitaan.
Jika mereka mengatakan nakaha al-mar-ata artinya telah menggauli di
organ kewanitaannya. Adapun Nikah secara istilah adalah : Akad yang
dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang dengannya dihalalkan
baginya
untuk
melakukan
hubungan
seksual
.(http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/271/pengertian-menikahdan-hukumnya/,diakses 29 Juni 2013).
Pada hakekatnya perkawinan adalah ikatan lahir batin manusia untuk
hidup bersama antara seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk keluarga
(rumah tangga) yang kekal, bahagia dan sejahtera.
Pengertian perkawinan sendiri dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor
1 Tahun, menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
11
pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sedangkan berdasarkan Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2, dijelaskan bahwa
Perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Berikut ini definisi
perkawinan menurut beberapa ahli:
1) Menurut Prof. Subekti, SH, Perkawinan adalah pertalian yang sah antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama.
2) Prof. Mr. Paul Scholten, Perkawinan adalah hubungan hukum antara seorang
pria dan seorang wanita untuk hidup bersama dengan kekal, yang diakui oleh
Negara.
3) Prof. Dr. R. Wirjono Prodjodikoro, SH,
perkawinan adalah suatu hidup bersama dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan,
yang
memenuhi
syarat-syarat
peraturanhukum
yang
termasuk
dalam
perkawinan.
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_perkawinan_info2156.html,
di
12
keturunan. Perkawinan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh
perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup
bergaul guna memelihara kelangsungan hidup manusia di bumi.
13
bentuk-bentuk penyapaan bagi anak cucu ohongia, biasanya disapa dengan kata
avo dan vua.
Strata yang dibentuk dalam masyarakat Bintauna ini, kemudian sangat
menentukan dalam pemberian harga dalam perkawinan. Perhitungan harta nikah
itu dikenal dengan kati. Namun, perhitungan kati ini bisa diwujudkan dalam
bentuk uang, pohon kelapa, hewan dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini
lambat laun meningkat menjadi suatu kebiasaan yang dipegang oleh masyarakat.
sehingga dalam perkembangannya berubah menjadi adat istiadat yang mengakar
dalam kehidupan masyarakat.
Secara umum perkembangan adat istiadat tersebut, terdapat banyak wujud
dan bentuk adat istiadat penting yang sampai sekarang masih terpelihara pada
masyarakat Busisingo, diantaranya:
1) Adat perkawinan; yaitu adat istiadat yang berhubungan dengan tata cara dan
bentuk pelaksanaan upacara adat bagi masyarakat Busisingo yang bakal
melangsungkan perkawinan.
2) Adat pemakaman; yaitu adat istiadat yang berhubungan dengan tata cara atau
kebiasaan menyangkut penyelenggaraan pemakaman jenazah.
3) Adat penyambutan tamu; yaitu tata cara atau adat istiadat yang berhubungan
dengan kebiasaan menyambut atau menghormati tamu atau pejabat tinggi
yang berkunjung ke daerah Bolaang Mongondow Utara, khususnya Desa
Busisingo, Kecamatan Sangkub.
4) Adat penobatan; yaitu bentuk upacara adat dalam rangka melantik pejabat
yang akan memangkuh jabatannya.
14
5) Adat pemberian anugrah gelar; yaitu tata cara adat yang digunakan para tetua
adat untuk memberikan anugrah berupa gelar kehormatan kepada siapa saja
yang dianggap berprestasi. Biasanya anugrah ini banyak diberikan kepada
para pejabat daerah.
Dari keseluruhan wujud adat istiadat pada masyarakat Busisingo dan
masyarakat Bintauna khususnya, yang menarik perhatian penulis adalah adat
istiadat perkawinannya. Dimana dalam tata cara adat perkawinan ini penulis
tertarik meneliti tentang adat learo pada acara pernikahan.
Tidak banyak literatur dalam bentuk tertulis yang menjelaskan tentang adat learo
ini. Peneliti hanya menemukan arti menurut bahasa, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Nurmin Pamili (1991: 26), bahwa:
Learo atau learu ketika dicari dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
kata itu sama dengan padanan kata pepat atau memepat yang berarti
membuat rata (dikerat, dipangkas, didabung dengan gigi, dipenggal
puncaknya dan sebagainya). Sedangkan menurut istilah adat, learo
adalah suatu kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat
secara terus menerus dan turun temurun sebagai pelengkap dalam
setiap pelaksanaan perkawinan adat, dengan jalan menggosok atau
memepat, mengerat dan memangkas puncak gigi kedua calon pengantin
hingga rata dan teratur.
Memepat gigi dalam adat learo bukan memepat sampai habis, melainkan
hanya merapihkan, sehingga learo ini juga sering dikenal dengan istilah adat
menyikat gigi juga. Selain itu, pelaksanaan learo dalam acara pernikahan,
menurut kepercayaan masyarakat, adat learo ini bisa menunjukkan si calon
pengantin masih suci atau tidak lagi. Sehingga tidak heran terkadang pelaksanaan
adat ini juga berdampak pada pergunjingan ditengah-tengah masyarakat.
15
sebagaimana
yang
diharapkan.
Karena
adat
learo
ini
pada
16
Setiap bahan ramuan yang digunakan untuk adat learo itu diletakkan di
pelepah daun pinang. Lilin juga digunakan sebagai penerang agar kilapan gigi
akan tampak. Alat yang digunakan untuk learo ini merupakan sejenis batu dan
diletakkan pada daun woka (vou= sejenis daun palem). Selain itu, digelar
diserambi rumah seperangkat tempat tidur. Dimana gelar adat learo ini dilakukan
di tengah-tengah keluarga terutama bagi mereka yang hendak menikah. Dengan
cara tertentu, si wanita ditidurkan dengan tertutup sapu tangan. Selama gelar adat
learo, dimainkan musik gambus yang diiringi dengan pantun (solivako) untuk
menghibur pengantin.Sedangkan untuk anak dan cucu bangsawan dimainkan
kaimbu.
Konon, pantun solivako ini sudah muncul sejak perpindahan suku
Bintaunadai Sohawuto ke Iposolo yang dipimpin Sakurango Vahe. Tempat
perpindahan itu dikenal sebagai Savahohavo. Ketika tiba ditempat itu, Sakurango
Vahe berseru: Hu Nganao, selengkapnya syair itu berbunyi:
Litu-litu o Sapahohavo
Tinumika kunomanto
Lipu parango mopanto
Ino sumbola no rayo
No munga no mohindapo
Tipuwongku pokunfalo
Peneyapu Sumaki
Luli rasu mindao
Duduk-duduk di Sapahohavo
Berdiri dan memandang
Negeri yang tercinta
Ditumbuhi pohon kraton
yang berbuah, bercahaya
Kupetik dan kujadikan bedak
Penyapu muka
Hilang rindu dendam
17