karya arsitektur memiliki fungsi optimal yang stabil dalam bereaksi dengan lingkungan
terbangun.
3. Implemented Over Time
Sebagai seorang Arsitek, perencana ruang, hal ini merupakan hal penting yang harus
diperhatikan. Bagaimana desain nantinya bukan bekerja di jamannya saja tetapi juga justru
bisa melampaui jamnnya. Sehingga pemikiran-pemikiran yang inovatif harus terus dihadirkan
untuk menghadirkan strategi yang dapat mengatasi segala perubahan akan lingkungan.
II.2.4.2 Sifat Fleksibilitas Ruang
Setiap bangunan berpotensi untuk mengakomodasi beberapa perubahan. Namun, tidak
semua bangunan memiliki unsur fleksibel dan tidak semua bangunan dapat pula
memungkinkan terjadinya perubahan guna. Sebagian besar bangunan memiliki ukuran dan
peletakan elemen-elemen seperti jendela dan pintu yang permanen. (Kronenburg, 2007:13).
Ukuran dan letak elemen-elemen bangunan
yang sifatnya permanen ini kemudian menghambat kefleksibelan suatu bangunan. Ruangruang yang luasannya besar cenderung untuk lebih fleksibel dibandingkan dengan ruang yang
luasannya kecil, lose spaces are places of possibility (Franck,2008).
Menurut Kronenburg, bangunan yang fleksibel adalah bangunan yang dapat
mengakomodir kegiatan-kegiatan penghuni dan sangat memungkinkan terjadi perubahan
dalam bangunan (Kronenburg, 2007,7). Berkembangnya kreativitas manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhannya agar lebih baik adalah salah satu faktor yang kemudian
mempopulerkan arsitektur fleksibel. Where functional problems have necessisated a
responsive, built environtment.flexible architecture has formed at least a part of the solution
(Kronenburg, 2007,11).
Salah satu kriteria bangunan fleksibel adalah memiliki kapasitas untuk berubah, baik
struktur ruang ataupun kegunaan yang general dibandingkan denganruang-ruang dengan
kegunaan yang spesifik, flexible layouts are those in which the structure is easy to change to
accomodate different needs (Lang, 1987:119). Fleksibilitas dalam arsitektur telah menjadi
perdebatan sejak munculnya revolusi industri. Perdebatan tersebut berakhir pada dua definisi
tentang fleksibilitas.
Fleksibilitas adalah kondisi saat arsitek mendesain bangunan dengan komplit, sehingga
unsur fleksibilitas sudah termasuk di dalamnya.
Fleksibilitas adalah kondisi saat membiarkan bangunan sebagai karya yang belum selesai
(incomplete) untuk kemudian berkembang dimasa depan sesuai kebutuhan penghuni.
Kesimpulan
Secara keseluruhan pada kajian ini mengutarakan bahwa
mengalami
perubahan
dari
masa
ke
masa,
dimana
panjang
dengan
kemampuan
mengakomodir
terjadinya
tiga
acuan
yang
diantaranya
adalah
ekspansibilitas
(perluasan),
konvertibilitas
(perubahan)
dan
versatibilitas
(multifungsi).
3. Low Window to Wall Area Ratio (S/W), merupakan rasio besaran jendela
atau bukaan yang digunakan pada rancangan bangunan khususnya pada
bagian dinding, hal ini sangatlah berpengaruh terhadap pencahayaan,
penghawaan, dan pemandangan.
5. Nocturnal Cooling, atau dapat dikenal dengan night flush cooling yang
berfungsi sebagai ventilasi untuk mendingkan bangunan pada malam hari
agar siang harinya bangunan siap menerima panas dari luar bangunan
dengan kondisi temperatur yang rendah.
10. Double Facades and Buffer Space, berfungsi sebagai secondary skin atau
lapisan kedua pada bangunan. Dengan menggunakan sistem ini maka
dapat memanfaatkan ruang antara kedua kulit bangunan sebagai penyaring
suhu panas yang masuk pada bangunan.
11. Central Atria and Lobbies, menggunakan atrium atau lobby yang besar
pada rancangnya agar dapat memusatkan penghawaan pada titik tersebut
seperti mengarahkan udara dingin yang masuk lalu membuangnya yang
keluar melalui atrium, lobby atau void tersebut.