Analisis Kemampuan Lahan
Analisis Kemampuan Lahan
terdapat di Desa Donowarih. Kemampuan lahan itu sendiri adalah kemampuan suatu lahan
untuk digunakan sebagaiusaha pertanian yang paling intensif yang termasuk juga tindakan
pengelolaannyatanpa menyebabkan tanahnya menjadi rusak dalam jangka waktu yang
terbatas. Agar pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dapat optimal dan
berkesinambungan maka diperlukan lahan yang mendukung, yaitu lahan yang memiliki
kemampuan yang baik, dengan sifat fisik dan kimianya sesuai untuk kebutuhan tanaman.
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya dapat merusak lahan serta
menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Analisis kemampuan lahan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui
potensi suatu lahan. Dari analisis ini akan didapatkan penilaian terhadap potensi lahan yang
nantinya akan menjadi acuan untuk menentukan pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang
benar. Selain itu, analisis kemampuan lahan juga dapat digunakan untuk mendukung proses
dalam penyusunan renacana penggunaan lahan di suatu wilayah. Menurut Surat Keputusan
Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria
dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi, terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi kriteria penetapan fungsi lahan yang dinilai sebagai penentu kemampuan
lahan, yaitu :
1. Kelerengan
Faktor kelerengan dapat mempengaruhi analisis kemampuan lahan dengan
penentuan fungsi lahan yang memiliki kriteria datar, landai, agak curam, curam,
dan sangat curam.
Tabel ?.? Klasifikasi dan Nilai Skor Menurut Kelerengan Lahan
Kelas
I
II
III
IV
V
Kelerengan (%)
0-8
8 - 15
15 - 25
25 - 40
> 40
Klasifikasi
Datar
Landai
Agak curam
Curam
Sangat curam
Nilai skor
20
40
60
80
100
Jenis tanah
Aluvial, Glei, Planosol, Hidromerf, Laterik air tanah
Latosol
Brown forest soil, non calcic brown mediteran
Androsol, Laterit, Grumusol, Podsol, Podsolic
Regosol, Litosol, Organosol, Rensina
Klasifikasi
Tidak peka
Kurang peka
Agak peka
Peka
Sangat peka
Nilai skor
15
30
45
60
75
3. Intensitas hujan
Faktor intensitas hujan mempengaruhi analisis kemampuan lahan untuk penetapan
fungsi lahan suatu kawasan berdasarkan intensitas hujan yang dihitung dalam
satuan mm/hari.
Intensitas Hujan
(mm/hari)
Klasifikasi
Nilai skor
I
II
III
IV
V
0 - 13,6
13,6 - 20,7
20,7 - 27,7
27,7 - 34,8
> 34,8
Sangat redah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
10
20
30
40
50
Kemudian penetapan fungsi kawasan dilakukan dengan menjumlahkan nilai skor dari
ketiga faktor yang dinilai pada setiap satuan lahan. Besarnya jumlah nilai skor tersebut
merupakan nilai skor kemampuan lahan untuk masing - masing satuan lahan. Kemudian
setelah skor dijumlahkan maka ditetapkan penggunaan lahan pada setiap kawasan dengan
kriteria:
1. Kawasan Fungsi Lindung
Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan sumberdaya alam air,
flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar
sumber mata air, alur sungai, dan kawasan lindung lainnya sebagimana diatur dalam
Kepres 32 Tahun 1990. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi
lindung, apabila besarnya skor kemampuan lahannya 175, atau memenuhi salah
satu/beberapa syarat berikut :
a.
b.
Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol,dan renzina)
dengan kemiringan lapangan lebih dari 15 %
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung
dan berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan fungsi lindung dan kawasan
fungsi budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun
campur dan lainnya yang sejenis. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan
fungsi penyangga apabila besarnya nilai skor kemampuan lahannya sebesar 125 -174
dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut :
a.
b.
c.
Variabel
Kelerengan
Jenis Tanah
Intensitas Hujan
Kelerengan
Jenis Tanah
Intensitas Hujan
Interval
8 15 %
Litosol
> 34,8
8 15 %
non calcic brown mediteran
> 34,8
Skor
40
30
50
40
45
50
Jumla
h
Fungsi Kawasan
120
Kawasan Penyangga
135
Kawasan Penyangga
Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis kemampuan lahan yang dengan faktor
kelerengan, jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi, dan intensitas hujan total skoring
kemampuan lahan Desa Donowarih memiliki jumlah nilai sebesar 120 dan 135. Hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa seluruh lahan yang terdapat di Desa Donowarih memiliki fungsi
lahan sebagai Kawasan Penyangga. Kawasan penyangga di Desa Donowarih memiliki
kelerengan tidak lebih dari 15% dengan klasifikasi lahan landai dan jenis tanah kompleks
mediteran coklat kemerahan dan lisotol yang dengan klasifikasi kepekaan terhadap erosi
untuk tanah litosol kurang peka dan jenis tanah kompleks mediteran coklat memiliki tingkat
kepekaan agak peka. Jenis tanah di Desa Donowarih tersebut cocok untuk budidaya seperti
hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras),kebun campur dan lainnya yang sejenis.
Kondisi kelerengan Desa Donowarih dengan kelerengan sebesar 8-15% dengan klasifikasi
lahan landai juga dapat digunakan sebagai kawasan pertanian dan permukima namun
pengolahannya harus sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku karena jika terjadi kesalahan
dalam pengolahannya dapat menimbulkan bahaya longsor.
Kesesuaian lahan merupakan penilaian
seharusnya, karena peruntukan lahan tidak terbangun di Desa Donowarih terletak pada
kelerangan 8-15 % atau kelerengan tingkat II (landai), meskipun masih mungkin terjadi erosi.
Tabel ?.? Matriks Kesesuaian Lahan Desa Donowarih
Fungsi Kawasan
Penyangga
Karakteristik Kawasan
Keadaan fisik satuan lahan
Donowarih
permukiman di
dilakukan budidayasecara
digunakan sebagai
Desa
ekonomis.
Lokasinya secara ekonomis
permukiman,
Donowarih telah
perkebunan, dan
sesuai dengan
pertanian.
Permukiman dan
fungsi kawasan
penyangga.
Tidak merugikan dilihat
perkebunan
di atas
dibangun dengan
dari segi
kelerengan 8-
kelerengan lahan
ekologi/lingkungan hidup
berkisar antara 8
sebagai kawasan
Kesesuaian Lahan
Lahan
memungkinkan untuk
mudah dikembangkan
Kondisi Eksisting
Lahan di Desa
yang dibangun
15%
Lahan tidak
15%
Nilai kelerengan
terbangun di
lahan di wilayah
Donowarih telah
Desa Donowarih
174
digunakan
berdasarkan hasil
sebagai kawasan
lindung dan
-135
kawasan
kawasan penyangga
Memiliki nilai kemampuan
Desa
budidaya
contohnya
perkebunan dan
hutan produksi
Sumber:Hasil Analisis 2012
7.2.4
lahan terbangun dan tak terbangun. Sebagian besar lahan di desa ini merupakan lahan tak
terbangun dengan luas 1137,598 ha sedangakan lahan terbangunnya seluas 160,42 ha
dengan perbandingan lahan terbangun dan tak terbangun dari Desa Donowarih adalah 12 : 88.
Jenis Lahan
Luas (Ha)
1.
Lahan Terbangun
160,42
2.
Lahan Tak Terbangun
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis (2012)
1137,598
1.298,018
Lahan Terbangun
Lahan Tak Terbangun
88%
Lahan terbangun yang terdapat di Desa Donowarih meliputi permukiman dan sarana
sedangkan lahan tak terbangunnya meliputi hutan, pemakaman, perkebunan, ladang dan
sawah.
Tabel ?.? Penggunaan Lahan Desa Donowarih
Luas
Lahan
(ha)
Prosentas
e (%)
146,6
11,290
Peribadatan
0,7
0,054
Pergudangan
1,2
0,092
2,46
0,190
4,8
0,370
3,57
0,275
0,077
0,09
0,007
Bentuk Peruntukan
Terbangun (160,42
ha)
Permukiman
Industri
Pemerintahan
Pelayanan Umum
dan
Perkebunan
Ladang
Pemakaman
Hutan
Persawahan
Total
Sumber: RPJM Desa Donowarih
24,771
1,910
289,9
22,335
0,463
660
50,848
156,927
12,091
1297,988
100
Fakta
Tingkat perbandingan
penggunaan lahan
terbangun dan tak
terbangun 12,4 : 87,6
Analisis
Tingkat perbandingan lahan terbangun dan tidak
terbangun di Desa Donowarih menunjukkan
perbandingan yang tinggi, dimana lahan tidak
terbangun lebih mendominasi yaitu berupa
hutan. Sebagian besar kawasan Desa
Donowarih berupa hutan dengan persentase
sebesar 87,6%, sedangkan lahan terbangunnya
hanya sebesar12,4%. Kawasan permukiman di
Desa Donowarih terpusat di dusun Karangan,
sedangkan untuk lahan tidak terbangun yaitu
hutan sebagian besar terdapat di dusun
Borogragal.
untuk
menunjang
tertutup oleh hutan dengan luas 660 ha adalah masuk wilayah dari Desa
Donowarih.