Anda di halaman 1dari 15

ENSEFALITIS

Definisi
&
klasifikasi

Ensefalitis peradangan atau inflamasi pada otak (Encephalon)


Ensefalitis mempunyai dua bentuk, yang dikategorikan oleh dua cara virus
dapat menginfeksi otak:
a. Ensefalitis primer. Hal ini terjadi ketika virus langsung menyerang otak dan
saraf tulang belakang. Hal ini dapat terjadi setiap saat (ensefalitis sporadis),
sehingga menjadi wabah (epidemik ensefalitis).
b. Ensefalitis sekunder. Hal ini terjadi ketika virus pertama menginfeksi bagian lain
dari tubuh kemudian memasuki otak.

Epidemiologi

Etiologi

Endemik di daerah Asia (Jepang, Filipina, Taiwan, Korea, China, Indo- China,
Thailand, Malaysia, Indonesia).
35.000/tahun kasus Japanese encephalitis di Asia. 2000 kasus encephalitis
herpes simpleks di AS
Angka kematian berkisar 20-30%.
Paling sering terinfeksi (encephalitis herpes simpleks)usia neonatus, 5-30 tahun,
dan di atas 50 tahun, dengan masa inkubasi 4-6 hari.
Paling sering terinfeksi (Japanese encephalitis ) Anak usia 1-15 tahun

Infeksi bakteri dan parasit seperti toksoplasmosis dapat menyebabkan


ensefalitis pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
infeksi virus herpes , termasuk: Herpes simpleks virus. Ada dua jenis
virus herpes simpleks (HSV) infeksi. HSV tipe 1 (HSV-1) lebih sering
menyebabkan cold sores lepuh demam atau sekitar mulut Anda. HSV tipe
2 (HSV-2) lebih sering menyebabkan herpes genital. HSV-1

merupakan penyebab paling penting dari ensefalitis sporadis yang fatal


di Amerika Serikat, tetapi juga langka. Varicella-zoster virus, Virus ini
bertanggung jawab untuk cacar air dan herpes zoster. Hal ini dapat
menyebabkan ensefalitis pada orang dewasa dan anak-anak, tetapi
cenderung ringan. Virus Epstein-Barr , Virus herpes yang menyebabkan
infeksi mononucleosis. Jika ensefalitis berkembang, biasanya ringan,
tetapi dapat berakibat fatal pada sejumlah kecil kasus
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I

Transmisi

Gejala

klinis

Gejala trias ensefalitis adalah demam, kejang dan kesadaran menurun


Ciri khas ensefalitis virus herpes simpleks progresivitas perjalanan penyakitnya.
Mulai dengan sakit kepala, demam dan muntah-muntah. timbul acute organic
brain syndrome yang cepat memburuk sampai koma. Sebelum koma dapat
ditemukan hemiparesis atau afasia. Dan kejang epileptik dapat timbul sejak
permulaan penyakit.
Ciri khas ensefalitis primer arbo-virus perjalanan penyakit yang bifasik. Pada
gelombang pertama gambaran penyakitnya menyerupai influenza yang dapat
berlangsung 4-5 hari. Sesudahnya penderita merasa sudah sembuh. Pada minggu
ketiga demam dapat timbul kembali. Dan demam ini merupakan gejala pendahulu
bangkitnya manifestasi neurologic, seperti sakit kepala, nistagmus, diplopia,
konvulsi dan acute organic brain syndrome

Pemeriksa
an

Pemeriksaan Penunjang untuk Ensefalitis


No

Jenis
pemeriksa

Penunjang
1

an
Blood

EEG

Neuroimagin

Organism-spesific titers
Chemistries
Vasculities screen
Cultures
Smears

Biasanya dijumpai kelainan non spesifik. Memperlihatkan proses


inflamasi yang difuse bilateral dengan aktivitas rendah

1. CT Scan: Adanya kelainan fokal didaerah temporal mungkin


dapat dijumpai akibat adanya HSE (herpes simpleks ensefalitis),
tetapi sayangnya tidak dijumpai pada awal penyakit. Gambaran
kalsifikasi intrakranial mungkin dapat disebabkan oleh karena
cytomegalovirus

atau

toxoplasmosis,

tapi

mungkin

juga

gambaran dari tuberculosis atau sistiserkosis.


MRI Brain imaging berupa MRI dari ensefalitis herpes simpleks.

Terlihat keterlibatan dari lobus temporal

Miscellaneou

Culture of other body fluid

s
Urinalysis

Cerebrospin

Biopsy (skin, GI tract, CNS)


Echocardiogram
Chest x-ray
Electrocardiogram
Cell count

al fluid
Protein
Glucose
PCR (specific nucleic acid)
Paired antibody test
Cytologi
Cultures
Stain

Diagnosis
Banding

Diagnosis banding dari ensefalitis antara lain:


Other CNS infection: meningitis, cerebritis, abcess
Tumor : carcinoma, lymphoma

P
E
N
A
T

Subdural hematoma
Vascular disease (stroke, vasculitis)
Collagen Vascular disease
a. Terapi Umum:
1. Tirah baring total.
2. Bila diperkirakan infeksi akibat enterovirus hendaknya hygiene perorangan
diperhatikan.
3. Nyeri kepala dan panas yang tinggi perlu penanganan dengan pemberian

antipiretik untuk dapat diberikan acetaminophen/parasetamol.


4. Jika terdapat kenaikan intracranial dapat dilakukan:
i.
Kepala penderita dielevasi 300
ii.
Batasi pemberian cairan
iii.
Lakukan hiperventilasi sampai PCO2 mencapai 25 mmHg
iv.
Berikan:
1. Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-

60 menit, diulang setiap 8-12 jam.Gliserol, melalui pipa nasogastrik,

0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk, dapat

diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama


2. Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
5. Bila kejang, dapat diberikan:
i.
Phenytoin
ii.
Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu

A
L
A

A
A
N

diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3


menit.

6. Memperbaiki homeostatis : infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S


(tergantung umur) dan pemberian oksigen.
b. Pengobatan khusus.
1. Pengobatan kausatif. Sebelum berhasil menyingkirkan

etiologi

bakteri

diberikan antibiotik parenteral. Pengobatan untuk ensefalitis karena infeksi


virus herpes simplek adalah Acyclovir intravena, 10 mg/kgbb sampai 30
mg/kgbb per hari selama 10 hari.
2. Interferon: Zat ini menghambat replikasi virus. Dapat diberikan secara
intravena, intratekhal atau intraventrikuler pada rabies
c. Non farmakologis
1. Fisioterapi dan upaya rehabilitatif

2. Makanan tinggi kalori protein


Lain-lain: perawatan yang baik, konsultan dini dengan ahli anestesi untuk pernapasan
buatan.
Pencegaha
n

1. Imunisasi, seperti MMR atau HiB


2. Status gizi juga harus baik
Melindungi diri dari organisme vektor. Vektor utama nyamuk Culex dengan
memusnahkan nyamuk dewasa dan tempat pembiakannya. Vektor komponen
fisik/alam (udara dan air) memastikan tidak terpapar langsung Operasi Seksio

Komplikasi

sesaria pada ibu dengan infeksi HSV


a. Susunan saraf pusat: kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik, penglihatan dan
pendengaran
b. Sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat
secara menetap
c. Gejala
sisa
berupa

defisit

neurologik

(paresis/paralisis,

pergerakan

koreoatetoid), hidrosefalus maupun gangguan mental sering terjadi.


d. Komplikasi pada bayi biasanya berupa hidrosefalus, epilepsi, retardasi mental
karena kerusakan SSP berat.
Prognosis

Perjalanan penyakit pada ensefalitis tergantung dari macam virus, umur


penderita dan keadaan umum penderita. Infeksi in utero sering mempengaruhi
pertumbuhan otak dan menyebabkan gejala sisa atau sekuel yang permanen seperti
gangguan motorik dan mental, kebutaan, tuli dan epilepsi. Warren dan Mettews
menyebutkan gejala sisa neurologi berkisar antara 5-75% pada penderita yang

terserang Japanese encephalitis dan HSE terutama pada anak-anak. Mortalitas akibat
infeksi virus cukup tinggi. Rabies dapat mencapai 100%, HSE 40-75%, Japanese
encephalitis 10-40%, measles 10-20%, varisela 10-30%, Mumps < 1%.4
Prognosis

sukar

diramalkan

tergantung

pada

kecepatan

dan

ketepatan

pertolongan dan penyulit yang muncul.


1. Sembuh tanpa gejala sisa
2. Sembuh dengan gangguan tingkah laku/gangguan mental
3. Kematian bergantung pada etiologi penyakit dan usia penderita

TENSION HEADACHE
Definisi
&
klasifikasi

Etiologi

Tension headaches atau lebih dikenal sebagai tension-type headaches(selanjutnya


akan disebut sebagai TTH) pemberian nama oleh International Headache Society pada
tahun 1988, adalah nyeri kepala yang paling sering dalam pembagian dari nyeri kepala.
Rasa nyeri menjalar dari mata ke dahi lalu ke arah atas telinga hingga ke bagian dari
belakang leher hingga ke pundak.TTH adalah nyeri yang meliputi hingga 90% dari semua
tipe nyeri kepala Cuma 3% dari seluruh populasi didunia yang menderita TTH Kronis
o Tension (ketegangan) dan stress
o Tiredness

o
o
o
o
o
o

Anxiety
Lama membaca, mengetik atau konsentrasi (eye strain)
Postur yang buruk
Jejas pada leher dan spine
Tekanan darah tinggi
Physical dan stress emotional

Pain
and Nyeri TTH seringkali dideskripsikan sebagai rasa tekan (terikat) yang konstan, kepala
possible
bagaikan di ikat oleh tali.Rasa nyeri yang muncul seringkali bilateral (dua sisi ), dimana
symptoms
yang artinya terjadi rasa tertekan pada kedua badian kepala pada saat yang bersamaan.
Nyeri khas TTH dari ringan hingga sedang, tapi bisa hingga berat.
Criteria
diagnosis

Menurut International Headache Society Classification, TTH terbagi atas 3, yaitu


1.Episodic tension-type headache,
2.Chronic-tension type headache, dan
3. Headache of the tension type not fulfilling above criteria
Klasifikasi:
o Infrequent episodic tension-type headache
Deskripsi: Nyeri kepala episodic yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai
beberapa hari. Nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan
sampai sedang.Nyeri tidak bertambah pada aktivitas fisik rutin, tidak didapatkan mual
tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.
Kriteria diagnostik:
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1 hari/bulan ( < 1
hari/tahun ) dan memenuhi kriteria B-D

B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari


C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral
2. Menekan/mengikat (tidakberdenyut)
3. Intesitasnya ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
D. Tidak didapatkan
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
o Frequent episodic tension-type headache
Deskripsi: nyeri kepala berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyerikepala
bilateral menekan atau mengikat, tidak berdenyut, intensitas ringan atau sedang, tidak
bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin, tidak ada mual/muntah, tetapi mungkin
terdapat fotofobia/fonofobia.
Kriteria diagnostic:
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan selama paling
tidak 3 bulan (12-180 hari/tahun) dan memenhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari
C. Nyerikepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral
2. Menekan/mengikat (tidakberdenyut)
3. Intesitasnya ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
D. Tidak didapatkan
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
o Chronic tension-type headache

Deskripsi: Nyeri kepala yang berasal dari Episodic Tension Type Headache (ETTH),
dengan serangan tiap hari atau serangan episodic nyeri kepala yang lebih sering yang
berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala bersifat bilateral,
menekan atau mengikat dalam kualitas dan intensitas ringan atau sedang, dan nyeri
tidak bertambah memberat dengan aktivitas yang rutin.Kemungkinan terdapat mual,
fotofobia atau fonofobia ringan,
Kriteriadiagnostik:
A. Nyerikepalatimbul 15 hari/bulan, berlangsung> 3 bulan ( 180 hari/tahun)
danjugamemenuhikeriteria B-D
B. Nyerikepalaberlangsungbeberapa jam atauterusmenerus
C. Nyerikepala paling tidakterdapat 2 gejalakhas:
1. Lokasi bilateral
2. Menekan/mengikat (tidakberdenyut)
3. Intesitasnyaringanatausedang
4. Tidakdiperberatolehaktivitasrutinsepertiberjalanataunaiktangga
D. Tidakdidapatkan
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
o Probable tension-type headache
Penderita yang dapat memenuhi criteria diagnosis TTH dan dapat bercampur dengan
salah satu criteria Probable migren
Penanganan
Tension
Type
Headache

Terapi Farmakologis
o Pada serangan akut
1. Analgetik
: aspirin 1000 mg/hari, acetaminophen 1000 mg/hari,
NSAIDs

(Naproxen

660-750mg/hari,

Ketoprofen

25-50

mg/hari,

Tolfenamic 200-400 mg/hari, asam mefenamat, fenoprofen, ibuprofen

800 mg/hari, diclofenac 50-100 mg/hari). Pemberianan algetik dalam


waktu lama dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal, penyakit
ginjal dan hepar, gangguan fungsi platelet
2. Caffein (analgetik ajuvan) 65 mg
3. Kombinasi: 325 aspirin, acetaminophen + 40 mg caffein
o Pada tipe kronik
1. Antidepresan
Jenis trisiklik: amitriptilin, sebagai obat terapeutik maupun sebagai
pencegahan tension type headache. Obat ini mempunyai efek analgetik
dengan cara mengurangi firing rate of trigeminal nucleus caudatus. Dalam
jangka lama semua trisiklkik dapat menyebabkan penambahan berat badan
(merangsang nafsu makan), mengganggu jantung, hipotensi ortostatik dan
efek antikolinergik seperti mulut kering, mata kabur, tremor, dan dysuria,
retensiurin, konstipasi
2. Antiansietas
Baik pada pengobatan kronik dan preventif terutama pada penderita
dengan

komborbid

ansietas.Golongan

benzodiazepine

sering

dipakai.Kekurangannya obat ini bersifat adiktif, dan sulit dikontrol sehingga


-

dapat memperburuk nyeri kepalanya.


Terapi Non-Farmakologis
o Kontrol diet
o Terapi fisik
o Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedative, ergotmin
o Behaviour treatment

Pengobatan fisik:
1. Latihan postur dan posisi
2. Massage, ultrasound, manual terapi, komprespanas/dingin
3. Akupuntur, TENS (transcutaneous electrical stimulation.
Terapi Behaviour
Bisa melakukab Biofeedback, stress management therapy, reassurance,
konseling, relaxation therapy, cognitive behavior therapy.
Harus diberikan penerangan yang

jelas mengenai patofisiologisederhanadan

pengobatannya dan tension type headache bukanlah penyakit yang serius seperti
tumor otak, perdarahan otak dan sebagainya sehingga dapat mengurangik
ketegangannya
PenangananPsikologis
Dalam hal ini harus diberikan penerangan agar penderita bisa menerima hasil
yang didapat yang cukup realistis
-

Terapi preventif farmakologis


Indikasi:
Perlu diberikan pada penderita yang sering mendapat serangan nyeri kepala
pada Tension type headache episodic dan serangan yang lebih dari 15 hari dalam
satu bulan (chronic tension type headache).

Prinsip-prinsip pengobatan yang dipilihkan:


1. Obat berdasarkan lini pertama (first line) efektivitas, efek samping dan
komorbid penderita
2. Mulai dengan dosis rendah, dinaikkan sampai efektif atau tercapai dosis
maksimal
3. Obat diberikan dalam jangka waktu seminggu/lebih
4. Bisa diganti dengan obat yang lain bila obat pertama gagal
5. Sedapat mungkin mono terapi
Pilihan pertama untuk terapi preventif adalah antidepresan trisiklik, amitriptilin
(dosis dimulai dari 10-25mg pada malam hari, jikadosis tersebut belum memberikan
efek, dosis dapatditingkatkan secara gradual menjadi 125 mg. Preparat lain yang
dapat digunakan sebagai profilaksis terutamaCTTH episodic dan migren adalah
sodium valproate, venlafaxine, atau topiramat dengan dosis yang sama pada
preventif migren.

Anda mungkin juga menyukai