Anda di halaman 1dari 15

Manajemen kesulitan sumber jalan nafas dan penggunaan capnografi di

ICU Jepang : Sebuah penelitian nasional cross-sectional


Yuko Ono1,4, Koichi Tanigawa2,3, Kazuaki Shinohara4, Tetsuhiro Yano1, Kotaro
Sorimachi1, Lubna Sato1, Ryota Inokuchi5, Jiro Shimada1, Choichiro Tase1.

Abstrak
Tujuan avaibilitas dari sulitnya manajemen sumber jalan nafas dan sejauh
mana penggunaan kapnometri di ICU Jepang tetap tidak jelas. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengklarifikasi apakah: (1) Sumber DAM yang tidak
adekuat dan (2) Penerapan kapnometri secara rutin di ICU Jepang.
Metode penelitian nasional cross-sectional ini dilakukan dari September
2015 sampai Februari 2016. Semua ICU mendapat kuesioner tentang sumber DAM
dan penggunaan kapnometri. Ukuran hasil yang tersedia : (1) 24 jam cakupan
cadangan dirumah (2) Alat jalan nafas supraglotis (3) sebuah keranjang DAM
khusus (4) alat bedah jalan nafas dan (5) penggunaan rutin dari kapnometri untuk
verifikasi penempatan pipa dan untuk melanjutkan monitoring dari pasien yang
ketergantungan ventilator. Hubungan antara hasil penelitian ini dan jenis ICU
(akademik, volume tinggi, tertutup, bedah) juga dianalisa.
Hasil dari 289 ICU, 196 (67,8%) mengembalikan kuesioner dengan
lengkap. Di rumah cakupan cadangan dan alat pembedahan jalan nafas tersedia
tinggi (89,3 dan 95,9%) tapi SGA dan dedikasi keranjang DAM tidak ada (60,2 dan
60,7%). Penggunaan rutin dari kapnometri untuk mengkonfirmasi penempatan pipa
dilaporkan 55,6 % dari ICU dan paling tinggi pada ICU tertutup (67,2%, p=0,03).
Rata-rata lanjutan monitoring capnography juga 55,6% dan paling tinggi di ICU
akademik (64,5%, p=0,04).
Kesimpulan di ICU jepang, SGA dan dedikasi keranjang DAM kurang
tersedia,

dan

kapnometri

tidak

menyeluruh

diterapkan

walaupun

untuk

mengkonfirmasi penempatan pipa, atau untuk melanjutkan monitoring dari ventilasi


pasien. Penelitian ini membutuhkan perbaikan.

Kata kunci: penempatan jalan nafas, kapnometri, alat jalan nafas supraglotic,unit
penyimpanan portable, survey postal.
Pendahuluan
Jumlah kasus ICU di jepang berkembang cepat. Berdasarkan data dari
kementerian kesehatan jepang,perburuhan dan kesejahteraan, jumlah kasus ICU
telah meningkat sekitar 50% di beberapa tahun terakhir. Dengan berkembangnya
kasus ICU, intubasi endotrakheal di ICU menjadi paling sering. Bagaimanapun
intubasi endotrakheal pada pasien kritis merupakan sebuah tantangan prosedur
karena pasien-pasien sedikit mengalami gangguan psikologis. Beberapa ETI
memiliki komplikasi termasuk hipoksia, intubasi esophageal, aspirasi, henti
jantung, sering terjadi di ICU, khususnya ketika berhubungan dengan DAM. Ratarata kesulitan ETI pada ruangan ICU berkisar 10-21%, yang mana lebih tinggi dari
pada rata-rata di ruang operasi. Karena komplikasi ETI terkait di ICU adalah
dihubungkan dengan tindakan sangat penting di ICU terutama tindakan dan akan
menjadi pembicaraan hangat di area ntensif.
Akses yang kuat dan peralatan yang bagus adalah elemen vital dari
DAM.keterbatasan alat pada DAM paling sering menyeabkan komplikasi di ICU.
Rekomendasi dari para ahli tentang penggunaan alat DAM di ICU sama dengan
alat yang digunakan di ruang operasi. Algoritma manajemen airway yang
diputuskan oleh JSA, ASA dan DAS tentang penggunaan standar DAM diruang
operasi. Kalau didaerah jepang biasanyamenggunakan helikopter sebagai
kendaraan

emergency

yang

sangat

direkomendasikan

oleh

guidliness

ini.bagaimanapun informasi yang objektif biasanya tersedia antara manusia dan


peralatan di Jepang,antara ruang ICU dengan OR standar.
Lokasi pemasangan ETT biasanya merupaka strategi lain dari DAM.
Kapnometri lebih sensitif dan spesifik dari auskultasi untuk melihat posisi
pemasangan intubasi di tatalaksana emergency.pada manajemen pasien yang
tergantung ventilator biasanya posisi ETT dan kedalamannya sangat vital karena
akan

menyebabkan

kehilangan

patensi

airway

sebagai

konsekuensinya.

Bagaimanpun berdasarkan penelitian nasional di United Kingdom, monitoring

berkelanjutan dari capnography mulai dari intubasi sampai ekstubasi sangat di


anjurkan di ICU sama berharganya diruang operasi. Bagaimanapun penggunaan
capnography untuk mengidentifikasi posisi ETT dan monitoring pasien
berkelanjutan di ICU Jepang tidak terlalu bagus. Meskipun demikian penelitian ini
kami mengidentifikasi : 1. Availabilitas dari peralatan DAM dan menjelaskan
komunikasinya 2.guidliness antara ASA, mencari sumber terbaik. 3. Status
berkelanjutan dari penggunaan capnography untuk intubasi dan penggunaan
capnography untuk menilai ventilasi secara berkelanjutan di Jepang.
Metode dan material
Penelian cross secsional telah dilakukan secara luas dari September 2015
hingga februari 2016. Setelah disetujui oleh Universitas Kedokteran Fukushima
mengenai gambaran dasar quesioner dengan administrasi mandiri melalui email ke
direktur semua ICU (289 rumah sakit dari 47 provinsi) terdaftar sebagai fasilitas
pelatihan bersertifikasi oleh persatuan Intensive Care di Jepang pada november
2015. Kriteria JSCIM-ICU bersertifikasi yaitu: independen, fasilitas divisi klinik
sentral. Satu atau lebih dedikasi JSCIM sertifikasi dasar staff ICU. > 4 krieria
perawatan tempat tidur. Di Jepang, akses JSICM pada 24 maret 2016 dengan
konstitusi bersertifikasi ICU setengah dari semua kamar ICU di Jepang
Bahan Penelitian
Pertanyaan pada quesioner dipilih dengan mengganti penelitian yang
dilakukan sebelumnya di negara lain dengan pengaturan yang sama dan institusi
kegawatdaruratan dan pengaturan berbeda pada unit.
Versi bahasa inggris dari quesioner telah disiapkan sebagai pelengkap.
Bahan penelitian termasuk informasi mengenai jumlah tempat tidur dirumah sakit,
temoat tidur ICU, dan ketersediaan peralatan di ICU sebagai berikut:
1. Laringoskop langsung dan bahan-bahan penunjang (curve blade, straight
blade, laringosskop Mc Coy, introducer, spray lokal anastesi)
2. Perlengkapan intubasi alternatif (fiberscope felksibel, kit intubasi, dan
perlengkapan pembedahan jalan nafas

3. Perlengkapan alternatif jalan nafas (supraglotik airway (SGA), dan


oral/nasal airway)
4. Kapnometri
5. Paket unit portabel meliputi it PAM
6. Agen neuromuskular untuk memfasilitasi ETT dan agen pengganti
(sugarmadex, neostigmine, flumazenil dan menaloxone)
Pada penelitian ini, tipe ICU dibagi menjadi akademik atau komunitas,
tertutup atau tidak, jumlah penuh atau tidak, kedaruratan atau pembedahan atau tipe
lain termasuk medis, campuran dan PICU. Akademik ICU didefinisikan sebagai
unit yang bekerjasama dengan universitas. ICU tertutup didefinisikan sebagai unit
yang memindahkan semua pasien kepada tim unit intensif, yang menerima pasien
untuk dirawat dengan menjadi penanggungjawab utama untuk rencana terapi dan
perawatan pasien. ICU tidak tertutup didefinisikan sebagai unit intensif yang
menyediakan ahli dengan elektif atau perintah konsultasi tanpa tanggungjawab
utama terhadap perawatan pasien. ICU jumlah penuh didefinisikan sebagai unit
teratas dari pasien yang terdaftar setiap tahunnya. ICU gawatdarurat didefinisikan
sebagai unit yang kebanyakan pasiennya berasal dari unit gawat darurat dan psien
dengan keadaan akut, atau pembedahan termasuk trauma, luka bakar, intoksikasi,
penyakit jantung koroner dan stroke. ICU pembedahan didefinisikan sebagai unit
yang sebagian besar pasien dari ruang operasi, dan perawatan pasca operasi
Quesioner selalu menanyakan tentang ketersediaan laringoskop langsung
dan perlengkapan alternatif ventilasi dengan ukuran yang bervariasi. Produk
dengan laringoskop video rigid dengan SGA. Perlengkapan jalan nafas bedah
dikategorikan sebagai cricotiroidotomi kit, yang dilengkapi scalpel dan hemostat.
Bila kapnometri tersedia dpaat digunakan untuk memastikan letaknya.Bila
keranjang DAM didedikasikan untuk ditampilkan di ICU, akan ditanyakan pada
responden untuk menspesifikkan. Juga selalu diminta informasi dari nomor yang
sering digunakan oleh staf ICU selama sehari atau larut malam meskipun saat
dirumah (obat anestetik atau obat darurat) dapat ditutupi bila staf dapat dipanggil
selama jam larut malam meskipun staf dokter masih bersertifikasi dasar. Residen
senior (tamat 3 tahun atau lebih) dimasukkan sebagai staf ICU tetapi bila residen
junior dapat dipertimbangkan. 24 jam dirumah dapat ditutupi bila:

a. 2 atau lebih dokter selalu bekerja hingga larut malam


b. Keberadaan dirumah dapat ditutupi hingga larut malam oleh dokter dengan
sertifikasi dasar didefinisikan berdasarkan japanese medikal specialy board
criteria, ICU tidak menerima untuk survey primer mengirim pesan berulang
pada Januari 2016
Hasil perhitungan
Hasil penelitian ini ditujukan untuk ketersediaan 24 jam dirumah terpenuhi,
SGA, kereta DAM, perlengkapan alat bantu jalan nafas, kapnometri untuk
memastikan ETT dan dilanjutkan dengan capnografi sebagai monitoring pada
pasien dengan ketergantungan ventilator. Hal yang terpenting adalah DAM menurut
JSA, ASA dan DAS sebagai panduan managemen jalan nafas. Ketersediaan
kelengkapan alat bedah jalan nafas yang ditetapkan sepertikit crichotiroidotomi
atau sebuah scalpel dan hemostat disediakan di ICU.
Analisa Statistik
Pertama, semua bahan penelitian di evaluasi dengan menggunakan statistic
deskripsi dan dihubungkan antara hasil utama sumber DAM dan penggunaan
kapnometri serta tipe ICU (akademik, tertutup, jumlah penuh dan pembedahan).
Kemudian di analisa dengan Uji Fishers secara pasti. Untuk evaluasi statistic ini,
dieksklusikan data yang hilang dan hanya digunakan data yang lengkpa. Semua
analisa statistic ditampilkan dengan IBM SPSS statistic untuk windows versi 21.0
dan p < 0,05 dipertimbangkan statistic signifikan
Ukuran sampel
Selama perancangan penelitian, ditampilkan kekuatan analisa menggunakan
G power 3 untuk windows. Karena belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya,
untuk menambah sumber data keterkaitan antara tipe ICU dan sumber DAM,
diasumsikan dengan ukuran uji tabel Cohens dengan ukuran efek w 0,3 (ukuran
sedang). 88 sampel perkelompok dengan total 176 didapatkan kekuatan 80 %
dengan nilai 0,05
Hasil

Dari 289 ICU di jepang, 196 kuesioner yang telah selesai dikembalikan
(tingkat respon, 67,8%). Pada tabel 1 menunjukkan demografis informasi dari
tanggapan ICU, rata-rata jumlah penerimaan ICU setiap tahun adalah 688 (jarak
interkuartil 530-1000, tertil teratas 878); jumlah rata-rata tempat tidur ICU adalah
10 (jarak interkeartil 6-12). Dari jumlah tersebut, 47,4% ICU akademik, 33,9% ICU
tertutup, 29,5% digunakan untuk bedah dan 34,7% digunakan untuk unit darurat.
Tabel 2 menjelaskan tentang intubasi, intubasi alternatif, dan peralatan
ventilasi alternatif yang tersedia di ICU yang berada di jepang. Dari masing-masing
ICU yang merespon, laringoskop dan stylet yang tersedia sebanyak 118 (60,2%)
memiliki SGA dan 118 (95,9%) memiliki perangkat saluran napas bedah; baik
perlengkapan krikotiroidotomi (84,7%) ataupun pisau bedah dan hemostad
(11,2%). Troli DAM tersedia di 119 (60,7%) ICU, yang berisi berbagai alat; namun
hampir semua berisi laringoskop dengan berbagai bentuk dan ukuran (92,4%), dan
pipa trakea dengan berbagai ukuran (93,3%) (Tabel 3). Penggunaan kapnometri
yang tinggi (92,9%), persentase ICU yang sering menggunakan kapnometri untuk
pemantauan ventilasi pasien secara berkelanjutan sebesar 55,6% (tabel 4).
Tabel 5 berisi mengenai daftar agen neuromuskular yang tersedia untuk
memfasilitasi ETI di ICU yang merespon, dan Tabel 6 memberikan informasi
mengenai tenaga kerja ICU dan dokter yang khusus bekerja di ICU. Dua atau lebih
staf intensif biasanya bertugas di 138 ICU (70,4%) pada siang hari, dan 68 ICU
(34,7%) pada malam hari. Petugas yang bekerja pada malam hari yang memiliki
keterampilan dan staf pendukung (anestesiologis atau pengobatan darurat) tersedia
di sebanyak 107 ICU yang merespon (56,4%). Menurut kriteria fasibiltas kami, staf
pendukung selalu ada selama 24 jam di 175 (89.3%) di seluruh ICU. Di antara
2.546 dokter yang berada di ICU, sertifikasi papan paling umum adalah pengobatan
darurat (24,9%), diikuti oleh anestesiologi (24,6%), dan perawatan intensif
(18,6%).
Gambar 1 menunjukkan ketersediaan sumber daya DAM ditentukan dalam
pedoman JSA, ASA, dan DAS, dan penggunaan rutin kapnometri di ICU Jepang.
Berdasarkan definisi kelayakan kami, staf pembantu selalu tersedia di 89,3% dari
seluruh ruang ICU, dan perlengkapan jalan napas di 95,9%. Hasil kelayakan yang

tersisa sekitar 60% dari semua ruang ICU. Terdapat 41 (20,9%) fasilitas di mana
semua langkah yang dirasa tercapai di ruang ICU tersebut. Tabel 7 menunjukkan
hubungan antara hasil kelayakan dari kepentingan dan jenis ICU. Terdapat
kecendrungan antara ICU akademis, ICU tertutup, bedah dan unit darurat. Tingkat
penggunaan kapnometri secara signifikan lebih tinggi di ruang ICU tertutup [CU
[odds ratio 2,0, 95% confidence interval (CI) 1,1-3,7, p = 0,03], tetapi secara
signifikan lebih rendah di bedah rasio ICU (odds 0,5, 95% CI 0,3-0,9, p = 0,03).
Persentase pemantauan kapnografi terus menerus secara signifikan lebih tinggi di
ICU akademik (odds ratio 1,9, 95% CI 1,1-3,4, p = 0,04). Tabel 8 membandingkan
ketersediaan sumber daya DAM dan penggunaan kapnometri di ICU di Jepang
dibandingkan negara-negara lain
Tabel 1.Ddata demografi dari 196 ICU di jepang
Basic information
Hospital beds
ICU beds
Annual ICU admissions
ICU type
By funding institute (N=196)
Academic
Community
By management (N=192)
Closed
Non- closed
By patient characteristic (N=193)
Surgical
Emergency
Other

N (inter-quartile rang)
613 (500-832)
10 (6-12)
688 (530-1000)
N (%)
93 (47,4)
103 (52,6)
65 (33,9)
127 (66,1)
57 (29,5)
67 (34,7)
69 (35,8)

Based on the replies of 196 of the 289 ICUs equeried

Tabel 2. Intubation equipment, alternate intubation equipment, and alternate


ventilation equipment in 196 Japanese intensive care units (ICUs)
Equipment item
N (%)
1. Direct laryngoscope and adjunct equipmenta
A. Curved laryngoscope blade (Macintosh
type) assorted size.
196 (100)
B. B. Straight laryngoscope blade (Miller
192 (98.0)
type) assorted size.
C. McCoy laryngoscope
93 (47,4)

D.
E.
F.
G.

Stylet
Gum elastic bougie
Tube exchanger catheter
Local anesthetic spray

80 (40,8)
32 (16,3)
196 (100)
119 (60,7)
154 (78,6)
156 (79,6)

2. Alternate intubation equipment


A. Rigid video laryngoscope
- Arway scope
- McGRATH MAC
- GlideScope
- C-MAC
- Airtraq
- King Vision
- MultiViewScope
- COOPDECHVideo Laryngoscope
B. Flexible fiberscope
C. Retrograde intubation kit
D. Surgical airway equipment
- Surgical kit
- Scalpel and hemostat

165 (84.2)
134 (68.4)
102 (52.0)
11 (5.6)
3 (1.5)
2 (1.0)
1 (0.5)
1 (0.5)
1 (0.5)
182 (92.9)
11 (5.6)
188 (95.9)
166 (84.7)
22 (11.2)

3. Alternate ventilation equipmenta


A. SGA
Assortedsize
- I-gel
- Air-Q
- LMA ProSeal
- LMA Classic
- LMA Supreme
- LMA Flexible
- Laryngeal tube
- AmbuAuraOnce
- Ambu Aura
- Combitube
B. Oral airway
C. Nasal airway

118 (60.2)
110 (56.1)
68 (34.7)
16 (8.2)
40 (20.4)
28 (14.3)
3 (1.5)
1 (0.5)
2 (1.0)

2 (1.0)
1 (0.5)
1 (0.5)
183 (93.4)
192 (98.0)

Tabel 3. PorTabel storage unit (DAM cart) and its contents in 196 Japanese
intensive care units (ICUs)
Item
PorTabel storage unit (DAM cart)
Contents of the DAM cart
Rigid laryngoscope blades in various designs and sizes

N (%)
119 (60.7)
N = 119
110 (92.4)

Rigid video laryngoscope

85 (71.4)

Tracheal tubes in assorted sizes

111 (93.3)

Magill forceps

94 (79.0)

Gum elastic bougie

57 (47.9)

Tube exchanger catheter

62 (52.1)

SGA

74 (62.2)

Airway (oral/nasal)

105 (88.2)

Surgical airway device

69 (58.0)

Kapnometri

36 (30.3)

Sugammadex

16 (13.4)

Bag valve mask

87 (73.1)

Yankauer suction tip

27 (22.7)

Other devices

13 (10.9)

Based on the replies of 196 of the 289 ICUs queried DAM difficult airway management, SGA
supraglottic airway device

Tabel 4. Frequency of using kapnometri for ETI, and continuous capnography


monitoring of ventilated patients in 196 Japanese intensive care units (ICUs)
Item
Kapnometri
Use of kapnometri to confirm ETI

N (%)
182 (92.9)

Routinely

109 (55.6)

Sometimes

51 (26.0)

Never

36 (18.4)

Continuous capnography monitoring of ventilated patients


Routinely

109 (55.6)

Sometimes

63 (32.1)

Never

24 (12.2)

Based on the replies of 196 of the 289 ICUs queried ETI endotracheal intubation

Tabel 5 Neuromuscular blocking agents used to facilitate ETI, and reversal agents
in 196 Japanese intensive care units (ICUs)
Item
A. Neuromuscular blocking agents
a. Rocuronium
b. Vecuronium
c. Pancuronium
d. Succinylcholine
e. Other neuromuscular blocking agents

N (%)
167 (85.2)
68 (34.7)
3 (1.5)
25 (12.8)
0 (0)

B. Reversal agents
a. Sugammadex
b. Flumazenil
c. Naloxone
d. Neostigmine

128 (65.3)
124 (63.3)
94 (48.0)
57 (29.1)

Based on the replies of 196 of the 289 ICUs queried a ICUs may have more than one drug

Tabel 6 Number of on-duty intensive care unit (ICU) physicians and their specialty
Item
Number of on-duty ICU physicians
A. Day time
a. One
b. Two or more

N (%)
N = 196
58 (29.6)
138 (70.4)

B. Overnight
a. One
b. Two or more
c. In-house experienced back-up coveragea available
Board certification of ICU physicians
a. Anesthesiology
b. Emergency medicine

128 (65.3)
68 (34.7)
107 (54.6)
N = 2546
626 (24.6)

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Intensive care
General surgery
Cardiovascular surgery
Cranial surgery
Orthopedics
Cardiovascular medicine
Respiratory medicine
Renal medicine
Pediatrics
Other board certification

633 (24.9)
474 (18.6)
271 (10.6)
87 (3.4)
101 (4.0)
83 (3.3)
213 (8.4)
34 (1.3)
33 (1.3)
101 (4.0)
158 (6.2)

Based on the replies of 196 of the 289 ICUs queried


a Back-up from anesthesiology or emergency department
b Physicians may have more than one board certification
Diskusi
Penelitian ini menjelaskan tentang sumber DAM pada saat sekarang ini dan
luasnya penggunaan kapnometri di ruang ICU di Jepang serta memperlihatkan
tempat-tempat yang masih membutuhkan pengembangan. Untuk mengikuti
petunjuk seperti yang telah dijelaskan oleh ASA, JSA, dan DAS, ketersediaan SGA
dan keranjang DAM di ruang ICU di Jepang harus ditingkatkan. Secara luas
kapnometri tidak digunakan untuk mengkonfirmasi letak pipa dengan benar, tidak
digunakan

juga

sebagai

pengawasan

berkelanjutan

pada

pasien

dengan

ketergantungan ventilator. Konfirmasi mengenai apakah pipa telah masuk dengan


benar dalam jalan napas dan pengawasan berkelanjutan pada pasien dengan
ketergantungan ventilator menggunakan ETCO2 merupakan suatu manajemen yang
ideal dan aman.
Penggunaan kapnometri di ruang ICU di Jepang

Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa hanya sekitar 55,6% ruang ICU
yang menggunakan kapnometri secara rutin untuk mengkonfirmasi intubasi
endotrakeal (ETI) dan dengan jumlah persentase yang sama terhadap pengawasan
capnografi pada pasian dengan ketergantungan ventilator. Bagaimanapun hasil
persentase ini lebih tinggi daripada penelitian sebelumnya yang dilakukan di negara
lain (Tabel 8). Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pengawasan ETCO2
berhasil diterapkan dari ruang operasi ke ruang ICU di Jepang, namun masih
membutuhkan perbaikan.
Meningkatnya penggunaan kapnometri di ruang ICU merupakan suatu
perubahan dengan potensi yang besar untuk mencegah kematian dari komplikasi
jalan napas di ruang ICU dan tempat lain di luar ruang operasi. Pemeriksaan yang
dilakukan di UK menemukan bahwa kegagalan penggunaan kapnometri dalam
penanganan kesulitan jalan napas berkaitan pada keadaan-keadaan yang fatal di
ruang ICU. Menurut Jaber dkk, setelah adanya pengenalan tentang berkas intubasi
termasuk penggunaan kapnometri secara rutin, komplikasi yang berhubungan
dengan intubasi endotrakeal (ETI) pada pasien dengan keadaan kritis berkurang
secara signifikan.
Tindakan trakeostomi yang lama dan pembukaan pipa trakea merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas di ruang ICU. Pada kenyataannya,
kegagalan penggunaan capnografi pada pasien-pasien dengan ventilator mungkin
berkontribusi lebih dari 70% kematian di ruang ICU. Oleh karena itu, konfirmasi
ETCO2 dan pengawasan berkelanjutan di ruang ICU di Jepang akan meningkatkan
keberhasilan penanganan pada pasien.
Pengabaian pentingnya alat SGA sebagai alat penyelamatan ventilasi di ruang
ICU di Jepang
Pada penelitian ini, SGA hanya tersedia sekitar 60,2% di ruang ICU di
Jepang. Di negara-negara lain, SGA tersedia sekitar 80-100% di ruang perawatan
kritis. Oleh karena itu, di Jepang SGA ini dianggap remeh sebagai alat pernapasan
pada keadaan gawat. Seharusnya setiap ruang ICU memiliki strategi lain dalam hal
ventilasi, karena : 1) konsekuensi kegagalan intubasi terutama di ruang ICU dapat

menjadi besar, 2) kesulitan jalan napas jauh lebih mungkin terjadi di ruang ICU
daripada ruang operasi. Oleh karena penggunaan SGA baik dalam penanganan
ventilasi jalan napas, standarisasi peralatan untuk jalan napas termasuk SGA ini
akan sangat bermanfaat untuk ruang ICU di Jepang.
Ketersediaan keranjang penanganan kesulitan jalan napas (DAM) di ruang
pelayanan intensif (ICU) di Jepang
Hasil penelitian kami menyatakan bahwa terdapat sekitar 60,7% keranjang
DAM pada ruang ICU di Jepang, persentase ini lebih kecil dari laporan penelitian
sebelumnya (tabel 8). Ketersediaan keranjang DAM dalam sebuah ruang ICU
memiliki pengaruh yang lebih besar daripada di ruang operasi, karena area di luar
ruang operasi termasuk ruang perawatan kritis mungkin tidak memiliki akses untuk
penggunaan peralatan penanganan kesulitan jalan napas. Secara umum, waktu
sangat terbatas dalam penanganan jalan napas pada pasien-pasien kritis karena
pasien-pasien ini memiliki keadaan fisik yang rendah. Oleh karena itu, setiap ruang
ICU harus memiliki akses untuk penggunaan keranjang DAM yang harus memiliki
isi dan susunan yang sama seperti yang digunakan pada ruang operasi di rumah
sakit. Petunjuk mengenai isi dan penggunaan keranjang DAM ini terdapat pada
JSA, ASA, dan DAS.
Hubungan antara jenis unit perawatan intensif dan manajemen jalan nafas
yang sulit dan penggunaan kapnometri
Penelitian ini menemukan kecenderungan umum yang menunjukkan bahwa
beberapa jenis ruang ICU telah disiapkan dengan peralatan DAM. Kami juga
mencatat bahwa kapnometri lebih besar akan digunakan untuk verifikasi ETI di
ruang ICU tertutup, dan pemantauan kapnografi terus menerus lebih mungkin di
ruang ICU akademik. Hal ini juga diketahui bahwa jenis ruang ICU tersebut
memperbaiki keadaan pasien jauh lebih baik dibandingkan dengan jenis ruang ICU
lainnya. Oleh karena itu, sumber DAM yang terlah dipersiapkan dengan baik
bertanggung jawab atas keadaan pasien yang lebih baik. Fakta ini, dan data kami,
lebih lanjut mendukung rekomendasi bahwa setiap ruang ICU memiliki sumber
DAM pada tingkat yang sama seperti rumah sakit ruang operasi. Kami juga

mengamati bahwa ruang ICU bedah kurang cenderung menggunakan kapnometri


untuk verifikasi ETI, tapi kami tidak bisa menjelaskan alasan untuk temuan ini.
Keterbatasan dan keuntungan penelitian
Ada empat keterbatasan utama penelitian ini, pertama, penelitian kami tidak
termasuk non-JSICM ruang ICU bersertifikat, yang terdiri dari 50% dari semua
tempat tidur-perawatan kritis di Jepang. Hal ini karena daftar lengkap non-JSICM
ruang ICU bersertifikat itu tidak tersedia. Namun, ada kemungkinan bahwa sumber
DAM kurang tersedia dan kapnometri yang digunakan lebih jarang di fasilitas
pelatihan bersertifikat non-JSICM-, karena sebagian besar merupakan ruang ICU
akademik atau tertutup. rekomendasi kami mengenai sumber DAM dan
penggunaan kapnometri juga dapat diterapkan untuk ruang ICU non-JSICMbersertifikat. Kedua, survei kami tidak menentukan frekuensi dari situasi sulit
dalam jalan napas (yaitu, tidak bisa ventilasi, tidak bisa intubasi), juga survei kami
tidak mendapatkan protokol klinisuntuk DAM di ruang ICU Jepang. Ketiga, karena
penelitian ini adalah kuesioner self-administered, bias mungkin saja terjadi.
Keempat, kami tidak menjelaskan mengapa SGA dan gerobak DAM kurang
tersedia, atau mengapa kapnometri berada di bawah-digunakan dalam ruang ICU
Jepang. Titik-titik ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Meskipun keterbatasan ini, penelitian ini memiliki beberapa kekuatan.
Pertama, tingkat respon cukup tinggi (196 dari 289 yang disurvei ruang ICU
menanggapi), dan survei kami berhasil menangkap temuan dalam berbagai jenis
ruang ICU dari semua geografis daerah di Jepang termasuk ICU tertutup, bedah,
darurat, dan jenis lain. Penelitian kami memberikan gambaran akurat tentang
keadaan saat ini mengenai manajemen jalan napas canggih di ruang ICU Jepang.
Kedua, temuan kami memberikan asosiasi antara jenis ruang ICU, dan sumber daya
DAM dan penggunaan kapnometri. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kami,
hubungan ini belum diklarifikasi sebelumnya. Kami percaya bahwa penelitian ini
bermakna dalam pendekatan pertama untuk meningkatkan DAM di ruang ICU
Jepang

Kesimpulannya, penelitian cross-sectional nasional ini mengklarifikasi


peralatan DAM yang tersedia di ruang ICU Jepang, serta daerah yang menjamin
perbaikan. Tersedia bukti terbaik yang jelas menyatakan bahwa sumber DAM di
ruang ICU harus konsisten dengan ruang operasi, dan penggunaan kapnometri
harus memenuhi standar yang sama yang berlaku di ruang operasi rumah sakit.
Oleh karena itu, akan sangat membantu bagi banyak ruang ICU Jepang untuk
membakukan peralatan

DAM termasuk SGA dan keranjang DAM, dan

menggabungkan penggunaan rutin kapnometri dalam praktek klinis.

Anda mungkin juga menyukai