Anda di halaman 1dari 15

makalah tentang tanaman lamtoro

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan merupakan organisme multiseluler yang memiliki kemampuan untuk membuat
makanan sendiri. Hal ini menyebabkan para ahli biologi menggolongkan tumbuhan sebagai
organisme produsen dan orgnisme lainnya sebagai organisme konsumen. tumbuhan memerlukan
tanah dan sinar matahari sebagai faktor lingkungan yang paling utama dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Tumbuhan yang di bumi hidup di tempat yang berbeda-beda, seperti ada yang
hidupnya di dratan dan ada juga yang hidup di laut atau tepian pantai.
Pantai juga merupakan tempat hidup yang paling baik bagi tumbuhan, karna pantai
mempunyai substrat yang baik untuk beberata tumbuhan pantai yang akarnya bisa masuk pada
substrat itu. Di pesisiran pantai banyak kita temukan jenis-jenis tumbuhan yang hidup disana.
Contohnya seperti kelapa, mangrove, rumput-rumput liar dan juga lamtoro.
Lamtoro atau petai cina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae
(Leguminosae, polong-polongan), yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau
pencegahan erosi. Lamtoro adalah salah satu jenis tumbuhan yang banyak di temukan di tepian
pantai, karena tumbuhan lamtoro ini sangat baik perumbuhannya di substrat yang berpasir seperti
di pantai. Lamtoro(Lucaena leuchocephala) merupakan tanaman legume pohon serba guna,
berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko. Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan
serbaguna yang paling banyak ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani). lamtoro
kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) yang di
sebabkan oleh gelombang atau hayutan air dari darat dan lamtoro juga merupakan tumbuhan atau
tanamann yang dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Di Indonesia tidak banyak spesies Leucaena yang di budidayakan secara luas, yang paling
umum adalah L. leucocephala dan varietasnya seperti L. leucocephala var. K28 atau yang dikenal
dengan Lamtoro Gung, jenis ini tidak tahan terhadap kutu loncat, kemudian L. diversifolia mulai
dibudidayakan, adalah jenis yang relatif lebih tahan terhadap kutu loncat, dapat tumbuh lebih
baik dibanding L. leucocephala pada kelerengan yang makin terjal. Sehingga pada tahun 80-an
telah dicoba dilakukan okulasi antara L. leucocephala x L. diversifolia kedua jenis Leucaena

tersebut di Ciawi, tujuannya untuk mendapatkan tanaman yang tahan kutu loncat. Walaupun
keberhasilan okulasi tersebut sangat tinggi, etapi tanaman hasil okulasi yang tahan kutu lont
relatif rendah mungkin masih ada pengaruh dari batang bawah. Hibrid Leucaena yang telah
dikenal lainnya adalah KX2 hasil persilangan L. leucocephala x L. pallida, KX3 dari hasil
persilangan antara L. leucocephala dengan L. diversifolia Kelebihan dari hibrid ini antara lain
adalah tahan kutu loncat, produksi lebih tinggi dibanding L. leucocephala. Tetapi kebanyakan
Leucaena hibrid produksi bijinya kurang/sedikit. Leucaena KX2 hibrid, generasi berikutnya akan
mengalami segregasi bila ditanam menggunakan biji, sehingga disarankan menggunakan bahan
vegetatif untuk perbanyakannya.

Lamtoro menyukai iklim tropis yang hangat (suhu harian 25-30 C); dengan ketinggian
di atas 1000 ml. Tanaman ini cukup tahan kekeringan, tumbuh baik di wilayah dengan kisaran
curah hujan antara 650-3.000 mm (optimal 800-1.500 mm) pertahun; akan tetapi termasuk tidak
tahan penggenangan. Tanaman lamtoro mudah diperbanyak dengan biji dan dengan pemindahan
anakan. Saking mudahnya tumbuh, di banyak tempat lamtoro seringkali merajalela menjadi
gulma. Tanaman ini pun mudah trubus; setelah dipangkas, ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya
akan tumbuh kembali dalam jumlah banyak.
Lamtoro terutama disukai sebagai penghasil kayu api. Kayu lamtoro memiliki nilai kalori
sebesar 19.250 kJ/kg, terbakar dengan lambat serta menghasilkan sedikit asap dan abu. Arang
kayu lamtoro berkualitas sangat baik, dengan nilai kalori 48.400 kJ/kg. Kayunya termasuk padat
untuk ukuran pohon yang lekas tumbuh (kepadatan 500600 kg/m) dan kadar air kayu basah
antara 3050%, bergantung pada umurnya. Lamtoro cukup mudah dikeringkan dengan hasil
yang baik, dan mudah dikerjakan. Sayangnya kayu ini jarang yang memiliki ukuran besar;
batang bebas cabang umumnya pendek dan banyak mata kayu, karena pohon ini banyak
bercabang-cabang. Kayu terasnya berwarna coklat kemerahan atau keemasan, bertekstur sedang,
cukup keras dan kuat sebagai kayu perkakas, mebel, tiang atau penutup lantai. Kayu lamtoro
tidak tahan serangan rayap dan agak lekas membusuk apabila digunakan di luar ruangan, akan
tetapi mudah menyerap bahan pengawet.

Tanaman semak atau pohon tingggi sampai 18 m, bercabang banyak dan kuat, dengan
kulit batang abu-abu dan lenticel yang jelas. Daun bersirip dua dengan 4-9 pasangan sirip,
bervariasi dalam panjang sampai 35 cm, dengan glandula besar (sampai 5 mm) pada dasar
petiole, helai daun 11-22 pasang/sirip, 8-16 mm x 1-2 mm, akut. Bunga sangat banyak dengan
diameter kepala 2-5 cm,stamen (10 per bunga) dan pistil sepanjang 10 mm. Buah polong 14-26
cm x 1,5-2 cm, pendant, coklat pada saat tua. Jumlah biji 18-22 per buah polong, berwarna
coklat.
Lamtoro mudah beradaptasi, dan segera saja tanaman ini menjadi liar di berbagai daerah
tropis di Asia dan Afrika; termasuk pula di Indonesia. Ada tiga anak jenis subspesiesnya, yakni:

Leucaena leucocephala ssp. leucocephala; ialah anak jenis yang disebar luaskan oleh bangsa
Spanyol di atas. Di Jawa dikenal sebagai lamtoro atau petai cina lokal, berbatang pendek
sekitar 5 m tingginya dan pucuk rantingnya berambut lebat.

ssp. glabrata (Rose) S. Zrate. Dikenal sebagai lamtoro gung, tanaman ini berukuran besar
segala-galanya (pohon, daun, bunga, buah) dibandingkan anak jenis yang pertama. Lamtoro
gung baru menyebar luas di dunia dalam beberapa dekade terakhir. Serta,

ssp. ixtahuacana C. E. Hughes; yang menyebar terbatas di Meksiko dan Guatemala.

1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang dapat diambil dari makalah ini sebagai berikut :
Adanya dampak positif dan negative dari tumbuhan lamtoro sebagai tanaman pelindung.
Mengapa lamtoro dijadiakan tanaman pelindung untuk mengantisipasi terjadinya abrasi.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana kita dapat melihat tumbuhan lamtoro ini sebagai salah satu tumbuhan yang di jadikan
sebagai tumbuhan pelindung di daerah pantai.
Manfaat-manfaat dari tumbuhan lamtoro ini selain sebagai tumbuhan lindung, juga bermanfaat
untuk kebutuhan manusia dan hewan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari tumbuhan lamtoro itu sendiri sebagai tumbuhan pelindung baik secara
umum maupun secara khusus, diantaranya sebagaia berikut :
Lamtoro sebagai pencegah erosi, pohon peneduh, sumber kayu bakar dan pakan untuk ternak
ternak.

Lamtoro sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi
tanaman-tanaman yang melilit seperti lada, panili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di
perkebunan kopi dan kakao.
Lamtoro sebagai tanaman sela untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan
kesuburan tanah.
Lamtoro juga merupakan penghasil pulp (bubur kayu) yang baik, yang cocok untuk produksi
kertas atau rayon.
Lamtoro diketahui menghasilkan zat penyamak dan zat pewarna merah, coklat dan hitam dari
pepagan (kulit batang), daun, dan polongnya.

BAB II
KAJIAN TEORI
menurut Rukmana, (1997) Lamtoro/petai cina sebagai makanan hijauan ataupun
konsentrat (biji), hanya bisa diberikan pada hewan hewan ruminansia seperti sapi, kerbau,

kambing, dan domba atau bisa diberikan kepada monogastrik, tetapi dalam jumlah terbatas,
mengingat bahwa tanaman ini mengandung racun (toxic). Kandungan racun ini disebabkan
adanya glukosida mimosin yang terdapat baik pada daun maupun biji. Didalam suatu percobaan
pada ternak babi dengan menggunakan tepung hijauan lamtoro dalam jumlah 15 % yang
dicampurkan ke dalam ransom, tak menimbulkan efej negative (sakit), tetapi tepung daun
lamtoro ini tak diberika kepada hewan yang sedang bunting. Sedang pada unggas bisa diberikan
pula, asal jumlahnya terdiri dari atau ak melebihi dari 15 % .
Klasifikasi lamtoro ( Leucaena leucocephala ) adalah sebagai berikut ( Rukmana, 1997 ) :
Kindom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta
Subdivisio

: Angiospermae

Class

: Dicotyledoneae
Family

: Leguminoseae
Subfamily

: Papilionaceae

Genus

: Leucaena
Spesies

: Leucanena leucocephala

Menurut Reksohadiprodjo (1985), Lamtoro, Leguminosa adalah tanaman polongan yang


merupakan tanaman yang daun dan bijinya banyak mengandung nitrogen dan karenanya
merupakan sumber bahan makanan yang utama untuk ternak.
Berdasarkan penelitian Prof Hembing Wijayakusuma, dijelaskan bahwasannya lamtoro
dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti diabetes, susah tidur, radang ginjal, disentri,
meningkatkan gairah seksualitas, cacingan, peluruh haid, herpes zoster, luka terpukul, bisul,
eksim, patah tulang, tertusuk kayu atau bambu, dan pembengkakan. Dalam hal ini, tanaman
lamtoro tidak hanya bermanfaat pada bijinya saja (seperti yang banyak diketahui oleh orang
awam), namun semua bagian tanaman ini sangat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakitpenyakit tersebut. Penggunaan secara tepat akan berdampak pada percepatan kesembuhan
penyakit ini, begitupun sebaliknya.
Menurut Reksohadiprodjo(1985), ang menyatakan bahwa sistematika leguminasa dari
tanaman legum adalah sebagai berikut:
Divisio / phylum

: spermatophyta

Subdivisic / subphylum

: Angiospermae

Classis

: Dicotyledoneae
Ordo

: Rosales
Subordo

: Rosinae

Familia

: Leguminoseae

Ekologi menurut Odum (1971) ekologi adalah suatu studi yang mempelajari struktur dan
fungsi ekosistem atau alam dimana manusia adalah bagian dari alam. Ekologi adalah ilmu tempat
mempertanyakan dan menyelidik. Ekologi berkaitan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang
relevan denan kehidupan (peradaban) manusia.
Ekologi Menurut Zain Rachman (1981) merpakan salah satu ilmu yang mendasari
arsitektur lansekap. Lansekap disebut juga bentang alam atau tapak muka bumi merupakan
sebuah ekosistem yang memberikan pemandangan.
Seorang ahli ekologi jerman Friedrich (1927), menyatakan bahwa hubungan antara
komunitas dan lingkungannya bersifat holocoenotik. Ini berarti bahwa tidak ada dinding pemisah
antara lingkungan dengan organisme atau komunitas biologis yang ada. Ekosistem beraksi
sebagai satu keseluruhan, sulit untuk memisahkan satu factor atau satu organisme didalam tanpa
mengganggu komponen ekosistem lain.

Ekologi tanaman mengandung dua pengertian yaitu ekologi sebagai ilmu dan tanaman
sebagai objek. Dapat dibedakan antara tanaman dan tumbuhan yaitu :
1.

Tanaman adalah tumbuhan ayang di budidayakan untuk maksud tertentu sehinnga hasilnya

dijadikan sebagai bahan pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomi dan estetika.
2. Tumbuhan adalah semua vegetasi. Semua tanaman adalah juga termasuk tumbuhan. Akan tetapi
semua vegetasi tergolong tanaman.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah tanaman Lamtoro
Leucaena leucocephala (Lamtoro) sepanjang sejarahnya mempunyai beberapa nama botani,
yaitu Leucaena glauca dan Leucaena latisiliqua. Spesies ini tersebar secara luas di Mexico dan
Amerika Tengah pada tahun 1520 saat datangnya orang Spanyol ke negara tersebut. Baru pada
akhir abad ke 20 lebih menyebar luas sampai ke Filipina, dari sini penggunaan sebagai peneduh
tanaman perkebunan, kayu bakar dan hijauan pakan ternak makin meluas. Sebelum tahun 1950an hanya satu varietas yang dikenal yaitu varietas common dari subspecies leucocephala.
Kemudian muncul nama-nama untuk tanaman ini seperti varietas Hawaii (tipe shrubby) yang
sebetulnya tidak berasal dari Hawaii, Peru (tipe low branching) tidak berasal dari Peru, Salvador
(tipe arboreal) yang juga tidak berasal dari Salvador. Varietas Cunningham yang telah banyak
dikenal dibudidayakan di Indonesia berasal dari Australia, hasil persilangan antara tipe varietas
Salvador dengan tipe varietas Peru. Taksonomi Leucaena yang ada sebelumnya sangat
membingungkan dan menyesatkan sehingga menghambat dalam pemanfaatannya, perbaikan
genetik, dan konservasinya
Di Indonesia tidak banyak spesies Leucaena yang di budidayakan secara luas, yang paling
umum adalah L. leucocephala dan varietasnya seperti L. leucocephala var. K28 atau yang dikenal
dengan Lamtoro Gung, jenis ini tidak tahan terhadap kutu loncat, kemudian L. diversifolia mulai
dibudidayakan, adalah jenis yang relatif lebih tahan terhadap kutu loncat, dapat tumbuh lebih
baik dibanding L. leucocephala pada kelerengan yang makin terjal. Sehingga pada tahun 80-an
telah dicoba dilakukan okulasi antara L. leucocephala x L. diversifolia kedua jenis Leucaena
tersebut di Ciawi, tujuannya untuk mendapatkan tanaman yang tahan kutu loncat. Walaupun
keberhasilan okulasi tersebut sangat tinggi, etapi tanaman hasil okulasi yang tahan kutu lont
relatif rendah mungkin masih ada pengaruh dari batang bawah. Hibrid Leucaena yang telah
dikenal lainnya adalah KX2 hasil persilangan L. leucocephala x L. pallida, KX3 dari hasil
persilangan antara L. leucocephala dengan L. diversifolia Kelebihan dari hibrid ini antara lain
adalah tahan kutu loncat, produksi lebih tinggi dibanding L. leucocephala. Tetapi kebanyakan

Leucaena hibrid produksi bijinya kurang/sedikit. Leucaena KX2 hibrid, generasi berikutnya akan
mengalami segregasi bila ditanam menggunakan biji, sehingga disarankan menggunakan bahan
vegetatif untuk perbanyakannya.
1.1 .

Klasifikasi Lamtoro (Leucaena leucocephala)

1. Nama Umum Leucaena Leucocephala


Nama Umum : Petai Cina
Nama Lokal : Kemlandingan, Lamtoro (Jawa); Palanding, Peuteuy selong (Sunda), Kalandingan
(Madura);
Nama Ilmiah :Leucaena leucocephala, Lmk. de wit , Leucaena glauca, Benth.
2. Deskripsi Leucaena Leucocephala
Petai cina (Leucaena leucocephala) adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras
dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya
yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia
speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai cina
termasuk buah polong, berisi biji-bibji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai cina oleh para
petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya. Petai cina
cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Petai cina
di Indonesia hampir musnah setelah terserang hama wereng. Pengembangbiakannya selain
dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang.
Tanah asli lamtoro adalah Meksiko dan Amerika Tengah, di mana tanaman ini tumbuh menyebar
luas. Penjajah Spanyol membawa biji-bijinya dari sana ke Filipinadi akhir abad XVI. dan dari
tempat ini mulailah lamtoro menyebar luas ke pelbagai bagian dunia; ditanam sebagai peneduh
tanaman kopi, penghasil kayu bakar, serta sumber pakan ternak yang lekas tumbuh. Lamtoro
mudah beradaptasi, dan segera saja tanaman ini menjadi liar di berbagai daerah tropis di Asia dan
Afrika; termasuk pula di Indonesia.
Tanaman semak atau pohon tingggi sampai 18 m, bercabang banyak dan kuat, dengan kulit
batang abu-abu dan lenticel yang jelas. Daun bersirip dua dengan 4-9 pasangan sirip, bervariasi
dalam panjang sampai 35 cm, dengan glandula besar (sampai 5 mm) pada dasar petiole, helai
daun 11-22 pasang/sirip, 8-16 mm x 1-2 mm, akut. Bunga sangat banyak dengan diameter kepala
2-5 cm,stamen (10 per bunga) dan pistil sepanjang 10 mm. Buah polong 14-26 cm x 1,5-2 cm,

pendant, coklat pada saat tua. Jumlah biji 18-22 per buah polong, berwarna coklat.
Petai cina (Leucaena glauca, Benth) merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal
masyarakat sebagai obat bengkak. Pemanfaatannya dengan cara dikunyah kunyah atau diremasremas, kemudian ditempelkan pada bagian yang bengkak. Selain itu, masyarakat juga
menggunakan petai cina sebagai bahan makanan, lauk-pauk atau makanan ternak.
Biji dari buah petai cina yang sudah tua setiap 100 g mempunyai nilai kandungan kimia berupa
zat kalori sebesar 148 kalori, protein 10,6 g, lemak 0,5 g, hidrat arang 26,2 g, kalsium 155 mg,
besi 2,2 mg, vitamin A, Vitamin BI 0,23 mg. Daun petai cina mengandung zat aktif alkaloid,
saponin, flavonoid dan tanin. Dalam petai cina, mengandung zat aktif yang berupa alkaloid,
saponin, flavonoid, mimosin, leukanin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan
vitamin B. Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman petai cina yang diperkirakan
sebagai antiinflamasi adalah flavonoid. Flavonoid dalam bentuk aikon bersifat nonpolar,
sedangkan dalam bentuk glikosida bersifat polar. Berdasarkan sifat flavonoid tersebut, maka
untuk ekstraksi dapat digunakan etanol 70% sebagai bahan penyarinya, karena etanol 70%
bersifat semi polar yang dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar maupun non-polar. Selain
itu, etanol 70% tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas
bahan obat terlarut.
3. Penggunaan Leucaena Leucocephala
Sejak lama lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, pencegah erosi, sumber kayu
bakar dan pakan ternak. Di tanah-tanah yang cukup subur, lamtoro tumbuh dengan cepat dan
dapat mencapai ukuran dewasanya (tinggi 1318 m) dalam waktu 3 sampai 5 tahun. Tegakan
yang padat (lebih dari 5000 pohon/ha) mampu menghasilkan riap kayu sebesar 20 hingga 60 m
perhektare pertahun. Pohon yang ditanam sendirian dapat tumbuh mencapai gemang 50 cm.
Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling banyak ditanam dalam
pola pertanaman campuran (wanatani). Pohon ini sering ditanam dalam jalur-jalur berjarak 3
10 m, di antara larikan-larikan tanaman pokok. Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup,
sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit seperti
lada, panili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di hutanhutan tanaman jati yang dikelola Perhutani di Jawa, lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela
untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran
lamtoro memiliki nodul-nodul akar tempat mengikat nitrogen.

Kayu lamtoro terutama disukai sebagai penghasil kayu api. Kayu lamtoro memiliki nilai kalori
sebesar 19.250 kJ/kg, terbakar dengan lambat serta menghasilkan sedikit asap dan abu. Arang
kayu lamtoro berkualitas sangat baik, dengan nilai kalori 48.400 kJ/kg. Kayunya termasuk padat
untuk ukuran pohon yang lekas tumbuh (kepadatan 500600 kg/m) dan kadar air kayu basah
antara 3050%, bergantung pada umurnya. Lamtoro cukup mudah dikeringkan dengan hasil
yang baik, dan mudah dikerjakan. Sayangnya kayu ini jarang yang memiliki ukuran besar;
batang bebas cabang umumnya pendek dan banyak mata kayu, karena pohon ini banyak
bercabang-cabang. Kayu terasnya berwarna coklat kemerahan atau keemasan, bertekstur sedang,
cukup keras dan kuat sebagai kayu perkakas, mebel, tiang atau penutup lantai. Kayu lamtoro
tidak tahan serangan rayap dan agak lekas membusuk apabila digunakan di luar ruangan, akan
tetapi mudah menyerap bahan pengawet. Lamtoro juga merupakan penghasil pulp (bubur kayu)
yang baik, yang cocok untuk produksi kertas atau rayon. Kayunya menghasilkan 5052% pulp,
dengan kadar lignin rendah dan serat kayu sepanjang 1,11,3 mm. Kualitas kertas yang didapat
termasuk baik.
Daun-daun dan ranting muda lamtoro merupakan pakan ternak dan sumber protein yang baik,
khususnya bagi ruminansia. Daun-daun ini memiliki tingkat ketercernaan 60 hingga 70% pada
ruminansia, tertinggi di antara jenis-jenis polong-polongan dan hijauan pakan ternak tropis
lainnya. Lamtoro yang ditanam cukup rapat dan dikelola dengan baik dapat menghasilkan
hijauan dalam jumlah yang tinggi. Namun pertanaman campuran lamtoro (jarak tanam 58 m)
dengan rumput yang ditanam di antaranya, akan memberikan hasil paling ekonomis. Ternak sapi
dan kambing menghasilkan pertambahan bobot yang baik dengan komposisi hijauan pakan
berupa campuran rumput dan 2030% lamtoro. Meskipun semua ternak menyukai lamtoro,
akan tetapi kandungan yang tinggi dari mimosin dapat menyebabkan kerontokan rambut pada
ternak non-ruminansia. Mimosin, sejenis asam amino, terkandung pada daun-daun dan biji
lamtoro hingga sebesar 4% berat kering. Pada ruminansia, mimosin ini diuraikan di dalam
lambungnya oleh sejenis bakteria, Synergistes jonesii. Pemanasan dan pemberian garam besibelerang pun dapat mengurangi toksisitas mimosin. Di Jawa, pucuk dan polong yang muda biasa
dilalap mentah. Biji-bijinya yang tua disangrai sebagai pengganti kopi, dengan bau harum yang
lebih keras dari kopi. Biji-biji yang sudah cukup tua, tetapi belum menghitam, biasa digunakan
sebagai campuran pecal dan botok. Daun-daunnya juga kerap digunakan sebagai mulsa dan
pupuk hijau. Daun-daun lamtoro lekas mengalami dekomposis.

Berdasarkan penelitian Prof Hembing Wijayakusuma, dijelaskan bahwasannya lamtoro dapat


menyembuhkan beberapa penyakit, seperti diabetes, susah tidur, radang ginjal, disentri,
meningkatkan gairah seksualitas, cacingan, peluruh haid, herpes zoster, luka terpukul, bisul,
eksim, patah tulang, tertusuk kayu atau bambu, dan pembengkakan. Dalam hal ini, tanaman
lamtoro tidak hanya bermanfaat pada bijinya saja (seperti yang banyak diketahui oleh orang
awam), namun semua bagian tanaman ini sangat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakitpenyakit tersebut. Penggunaan secara tepat akan berdampak pada percepatan kesembuhan
penyakit ini, begitupun sebaliknya.
Pada bagian akar lamtoro pun memiliki khasiat yang tak kalah hebatnya dengan bagian biji. Di
salah satu bagian tanaman ini, seringkali dimanfaatkan orang sebagai obat peluruh haid. Metode
pengobatan yang relatif tradisional ini menawarkan berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh
metode pengobatan modern. Manakala obat modern mengandung efek samping dari unsur
kimiawi buatan yang sangat kuat, maka dari tanaman lamtoro ini efek samping masih rendah
karena bersifat alami dan belum tersentuh unsur buatan manusia.
Tanaman lamtoro dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan. Manfat-manfaat tanaman lamtoro
diantaranya adalah sebagai obat cacing, peluruh kencing, patah tulang, luka terpukul, susah tidur
(insomnia), bengkak (oedem), radang ginjal, dan kencing manis. Akar tanaman lamtoro ini pun
dapat dimanfaatkan sebagai peluruh haid.
3. Ekologi Leucaena Leucocephala
Persyaratan tanah
Pada daerah asalnya, tumbuh pada tanah kapur dangkal, pasir pantaiI dan tanah liat kering pH 78,5. Pada lokasi yang lain memerlukan tanah berpengairan baik dengan pH (air) diatas 5,5, atau
diatas 5 bila Al jenuh sangat rendah. Tidak tahan pada tanah dengan pH rendah, P rendah, Ca
rendah, Al jenuh tinggi, salinitas tinggi dan tergenang air. Tahan terhadap salinitas dan basa
sedang.
Air
Lebih menyukai iklim basah dan semi basah dengan curah hujan tahunan 650-1500 mm dan
sampai 3000 mm dan dapat bertahan sampai 7 bulan musim kering. Tidak tahan tanah tergenang
air atau periode banjir yang panjang (>3 minggu).
Suhu
Memerlukan suhu 25-30oC untuk pertumbuhan terbaik. Pertumbuhan terhenti pada suhu

dibawah 15-16oC.
Cahaya
Produktif dibawah perkebunan kelapa yang tua di Vanuatu dan Indonesia.
Perkembangan reproduksi
Akan berbungan dan menghasilkan biji sepanjang tahun asal air tanah dan suhu mendukung.
Subspesies leucocephala sangat berkembang dan bebas berbiji.
Penggembalaan/pemotongan
Sangat tahan terhadap pemotongan teratur atau penggembalaan ketika tanaman telah tumbuh
baik.
Lamtoro menyukai iklim tropis yang hangat (suhu harian 25-30 C); ketinggian di atas 1000 m
dpl. dapat menghambat pertumbuhannya. Tanaman ini cukup tahan kekeringan, tumbuh baik di
wilayah dengan kisaran curah hujan antara 6503.000 mm (optimal 8001.500 mm) pertahun;
akan tetapi termasuk tidak tahan penggenangan.
Tanaman lamtoro mudah diperbanyak dengan biji dan dengan pemindahan anakan. Saking
mudahnya tumbuh, di banyak tempat lamtoro seringkali merajalela menjadi gulma. Tanaman ini
pun mudah trubus; setelah dipangkas, ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya akan tumbuh
kembali dalam jumlah banyak.
Tidak banyak hama yang menyerang tanaman ini, akan tetapi lamtoro teristimewa rentan
terhadap serangan hama kutu loncat (Heteropsylla cubana). Serangan hama ini di Indonesia di
akhir tahun 1980an, telah mengakibatkan habisnya jenis lamtoro lokal di banyak tempat.
Penanaman lamtoro dua baris pada tanah yang telah diolah secara baik, dengan antara 0,5 meter.
Setelah tingginya 3 - 4 meter dipangkas satu meter di atas tanah. Daun dan ranting lamtoro
diletakkan di bawah tanaman tahunan atau areal / lajur tanaman pangan. Jarak barisan tanaman
lamtoro 4 - 6 meter, tergantung pada kemiringan lahan. Tanaman keras ditanam bersamaan
dengan lamtoro dengan cara cemplongan, jarak 4 - 7 meter. Tanaman pangan dimulai setelah
batang lamtoro sebesar jari. Pengolahan tanah untuk tanaman pangan dilakukan pada lajur/
lorong yang berselang-seling dengan lajur tanaman keras atau lajur yang tidak diolah.
4. Agronomi Leucaena Leucocephala
Penanaman
Tumbuh lambat, terutama jika berkompetisi dengan gulma. Untuk pertumbuhan terbaik tanam

pada tanah berpengaiiran baik dan dalam dengan pH >5,5 dan pertahankan bebas gulma pada
area paling tidak 2 m disekitar tanaman. Biji harus diskarifikasi. Sebelumnya, perendaman
dengan air panas dianjurkan tetapi hasilnya sangat bervariasi termasuk mengurangi daya hidup
(viabilitas) dan germinasi yang tidak merata. Skarifikasi mekanis, dengan menggunakan kertas
ampelas (untuk jumlah biji sedikit) atau skarifikar drum sisi abrasif berputar, saat ini lebih
disukai. Tanaman ini membutuhkan Rizobium spesifik (misal CB3060, TAL1145, LDK4).
Ditanam dalam baris dengan jarak 4-9 m dengan jumlah biji tanam sekkitar 1,5-3 kg/ha. Daerah
yang kecil dapat ditanami dengan biji atau bibit. Bibit biasanya dibesarkan pada kantong plastik
untuk penanaman pada umur 3-4 bulan. Bibit juga dapat dibesarkan dalam bedengan dan
dipindahkan untuk penanaman di tempat lain. Biasanya ditanam dalam baris dengan rumput atau
palawija ditanam antar baris. Dapat ditanam sebagai tanaman murni dan digunakan sebagai
sumber protein (bank protein).
Spesies pasangan
Rumput: Pada daerah semi basah tropis Australia, ditanam bersama rumput Buffel (Cenchrus
ciliaris ), rumput Panikum hijau (Panicum maximum var trichoglume), Rumput Rhodes (Chloris
gayana ) atau Panikum bambatsi (Panicum coloratum ). Di Papua New Guinea dan Tropis basah
Australia, ditanam bersama rumput Pangola (Digitaria eriantha subsp. decumbens), humidicola
(Brachiaria humidicola ), rumput signal (B. decumbens ) atau rumut sabi (Urochloa
mosambicensis ).
5. Bahan Kering dan Produksi Ternak Leucaena Leucocephala
Nilai nutrisi
Daun L. leucocephala dikenal karena nilai nutirisinya yang tinggi untuk produksi ternak. Nilai
nutrisi bagian yang dimakan memiliki nilai kecernaan 55-70%.
Palatabilitas/kesukaan
L. leucocephala sangat disukai oleh semua ternak, khususnya bila dibandingkan dengan legum
pohon lainnya seperti Calliandra calothyrsus dan Gliricidia sepium .

Bahan kering
Produksi hijauan bervariasi tergantung kesuburan tanah, curah hujan, ketinggian, kepadatan dan
frekuensi pemotongan dari 1-15 ton/ha/tahun. Produksi daun akan dimaksimalkan dengan

interval pemotongan 6-12 minggu pada musim pertumbuhan. Produksi pada baris tanam yang
ekstensif di daerah tropis kering dan subtropics biasanya berkisar dari 2-6 ton/ha/tahun.
Produksi sangat tinggi (>15 ton/ha/tahun) di Asia Tenggara dan Hawai, dengan tanaman berjarak
0,5-1 m didalam baris dan jarak atar baris 1-3 m.
Produksi kayu bakar sebanding dengan pohon tropis terbaik, dengan pertambahan tinggi 3-5
m/tahun dan pertambahan kayu 20-60 m3/ha/tahun untuk varitas arboreal.
Produksi ternak
Penambahan berat badan 1,26 kg/ekor/hari pada ternak yang digembalai pada campuran
leucaena-rumput buffel (Cenchrus ciliaris ) selama periode 6 bulan dilaporkan di Queensland,
Australia, meskipun penambahan berat badan yang lebih umum adalah 250-300 kg/ekor/tahun
(0,75-0,85 kg/ekor/hari). Dengan menggunakan irigasi di Barat daya Australia, kenaikan berat
badan tahunan sampai 1700 kg/ha/tahun telah dilaporkan pada ternak yang digembalakan dengan
jumlah ternak 6 ekor/ha.
5. Produksi Biji Leucaena Leucocephala
Tanaman ini mungkin tidak berbunga pada tahun pertama penanaman. Produksi biji sangat
dipengaruhi oleh air, dan dilaporkan bahwa produksi biji sangat sedikit di musim kering. Dengan
jarak yang lebar, tanaman yang dipanen manual (dengan tangan) dengan irigasi baik dapat
menghasilkan biji sampai 2 ton/ha.
6. Keunggulan Leucaena Leucocephala
- Kualitas nutrisi sangat tinggi bagi ternak ruminansia.
- Produksi tinggi pada tanah yang sesuai.
- Tahan terhadap musim kering yang panjang dan tetap berdaun pada musim kering.
- Menghasilkan berbagai macam produk pada sistem usaha tani yang beragam.
7. Kelemahan Leucaena Leucocephala
- Adaptasi rendah pada tanah asam tidak subur.
- Pertumbuhan rendah pada suhu rendah dan rentan terhadap suhu beku.
- Relatif lemah pada saat masih kecil (bibit) dan lambat tumbuh.

Daftar pustaka
Zoeraini djaal irwan. 1992. Ekologi lingkungan hidup. Cetakan II. Jakarta
Otto Soemarwoto. 2004. Ekologi, lingkungan hiup dan pembangunan, djambatan, jakarta.

Bahan ajar bilogi umum jurusan biologi fakultas matematika dan ilmu pengtahuan alam
universitas pattimura ambon 2003.
Anonimous. 2011. Petai Cina. http://therealdita.blogspot.com/2011/03/ norm al -0-false-falsefalse-in-x-none-x.html
Anonimous. 2006.

Hijau

Manfaat

Tanaman

Lamtoro.

http://alamiindonesia.blogsp

ot.com/2009/06/hijau-manfaat-tana man-lamtoro.html
Anonimous. 2010. Khasiat dan Manfaat Lamtoro.
http://kiathidupsehat.com/tanaman-obat-manfaat-khasiat-petai-cina-leucaena-leucocephala/
Anonimous. 2010. Manfaat Tanaman Lamtoro.
http://kurcaci-la.blogspot.com/2010/06/manfaat-tanaman-lamtoro.html
Anonimous. 2009. Petai Cina.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id= 146
Nugroho, ahmad. 2009. Potensi Lamtoro. http://arpn88.blogspot.com/BAB I

Anda mungkin juga menyukai