Anda di halaman 1dari 7

Kerbau Simeulue

Unknown April 29, 2017

1. Sifat Kerbau Simeulue

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


579/Kpts/Sr.120/4/2014 Kerbau Simeulue merupakan kerbau lokal yang dipelihara secara turun
temurun oleh masyarakat di Pulau Simeulue, Kabupaten Simeulue. Kemungkinan berasal dari
India pada abad ke 19 dan dibudidayakan oleh masyarakat sekitar hingga sekarang.

Kerbau Simeulue beradaptasi dengan sangat baik di Pulau ini, sifatnya sangat cocok untuk
dikembangkan di Pulau Simeulue mengingat kerbau ini memiliki 2 jenis habitat berbeda, ada
yang merupakan kerbau pantai, dan ada juga yang merupakan kerbau gunung/rawa. Sifat yang
unik ini menjadikan kerbau-kerbau yang ada di pulau Simeulue menjadi daya tarik tersendiri
baik bagi penduduk lokal maupun wisatawan yang datang dari berbagai tempat, termasuk para
wisatawan mancanegara.

2. Karakteristik Kerbau Simeulue

a. Sifat kualitatif

1) warna :

a) tubuh : bagian bawah hitam kemerah-merahan, atau dominan hitam.

b) kepala : hitam.

c) leher : bagian bawah hitam kemerah-merahan, atau hitam keabu-abuan.

2) bentuk :

a) muka : garis muka cekung.

b) tanduk : melingkar ke belakang dan arah ke atas (sorong) – melingkar ke belakang dan arah
menyamping (sapang) – panjang melingkar ke belakang dan arah menyamping (lefe) – agak
merunduk, sebelah kiri mengarah ke bawah (kiwing) – agak merunduk, sebelah kanan mengarah
ke bawah (sanggeng).

b. Sifat kuantitatif

1) ukuran tubuh :

a) tinggi pundak : jantan 105,1 ± 8,0 cm. betina 108,9 ± 6,7 cm.
b) panjang badan : jantan 102,4 ± 7,4 cm. betina 110,5 ± 15,3 cm.

c) lingkar dada : jantan 153,8 ± 40,0 cm. betina 155,8 ± 17,6 cm.

d) bobot badan : jantan 352,2 ± 87,5 kg. betina 318,3 ± 75,3 kg.

2) umur dewasa kelamin : 2,0-2,5 tahun.

3) umur beranak pertama : 2,7-2,9 tahun.

4) lama bunting : 310 – 325 hari.

5) lama berahi : 20-24 jam.

6) siklus berahi: 20-28 hari. (SK Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
579/Kpts/Sr.120/4/2014)

3. Keunggulan Kerbau Simeulue

a. rasanya lebih manis daripada kerbau lain di daratan sumatera

b. kualitas yang prima dan harga yang tinggi sehingga banyak dijual keluar Pulau Simeulue.
(wikipedia)

Peternakan

Salah satu andalan Kabupaten Simeulue yang menjadi ciri khas adalah kerbau simeulue yang
meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di daratan Sumatera.
Kerbau ini banyak dijual keluar Pulau Simeulue dan, karena kualitasnya prima, harganya pun
menjadi tinggi.

Kelautan

Di dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah Lobster
(udang laut) yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan,
Jakarta dan bahkan ke luar negeri hingga Singapura dan Malaysia.
Perkebunan

Kabupaten ini terkenal dengan hasil cengkehnya dimasa lalu era tahun 1970 s/d 1990. Hasil
perkebunan rakyat lainnya di antaranya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang
tumbuh subur di sepanjang pantai Pulau Simeulue, selain itu ada perkebunan kelapa sawit milik
Pemerintah Daerah bernama Perusahaan Daerah Kelapa Sawit (PDKS) yang terdapat di
Kecamatan Teluk Dalam dan Teupah Selatan.

Kehutanan

Sedangkan hasil hutan yang menjadi sumber utama pabrik meubel di Cirebon, Jawa Barat adalah
rotan. Diharapkan pula dalam tahun 2008 hasil perkebunan kelapa sawit murni milik rakyat dan
swakelola Pemerintah Kabupaten Simeulue akan membuahkan hasil yang nantinya diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Simeulue.

Pariwisata

Simeulue memiliki potensi wisata yang cukup menarik. yaitu”

Wisata selancar, berada di pantai Matanurung, Pantai Nancala, Pulau Teupah dll.

Wisata Pantai, yaitu Pantai Busung, Ganting, Pantai Pasir Tinggi, Alafan, Along dll.

Danau, yaitu Danau Air Tawar Teluk Dalam, Danau Laulo dll.

Bahari, Pulau Siumat, Pulau Simanaha, Pulau Teupah, Pulau Batu Berlayar, dll.

Minyak bumi

Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Riset Geologi dan Kelautan
Jerman (BGR) menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar di perairan
timur laut Pulau Simeulue, Provinsi Aceh. Prediksi sementara jumlah kandungan minyak yang
ada sekitar 107,5-320,79 miliar barel. “Temuan ini hasil riset kami dengan Kapal Riset Sonne,
yang tujuan awalnya untuk mengetahui detail deformasi struktur geologi di daerah busur muka
(fore arc) pasca tsunami 26 Desember 2004,” kata Dr Yusuf Surachman, Direktur Pusat
Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT, di Jakarta, Senin (11/2) seperti dikutip
Antara. Dibandingkan dengan cadangan minyak bumi milik Arab Saudi yang volumenya
mencapai 264,21 miliar barrel. Temuan itu, menurut Yusuf, sangat signifikan. Sedangkan nilai
volume di perairan timur laut Pulau Simeulue itu dihitung minimal 17,1 x 109 m³ dan maksimal
volume total 51 x 109 m³. “Perkiraan volume berdasar volume reservoir yang dihitung atas dasar
sejumlah asumsi, yakni seismik dua dimensi, karbonat build-up berbentuk melingkar, faktor
pengali elongasi antara 0,5-1,5 dan porositas 30 persen,” ujarnya.

Pendapatan Asli Daera (PAD) suatu Kabupaten/kota yang di kelola dengan sistem manajemen
yang baik akan memberikan hasil yang baik pulah. Sebaliknya jika di lakukan manajemen yang
kurang tepat akan mengalami dampak yang sangat merugikan, bahkan terjadi saling menyalakan
pemimpin karena telah di anggap lalai mengelola semua hasil Sumber Daya Alam (SDA) yang
tersedia. Potensi Sumber Daya Alam Kabupaten Simeulue misalnya, memiliki kelebihan yang
hampir jarang di temukan di daera-daera lain. Sehingga retribusi pajak dapat di manfaatkan
dengan baik guna menyumbang PAD agar lebi memberikan pendapatn dan belanja daera yang
mencukupi.

Kabupaten Simeulue yang dulunya merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat terhitung
sejak tahun 1999 memiliki dinamikan sejarah yang panjang, padahah di usianya yang telah
menginjak 14 tahun setelah terpisah dari ibu kandunganya, seyogyanya hari ini Masyarakat
kepulauan ini telah duduk di kursi goyang yang empuk guna menikmati semua hasil Sumber
Daya Alam yang ada. Jika sebaliknya Pemerintah malas menggali PAD maka Kabupaten
Simeulue akan semakin tertinggal dengansaudara kandungnya, yang setiap tahun meningkatkan
sumber baru untuk meningkatkan penerimaan PAD.

Pengelolaan PendapatanAsli Daeran merupakan tugas utama suatu Pemerintah Daera melalui
Otonomi Daera. Karena hal ini mutlak bagian dari tanggung jawab Kepala Daera setempat.
Menurut Undang-Undang upaya memperoleh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusu
(DAK), Dana Bagi Hasil, dan Dana Perimbanganmasing-masing didorong dan diperioritaskan
dalam peningkatan kesejahteraan daerah adalah PAD. Idealnya PAD dapat secara relatif bebas
digunakan oleh Pemerintah Daerah untuk mempercepat kesejahteraan daerah tanpa terlalu terikat
pertanggungjawaban keuangan dengan pusat.
Kurangnya keberhasilan dalam mengelola PAD maka telah menjadi ancaman yang besar bagi
suatu daerah, keberhasilan yang tidak maksimal ini dapat di ukur dengan kapasitas kinerka bagi
kepalah daerah Bupati/Walikota, dalam hal mengelola sumber Pendapatan Asli Daera yang
tersediah.

Sejauh ini menurut amatan penulis sumber pembiayaan program pembangunan masih sangat
tergantung dari penerimaan pusat, Kondisi ini mengakibatkan Pemerintah Daerah jadi malas
mencari sumber-sumber baru untuk peningkatan penerimaan PAD-nya. nilai PAD Kabupaten
Simeulue tidak sebanding dengan pengeluaran, hanya cukup untuk belanja pegawai apabila di
kaitkan dengan sektor kebutuhan lainnya.

Menurut amatan penulis Pemerintah Kabupaten Simeulue lebi mementingkan belanja pegawai.
Sehingga masyarakat yang ekonominya menenga ke bawa selalu memperoleh hasil yang nihil,
meskipun Pekebun naik turun gunung, Petani hangus kringat oleh trik matahari, Nelayan tak
hentinya di hempaskan badai dan ombak, serta Peternak bauk oleh kotoran, sementara si miskin
tidak henti-hentinya di peras guna untuk memberikan retribusi pajak untuk melengkapi
kebutuhan sipegawai. Begitulah fakta yang terjadi di kepulauan paling ujung barat ini. Sehingga
faktor ini mengakibatkan jumlah eksodus semakin meningkat, karena tidak ingin menikmati
PAD yang jumlanya sedikit, yang hanya cukup bagi mereka penguasa di kepulauan ini.

Untuk pembagian PAD di setiap kabupaten/kota cukup jelas di terangkan dalam dalam dalam
UU No 32 Tahun 2004Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab
dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah sertabesaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.

Juga di tuangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sumber-sumber Pendapatan


Asli Daerah (PAD) baik itu Kabupaten/Kota terdiri dari hasil Pajak Daera, hasil Retribusi Daera,
Hasil PerusahaanMilik Daerah dan hasil Pengolahan Kekayaan Daerah, dan Pendapatan Asli
Daerah yang sah. Dalam hal ini PAD bertujuan memberi keleluasaan kepada daerah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Sehingga langkah kreatif dan inovatif inilah yang nantinya dapat memperoleh sumber-sumber
pengelolaan dan PenggunaaPAD yang baik.
Sumber-sumber PAD Aceh Umumnya bersumber dari pajak-pajak yang diberikan pusat kepada
daerah umumnya adalah pajak kering, yang pertumbuhan sangat rendah, seperti Pajak Bumi
Bangunan (PBB), permukaan air tanah, pajak BBM. Sementara sumber pajak yang gemuk
seperti migas dan bahan tambang lainnya ditangani pemerintah pusat, selain itu minimnya
penerimaan PAD Aceh terjadi karena sedikitnya jumlah industri. Seperti di terangkan oleh pakar
ekonomi Unsyiah, Raja Masbar Seraminews 26/01/2013).

Belum lagi kondisi yang di alami oleh Kabupaten/Kota yang jumlah PAD relatif rendah di
tambah lagi sistem pengelolaan yang tidak tepat. Kondisi ini tidak boleh trus di biarkan dan
harus menyiapkan Planning yang tepat, guna untuk menggali semua sumber-sumber PAD yang
baru, misalnya Retrebusi hasil Perkebunan, Kelautan, Pariwisata, Peternakan, serta Kelautan
yang masing-masing belum di kelola secara maksimal menurut amatan penulis.

Padahal sekian banyak sumber PAD kabupaten simeulue yang sangat potensial yang di
perhitungkan oleh nasional bahkan dunia, yang memiliki kecukupan yang sangat melimpah di
antaranya hasil retribusi hasil Sumber Daya Alam yang melimpah ruah. Sebut saja hasil
Peternakan, Kerbau Simeulue seperti Kerbau Simeulue yang baru-baru ini telah di patenkan
sebagai Rumpun Kerbau Nasional, lihat :ajnn.net 03/13/2013, hasil Kelautan Kabupaten
Simeulue sala satunya Lobster (udang laut) yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke
luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri hingga Singapura dan Malaysia,
hasil Hutan Simeulue yang tidfak memiliki ketertinggalan seperti Rotan menjadi sumber utama
pabrik meubel di Cirebon, Jawa Barat serta hasil Kayu olahan dari pegunungan di 10 Kecamatan
yang ada di Kabupaten Simeulue untuk tahun 2013 sumbang PAD sebanyak Rp191.100.000
ajnn.net 23/01/ 2014, seterusnya hasil Minyak Bumi yang di temukan oleh Badan Pengkajian
Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Riset Geologi dan Kelautan Jerman (BGR)
menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar di perairan timur laut
Pulau Simeulue, Provinsi Aceh. Prediksi sementara jumlah kandungan minyak yang ada sekitar
107,5-320,79 miliar barel, wikipedia, dan menyusul hasil Perkebunan yang memiliki Comoditi
utama Cengkeh, sawit, Palah, Karet dan Coklat yang memiliki hasil nilai produktifitas yang
tinggi dan terakhir hasil pariwisata yang saat ini telah di akui oleh mancanegara dengan semua
keunggulannya, bahkan di akui oleh wisatawan, potensi wisata kabupaten simeulue masih
natural belum di garap optimal oleh pemerinta setempat.

Keseluruhan hasil sumber daya alam yang tersebar di sepuluh kecamatan yang ada di kabupaten
simeulue ini,memiliki nilai sumbang PAD dengan jumlah besar. Sehingga dengan Manajemen
Perencanaan, sosialisai, dan Planning yang tepat dalam mengkaji sumber-sumebr PAD yang
baru, maka hasil PAD kabupaten ini tidak semakin mengalami keterpurukan yang mendalam.
Didukung adanya penyuluhan dan pendidikan Sehingga masyarakat semakin sadar pentingnya
retribusi pajak.

Saya rasa apabilah telah dilakukan manajemen perencanaan yang baik, di dukung potensi PAD
yang tersedia sehingga pemerintah mampu menjalankan fungsi stabilitas, fungsi distribusi, fungsi
alokasi yang baik, fungsi otorisasi sebagai dasar pendapatan belanja untuk tahun bersangkutan.
Semoga pemerintah memikirkan dan mengkaji hal ini.!

Penulis Adalah : Hasan Syahadat Abdi Ketua Umum Paguyuban Kecamatan Salang (FB-PPMS)
Banda Aceh, Masa Bakti 2014-2015. Juga siswa Sekolah Anti Korupsi Aceh (SAKA) Angakatan
ke-V

Anda mungkin juga menyukai