Anda di halaman 1dari 3

CERAMAH BAHASA INDONESIA

5 TINGKATAN DALAM SHALAT


Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi rabbil alamin asholatu wassalamu ala asrafil anbiyai wal
mursalin sayyidina wa maulan muhammadin wa ala alihi wa shihbihi
ajmain amma badu.
Yang saya hormati Ibu Sri Rochayati selaku guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia di XI MIPA 7. Teman teman XI MIPA 7 yang saya sayangi dan
saya banggakan.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja-puji syukur kehadirat Allah swt.
yang atas limpahan rahmat-Nya kita semua diberi nikmat sehat dan
sempat sehingga pada kesempatan yang baik ini kita dapat berkumpul
dan bertatap muka tanpa halangan suatu apa. Shalawat serta salam
senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad
saw. yang kita nantikan syafaatnya di yaumil qiyamah. Aamiin.
Ibu guru dan teman-teman yang dirahmati Allah. Pada kesempatan kali ini
saya akan berbicara mengenai 5 tingkatan dalam shalat.
Sebagai ulama salaf, di antaranya Said ibn Khudri r.a, sahabat nabi yang
mulia.beliau sudah sampai pada level dimana Ibn Qayyim mengatakan
bahwa level orang shalat itu ada 5.
Level yang pertama yaitu orang yang berdosa dengan shalatnya, kata
beliau. Lalu siapa ini orang yang berdosa? Orang yang shalat tidak sama
sekali memberikan haknya. Ada orang shalat hanya karena disuruh oleh
orang lain, hanya karena tidak enak, mau wudhu atau tidak wudhu,
terserah. Percuma kalau dia sholat, dia berdosa. Karena disini termasuk
riya. Dan ada hubungannya sama Allah swt. malah berdosa dengan
shalatnya. Ada orang yang kedua shalat tapi dia tidak dapat pahala. Dia
tahu diperintahkan oleh Allah tapi tidak dapat pahala. Karena dari awal,
dari takbir sampai salam, semuanya mengkhayal. Ini orang yang
percuma, tidak ada pahalanya. Masuk dalam sabda Nabi saw. Ada orang
yang di hari kiamat diremuk-remuk shalatnya seperti pakaian kotor lalu
dilemparkan ke wajahnya. Karena dari takbir sampai salam tidak
mengerti apa yang dia lakukan. Untuk apa sholat kalau begitu? Allah tidak
butuh shalat kita. Allah tidak butuh. Biar kita shalat khusyukya luar biasa,
sujudnya sampai berhari-hari tidak angkat kepala, tetap saja Allah tidak
butuh semua itu. Sabda Nabi saw. dalam sbeuah hadits qudsi, Allah swt.
berfirman Wahai anak Adam. Apapun yang kau kerjakan tidak
bermanfaat bagi-Ku dan Aku akan kembalikan kepadamu. Itu amal kalian

yang bermanfaat bagi kalian sendiri. Ini luar biasa. Kita harus pahami ini.
Jangan sampai salah dalam masalah-masalah seperti ini. Maka kita harus
tahu bahwasanya shalat itu kita yang butuh dan bukan Allah Azza wa Jalla.
Lalu yang ketiga kata Ibnu Qayyim, yaitu orang yang berpahala.
Berpahala tapi pahalanya pas-pasan. Ini sesuai dengan sabda Nabi saw.
Ada orang yang shalat tidak mendapat pahala kecuali dari setengah
pahala shalatnya. Ada orang yang shalat tidak dapat kecuali
sepersepuluh aphal shalatnya. Jadi ada pahala tapi kecil. Lebih banyak
mengkhayal daripada fokusnya. Yang keempat adalah orang yang shalat,
berusaha untuk fokus tapi terkadang masih mengkhayal. Terkadang masih
melintas. Maka ini lebih banyak dominasi pahala yang ia dapatkann
daripada pahala yang hilang. Karena kalau kita sedang baca Quran, atau
kita lagi baca bacaan shalat, kemudian kita fokus, kita dapat ikuti
bacaannya, kita akan dapat pahal terus per hurufnya, dapat pahala per
gerakannya. Tapi pada saat kita baca saat tidak sadar karena
mengkhayal, tapi lisan kita karena sudah terbiasa membaca, jadi
melafalkan hanya karena rutinitas, tidak akan ada pahalanya. Orang yang
keempat ini adalah golongan orang yang dapat mayoritas pahala
shalatnya tapi masih ada yang hilang. Bedanya tadi dengan orang yang
ketiga, mayoritas pahalanya yang hilang. Tapi kalau orang yang keempat,
mayoritas pahala yang ia dapatkan. Nah yang kelima ini yang luar biasa.
Yaitu orang yang shalat. Semuanya, dari takbir sampai salam fokus.
Bahkan kalau mereka shalat mereka sudah lupa dengan keadaan di
sekitarnya. Mereka tidak perlu tahu dimana mereka berada sekarang.
Sampai pada tingkat itu.
Abu said al-Khudri r.a dikatakan dala riwayat termasuk ke dalam yang
kelima itu. Abu said al-Khudri r.a berkata, saya pernah diperintah oleh
Nabi s.a.w untuk menjaga pasukan di malam hari dan Nabi s.a.w sedang
tidur bersama pasukan. Maka saya pun shalat di semak belukar. Pada saat
saya sedang shalat tiba-tiba ada mata-mata musuh dari jauh itu yang
memanah ke arah saya, dan tepatnya jatuh di jantung saya. Di tengahtengah dadanya, jatuh di jantungnya. Dia bilang, lalu keluar darah. Tetapi
pada saat itu saya sedang menikmati membaca surat al-Kahfi sehingga
say tidak merasakan perihnya dan sakitnya anak panah itu. Tetap baca
al-Kahfi dengan tenang. Al Kahfi mengalahkan itu semua. Lalu kemudian
dia berkata, lalu mereka melepaskan anak panah yang kedua. Dan jatuh
tepat di sebelah anak panah yang pertama, tergores, keluar darah lagi.
tetap saya masih belum merasakan sakitnya karena nikmatnya membaca
surat al-Kahfi. Lalu sampai musuh melepaskan anak panah yang
kesembilan kesepuluh dengan sasaran yang semuanya hampir sama,
yaitu jantung. Dia bilang, kalau bukan karena saya khawatir saya
terbunuh dengan anak panah selanjutnya, kemudian Nabi s.a.w dan

sahabat-sahabat yang lain dibunuh juga oleh musuh, demi Allah saya
akan selesaikan shalat say denga surat al-Kahfi. Tapi karena khawatir lalu
dia rukuk. Dia bilang, Ketika saya rukuk, kemungkinan mata-mata itu
tahu kalau saya manusia. Tadi musuh ragu, kemudian dia lari dan tidak
jad menyerang pasukan Muslimin. Tapi fokus bahasan kita bukan masalah
perangnya, bagaimana Abu said al-Khudri r.a bisa fokus sampai tidak
merasakan sakitnya anak panah.
Coba kalau teman-teman disini digigit nyamuk. Jangankan digigit, baru
terdengar suaranya ngiiiing.. sudah buyar konsentrasinya. Seseorang di
antara sahabat dan tabiini dinukil dalam buku-buku tentang kekhusyukan
shalat. Kumbang datang meggigit, menyengat dan dahi mereka
mengeluarkan darah, mereka tidak bergerak. Seperti batang pogon yang
kokoh. Luar biasa itu. Karena mereka tahu dengan siapa mereka
berhadapan. Dan ini memang sudah menjasi tradisi mereka. Lalu
bagaiaman jika kita shalat memikirkan level-lever shalat seperti yang tadi
disebutkan? Apa dapat pahala? Level-level shalat apanya yang harus
dibayangkan? Fokus bacaan saja! Tidak usah bayangkan yang lain. Fokus
ucapan didengar, diucapkan. Telinga kita mendengar, mata kita dibuka,
lihat tempat sujud, sudah. Renungi maknanya. Kalau tidak tahu
maknanya, maka kita ikuti bacaannya. Kita dengarkan dengan telinga
kita. Masak kalau dengar musik bisa konsentrasi, dengar Quran tidak
bisa? Jadi seperti itu. Jadi tidak usah bayangkan apa-apa. Ada yang
membayangkan dompet terselip di laci atau apa. Tidak usah dibayangkan.
Apakah level-level shalat tersebut berkorelasi dengan level-level dosa
yang telah kita lakukan? Dalam artian level 5 itu dosanya sedikit. Ya, tentu
saja. Karena itu memang ada hadits Nabi s.a.w. jadi dosa itu bisa
mneghambat rezeki kita dan bisa mneghilangkan atau mengurangi
kekhusyukan terhadap Allha swt. malasnya kita ibadah salah satu
penyebabnya ya dosa itu. Maka coba perbanyak istighfar. Ada hadits Nabi
saw riwayat Abu Daud dengan sanad hasan, Tiada seorang hamba yang
berbuat dosa, kemudian dia berwudhu, lalu dia shalat dua rakaat,
kemudian dia istighfar kecuali akan Allah ampuni dosa-dosanya. Maka
makin dekat kita dengan Allah, makin berpengaruh terhadap kekhusyukan
kita.
Kiranya hanya ini yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini.
Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Bila ada
tutur kata yang kurang berkenan saya mohon maaf.
Billahi taufik wal hidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Nama : Nailia Ziyada


Rahma
Kelas : XI MIPA 7
Absen : 25

Anda mungkin juga menyukai