Pembuatan Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
Pembuatan Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
NAMA
: MUTHIA WAHYUNI
NIM
: 2008014
BAB I
PENDAHULUAN
*) Proposal hasil penelitian ini diseminarkan di Akademi Farmasi Ranah Minang Padang pada :
Hari / Tanggal
Jam
Tempat
Pembimbing
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Menambah pengetahuan tentang cara pembuatan ekstrak kering dari daun
jambu biji (Psidium guajava L.)
2
Pemanenan
Sortasi Basah
Pencucian
Pengeringan
Daun Kering
Penetapan
Penetapan
Penetapan
Penetapan
susut pengeringan
kadar abu
Kadar Abu Tidak Larut Asam
kadar abu yang larut air
Ekstrak Kental
Pengeringan
Ekstrak Kering
Karakterisasi
Ekstrak Terkarakterisasi
Non Spesifik
Spesifik
Identitas
Susut pengeringan
Organoleptis
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Klass
: Dicotyledonae
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium L
Spesies
buah besar, jambu biji daging buah putih, jambu apel, jambu palembang, jambu
5
merah getas. Jenis jambu biji yang akan dilakukan pengujian disini adalah jambu biji
daging buah putih.
2.2 Tinjauan Farmakologi Jambu Biji (Psidium guajava L.)
2.2.1 Penggunaan Secara Tradisional
Daun jambu biji dapat mengobati penyakit diare, maagh, ambeien, sariawan,
dan kulit. Selain itu daun jambu biji juga dapat sebagai obat untuk menghentikan
pendarahan (obat luka baru). Sedangkan buah jambu biji dapat mengobati penyakit
diabetes mellitus dan membantu menaikkan trombosit darah pada penderita demam
berdarah (Dalimarta, 2007). Buah yang telah masak dimanfaatkan sebagai pencahar,
untuk mempermudah persalinan, obat luka, peluruh haid, serta penghenti
pendarahan. Akar, kulit batang dan daun digunakan untuk obat disentri, antelmintik
(Sudarsono, 2002).
2.2.2
sebagai obat diabetes mellitus dan daunnya mengandung polifenol yang bersifat
antioksidan. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa konsumsi ekstrak jambu biji
tidak menurunkan kadar glukosa darah pada jangka waktu cepat setelah pemberian
glukosa. Tetapi kadar glukosa darah menurun dalam jangka waktu lama setelah
pemberian ekstrak buah jambu biji. Penurunan kadar glukosa darah disebabkan
karena adanya stimulasi sekresi insulin setelah mengkonsumsi ekstrak buah jambu
biji dalam jangka waktu lama. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kadar insulin
dalam darah setelah pemberian ekstrak jambu biji.
Hasil penelitian Syarif, dkk, (1988) ekstrak daun dan buah jambu biji sudah
dilakukan uji klinis pada anak-anak yang menderita diare. Uji klinis ini dilakukan
terhadap 62 orang anak-anak yang menderita diare. Setelah tiga hari, uji ini
memberikan angka kesembuhan 87,1%. Ini menunjukkan bahwa ekstrak daun dan
buah jambu biji dapat mengobati penyakit diare dan mempunyai khasiat yang baik
untuk kesembuhan anak-anak yang menderita diare.
Hasil penelitian Aisah (2004) menunjukkan bahwa infusa daun jambu biji
dosis 5g/kgBB mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar
yang diinduksi karagenin 1% dengan persen daya antiinflamasinya 40,08%.
Hasil penelitian Dahliyanti (2007) menunjukkan fraksi etil asetat buah jambu
biji memiliki aktivitas antioksidan paling paten dibanding ekstrak metanol, fraksi
kloroform, fraksi air dan vitamin E. 57,88% aktivitas antioksidan merupakan
kontribusi dari senyawa fenolik, sedang 75,78% merupakan kontribusi dari senyawa
flavonoid.
Hasil penelitian Natsir (1986) secara in vitro, rebusan daun jambu biji kadar
5%, 10% dan 20% b/v dapat mengurangi konstraksi usus halus terpisah marmot,
yang sebanding dengan atropin sulfat 2,5 mcg/ml. Kekuatan relaksasi antara rebusan
5%, 10% dan 20% b/v tidak menunjukan perbedaan yang nyata.
Hasil penelitian Yuniarti (1991) secara in vitro, infus daun jambu biji dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan perkiraan kadar
terendah sebesar 2% b/v tetapi tidak menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia
coli sampai batas 10%.
7
Ekstrak etanol / air daun jambu biji kering dosis 200 mg/kgBB dapat
menghambat peningkatan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi
aloksan.
Ekstrak air buah segar pada dosis 5 dan 8 mg/kgBB dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada tikus yang diinduksi sreptozotosin.
Jus buah segar jambu biji dosis 1 g/kgBB yang diberikan secara i.p pada tikus
yang diinduksi aloksan, mempunyai efek menurunkan kadar gula darah.
Jus buah segar yang diberikan pada manusia dewasa pada dosis 1 g/kgBB,
secara signifikan mempunyai aktivitas penurun kadar gula darah.
(
Ester arabinosa asam heksahidroksidifenat
(C19H22013)
Avicularin (C20H12O11)
Kuersetin (C15H10O7)
Kariofilen (C15H25)
Gambar 1. Struktur Kimia Senyawa Yang Terkandung dalam Daun Jambu Biji
(Gunawan, 2001)
permukaan atas agak licin, warna hijau kelabu, kelenjar minyak tampak sebagai
bintik - bintik berwarna gelap dan bila daun direndam tampak sebagai bintik-bintik
yang tembus cahaya, tulang daun utama dan cabang menonjol pada permukaan
bawah, bertulang menyirip, wana putih kehijauan.
Epidermis bawah : Sel lebih kecil, pipih, terentang tangensal, bentu poligonal,
dinding antiklina lurus, terdapat stomata.
Stomata
Rambut penutup
Jaringan air
Idiobla
Kelenjar minyak
Jaringan palisade
Serbuk daun
2.5 Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia di bedakan simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia
pelikan (mineral). Simplisia nabati merupakan simplisia yang berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhan, atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia hewani
yaitu simplisia berupa hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa bahan kimia murni dan simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia
berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (Depkes, 1989).
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan dan pengelolaan simplisia dengan
cara mengurangi kadar air sehingga pembusukan dapat terhambat dalam proses ini.
11
Kadar air dan reaksi reaksi zat aktif dalam simplisia akan berkurang, air yang
masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat menjadi pertumbuhan kapang
dan jasad renik lainnya. Enzim lain tertentu dalam sel masih dapat bekerja
menguraikan senyawa aktif saat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut
mengadung air tertentu. Simplisia dinilai cukup aman bila mmempunyai kadar air <
10%. Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung atau banyak air yang
terserap zat (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Teknik pengeringan secara alami tergantung dari zat aktif yang terkandung
dalam organ yang dikeringkan, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Dengan panas cahaya matahari langsung. Cara ini dilakukan untuk
mengeringkan simplisia yang relatif keras (kayu, kulit kayu, akar, biji, dsb),
dan mengandung zat aktif yang relatif stabil.
b. Dengan cara diangin anginkan dan tidak kena cahaya matahari langsung,
cara ini untuk pengeringan simplisia lunak (bunga, daun, dsb), dan
mengandung zat atau kandungan zat aktif yang mudah menguap dan tidak
tahan terhadap panas matahari (Gunawan dan Mulyani, 2004).
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standarisasi ekstrak dilakukan secara
parameter non spesifik dan parameter spesifik (Anonim, 1995).
Ekstrak kering adalah sediaan yang berasal dari tanaman, diperoleh dengan
cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang
diinginkan menurut cara-cara yang memenuhi syarat. Pengaturan biasanya dilakukan
berdasarkan kandungan bahan aktif dengan cara penambahan bahan tambahan inert
(BPOM, 2004).
b) Kadar Air
Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan, dilakukan
dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau garavimetri. Tujuan
penentuan parameter ini memberikan batasa minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air didalam bahan.
c) Kadar Abu
14
Nama ekstrak
Nama latin tumbuhan
Bagian tumbuhan yang digunakan
Nama Indonesia tumbuhan
Senyawa Identitas
Bertujuan memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa
identitas.
b) Organoleptik
Merupakan
parameter
yang
ditentukan
dengan
penggunaan
pancaindera secara kasat mata mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.
Tujuan penentuan parameter ini adalah pengenalan awal yang sederhana
dengan seobyektif mungkin.
c) Senyawa Terlarut Dalam Pelarut Tertentu
Merupakan parameter yang ditentukan dengan melarutkan ekstrak dengan
pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan
jumlah senyawa kandungan ekstrak secara gravimetri. Sehingga memberikan
gambaran awal jumlah kandungan senyawa. Dibedakan atas dua, yaitu :
1) Kadar senyawa yang larut dalam air
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml air
kloroform LP menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok
15
selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan
20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal yang telah ditara, panaskan
residu pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen
senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Depkes, 2000).
2) Kadar senyawa yang larut dalam etanol
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml
etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok
selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat
dengan menghindarkan penguapan etanol 90%, kemudian uapkan 20 ml
filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara,
panaskan residu pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam
persen senyawa yang larut dalam etanol (95%), dihitung terhadap ekstrak
awal (Depkes, 2000).
d) Uji Kandungan Kimia Ekstrak
1) Pola Kromatogram
Ekstrak ditimbang, diekstraksi dengan pelarut dan cara tertentu,
kemudian dilakukan analisis kromatografi sehingga memberikan pola
kromatogram yang khas. Bertujuan memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatografi lapis tipis
(KLT), kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), kromatografi gas (KG).
a) Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Umumnya dibuat kromatogram pada lempeng silika gel
dengan berbagai jenis fase gerak sesuai dengan golongan
kandungan kimia sebagai sasaran analisis. Evaluasi dapat
dilakukan dengan dokumentasi foto hasil pewarnaan lempeng
kromatografi dengan pereaksi yang sesuai atau dengan melihat
kromatogram
hasil
perekaman
menggunakan
instrumen
16
spektrofluoresensi
digunakan
jika
dibutuhkan
pola
haemolisa
total,
dibandingkan
dengan
saponin
pembanding.
f) Penetapan kadar alkaloid
Timbang seksama 1 g ekstrak, masukkan dalam corong pisah
125 ml pertama, kemudian tambahkan 20 ml larutan asam sulfat P (1
dalam 350) dan kocok kuat selam 5 menit. Tambahkan 20 ml eter P,
kocok hati-hati, saring lapisan asam ke dalam corong pisah 125 ml
kedua. Kocok lapisan eter dua kali, tiap kali dengan 10 ml larutan
asam sulfat P ( 1 dalam 350), saring tiap lapisan asam kedalam corong
pisah 125 ml kedua dan buang lapisan eter. Pada ekstrak asam
tambahkan 10 ml natrium hidroksida LP dan 50 ml eter P, kocok hatihati, pindahkan lapisan air ke dalam corong pisah 125 ml ketiga berisi
50 ml eter P. Kocok corong pisah ketiga hati-hati, buang lapisan air,
cuci lapisan eter pada corong pisah kedua dan ketiga berturut-turut
dengan 20 ml air, buang lapisan air. Ekstraksi kedua lapisan ester
masing-masing dengan 20 ml, 20 ml dan 5 ml larutan asam sulfat P (1
dalam 70). Lakukan ekstraksi pada corong pisah ketiga lebih dahulu,
setelah itu corong pisah kedua. Campur ekstrak asam dalam labu
terukur 50 ml, encerkan dengan asam sampai tanda. Lakukan hal yang
sama terhadap 25 mg alkaloid pembanding yang tersedia. Encerkan
masing-masing 5 ml larutan uji dan larutan pembanding dengan
larutan asam sulfat P (1 dalam 70) hingga 100 ml dan tetapkan
20
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
22
23
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
Keterangan :
24
3.3.4
Pengeringan Ekstrak
Ekstrak kental yang telah didapat, keringkan dengan menambahkan sebagian
saccharum lactis. Pada campuran ini tambahkan pelarut heksan tiga kali bagian
ekstrak, kemudian aduk sempurna beberapa kali selama 2 jam. Biarkan mengendap
dan enaptuangkan cairan, lalu campurkan sisa dengan heksan lagi tiga kali bagian
ekstrak aduk sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi
dengan heksan, baru keringkan pada suhu 70 C, timbang serbuk ini dan tentukan
karakteristiknya (Martin, dkk, 1961).
3.3.5 Karakterisasi Ekstrak Kering
Parameter Non Spesifik
a) Susut Pengeringan
Ekstrak ditimbang secara saksama sebanyak 1 gram dan dimasukkan
ke dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu 105C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum
ditimbang
ekstrak
diratakan
dalam
botol
timbang,
dengan
26
Berat serbuk
Volume serbuk sebelum ketukan
Bj Mampat
Berat serbuk
Volume serbuk setelah ketukan
Index Carr' s
Bj mampat - Bj nyata
100%
Bj mampat
Rasio Hausner
Bj mampat
Bj nyata
c) Kadar Abu
a) Penetapan Kadar Abu
Sebanyak 2 g Ekstrak yang telah digerus dan ditimbang
saksama, dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan
ditara, diratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
dinginkan dan timbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan,
tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan
27
sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke
dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung
kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Penetapan
kadar abu total tidak lebih dari 0,8% (Depkes RI, 2000).
b) Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan
dengan 25 ml asam sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian
yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau
kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot
tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam
terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara, penetapan kadar abu
tidak larut asam tidak lebih dari 0,2% (Depkes RI, 2000).
Parameter Spesifik
A. Identitas
Identitas tanaman uji ini dikeluarkan oleh Herbarium Universitas Andalas.
B. Organoleptis
a) Bentuk
Pengujiannya : Ekstrak dilihat dengan kasat mata bagaimana bentuknya.
b) Warna
Pengujiannya : Ambil dengan spatel sedikit ekstrak kering diletakkan di
atas wadah yang beralaskan warna putih.
c) Bau
Pengujiannya : Ambil sedikit sampel lalu cium bau apa yang terjadi.
d) Rasa
Pengujiannya : Sedikit sampel diletakkan di ujung lidah dan dirasakan.
cawan dangkal yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105 C
hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut
dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal (Depkes, 2000).
W 1 Wo
P 100%
W2
Keterangan :
Wo = Berat cawan penguap kosong
W1 = Berat cawan penguap dan sampel setelah pengeringan konstan
W2 = Berat ekstrak awal
P = Faktor Pengenceran
W 1 Wo
P 100%
W2
Keterangan :
Wo = Berat cawan penguap kosong
29
= Faktor pengenceran
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
30
No
Parameter
Nilai
Rata-rata SD
6,381%
1
Susut pengeringan
7,193%
6,326% 0,895%
5,405%
7,528%
2
7,209%
7,337% 0,169%
7,274%
0,198%
0,137%
0,201% 0,065%
0,267%
7,330%
7,072%
7,136% 0,171%
7,007%
Setelah dilakukan pembuatan ekstrak kering daun jambu biji dan
karekteristiknya maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil Pembuatan Ekstrak Kering
Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
31
No
Tahapan
Hasil
Simplisia segar
4,0 kg
Simplisia kering
1,25 kg
kering)
4
saccharum
lactis
33,716 g
dan
Tabel 3
Hasil Pengujian Parameter Non Spesifik
Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
Parameter
Nilai
Rata-rata SD
32
1,300%
Susut
pengeringan
1,896%
1,194%
1,463% 0,378%
0,714 g/ml
0,689 g/ml
0,667 g/ml
Bobot jenis
0,885 g/ml
mampat
0,883 g/ml
0,800 g/ml
19,333%
4
Index Carrs
17,287%
16,625%
1,239
Rasio Hausner
17,745% 1,406%
1,209
1,216 0,021
1,199
0,549%
6
0,499%
0,598%
0,100%
0,15%
0,1%
0,532% 0,076%
0,117% 0,029%
Tabel 4
Hasil Pengujian Parameter Spesifik
Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
1
Parameter
Nilai
Rata-rata SD
Organoleptis
33
Bentuk
Serbuk Kering
Warna
Hijau Tua
Bau
Rasa
Kelat
63,8 %
72,8 %
80,7 %
44,9 %
46,5 %
44,8 %
72,433% 8,456%
45,4% 0,954%
4.2. Pembahasan
Pengambilan sampel ini dilakukan di daerah Aur Duri, Kelurahan Parak
Gadang, Kecamatan Padang Timur, Sumatera Barat. Daun yang diambil daun yang
masih muda karena kandungan senyawa aktifnya masih banyak dan pengambilan
dilakukan pada pagi hari sebelum mengalami fotosintesis, hal ini dilakukan untuk
menyeragamkan waktu panen, setelah dipanen dilakukan sortasi basah, pencucian
dengan air mengalir, dan pengeringan.
34
Sampel yang digunakan untuk pengujian ini adalah daun jambu biji yang
telah dilakukan uji identifikasi di Herbarium Universitas Andalas (ANDA), Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Andalas Kampus Limau Manis, Padang, Sumbar,
Indonesia dengan hasil specimen Psidium guajava L. (famili : Myrtaceae).
Pengeringan sampel dilakukan dengan cara di anginkan atau tidak kena
cahaya matahari langung, selama 10 hari sampai diperoleh kadar air <10%. Alat
yang digunakan untuk pengeringan sampel adalah wadah yang terbuat dari plastik
yang ada lobang-lobang udaranya. Hal ini bertujuan agar sampel memperoleh udara
yang baik sehingga sampel yang didapatkan cepat kering, tidak berjamur atau tidak
ditumbuhi kapang. Kadar air yang diperoleh berkisar antara 5,431% 7,221%. Jadi
kadar air memenuhi standar parameter, dimana kadar air dari daun tidak lebih dari
10%.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian simplisia yang bertujuan untuk
mendapatkan simplisia yang bermutu baik dan memenuhi standarisasi Materia
Medika Indonesia (1977), yaitu di antaranya :
dirajang sampai halus, ditimbang sebanyak 100 g untuk dijadikan ekstrak. Ekstrak
35
dibuat dengan cara maserasi, pelarut yang digunakan adalah etanol 95%. 100 g
serbuk kering daun jambu biji dimasukkan ke dalam maserator, ditambah 1000 ml
etanol 95% direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk. Maserat dipisahkan
dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua
maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap vakum (Rotary Evaporator)
pada suhu dibawah 50C, hal ini bertujuan agar ekstrak tidak rusak, hingga
diperoleh ekstrak kental. Sehingga hasil yang diperoleh dari maserasi sebanyak 100 g
sampel dalam 3 x 1000 ml etanol 95% adalah 22,8 g ekstrak kental, rendemen yang
diperoleh 22,8 %. Bearti ekstrak ini memenuhi standar parameter yang tidak kurang
dari 12,3 %.
Ekstrak kental yang telah jadi tersebut, dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak
kering dengan cara :
Ekstrak
dimasukkan
ekstrak kental) lalu tambahkan saccharum lactis sama banyak (22,8 g), sedikit demi
sedikit aduk sempurna, penambahan saccharum lactis ini bertujuan untuk membantu
mengeringkan ekstrak. Setelah tercampur sempurna lalu tambahkan 68,4 ml heksan,
kemudian aduk sempurna beberapa kali selama 5 menit. Biarkan mengendap dan
enaptuangkan cairan, lalu campurkan sisa dengan heksan lagi 68,4 ml aduk sempurna
dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi dengan heksan, heksan
digunakan untuk membebaskan lemak pada ekstrak sehingga lemak terekstraksi.
36
Baru keringkan pada suhu 70C, timbang serbuk ini dan tentukan karakteristiknya.
Ekstrak yang didapat berupa ekstrak kering sebanyak 34,716 g. Hal ini berarti
ekstrak kering yang diperoleh sekitar 1/3 dari 100 g simplisia yang dimaserasi dalam
3 x 1000 ml etanol 95%.
Selanjutnya dilakukan pengujian karakteristik ekstrak kering daun jambu biji
(Psidium guajava L.) antara lain :
1.Parameter Non Spesifik
a. Susut Pengeringan
Nilai yang diperoleh pada susut pengeringan ekstrak kering daun
jambu biji 1,463% 0,378% dengan rentang 1,085% - 1,841%. Berarti
ekstrak kering daun jambu biji ini tidak banyak mengandung air dan
memenuhi parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat, dimana kadar air
dari ekstrak tidak lebih dari 10%. Ekstrak yang diperoleh diharapkan tidak
ditumbuhi jamur dan kapang.
b. Bobot Jenis Nyata Dan Bobot Jenis Mampat
Nilai yang diperoleh :
o BJ nyata 0,69 g/ml 0,024g/ml berkisar antara 0,666 g/ml 0,714
g/ml. Bj nyata ini menunjukkan sifat alir serbuk.
o BJ mampat 0,839 g/ml 0,043 g/ml berkisar antara 0,796 g/ml
0,882 g/ml. Bj mampat ini menunjukkan sifat alir serbuk.
o Index Carrs 17,745% 1,406% berkisar antara 16,339% - 19,151%.
Berguna untuk menunjukkan persentase daya mampat dari serbuk.
o Rasio Hausner 1,216 0,021 berkisar antara 1,195 1,237.
Menunjukkan day mampat dari serbuk semakin kecil daya
mampatnya maka semakin jelek sifat alir serbuk.
c. Kadar Abu Total
Nilai yang diperoleh 0,532% 0,076 dengan rentang 0,456% 0,608%. Maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait kemurnian dan
37
kontaminasi. Kadar abu yang diperoleh pada ekstrak kering daun jambu biji
rendah, berarti ekstrak kering hanya sedikit mengandung oksida logam
dibandingkan ekstrak kental daun jambu biji.
b. Organoleptis
Ektrak kering daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang diperoleh
berupa serbuk kering, yang berwarna hijau tua, dengan bau khas seperti
simplisia daun jambu biji dan rasanya yang kelat.
c. Kadar Senyawa Yang Larut Dalam Air
Nilai yang diperoleh 72,433% 8,456% dengan rentang 63,977% 80,889%. Kadar senyawa larut air yang diperoleh cukup tinggi ini berarti
ekstrak kering daun jambu biji (Psidium guajava L.) banyak mengadung
senyawa polar, karena zat polar hanya larut dalam pelarut polar.
d. Kadar Senyawa Yang Larut Etanol
Nilai yang diperoleh 45,4% 0,954% dengan rentang antara
44,446% - 46,354%. Kadar senyawa larut etanol yang diperoleh rendah, ini
bearti ekstrak kering daun jambu biji (Psidium guajava L.) sedikit
mengandung senyawa semi polar.
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di dapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
a) Ektrak kering daun jambu biji (Psidium guajava L.) dapat dibuat dengan
memaserasi simplisia daun jambu biji dengan etanol 95%, dilanjutkan dengan
penguapan pelarut mengunakan rotary evaporator. Kemudian lanjutkan
dengan penambahan saccharum lactis untuk membantu pengeringan ekstrak,
pembebasan lemak memakai heksana dan pengeringan ekstrak di atas
waterbath pada suhu < 70C.
b) Karakteristik ekstrak kering daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang
diperoleh sebagai berikut :
Identitas :
o Nama ekstrak
Organoleptis :
39
5.2. Saran
Disarankan pada peneliti berikutnya agar dapat menentukan kadar zat aktif
pada ekstrak daun jambu biji untuk melengkapi standar ekstrak kering daun jambu
biji (Psidium guajva L.).
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1997, Ilmu meracik obat Teori dan Praktek, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Aisah, N., 2004, Efek Antiinflamasi Infusa Daun Jambu biji (Psidium guajava L.)
Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan, Skripsi, Surakarta: Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
40
41
Martin, E.W., Fullerton, E.C., Emerson, E.L., Arthur, O.E., Linwood, F.T., Clarence,
T.V.M., 1961, Remingtons Practice Of Pharmacy, Easton: Mack Publishing
Company.
Muhtadi, A., 1987, Uji Efek Ekstrak Kental Buah Phaseolus Vulgarin Linn.Ferhadap
Kadar Glukosa Darah Tikus, Bandung : Tesis S2 Farmasi-ITB.
Natsir, P., 1986, Manfaat Rebusan Daun Jambu Biji, Jakarta : Buku Kompas.
Sunagawa., & Mayosari., 2004, Plasma, Insulin Consentration Was Increased by
Longterm Ingestion of Guajava Juice in Spotaneus Non Insulin Dependent
Diabetes Millitus Rats, J. of Healt Sci, 50 (6) : 674-678.
Syarif, A., Santoso, S.O., Zubaidi, J., dan Ibrahim, F., 1988, Efek Daun Jambu Biji
Untuk Mengatasi Diare Akut Pada Anak Usia 1-5 tahun, Simposium Penelitian
Obat Tradisional VI, Fakultas Farmasi, Jurusan Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Depok, Jakarta : Universitas Indonesia.
Soetarno, K., & Soediro, I. S., 1997, Cara Pembuatan Jamu Yang Terbaik, Bandung:
Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi.
Supriadi, 2001, Tumbuhan Obat Indonesia, Edisi I. Jakarta : Pustaka Populer Obat.
Sudarsono, G.D., Wahyono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo., 2002, Tumbuhan Obat
II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan), 157-158, Yogyakarta : Pusat
Studi Obat Tradisional-Universitas Gadjah Mada.
Sari, R.M., 2010, Karya Tulis Ilmiah, Analisa Fisikokimia dan Fitokimia Ekstrak
Cair Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.), Padang : Akfar Ranah Minang.
Van Steenis, C.G.G.J., 1947, Flora untuk sekolah, diterjemahkan oleh Surjowinoto,
M.,Jurusan Botani Universitas Gadjah Mada, 34-69, 315-316,Jakarta: Pradnya
Paramita.
Yuniarti, P., 1991, Pengaruh Antibakteri Dekok Daun Jambu biji (Psidium guajava
L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Skripsi, Yogyakarta:
Fakultas Farmasi, UGM.
Yuniarti, T., 2008, Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional, Yogyakarta : Medpres.
42
Lampiran 1 (Lanjutan)
Tabel 5
Susut Pengeringan Simplisia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
43
No
(Wo) Cawan
(W1) Cawan
(W2) Cawan
Susut
Penguap Kosong
penguap dan
penguap setelah
pengeringan
sampel
pengeringan
29,000 g
30,003 g
29,939 g
6,381 %
37,802 g
38,803 g
38,731 g
7,193%
31,449 g
32,448 g
32,394 g
5,405%
Tabel 6
Kadar Abu Total Simplisia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
(Wo) Krus
(W2) Krus
Porselen Kosong
dan sampel
Porselen setelah
Abu Total
simplisia
menjadi abu
1
60,922 g
63,950 g
61,150 g
7,528 %
59,007 g
61,920 g
59,225 g
7,209 %
59,007 g
62,004 g
59,225 g
7,274 %
Tabel 7
Kadar Abu Tak Larut Asam Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.)
No
(Wo) Krus
(W2) Krus
Abu tak
Porselen Kosong
dan sampel
Porselen setelah
larut asam
simplisia
menjadi abu
1
60,922 g
63,950 g
60,928 g
0,198 %
59,007 g
61,920 g
59,011 g
0,137 %
59,007 g
62,004 g
59,015 g
0,267 %
Lampiran 1 (lanjutan)
Tabel 8
Kadar Abu Larut Air Simplisia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
44
No
Abu total
7,528 %
0,198 %
7,330 %
7,209 %
0,137 %
7,072 %
7,274 %
0,267 %
7,007 %
.
1
Tabel 9
Susut Pengeringan Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
(Wo) Cawan
(W1) Cawan
(W2) Cawan
Susut
Penguap Kosong
penguap dan
penguap
pengeringa
sampel
setelah
pengeringan
1
34,155 g
35,155 g
35,142 g
1,300 %
32,459 g
33,461 g
33,442 g
1,896%
38,940 g
39,945 g
39,933 g
1,194%
Tabel 10
Kadar Abu Total Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
(Wo) Krus
(W2) Krus
Porselen Kosong
dan sampel
Porselen setelah
Abu Total
ekstrak menjadi
abu
1
60,927 g
62,929 g
60,938 g
0,549 %
62,166 g
64,167 g
62,176 g
0,499 %
57,005 g
59,009 g
57,017 g
0,598 %
Lampiran 1 (lanjutan)
Tabel 11
Kadar Abu Tak Larut Asam Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
45
No
(Wo) Krus
(W2) Krus
Abu tak
Porselen Kosong
Porselen dan
larut asam
penambahan HCl
abu setelah
tambah HCl
60,927 g
62,929 g
60,929 g
0,1 %
62,166 g
64,167 g
62,169 g
0,15%
57,005 g
59,009 g
57,007 g
0,1%
Tabel 12
Bobot Jenis Nyata Dan Bobot Jenis Mampat Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
No
Berat
Volume
Volume
Bj
Bj
Index
Rasio
Serbuk
Sebelum
Setelah
Nyata
Mampat
Carrs
Hausner
(g)
Ketukan Ketukan
( g/ml )
( g/ml )
( %)
10 g
( ml)
14 ml
( ml )
11,3 ml
0,714
0,885
19,333
1,230
10 g
14,5 ml
12 ml
0,689
0,883
17,287
1,209
10 g
15 ml
12,5 ml
0,667
0,8
16,625
1,199
Lampira 1 (lanjutan)
Tabel 13
Kadar Senyawa Larut Air Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
46
No
(W o) cawan
Senyawa
Penguap kosong
Larut Air
Awal
pengeringan
1
32,450 g
33,088 g
5g
63,8 %
39,197 g
39,925 g
5g
72,8 %
53,896 g
54,703 g
5g
80,7 %
Tabel 14
Kadar Senyawa Larut Etanol Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
No
(W o) cawan
Senyawa
Penguap kosong
Larut
Awal
pengeringan
Etanol
32,456 g
32,905 g
5g
44,9 %
39,190 g
39,655 g
5g
46,5 %
53,892 g
54,340 g
5g
44,8 %
47
Susut pengeringan
= 100% - (
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%)
Penimbangan 1
Wo = Berat cawan penguap kosong (29,000 g)
W1 = Berat cawan penguap kosong dan 1 g simplisia (30,003 g)
W2 = Berat cawan penguap dan simplisia setelah pengeringan (29,939 g)
Susut pengeringan
= 100% - (
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%)
29,939 29,000
x100%
30,003 29,000
= 100% - (
= 6,381%
b) Kadar Abu Total Simplisia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
Penimbangan 1
Wo = Berat krus porselen kosong (60,922 g)
W1 = Berat krus porselen dan 3 g simplisia (63,950 g)
W2 = Berat krus porselen setelah simplisia menjadi abu (60,150 g)
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
61,150 60,922
x100%
63,950 60,922
=
= 7,528 %
48
Lampiran 2 (Lanjutan)
c) Kadar Abu Tak Larut Asam Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.)
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
Penimbangan 1
Wo = Berat krus porselen kosong (60,922 g)
W1 = Berat krus porselen dan abu sebelum ditambah HCl (63,950 g)
W2 = Berat krus porselen dan abu setelah tambah HCl (60,928 g)
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
60,928 60,922
x100%
63,950 60,922
=
= 0,198 %
d) Kadar Abu Larut Air Simplisia Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Kadar abu total kadar abu yang tak larut asam
Sisa kering
= 7,528% - 0,198%
= 7,330%
49
Lampiran 2 (lanjutan)
e) Susut Pengeringan Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
Susut pegeringan
= 100% - (
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%)
Penimbangan 1
Wo = Berat cawan penguap kosong (34,155 g)
W1 = Berat cawan penguap dan 1 g ekstrak (35,155 g)
W2 = Berat cawan penguap dan ekstrak setelah pengeringan (35.142 g)
Susut pengeringan
= 100% -
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
35,142 34,155
x100%
35,155 34,155
= 100% = 1,300%
f) Kadar Abu Total Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
Penimbangan 1
Wo = Berat krus porselen kosong (60,927 g)
W1 = Berat krus porselen dan 2 g ekstrak (62,929 g)
W2 = Berat krus porselen setelah ekstrak menjadi abu (60,938 g)
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
50
60,938 60,927
x100%
62,929 60,927
=
= 0,549 %
Lampiran 2 (Lanjutan)
g) Kadar Abu Tak Larut Asam Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L.)
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
Penimbangan 1
Wo = Berat krus porselen kosong (60,927 g)
W1 = Berat krus porselen dan abu sebelum penambahan HCl (62,929 g)
W2 = Berat krus porselen dan abu setelah tambah HCl (60,929 g)
W 2 Wo
W 1 Wo
X 100%
60,929 60,927
x100%
62,929 60,927
=
= 0,1 %
51
Lampiran 2 (lanjutan)
h) Bobot Jenis Nyata Dan Bobot Jenis Mampat Ekstrak Kering Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Penimbangan 1
Berat serbuk
= 10 g
= 14 ml
= 11,3 ml
Bj Nyata
Berat serbuk
Volume serbuk sebelum ketukan
Bj Nyata
Bj Mampat
10 g
14ml
= 0,714 g/ml
Berat serbuk
Volume serbuk setelah ketukan
10 g
11,3ml
Bj Mampat
= 0,885 g/ml
52
Index Carr' s
Bj mampat - Bj nyata
100%
Bj mampat
0,885 0,714
X 100%
0,885
Index Carrs =
Rasio Hausner
= 19,322 %
Bj mampat
Bj nyata
0,885
0,714
Rasio Hausner =
= 1,23
Lampiran 2 (Lanjutan)
i) Kadar Senyawa Larut Air Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L.)
Penimbangan 1
Wo = Berat cawan penguap kosong (32,450 g)
W1 = Berat cawan penguap dan sampel setelah pengeringan konstan (33,088 g)
W2 = Berat ekstrak awal ( 5,000 g)
P
= Faktor pengenceran
W 1 Wo
W2
X P X100%
33,088 32,450
5
100
20
X 100%
= 63,8 %
53
j) Kadar Senyawa Larut Etanol Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L.)
Penimbangan 1
Wo = Berat cawan penguap kosong (32,456 g)
W1 = Berat cawan penguap dan sampel setelah pengeringan konstan (32,905 g)
W2 = Berat ekstrak awal (5,000 g)
P
= Faktor Pengenceran
W 1 Wo
W2
X P X 100%
32,905 32,456
5
100
20
X 100%
= 44,9 %
Tabel 15
Susut Pengeringan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
(x)Susut Pengeringan
xx
6,381 %
0,055 %
0,003025 %
7,193 %
0,867 %
0,751689 %
5,405 %
6,326 %
-0,921 %
Jumlah
0,848241 %
1,602031 %
(x )
(x x)2
rata2
Keterangan :
54
(x
SD
x)2
n 1
1,602031%
3 1
SD
SD
= 0,895%
Jadi susut pengeringan atau kadar air dari daun jambu biji adalah 6,326%
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 16
Kadar Abu Total Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
xx
7,528 %
0,191 %
0,036481 %
7,209 %
-0,128 %
0,016384 %
7,274 %
-0,063 %
0,003969 %
7,337%
Jumlah
0,056834 %
(x )
rata2
(x x)2
Keterangan :
55
(x
SD
x)2
n 1
0,056834%
3 1
SD
SD
= 0,169%
Jadi kadar abu total dari daun jambu biji adalah 7,337% 0,169%, berkisar
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 17
Kadar Abu Tak Larut Asam Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
xx
0,198 %
-0,003%
0,000009 %
0,137 %
-0,064%
0,004096 %
0,267 %
0,066%
0,004356 %
0,201%
Jumlah
0,008461 %
(x )
rata2
(x x)2
Keterangan :
56
(x
SD
x)2
n 1
0,008461
3 1
SD
SD
= 0,065%
Jadi kadar abu tak larut asam dari daun jambu biji adalah 0,201% 0,065%,
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 18
Kadar Abu Larut Air Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
xx
7,300 %
0,194%
0,037636 %
7,072 %
-0,064%
0,004096 %
7,007 %
-0,129%
0,016641 %
7,136 %
Jumlah
0,058373 %
(x )
rata2
(x x)2
Keterangan :
57
(x
SD
x)2
n 1
0,058373%
3 1
SD
SD
= 0,171%
Jadi kadar abu larut air dari daun jambu biji adalah 7,136% 0,171%,
Lampira 3 (lanjutan)
Tabel 19
Susut Pengeringan Ektrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
xx
1,300 %
-0,163%
0,026569 %
1,896 %
0,433%
0,187489 %
1,194 %
-0,269%
0,072361 %
1,463 %
Jumlah
0,286419 %
(x )
rata2
(x x)2
Keterangan :
58
(x
SD
x)2
n 1
0,286419%
3 1
SD
SD
= 0,378%
Jadi susut pengeringan dari ekstrak kering daun jambu biji adalah 1,463%
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 20
Kadar Abu Total Ektrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
xx
0,549 %
0,017%
0,000289 %
0,449 %
-0,083%
0,006889 %
0,598 %
0,066%
0,004356 %
0,532 %
Jumlah
0,011534 %
(x )
rata2
(x x)2
Keterangan :
59
(x
SD
x)2
n 1
0,011534%
3 1
SD
SD
= 0,076%
Jadi kadar abu total dari ekstrak daun jambu biji adalah 0,532% 0,076%,
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 21
Kadar Abu Tak Larut Asam Ekstrak Kering
Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
No
xx
0,1 %
-0,017%
0,000289 %
0,15 %
-0,033%
0,001089 %
0,1 %
-0,017%
0,000289 %
0,117 %
Jumlah
0,001667 %
(x )
rata2
(x x)2
60
Keterangan :
(x
SD
n 1
SD
x)2
0,001667%
3 1
0,0008335%
SD
SD
= 0,029%
Jadi kadar abu yang tak larut asam dari ekstrak daun jambu biji (Psidium
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 22
Bobot Jenis Nyata Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
No
(x) Bj Nyata
xx
0,714 g/ml
0,024 g/ml
0,000576 g/ml
0,689 g/ml
-0,001 g/ml
0,000001 g/ml
0,667 g/ml
0,690 g/ml
-0,023 g/ml
Jumlah
0,000529 g/ml
0,001106 g/ml
(x )
(x x)2
rata2
61
Keterangan :
(x
SD
x)2
n 1
0,001106
3 1
SD
SD
= 0,024 g/ml
Jadi Bj Nyata dari ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) adalah 0,690
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 23
Bobot Jenis Mampat Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
No
(x) Bj Mampat
xx
0,885 g/ml
0,046 g/ml
0,002116 g/ml
0,883 g/ml
0,044 g/ml
0,001936 g/ml
0,8 g/ml
-0,039 g/ml
0,001521 g/ml
0,839 g/ml
Jumlah
0,005573 g/ml
(x )
rata2
(x x)2
62
Keterangan :
(x
SD
x)2
n 1
0,005573%
3 1
SD
SD
= 0,043 g/ml
Jadi Bj Mampat dari ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) adalah
0,839 g/ml 0,043 g/ml, berkisar antara 0,796 g/ml - 0,882 g/ml.
Lampira 3 (lanjutan)
Tabel 24
Index Carrs
No
xx
19,322 %
1,577%
2,486929 %
17,287 %
-0,458%
0,209764 %
16,625 %
17,745 %
-1,12%
Jumlah
1,2544 %
3,951093 %
(x )
(x x)2
rata2
63
Keterangan :
(x
SD
x)2
n 1
3,951093
3 1
SD
SD
= 1,406 %
Jadi index carrs adalah 17,745% 1,406%. Berkisar antara 16,339% -
19,151%.
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 25
Rasio Hausner
No
xx
(x x)2
1,239
0,023
0,000529
1,209
-0,007
0,000049
1.199
-0,017
0,000289
1,216
Jumlah
0,000338
(x )
rata2
64
Keterangan :
(x
SD
x)2
n 1
0,000338
3 1
SD
SD
= 0,021
Jadi nilai Rasio Hausner adalah 1,216 0,021. Berkisar antara 1,195 1,237.
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 26
Kadar Senyawa Larut Air Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
No
xx
63,8 %
-8,633%
74,528689%
72,8 %
0,367%
0,134689%
80,7 %
8,267%
68,343289%
72,433 %
Jumlah
143,006667%
(x )
rata2
(x x)2
65
Keterangan :
(x
SD
x)2
n 1
143,006667
3 1
SD
SD
= 8,456%%
Jadi senyawa yang larut air dari ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)
Lampiran 3 (lanjutan)
Tabel 27
Kadar Senyawa Larut Etanol Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
No
xx
44,9 %
-0,5%
0,25%
46,5 %
1,1%
1,21%
44,8 %
-0,6%
0,36%
45,4 %
Jumlah
1,82%
(x )
rata2
(x x)2
Keterangan :
66
(x
SD
x)2
n 1
1,82%
3 1
SD
SD
= 0,954%
Jadi senyawa yang larut etanol dari ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava
simplisia kering
67
hasil maserasi
Proses pengentalan
proses maserasi
68
69