QCC Sriti 2
IRNA I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Jln. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Malang
2012
QCC Sriti 2
IRNA I Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Jln. Jaksa Agung Suprapto No. 2 Malang
QCC SRITI 2
Tema
Judul
Visi IRNA I :
Misi IRNA I :
Mewujudkan pelayanan kesehatan prima dan paripurna sesuai
standar pelayanan kesehatan yang bermutu.
Mewujudkan program unggulan pemberantasan penyakit infeksi
nosokomial.
Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional
melalui usaha pendidikan dan penelitian bidang kesehatan.
MOTTO KBK
SRITI II
-
S = Sigap
R = Rasional
I= Ilmiah
T = Terpadu
I = Intensif
IDENTITAS GUGUS
JADWAL PERTEMUAN
Penanggung jawab :
dr.Putu
Moda
Arsana,
Usia rata-rata :
SpPD
41 tahun
(KEMD)
Pendidikan rata-rata:
Pembimbing :
D3 Keperawatan
KBK dibentuk :
Ketua :
Eko Suratman, S.Kep, Ns
Sekretaris :
Yusuf Elmadi, S.Kep, Ns
Anggota :
- Kristiyati, AMK
- Samsul Arifin, AMK
- Achmat Choiru, AMK
November 2003
Jumlah pertemuan :
6 kali
Lama pertemuan :
1 2 jam
Rata- rata kehadiran :
80 %
Periode kegiatan :
Desember 2011 Juli 2012
STRUKTUR ORGANISASI
KBK SRITI II
DIREKTUR
DR. dr. Basuki Bambang Purnomo, Sp.U
KA.IRNA I
dr. Putu Moda Arsana, SpPD (KEMD)
ALUR PERSOALAN
Pasien MRS /
dirawat
Advis Dokter
1. Terjadi plebitis
2. Rasa sakit saat obat
dimasukkan
Obat di suntikkan
ke pasien
Desember
1 2 3 4
Januari
1 2 3 4
Pebruari
1 2 3 4
1 Menentukan tema
PL
AN
dan judul
2 Menganalisa
penyebab
3 Menentukan
penyebab dominan
CH
EC
K
4 Membuat rencana
dan melaksanakan
perbaikan
5 Meneliti hasil
Juni
2 3
Juli
2 3
Ren Reali
cana sasi
4
6 Standarisasi
AC
TI
O
Mei
2 3
7 Mengumpulkan
Keterangan :
= Rencana Kegiatan
= Realisasi Kegiatan
LANGKAH I
LANGKAH 1
MENENTUKAN TEMA DAN JUDUL
(Periode 24 Desember 2011 20 Januari 2012)
1. INVENTARISASI PERSOALAN
Pada tema sekarang ini QCC Sriti 2 menentukan masalah baru sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan cara pencampuran ( Mixed ) obat serbuk injeksi sebanyak 166
kejadian dari 367 Kejadian ( 45,2 % ).
b. Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau
sebaliknya sebanyak 23 kejadian dari 138 kasus (16,7 % )
c. Banyaknya penggunaan alat slang penghubung nebulizer kit berulang pada pasien di
IRNA I sebanyak 37 kejadian dari 178 kasus (20,8% ).
Data sheet 1
: Pencampuran obat serbuk injeksi
Periode data
: 26 Des 2011 20 Jan 2012
Sumber data
: Ruang : 24 A, 24 B, 26, 05
Pengumpul data
: Kristiyati + Choiru + Eko Suratman
Metode
: Wawancara dan observasi
Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I
Ruang
24A
109
71
38
24B
111
48
63
26
105
52
53
05
42
30
12
Jumlah
367
201
166
Data sheet 2
Ruang
Tidak Tepat
tepat
Tidak Tepat
tepat
24 A
20
24 B
23
11
25
55
20
29
26
40
15
17
Jumlah
138
51
15
54
Data sheet 3
: Penggunaan slang nebulizer kit yang berulang
Periode data
: 26 Des 2011 20 Jan 2012
Sumber data
: Ruang 24A, 24B, 26, 05
Pengumpul data
: Samsul + Yusuf
Metode
: Observasi
Penanggung jawab data : Ka UPP IRNA I
Ruang
24A
73
24B
78
13
65
26
25
19
05
Jumlah
178
37
141
Persoalan
Kejadian
166
serbuk injeksi
Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat
23
37
kit berulang
200
A. Ketidakefektifan
pencampuran obat
serbuk injeksi
166
150
100
50
23
37
0
A
B. Ketidakefektifan cara
pemindahan pasien
ke brancard dan
sebaliknya
C. Penggunaan slang
nebulizer kit berulang
Keterangan:
Dari diagram batang frekuensi kejadian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
kejadian Banyaknya keluhan nyeri dilokasi penyuntikan pada pasien yang mendapatkan terapi
injeksi di IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar menempati urutan tertinggi sebesar 166 kejadian.
10
No
Keselamatan
Kode
Uraian Persoalan
Nilai
1.
Mayor
2.
Moderate
3.
Minimum
pasien
A. Ketidakefektifan cara
pencampuran obat
serbuk injeksi
4
3,5
3
2,5
2
1,5
B. Ketidakefektifan cara
pemindahan pasien
ke brancard dan
sebaliknya
C. Penggunaans lang
nebulizer kit berulang
1
0,5
0
A
Kesimpulan:
Dari diagram diatas tampak bahwa Banyaknya keluhan nyeri dilokasi penyuntikan
pada pasien yang mendapatkan terapi injeksi di IRNA I merupakan persoalan
prioritas pertama dengan nilai 4.
11
No
Kode
Uraian Persoalan
Pemborosan
1.
Rp. 900.000
2.
Rp. 500.000
3.
Rp. 400.000
900000
A. Ketidakefektifan cara
pencampuran obat
serbuk injeksi
900000
800000
700000
600000
500000
500000
400000
400000
300000
200000
B. Ketidakefektifan cara
pemindahan pasien
ke brancard dan
sebaliknya
C. Penggunaan slang
100000
0
A
Kesimpulan:
Dari diagram batang diatas tampak bahwa Ketidakefektifan pencampuran
( Mixed ) obat serbuk injeksi (Kode A) merupakan urutan pertama karena
mengalami pemborosan paling tinggi yaitu Rp. 900.000,-
12
No
Jenis Tindakan
Belum
optimalnya cara
pencampuran
obat serbuk
injeksi
Ketidakefektifan
cara pemindahan
pasien ke
brancard dan
sebaliknya
Penggunaan
slang nebulizer
kit berulang
1.
Perawatan
Rp. 150.000
Rp. 150.000
2.
Blood set
Rp. 10.000
3.
Venflon
Rp. 8.000
4.
Zalf thrombopop
Rp. 20.000
5.
Laboratorium DL
Rp. 50.000
Rp. 50.000
6.
Antibotika
Rp. 500.000
7.
Rp. 38.000
8.
Tindakan pemasangan
infus
Visite Dokter
Rp. 40.000
9.
Spuit
Rp. 25.000
Rp. 25.000
Rp. 25.000
Rp. 9.000
11. Analgesik
Rp. 50.000
Rp. 275.000
Rp. 100.000
Rp. 900.000
Rp. 500.000
Rp. 400.000
JUMLAH
Rp. 225.000
13
3. KESIMPULAN
Berdasarkan Analisa Pareto Diagram Batang :
1. Dari frekuensi kejadian
Jumlah kejadian Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi di IRNA I
RSUD dr. Saiful Anwar menempati urutan tertinggi
2. Dari keselamatan pasien (safety)
Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi di IRNA I RSUD dr. Saiful
Anwar merupakan persoalan prioritas pertama
3. Dari pemborosan
Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk injeksi merupakan urutan pertama
karena mengalami pemborosan paling tinggi
Maka berdasarkan Analisa Pareto Diagram Batang diatas, QCC menetapkan bahwa prioritas
persoalan adalah Ketidakefektifan cara pencampuran obat serbuk Injeksi.
Dengan demikian SRITI 2 memutuskan untuk memilih tema :
14
4. PENENTUAN JUDUL
Dalam menentukan judul kita lakukan stratifikasi terhadap cara pencampuran obat serbuk
injeksi yang tidak efekfif terdiri dari :
1. Pencampuran obat serbuk injeksi antibiotika yang tidak efektif
2. Pencampuran obat serbuk injeksi anti ulser yang tidak efektif
3. Pencampuran obat serbuk injeksi anti hipertensi yang tidak efektif
Tabel sub stratifikasi judul :
Kode
Jumlah kejadian
108
31
27
166
150
108
100
50
31
27
0
A
15
Kesimpulan:
Berdasarkan diagram batang diatas pencampuran obat serbuk injeksi antibiotika yang
tidak efektif menempati ururtan tertinggi . Dengan demikian maka QCC Sriti 2 sepakat
mengambil judul:
16
Eko suratman
NIP. 1962 1224 1988 03 1 001
17
No
1
Jabatan
Kepala Intalasi Rawat Inap I
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang
KOMENTAR :
18
No
1
Jabatan
KOMENTAR :
19
No
Jabatan
1 Direktur
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang
KOMENTAR :
20
LANGKAH 2
21
LANGKAH 2
MENGANALISA PENYEBAB
(Periode 24 Januari 2012 23 Pebruari 2012)
Kegiatan pada langkah ini adalah mencari faktor-faktor yang diduga dapat menjadi
penyebab timbulnya persoalan. Agar dapat memperoleh gambaran yang menyeluruh dari
suatu susunan sebab akibat, maka upaya untuk menentukan faktor-faktor penyebab persoalan
dengan menggunakan alat bantu diagram Ishikawa. Hasil pengumpulan ide (brain storming)
didapatkan data sebagai berikut:
1. FAKTOR-FAKTOR DALAM DIAGRAM ISHIKAWA:
A. Faktor Manusia
C1. Keterbatasan tenaga
C2. Banyaknya obat yang harus dicampur
C3. Petugas bekerja tergesa-gesa
C4. Obat serbuk yang dicampur tidak dicek ulang
C5. Masih banyak obat serbuk yang diberikan pasien belum larut semua
C1. Perawat bekerja sesuai kebiasaan
C1. Banyaknya pasien yang mendapat obat serbuk injeksi
B. Faktor Metode
C1. Petugas dalam melakukan cara pencampuran obat serbuk injeksi masih
menggunakan pedoman instruksi kerja yang belum direvisi
C. Faktor Material
C1. Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut
C2. Waktu yang dibutuhkan dalam pencampuran lebih lama
D. Faktor Mesin
C1. Belum ada alat khusus cara pencampuran obat serbuk injeksi
C2. Petugas melakukan cara pencampuran obat serbuk injeksi dengan
cara manual dan satu persatu
22
2. DIAGRAM ISHIKAWA
METODE
MANUSIA
Keterbatasan
tenaga
MATERIAL
MESIN
Ketidakefektifan
Pencampuran obat
serbuk injeksi
Petugas melakukan
pencampuran obat serbuk
injeksi dengan cara manual
dan satu persatu
LINGKUNGAN
Persoalan
Eko
Yusuf
Kris
Samsul Choiru
VI
Keterbatasan tenaga
VI
17
III
19
IV
26
II
28
TANDA TANGAN
Kesimpulan:
Berdasarkan rumus NGT 1/2 N + 1 maka QCC mendapatkan 4 faktor yang diduga sebagai
penyebab :
1. Belum ada alat khusus untuk pencampuran obat serbuk injeksi
2. Perawat dalam cara pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi
kerja yang belum direvisi
3. Masih ada obat serbuk yang sulit larut.
4. Perawat bekerja sesuai kebiasaan
LANGKAH 3
25
LANGKAH 3
26
2. SCATTER DIAGRAM
Diagram Scatter
a. Belum ada alat khusus untuk cara pencampuran obat serbuk injeksi
Petugas
melakukan pencampuran obat serbuk injeksi dengan cara manual dan satu persatu.
Indikator/kriteria penilaian :
X1 = Belum ada alat khusus
untuk cara pencampuran obat
serbuk injeksi
Y1 = Banyak obat serbuk injeksi
yangmasih belum larut
10
9
8
7
6
r = 0,925
5
4
3
2
1
0
0
Kesimpulan x1 :
Dari diagram pencar dan uji
korelasi didapatkan
r = 0,925 berkorelasi positif
kuat, sehingga kelompok
menetapkan sebagai penyebab
dominan
10
b. Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi
kerja yang belum direvisi Pencampuran obat serbuk injeksi tidak efektif
r = 0,867
10
Indikator penilaian :
X2 : Perawat dalam cara
pencampuran obat serbuk
injeksi masih berpedoman
pada instruksi kerja yang
belum direvisi
Y2 : Pencampuran obat serbuk
injeksi tidak efektif
Kesimpulan x2 :
Dari diagram pencar dan uji
korelasi didapatkan
r = 0,867 berkorelasi positif
kuat, sehingga kelompok
menetapkan sebagai penyebab
dominan
27
c. Masih ada obat serbuk injeksi yang sulit larut Waktu yang dibutuhkan dalam
pencampuran obat lebih lama
Indikator penilaian :
X3 : Masih ada obat serbuk
injeksi yang sulit larut
Y3 : Waktu yang dibutuhkan
dalam pencampuran obat
lebih lama
Kesimpulan x3 :
r = 0,798
4
2
0
0
efektif
Indikator penilaian :
X4 : Perawat bekerja sesuai
kebiasaan
Y4 : Pencampuran obat serbuk
injeksi tidak efektif
Kesimpulan x4 :
r = 0,618
10
Kesimpulan:
Dari 4 diagram pencar diatas diketahui bahwa faktor penyebab yang
berkorelasi positif kuat (r0,714 ) terhadap persoalan yaitu :
1. Belum ada alat khusus cara pencampuran obat serbuk injeksi (0,925)
2. Perawat dalam pencampuran obat serbuk injeksi masih berpedoman pada instruksi
kerja yang belum direvisi( 0,867 )
3. Masih ada obat serbuk yang sulit larut.( 0,798)
28
2(%)
Derajat (.. )
0,925
85,56
129,01
0,867
75,16
113,91
0,798
63,68
98,72
2,59
224,4
341,64
J U M L AH
4. DIAGRAM PIE
98,72
129,01
113,91
29
LANGKAH 4
30
LANGKAH 4
MEMBUAT RENCANA DAN MELAKSANAKAN PERBAIKAN
( Periode : 3 April 2012 18 Mei 2012 )
Tabel rencana perbaikan
1. MESIN
No
1.
Faktor Penyebab
Dominan
Belum ada alat khusus
cara pencampuran obat
serbuk injeksi
WHY
Agar dalam
cara
pencampuran
obat serbuk
injeksi lebih
efektif dan
tidakada
sisagumpalan
obat
WHAT
Membuat alat
cara
pencampuran
obat
WHERE
WHEN
WHO
HOW
IRNA I
Eko.S
Mengadakan pertemuan
QCC untuk menyepakati
pembuatan alat pencampuran
obat serbuk injeksi
Membuat rancangan tentang
pembuatan alat pencampuran
obat serbuk injeksi
Mengajukan rancangan
pembuatan alat pencampuran
obat serbuk injeksi ke KA
IRNA I untuk mendapatkan
persetujuan
Mensosialisasikan cara
penggunaan alat pengplosan
obat serbuk injeksi yang
sudah mendapat persetujuan
Ka IRNA
Mengevaluasi hasil alat
pencampuran obat serbuk
injeksi yang digunakan.
HOW
MUCH
100 %
2. METODE
No
2.
Faktor Penyebab
Dominan
Perawat dalam
pencampuran obat
serbuk injeksi masih
berpedoman pada
instruksi kerja yang
belum direvisi
WHY
Agar dalam
melakukan
pencampuran
obat serbuk
injeksi sudah
sesuai dengan
instruksi kerja
yang sudah
direvisi
WHAT
Mengevaluasi
dan merevisi
instruksi kerja
cara
pencampuran
obat serbuk
injeksi.
WHERE
WHEN
IRNA I
Minggu
keIII April
minggu
ke I mei
2012
WHO
Samsul
dan
Choiru
Senin 23
April
sampai
dengan 4
Mei 2012
32
HOW
Mengadakan pertemuan QCC
untuk mengevaluasi dan
merevisi instruksi kerja cara
pencampuran obat serbuk
injeksi injeksi dengan
menggunakan alat
pencampuran obat serbuk .
Membuat revisi instruksi
kerja cara pencampuran obat
serbuk injeksi dengan
menggunakan alat pencampur
obat serbuk injeksi.
Mengajukan hasil revisi dan
evaluasi Intruksi Kerja ke KA
IRNA I untuk mendapat
persetujuan
Mensosialisasikan hasil revisi
dan evaluasi Instruksi kerja
cara pencampuran obat
serbuk injeksi dengan
menggunakan alat
pencampuran obat serbuk
yang disetujui oleh KA IRNA
I keseluruh perawat IRNA I
Mengevaluasi hasil instruksi
kerja yang sudah direvisi
yang sudah dilaksanakan
HOW
MUCH
100 %
3. MATERIAL
No
3.
Faktor Penyebab
Dominan
Banyaknya obat
serbuk injeksi yang
sulit larut
WHY
Agar obat
serbuk injeksi
bisa larut dan
tidak ada sisa
gumpalan
serbuk obat
WHAT
Mengevaluasi
dan merevisi
instruksi kerja
cara
pencampuran
obat serbuk
injeksi yang
sulit larut
WHERE
WHEN
IRNA I
Minngu IIIIIApril
2012
WHO
Yusuf E
Jumat 13
April 2012
sampai
dengan
kamis 19
April 2012
33
HOW
Mengadakan pertemuan QCC
untuk mengevaluasi dan merevisi
instruksi kerja cara pencampuran
obat serbuk injeksi injeksi yang
sulit larut dengan menggunakan
alat pencampuran obat serbuk
injeksi .
Membuat revisi instruksi kerja
cara pencampuran obat serbuk
injeksi yang sulit larut dengan
menggunakan alat pencampur
obat serbuk injeksi.
Mengajukan hasil revisi dan
evaluasi Intruksi Kerja ke KA
IRNA I untuk mendapat
persetujuan
Mensosialisasikan hasil revisi dan
evaluasi Instruksi kerja cara
pencampuran obat serbuk injeksi
yang sulit larut dengan
menggunakan alat pencampuran
obat serbuk yang disetujui oleh
KA IRNA I keseluruh perawat
IRNA I
Mengevaluasi hasil instruksi kerja
hasil irevisi yang sudah
dilaksanakan .
HOW
MUCH
100 %
IDE
Membuat
alat khusus
pencampuran
obat serbuk
injeksi
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Sebelum
Pencampuran
obat serbuk
injeksi
dilakukan
secara manual
dengan cara di
kocok
Tanggal
4 april s/d
16 mei
2012
Perbaikan
Mengadakan
pertemuan QCC untuk
menyepakati
pembuatan alat
pencampuran obat
serbuk injeksi
Membuat rancangan
tentang pembuatan alat
pencampuran obat
serbuk injeksi
Mengajukan rancangan
pembuatan alat
pencampuran obat
serbuk injeksi ke KA
IRNA I untuk
mendapatkan
persetujuan
Mensosialisasikan cara
penggunaan alat
pengoplosan obat
serbuk injeksi yang
sudah mendapat
persetujuan Ka IRNA
Mengevaluasi hasil alat
pencampuran obat
serbuk injeksi yang
digunakan.
Sesudah
Cara mencampur obat
serbuk injeksi
dilakukan dengan alat
khusus
Keputusan
QCC
Monitoring
Diagram Run Chart
10
5
0
1
X = Hari Pengamatan
Y = Jumlah / Frekuensi
pencampuran obat
serbuk injeksi yang
dilakukan dengan cara
manual / tidak
menggunakan alat.
Kesimpulan :
Setelah dilakukan perbaikan
dan uji coba diketahui bahwa
pencampuran obat serbuk
injeksi dilakukan dengan alat
khusus.
Dengan
adanya alat
untuk
mencampur
obat serbuk
injeksi,petugas
tidak
melakukan
pencampuran
secara manual.
dinyatakan
BERHASIL
No
2.
IDE
Membuat
instruksi
kerja cara
pencampuran
obat serbuk
injeksi
dengan
menggunakan
alat
pencampuran
obat
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Sebelum
Tanggal
Perbaikan
Petugas dalam
melaksanakan
pencampuran
obat serbuk
injeksi secara
manual dan
berpedoman
pada instruksi
kerja yang
belum direvisi
4 april s/d
16 Mei
2012
Mengadakan pertemuan
QCC untuk mengevaluasi
dan merevisi instruksi kerja
cara pencampuran obat
serbuk injeksidengan
menggunakan
alat pencampuran obat
serbuk .
Membuat revisi instruksi
kerja cara pencampuran obat
serbukinjeksi dengan
menggunakan alat
pencampur obat serbuk
injeksi.
Mengajukan hasil revisi dan
evaluasi Intruksi Kerja ke
Ka IRNA I untuk mendapat
persetujuan
Mensosialisasikan hasil
revisi dan evaluasi Instruksi
kerja cara
pencampuran obat serbuk
injeksidengan menggunakan
alat pencampuran obat
serbuk yangdisetujui oleh
Ka IRNA I keseluruh
perawat IRNA I
Mengevaluasi hasil instruksi kerja yang sudah direvisi
yang sudahdilaksanakan
Monitoring
Sesudah
Instruksi kerja
yang sudah
tersedia di
ruangan
Diagram Runchart
10
5
0
Petugas /
Perawat dalam
mencampur obat
serbuk injeksi
berpedoman
pada instruksi
kerja yang
sudah di revisi
dengan
menggunakan
alat pencampur
obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X = Hari Pengamatan
Y = Jumlah / Frekuensi
banyaknya perawat dalam
pencampuran obat serbuk
injeksi masih berpedoman
pada instruksi kerja yang
belum direvisi.
Kesimpulan :
Setelah dilakukan perbaikan dan
uji coba diketahui bahwa
perawat dalam melakukan
pencampuran obat serbuk injeksi
sudah berpedoman pada
instruksi kerja yang sudah di
evaluasi dan direvisi.
35
Keputusan
QCC
Dengan
adanya
pedoman
instruksi
kerja yang
sudah
direvisi dan
dievaluasi,
Perawat
dalam
bekerja
selalu
berdasarkan
pada
instruksi
kerja yang
sudah
direvisi. Dan
dinyatakan
BERHASIL
PELAKSANAAN PERBAIKAN
No
3.
IDE
Sebelum
Tanggal
Perbaikan
Sesudah
Banyaknya obat
Pencampuran
serbuk injeksi
obat serbuk
4 april s/d
16 Mei
2012
injeksi
Mengadakan pertemuan
QCC untuk menyepakati
pembuatan alat
pencampuran obat
serbuk injeksi yang sulit
larut.
Membuat rancangan
tentang pembuatan alat
pencampuran obat
serbuk injeksi yang sulit
larut.
Mengajukan rancangan
pembuatan alat
pencampuran obat
serbuk injeksi ke KA
IRNA I untuk
mendapatkan
persetujuan
Mensosialisasikan cara
penggunaan alat
pengplosan obat serbuk
injeksi yang yang sulit
larut yang sudah
mendapat persetujuan Ka
IRNA
Mengevaluasi hasil alat
pencampuran obat
serbuk injeksi yang
yang sulit larut
digunakan.
Dengan dilakukan
pencampuran obat
memakai alat khusus
waktu yang
dibutuhkan kurang
dari 1 menit untuk
pencampuran obat
serbuk injeksi yang
sulit larut 10 15
pasien
dilakukan
secara manual
dan
membutuhkan
waktu lebih
dari 1 2
menit per
pasien
Keputusan
QCC
Monitoring
Diagram Runchart
X = Hari Pengamatan
Y = Jumlah / Frekuensi
banyaknya obat serbuk
injeksi yang sulit larut
Dengan
adanya alat
khusus obat
serbuk
injeksi,tidak
ada obat
serbuk injeksi
yang tidak
larut dan
waktu yang
dibutuhkan
lebi cepat (
kurang dari 1
menit ). Dan
dinyatakan
Kesimpulan :
BERHASIL
10
5
0
1
36
Eko suratman
NIP. 1962 1224 1988 03 1 001
No
1
Jabatan
Kepala Intalasi Rawat Inap I
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang
KOMENTAR :
38
No
1
Jabatan
KOMENTAR :
39
No
Jabatan
1 Direktur
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang
KOMENTAR :
40
LANGKAH 5
41
LANGKAH 5
MENELITI HASIL
(Periode, 21 Mei 22 Juni 2012 )
KODE
FAKTOR
PENYEBAB
DOMINAN
Belum ada alat
khusus cara
pencampuran obat
serbuk injeksi
Perawat dalam cara
pencampuran obat
serbuk injeksi masih
menggunakan
instruksi kerja yang
belum direvisi
Banyaknya obat
serbuk injeksi yang
sulit larut
JUMLAH
PERIODE
PERIODE
Sebelum Perbaikan
Sesudah Perbaikan
Jumlah
Jumlah
58
23
37
118
42
60
50
40
37
30
23
20
10
0
A
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A
C. Banyaknya obat
serbuk injeksi yang
sulit larut
43
2. EVALUASI JUDUL
Tabel Evaluasi Hasil :
Persoalan
Sebelum
Sesudah
Perbaikan
Perbaikan
58
60
50
40
100
100 %
30
20
10
0
Sebelum Perbaikan
Initial Gold
Setelah Perbaikan
Keterangan :
Sebelum Perbaikan ditemukan 58 keluhan respon ketidakefektifan pencampuran obat
serbuk injeksi lebih dari 24 jam dari 30 kali pengamatan dan interview.
0
Prosentase = ----------- x 100 % = 0 %
58
Kesimpulan :
Jadi dengan adanya perbaikan dapat menghilangkan ketidakefektifan pencampuran
obat serbuk injeksi antibiotik kurang dari 24 jam sebesar 100 %.
100
Caranya = ----------- x 100 % = 100 %
100
0
------------100
3. EVALUASI TEMA :
Data perbandingan jumlah menurunkan ketidakefektifan dalam pencampuran obat
serbuk injeksi, sebelum dan sesudah perbaikan.
Tabel Evaluasi Tema Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Periode
Sebelum Perbaikan
Januari
166
Sesudah Perbaikan
Juni
Koreksi
26,1 %
Sebelum Perbaikan
Setelah Perbaikan
Keterangan :
Sebelum Perbaikan :
Ditemukan 166 keluhan dalam ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi
dari 367 kejadian.
166
Prosentase = ---------- x 100 % = 45,2 %
367
Sesudah Perbaikan :
Ditemukan 7 keluhan dalam ketidakefektifan pencampuran obat serbuk injeksi dari
367 kejadian.
7
Prosentase = ---------- x 100 % = 19,5 %
367
45
Kesimpulan :
Jadi dengan adanya perbaikan dapat menurunkan ketidakefektifan pencampuran
obat serbuk injeksi sebesar = 26,1 %
Prosentase Penurunan = 45,2 % - 19,1 % = 26,1 %
4. DAMPAK POSITIF SETELAH PERBAIKAN :
Intangible :
1. Mengoptimalkan pencampuran obat serbuk.
2. Mutu pelayanan meningkat.
3. Kepercayaan pasien meningkat.
4. Petugas mendapat beberapa manfaat :
a. Mempermudah/lebih efektif dalam mengoplos obat serbuk.
b. Tidak memerlukan waktu lama.
5. Kerjasama antar individu anggota QCC meningkat.
Tangible :
1. Persentasi keluarga dan pasien komplain dalam pemberian obat serbuk injeksi
berkurang
2. Persentasi terjadinya dampak dari masih adanya sisa obat serbuk setelah obat
dicampur tidak ada
Kebijakan :
Kepala IRNA I mendukung dengan memberikan bantuan biaya dalam
pembuatan alat khususUntuk pencampuran obat serbuk dan Instruksi Kerja cara
pemakaian alat.
5. ANALISA DAMPAK NEGATIF :
Memerlukan biaya untuk pembuatan alat pencampuran obat serbuk injeksi dan
Instruksi KerjaCara pemakaian alat.
6. RENCANA ELIMINASI DAMPAK NEGATIF :
Biaya untuk mengadakan pembuatan alat dan Instruksi Kerja untuk kebutuhan
selanjutnya diusulkan melalui Bidang Perencanaan dan Anggaran
RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang.
46
LANGKAH 6
47
LANGKAH 6
MEMBUAT STANDAR BARU
( Periode : 27 Juni 8 Juli 2012 )
1. STANDAR PROSES :
a. Pengadaan alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi
1. Mendesain / merancang alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi
2. Membuat alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi.
b. Instruksi kerja cara penggunaan alat khusus pencampuran obat serbuk injeksi
1. Siapkan aobat injeksi serbuk yang akan diberikan ke pasien.
2. Beri label nama, reg, kamar.
3. Obat diberi aquabidest sesuai dengan aturan larutan obat.
4. Obat yang sudah diberi aquabidest dimasukkan ke alat khusus
pencampuran obat serbuk injeksi.
5. Setelah obat masuk, tutup alat dan dikunci rapat.
6. Nyalakan tombol alat dengan waktu kurang dari 1 menit.
7. Tutup dibuka, obat yang sudah diputar dalam alat dikeluarkan dan diteliti
kembali.
8. Obat siap dimasukkan ke pasien masing-masing.
9. Alat dirapikan.
2. STANDAR HASIL
Dengan melaksanakan standar prosedur / proses tersebut diatas secara baik maka
ketidakefektifan dalam pencampuran obat serbuk injeksi dapat ditiadakan.
3. MANFAAT STANDAR BARU
a. Mengefektifkan pencampuran obat serbuk dengan jumlah obat yang banyak.
b. Mengefektifkan waktu pencampuran obat serbuk injeksi.
c. Mempermudah dalam pencampuran untuk obat serbuk yang sulit larut.
4. STRATEGI IMPLEMENTASI
a. Mensosialisasikan alat dan cara penggunaan alat ke bidang yang terkait.
b. Penggandaan alat untuk di distribusikan ke ruangan-ruangan.
c. Memonitoring ke ruangan-ruangan dalam pemakaian alat khusus pencampuran
obat serbuk injeksi setiap 3 bulan.
48
Eko suratman
NIP. 1962 1224 1988 03 1 001
49
No
1
Jabatan
Kepala Intalasi Rawat Inap I
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang
KOMENTAR :
50
No
1
Jabatan
KOMENTAR :
51
No
Jabatan
1 Direktur
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang
KOMENTAR :
52
LANGKAH 7
53
LANGKAH VII
MENGUMPULKAN DATA BARU DAN MENENTUKAN RENCANA BERIKUTNYA
( Periode : 10 Juli 30 Juli 2012 )
1. INVENTARISASI MASALAH
Masalah Baru :
A. Adanya kejadian kegawatan jantung pada saat pasien dipindah dari ruang
perawatan ke ruang Intensif (CVCU) sebanyak 17 kejadian dari 25 kasus (68%).
B. Terjadinya serangan ulang pada pasien post IMA di ruang perawatan sebesar 6
kejadian dari 21 kasus (28,6%%)
Masalah Lama / Sisa Masalah :
Ketidakefektifan cara pemindahan pasien dari tempat tidur ke brancard atau
sebaliknya dan Pemakaian tranfusi set berulang pada tranfusi darah, tidak diangkat
lagi karena sudah teratasi dengan sendirinya.
Data sheet
Periode Data
Sumber Data
: R. 24 A, R. 24 B, R. 22, R. 25, R. 27
: Observasi
akan dipindah ke
ICCU
Terjadi Kegawatan
Jantung
Tidak Terjadi
24 A
24 B
22
25
27
JUMLAH
25
17
8
54
Data Sheet
Periode Data
Sumber Data
: R. 24 A, R. 24 B, R. 22, R. 25, R. 27
Pengumpul Data
: Yusuf E, Kristiyati
Metode
: Observasi
Ruang
Jumlah
Pasien
Nyeri Dada
24 A
24 B
22
25
27
Jumlah
21
15
Kode
Persoalan
Kejadian
17
ruang ICCU
Terjadinya serangan ulang pada
B
perawatan
55
A. Adanya kejadian
17
20
15
10
5
0
A
kegawatan jantung
pada saat pasien di
pindah dari
ruang perawatan ke
ruang ICCU
B. Terjadinya serangan
ulang pada pasien
post IMA di ruang
perawatan
Kesimpulan :
Diagram batang diatas tampak bahwa :
Adanya kejadian kegawatan jantung pada pasien saat dipindah dari ruang perawatan
ke ruang Intensive ICCU (Kode A), merupakan persoalan prioritas dimana persoalan dijumpai
dengan jumlah kejadian tertinggi.
56
Kode
Persoalan
ICCU
B
A. Adanya kejadian
5
5
4
3
kegawatan jantung
pada saat pasien di
pindah dari ruang
perawatan ke ruang
ICCU
B. Terjadinya serangan
ulang pada pasien post
IMA di ruang
perawatan
2
1
0
A
Kesimpulan :
Dari diagram batang diatas dapat disingkirkan bahwa tingkat resiko adanya kejadian
kegawatan jantung pada pasien pada saat dipindah dari ruang perawatan ke ruang intensive
ICCU, menempati urutan tertinggi dengan Kriteria Serius.
57
Major
Moderate
Minor
Minimum
Kriteria
Nilai
58
Kode
Persoalan
Waste
ICCU
B
A. Adanya kejadian
1.000.000
860.000
800.000
450.000
600.000
kegawatan jantung
pada saat pasien di
pindah dari ruang
perawatan ke ruang
ICCU
400.000
B. Terjadinya serangan
ulang pada pasien
post IMA di ruang
200.000
0
A
Kesimpulan :
Dari diagram batang diatas dapat disimpulkan bahwa nilai kerugian yang ditanggung
pasien pada adanya kegawatan jantung pada pasien saat dipindah dari R.perawatan ke
R.Intensif ( ICCU ).
Berdasarkan Analisa pasien di atas di simpulkan bahwa adanya kegawatan jantung pada
pasien pada saat dipindah dari R.Perawatan ke R.Intensif (( ICCU ) menempati urutan
tertinggi, Tingkat pengaruh Resiko Pasie ((Serius). Tingkat Kerugian Pasien (Rp. 860.000 ),
oleh karena itu QCC Sriti II sepakat mengambil tema :
Menurunkan Angka Kejadian Kegawatan Jantung pada Pasien, pada saat
59
60
RINCIAN BIAYA
Jenis Tindakan
A = Adanya Kejadian
Kegawatan Jantung pada saat
Pasien dipindah dari Ruang
Perawatan ke Ruang Intensif
(ICCU)
B = Terjadinya Serangan
Ulang pada Pasien Post
IMA di Ruang Perawatan
1. Biaya Perawatan
Rp. 80.000
Rp. 80.000
2. Pasang Monitor
Rp105.000
Rp. 105.000
3. Pemakaian O2
Rp. 20.000
Rp. 20.000
4. Rekam EKG
Rp. 30.000
Rp. 30.000
Rp. 50.000
Rp. 50.000
6. Cek Laboratorium
Rp. 120.000
Rp. 25.000
Rp. 455.000
Rp. 140.000
Rp. 860.000
Rp. 450.000
Jumlah
61
Eko suratman
NIP. 1962 1224 1988 03 1 001
62
No
1
Jabatan
Kepala Intalasi Rawat Inap I
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang
KOMENTAR :
63
No
1
Jabatan
KOMENTAR :
64
No
Jabatan
1 Direktur
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
Malang
KOMENTAR :
65
JULI
2 3
AGUSTUS
1 2 3 4
SEPTEMBER
1 2 3 4
DESEMBER
1 2 3 4
1 Menentukan tema
PL
AN
2 Menganalisa
penyebab dominan
4 Membuat rencana
Ren Reali
cana sasi
penyebab
3 Menentukan
CH
EC
K
FEBRUARI
1 2 3 4
dan judul
dan melaksanakan
perbaikan
5 Meneliti hasil
6 Standarisasi
AC
TI
O
N
JANUARI
1 2 3 4
7 Mengumpulkan
Keterangan :
= Rencana Kegiatan
= Realisasi Kegiatan
LAMPIRAN