Judul
Nama
NIM
: 1312011
Jurusan
Tahun Akademik
: 2013 /2014
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.2 PEMBAHASAN
4.3 KETERBATASAN PENELITIAN
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitianan
Lokasi penelitian ini adalah di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi yang merupakan
rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Blitar tipe B non pendidikan terakreditasi. RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi menyediakan layanan kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap.
Pelayanan rawat jalan meliputi poli umum, poli bedah,poli dalam,poli anak,poli kebidanan
dan kandungan poli syaraf , poli jantung, poli paru, poli kulit dan kelamin, poli orthophaedi,
poli THT, poli mata, poli gizi, poli gigi, poli VCT dan haemodialisa. Sedangkan pelayanan
rawat inap terbagi menjadi IGD, ruang ICU/ICCU, ruang bersalin, ruang anak, ruang
perinatologi, ruang bedah, ruang pavilyun, ruang penyakit dalam (ruang menular, ruang
intermediate, ruang MPKP) dan kamar operasi
Poli mata merupakan poli sub spesialis yang menjadi salah satu andalan dari RSUD
Ngudi waluyo Wlingi dengan layanan unggulan berupa deteksi dini kebutaan akibat penyakit
mata, kelainan refraksi, pengobatan penyakit mata akibat infeksi dan trauma, konseling
penyakit mata akibat proses degenerasi dan gangguan metabolik serta penanganan operasi
pada katarak.
Seiring dengan kemajuan tehnologi dan tetap dengan tujuan poli mata yaitu
memberikan pelayanan yang optimal, diagnosa yang akurat dan tepat serta memberikan
kepuasan pada pelanggan, saat ini operasi katarak bisa dilakukan dengan system one day care
dimana penderita katarak dipersiapkan dari poli klinik dan tidak harus menjalani rawat inap.
Prosedur one day care ternyata lebih diminati oleh penderita untuk itu persiapan pre operasi
harus dilakukan secara optimal meliputi persiapan biopsikososial dan spiritual agar penderita
dapat lebih optimal dalamemepersiapkan dirinya sehingga kecemasan dapat ditekan dan
koping penderita bisa lebih positif.
Gambar 4.1
Alur penderita rawat jalan yang akan menjalani operasi dapat digambarkan sebagai berikut
Loket
pendaftaran
Poli mata
Kamar
operasi
R.Operasi
Pulang
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 33 sampel yang diteliti, 19 responden
(57,6%) jenis kelamin laki-laki dan 14 responden (42,4%) jenis kelamin perempuan.
b. Usia Responden
Tabel 4.2
Distribusi frekwensi responden berdasarkan usia pada pasien pre operasi
di poli mata RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Tahun 2014
Usia
>15 tahun - 59 tahun
60 tahun - 75 tahun
Total
Frekwensi
13
20
33
Prosentase
39,4
60,6
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bawha dari 33 sampel 13 responden (39,4%)
berusia antara 15 sampai 59 tahun dan 20 responden (60,6%) berusia antara 60 75 tahun.
c. Pendidikan Responden
Tabel 4.3
Distribusi frekwensi responden berdasarkan pendidikan pada pasien pre operasi
di poli mata RSUD Ngudi Waluyo Wling tahun 2014
Pendidikan
Frekwensi
Prosentase
Rendah
18
54,5
Tinggi
15
45,5
Total
33
100
Sumber perolehan data dari lapangan
d. Pekerjaan Responden
Tabel 4.4
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 33 sampel yang diteliti 12
responden (36,6%) masih bekerja dan 21 responden (63,3%) tidak bekerja.
2. Kecemasan
Tabel 4.5
Distribusi frekwensi berdasarkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak
di poli mata RSUD Ngudi Waluyo Wlingi tahun 2014
Tingkat Kecemasan
Frekwensi
Prosentase
Ringan
7
21,2
Sedang
19
57,6
Berat
7
21,2
Total
33
100
Sumber perolehan data dari lapangan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 33 sampel yang diteliti 7 responden
(21,2%) termasuk katagori kecemasan ringan, 19 respomden (57,6%) termasuk katagori
kecemasan sedang dan 7 responden (21,2%) termasuk katagori kecemasan berat.
3. Mekanisme Koping
Tabel 4.6
Distribusi frekwensi berdasarkan mekanisme koping pada pasien pre operasi katarak di poli
mata RSUD Ngudi Waluyo Wlingi tahun 2014
Mekanisme Koping
Frekwensi
Prosentase
Maladaptif
9
27,3
Adaptif
24
72,7
Total
33
100
Sumber perolehan data dari lapangan
Berdasarkan tabel dari uji statistik bivariat koefisien kontingensi diatas diperoleh hasil
analisa :
1. Nilai 0,016 artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada
pasien pre operasi katarak
2. Nilai 0,418 (negative) menunjukkan semakin tinggi kecemasan maka semakin tinggi
respon maladaptif pasien.
4.2 Pembahasan (lakukan pembahasan per tujuan khusus) lihat tujuan khusus di
BAB1 ada berapa item
4.2.1 (liat tujuan khusus 1) ----- kecemasan pasien pre-op katarak di ........
Isi pembahasan ----- Fakta (hasil penelitian), teori , opini peneliti ----- kaitkan dengan data
karakteristik responden yang ada
Fakta : hasil dr penelitian jumlah kecemasannya gimana?
Teori : kenapa koq hasilnya seperti itu? Tuliskan dasar teorinya siapa
Opini : beri penjelasan hasil penelitian sesuai dengan teori ato tidak kalo sesuai jelaskan opini
anda kalo tidak sesuai jelaskan juga kenapa . disisni peneliti juga membahas kaitan
hasil data kecemasan dengan data karakteristik responde (usia, JK dll)
4.2.2 liat Tujuan khusus 2
Beri pembahasan spt diatas
4.2.3 liat tujuan khusus 3
Dst......
Proses perjalanan pasien operasi dengan one day care setelah daftar melalui loket
pendaftaran, pasien diterima di poli mata selanjutnya dilakukan registrasi ulang untuk
meperoleh data demografi kemudian dilakukan skrining meliputi pemeriksaan fisik
penderita dalam hal ini visus dan penyakit infeksi pada mata, adanya penyakit penyerta
akibat gangguan metabolik dan degeneratif maupun kesiapan pasien dalam menjalani
operasi. Kesiapan ini sangat diperlukan bagi pasien agar pasien bisa menjalani prosedur
pembedahan dengan lancar tanpa diikuti kecemasan dan pasien menunjukkan sikap
kooperatif serta mendukung
positif.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi katarak yaitu jenis kelamin, usia penderita, tingkat pendidikan dan pekerjaan
dari penderita itu sendiri. Untuk mengetahui permasalahan psikologis tersebut dilakukan
skrening dengan pemberian kuesioner yang diberikan kepada pasien untuk mengetahui
tingkat kecemasan dan mekanisme koping yang terespon dari pasien tersebut. Perolehan
data tersebut dilakukan skoring untuk menentukan derajad kecemasan dan mekanisme
koping yang muncul.
bekerja. Pekerjaan dalam arti luas adalah aktifitas yang dilakukan manusia dan dalam
arti sempit adalah suatu tugas atau pekerjaan yang menghasilkan uang bagi
seseorang (Dwiningsih, 2009).
5. Kecemasan menurut Suliswati (2005) merupakan respon individu terhadap suatu
keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahkluk hidup dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu
dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan keadaan emosi tanpa
obyek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk
mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara
keseimbangan hidup.
Berdasarkan
dari 33sampel
2. Kuesioner yang peneliti berikan tidak ditanyakan tetapi sifatnya adalah angket atau
pertanyaan tertutup dimana responden mengisi sendiri dengan jawaban yang
menurut pemahaman responden sendiri.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemilahan kesimpulan juga berdasarkan tujuan khusus (TUK) karena pada dasarnya
kesimpulan menjawab TUK yg telah ditetapkan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dapat dilihat
bahwa dari 33 sampel yang diteliti 19 responden (57,6%) jenis kelamin laki-laki sedangkan
14 responden (42,4%) jenis kelamin perempuan. Dari 33 responden tersebut 13 responden
(39,4%) berusia 15-59 tahun dan 20 responden (60,6%) berusia 60 75 tahun. Sebanyak 18
responden (54,5%) memiliki tingkat pendidikan rendah (SD,SMP) sedangkan 15 responden
(45,5%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (SMA,PT). Sebanyak 12 responden (36,6%)
menyatakan masih bekerja dan 21 responden (63,6%) menyatakan tidak bekerja.
2. Berdasarkan hasil dari kuesioner penelitian yang diberikan kepada 33 sampel didapatkan
hasil 7 responden dikatagorikan kecemasan ringan,19 responden kecemasan sedang dan 7
responden kecemasan berat. Untuk respon mekanisme koping dari 33 sampel didapatkan
hasil 24 responden memiliki mekanisme koping adaptif, 9 responden memiliki respon
maladaptive.
3. Dari hasil uji statistik koefisien kontingensi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakana antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien pre operasi
katarak
5.2 Saran (
tlg kalimatnya lebih disederhanakan) tidak ush berbelit-belit
1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dalam pembuatan
penelitian yang sama, baik dalam hal jumlah sampel, metode penelitian maupun materi
penelitian.
b. Bila peneliti lain berkeinginan membuat penelitian yang sama dengan penelitian
ini diharapkan mempertimbangkan penambahan karakteristik responden serta
variabel - variabel lain yang berhubungan dengan kecemasan pasien pre operasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar yang terkait dengan
persiapan pasien pre operasi katarak
b. Sebagai salah satu bacaan atau referensi untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa khususnya yang terkait dengan persiapan pasien pre operasi katarak.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan pelayanan yang terkait dengan persiapan
pasien pre operasi untuk mengurangi tingkat kecemasannya.
NB :