Anda di halaman 1dari 12

STRUKTURALISME

I. Introduction
1.1

Latar Belakang

Aliran Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu


humanis yang mencoba untuk menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi)
sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan. Ferdinand de Saussure (18571913) dianggap sebagai salah satu tokoh penggagas aliran ini, meskipun masih
banyak intelektual Perancis lainnya yang dianggap memberi pengaruh lebih luas.
Aliran ini kemudian diterapkan pula pada bidang lain, seperti sosiologi,
antropologi, psikologi, psikoanalisis , teori sastra dan arsitektur. Ini menjadikan
strukturalisme tidak hanya sebagai sebuah metode, tetapi juga sebuah gerakan
intelektual yang datang untuk mengambil alas eksistensialisme di Perancis tahun
1960-an.
Menurut Alison Assiter, ada empat ide umum mengenai strukturalisme
sebagai bentuk kecenderungan intelektual. Pertama, struktur menentukan posisi
setiap elemen dari keseluruhan. Kedua, kaum strukturalis percaya bahwa setiap
sistem memiliki struktur. Ketiga, kaum strukturalis tertarik pada struktural
hukum yang berhubungan dengan hidup berdampingan bukan perubahan. Dan
terakhir struktur merupakan hal nyata yang terletak di bawah permukaan atau
memiliki makna tersirat.
Strukturalisme muncul sekitar paruh kedua abad ke-20 dan berkembang
menjadi salah satu pendekatan yang paling populer di bidang akademik berkaitan
dengan analisis bahasa, budaya, dan masyarakat. Aktivitas Ferdinand de Saussure
yang menggeluti bidang linguistik inilah yang dianggap sebagai titik awal dari
strukturalisme. Istilah Strukturalisme itu sendiri muncul dalam karya-karya
antropolog Perancis Claude Lvi-Strauss, yang menyebabkan gerakan strukturalis
di Perancis. Hal ini pula yang mendorong para pemikir seperti Louis Althusser,

psikoanalis Jacques Lacan, serta Nicos Poulantzas untuk mengembangkannya


sebagai Marxisme struktural. Sebagian besar anggota aliran strukturalisme ini
tidak menggambarkan diri sebagai bagian dari setiap gerakan tersebut.
Strukturalisme berkaitan erat dengan semiotika. Tidak lama kemudian, aliran baru
post strukturalisme muncul dan mencoba untuk membedakan diri dari aliran
struktural. Dengan cara memunculkan hal-hal yang kontradiktiv (dekonstruksi),
para pengikut aliran ini berusaha untuk menjauhkan diri dari pikiran stukturalis.
Beberapa kaum intelektual seperti Julia Kristeva, mengambil strukturalisme (dan
formalisme Rusia) untuk titik awal kiprahnya yang kemudian menjadikannya
menonjol sebagai salah satu tokoh post strukturalis. Strukturalisme memiliki
berbagai tingkat pengaruh dalam ilmu sosial, dan pengaruh sangat kuat dapat
terlihat di bidang sosiologi.
Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai
masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya
terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggrisstructuralism; latin
struere (membangun), structuraberarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang
menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini
dikembangkan olerh para ahli humaniora. Struktualisme berkembang pada abad
20, muncul dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan
oleh matematika, fisikadan ilmu-ilmu lain.

1.2. Tujuan dan Alasan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Dengan adanya makalah yang berjudul STRUCTRURALISM dapat
menambah wawasan para pembaca mengenai makna strukturalisme.
2. Penulis menginginkan makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang
menarik bagi para pembaca.
3.Penulis berharap makalah ini dapat menjadi bahan bagi para pembaca
sebagai sebuah masukan untuk pengerjaan tugas yang sama.

4. Makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas PENGANTAR


ILMU BUDAYA.
II.
2.1.

All about Structuralism


Teori
1.

TEORI STRUKTURALISME SEMIOTIK

a)Prinsip Strukturalisme Semiotik


Semiotic adalah ilmu tentang tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena
sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda semiotic.
Semiotic mempelajari system, aturan, dan konvensi yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Semiotic memandang bahwa karya sastra merupakan struktur tanda
yang bermakna. Tanpa memperhatikan system tanda, makna dan konvensi
tanda, stuktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal
sehingga dapat dikatakan bahwa strukturalisme tidak dapat dipisahkan dari
semiotic.
b)Langkah Strukturalisme Semiotik
Puisi dianalisis ke dalam unsure-unsurnya dengan memperhatikan saling
hubungan antara unsur-unsurnya dengan keseluruhannya.
Tiap unsur puisi dan keseluruhannya diberi makna sesuai dengan konvensi
puisi.
Setelah puisi dianalisis ke daam unsure-unsurnya lalu dilakukan
pemaknaan, dikembalikan kepada makna totalitasnya dalam kerangka
semiotic.Untuk pemaknaan dilakukan pembacaan secara semiotic menurut
Riffaterre yaitu pembacaan heuristic dan pembcaan hermeuntik atau
retroaktif.
2.

TEORI STRUKTURALISME DINAMIK

a)Prinsip Strukturalisme Dinamik


Prinsip strukturalisme dinamik memandang bahwa pengkajian sastra
dilakukan dengan cara pengkajian strukturalisme dalam rangka semiotic.
Artinya, karya sastra dipertimbangkan sebagai system tanda. Sebagai suatu
tanda karya sastra mempunyai dua fungsi, yaitu berfungsi otonom (tidak
menunjuk diluar dirinya) dan bersifat informasional (menyampaikan
pikiran, gagasan dan perasaan). Kedua sifat itu saling berkaitan sehingga
sebagai sebuah struktur, karya sastra selalu dinamis.
b) Langkah Strukturalisme Dinamik

Peneliti

pembentuknya.
Peneliti bertugas menjelaskan kaitan antara pengarang, realitas, karya

bertugas

menjelaskan

karya

sastra

ke

dalam

struktur

sastra, dan pembaca.


3.

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

a) Pendekatan Strukturalisme Genetik


Pendekatan struktularisme genetik berpijak pada prinsip struktularisme yang
diperbaiki dengan memasukan faktor genetik dalam memahami karya
sastra.faktor yang terkait dengan karya sastra adalah pengarang dan sejarah
yang turut mengkondisikan saat karya sastra itu diciptakan.
b)Langkah Analisis Strukturalisme Genetik

Penelitian sastra dilakukan dengan kajian unsure intinsik sastra, baik

secara parsial maupun dalam rangka keseluruhannya.


Mengkaji latar belakang kehidupan sosial kelompok pengarang.
Mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang turut
mengkondisikan karya sastra.

2.2
Para Pakar
Ferdinand De Saussure dalam linguistik.

Sebagai penemu stuktur bahasa, Saussure berargumen dengan melawan para


sejarawan yang menang dalam pendekatan filologi. Dia mengajukan pendekatan
ilmiah, yang didekati dari sistem terdiri dari elemen dan peraturannya dalam
pembuatannya yang bertujuan menolong komnunikasi dalam masyarakat.
dipengaruhi oleh Emile Durkheim dalam sebuah social fact, yang berdasar pada
objektivitas di mana psikologi dan tatanan sosial dipertimbangkan Saussure
memandang bahasa sebagai gudang (lumbung) dari tanda tanda diskusif yand
dibagikan oleh sebuah komunitas. Bahasa bagi Saussure adalah modal interpretasi
utama dunia, dan menuntut suatu ilmu yang disebutsemiologi.

Levi-Strauss dalam masyarakat.


Metode Strauss adalah anthropologi dan linguistik secara serempak. Unsur-unsur
yang digelutinya adalah mengenai mitos, adat-istiadat, dan masyarakatnya sendiri.
Dalam proses analisisnya, manusia kemudian dipandang sebagai suatu porsi dari
struktur, yang tidak dikonstitusikan oleh analisis itu, melainkan dilarutkan dengan
analisis. Perubahan penekanan dari manusia ke struktur merupakan ciri umum
pemikiran strukturalis.

L.S Vygostsky, Jacques Lacan dan Jean Piaget dalampsikologi


Jacques Lacan (Freudian) dalam psikologi menggambarkan pekerjaan Saussure
dan Levi-Strauss untuk menekankan pendapat Sigmund Freud dengan bahasa dan
argumen yang, sebagai sebuah tatanan kode, bahasa dapat mengungkapkan
ketidaksadaran orang itu. Hal ini masalah, bahwa bahasa selalu bergerak dan
dinamis, termasuk metafora, metonomi, kondensasi serta pergeserannya. Jean
Piaget sendiri menggambarkan Strukturalismenya sebagai sebuah struktur yang
terpadu, yaitu yang unsur-unsurnya adalah anggota dari sistem di luar struktur itu
sendiri. Sistem itu ditangkap melalui kognisi anggota masyarakat sebagai
kesadaran kolektif.

Roland Berthes

menerapkan analis strukturalis pada kritik sastra dengan menganggap berbagai


macam ekspresi atau analisis bahasa sebagai bahasa yang berbeda-beda Tugas
kritik sastra adalah terjemahan, yaitu mengekspresikan sistem formal yang telah
dibentangkan penulisnya dengan suatu bahasa. Hal ini terkait dengan kondisi

zamannya.
Michel Foucault dalam filsafat.
Strukturalisme modern atau poststrukturalisme dalam bidang filsafat adalah
dengan mendekati subjektivitas dari generasi dalam berbagai wacana epistemik
dari tiruan maupun pengungkapannya. Sebagaimana peran isntitusional dari
pengetahuan dan kekausaan dalam produksi dan pelestarian disiplin tertentu
dalam

lingkungan

dan

ranah

sosial

juga

berlaku

pendekatan

itu.

Dalam disiplin ini, Focault menyarankan, di dalam perubahan teori dan praktek
dari kegilaan,kriminalitas, hukuman, seksualitas, kumpulan catatan itu dapat

menormalisasi setiap individu dalam pengertian mereka.


Guenther Schiwy dalam kekristenan
Strukturalisme terkait kekristenan dalam atemporal sturkturalisme sebenarnya
cocok dengan penekanan eternalistik kekristenan.
2.3

Metodologi

Strukturalisme sebagai aliran filsafat yang bereaksi terhadap subjektivisme yang


didewakan oleh Eksistensialisme mempunyai ciri-ciri:
1.
2.
3.

Desentralisasi manusia.
Kematian manusia sebagai subjek.
Manusia dibicarakan dalam rangka struktur bahasa, sosial, ekonomi,

dan politik.
Strukturalisme sebagai metode berpikir dalam memahami realitas dimulai
oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913 M), seorang ahli Linguistik yang
mempelajari bahasa dari sudut pandang strukturnya.Menurut Ferdinand de
Saussure Strukturalisme memiliki dua pengertian, yaitu:
1. Strukturalisme adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk
mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsipprinsip Linguistik.

2. Strukturalisme adalah aliran filsafat yang hendak memahami manusia,


sejarah dan kebudayaan serta hubungan kebudayaan dengan alam dengan
memakai metode struktural. Strukturalisme menyelidiki pola-pola dasar
yang tetap dalam berbgai realitas.
3. Metode yang dipakai dalam strukturalisme ialah metode instropektif.
Metode introspeksi ialah orang yang menjalani percobaan diminta untuk
menceritakan kembali pengalamannya atau perasaannya setelah ia
melakukan suatu eksperimen. Sensasi seperti manis, pahit, dingin dapat
diidentifikasi memakai introspeksi.

2.4 Masa Strukturalisme


Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du
Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di
Prancis. Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan
sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep
strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan.

2.5 Ciri Strukturalisme


Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsikeadaan aktual objek
melalui penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu
hal melalui pendidikan. Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki,
komponen atau unsur-unsur, terdapat metode, model teoritis yang jelas dan
distingsi yang jelas.
Para ahli strukturalisme menentang eksistensialisme danfenomenologi
yang mereka anggap terlalu individualistis dan kurangilmiah. Salah satu yang
terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang menentang fenomenologi

dan eksistensialisme tubuh manusia. Pounty menekankan bahwa hal yang


fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-objek fisik
yang masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan unik dalam
ruang dan waktu.

2.6

Prinsip Strukturalisme

Prinsip strukturalisme menganggap bahwa karya sastra dalam dirinya sendiri


merupakan suatu struktur otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan
yang bulat dengan unsur-unsur pembangun yang saling berkaitan. Untuk
memahami maknanya, karya sastra harus dikaji berdasarkan unsur-unsur yang
membangun strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, pengarang, dan
efeknya pada pembaca.
Analisis structural terhadap karya sastra memang mengandung banyak
kelemahan, tetapi analisis ini merupakan prioritas bagi seorang peneliti sebelum ia
melangkah pada hal-hal lain.
2.7

Kelemahan Prinsip Strukturalisme

a. Pendekatan Intrinsik ada kalanya terlalu dimutlakkan


b. Karya sastra tidak dapat diteliti secara terasing karena sulit melepaskan karya
sastra dari latar belakang sejarah dan relevansi sosial budayanya.
c.

Pembatasan pada analisis

structural yang menghilangkan konteks dan

fungsinya sehingga karya itu dimenaragadingkan dan kehilangan relevansi


sosialnya.
d. Pada analisis structural peran pembaca sering terbengkalai.

III.

Kesimpulan

Pada bagian ini kami pemakalah akan sedikit memberikan rangkuman atas hasil
pemaparan keseluruhan tulisan ini. Sekiranya ada dua hal yang ingin kami
tekankan. Pertama,yaitu bahwa argument utama strukturalisme adalah bahwa
dalam setiap budaya terdapat sebuah struktur yang universal, sama dimanapun dan
kapanpun. Banyak penelitian yang menggunakan teori strukturalisme tersebut.
Tujuannya untuk memahami pola dalam kebudayaan.
Kedua, nyatanya teori strukturalisme mendapatkan banyak kritik dan
sorotan yang tajam. Salah satunya yang mengena adalah bahwa manusia
merupakan makluk yang komplek. Kekomplekan itu juga terbawa dalam perilaku
budaya yang mereka hasilkan pula. Jika manusia kompleks maka usaha untuk
menyeragamkan manusia dengan sebuah struktur yang pasti sungguh sangat
terdengar naf. Strukturalisme memang baik sebagai sebuah metodologi
memahami manusia dan budaya. Strukturalisme adalah alat dan bukan tujuan
dalam memahami manusia dengan segala kekomplekannya.

IV. DAFTAR PUSTAKA


1. http://khasanahpioneerscom.wordpress.com/
2. http://amry90.blogspot.com/2013/06/filsafat-strukturalisme.html
3. Buku materi Pengantar Ilmu Budaya

MAKALAH PENGANTAR ILMU BUDAYA


BAB III STRUKTURALISME

DISUSUN OLEH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

YODHA MAHATVA ( 2201410058 )


FATAH SETYO ARDHI( 2201414131 )
AULIA CAHYANING TYAS( 2201414134 )
DINI PUSPITASARI ( 2201414140 )
ICHSAN ANDI WAHYONO ( 2201414141 )
EKA DEWI FARHANI ( 2201414156 )
ESMA TOPKARA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Bahwa
kami telah menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Budaya dengan membahas materi Bab III. Strukturalisme.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendalakendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1 Bapak Dosen bidang studi Pengantar Ilmu Budaya yang telah
memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi
dan menyelesaikan tugas ini.
2 Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi
berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan


pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Semarang. 3 Oktober 2014

Penulis

Anda mungkin juga menyukai