Anda di halaman 1dari 114

LAPORAN OBSERVASI ATLET

SSB SPORT SUPAYA SEHAT SIDODADI


Dosen Pengampu:

Fillah Fithra Dieny, S.Gz., M.Si


Deny Yudi Fitranti, S.Gz., M.Si
Nurmasari Widyastuti, S.Gz., M.Si

disusun oleh
KELOMPOK 2
Widya Natalia Manurung

22030114120014

Pradita Putri R.

22030114120042

Riva Hidayah

22030114120050

Rochanisa Sita Arifani

22030114120062

Lola Alviche

22030114130064

Ajeng Larasati

22030114130072

Nisa Rahmadhani

22030114130078

Maghfira Tiara Adilla

22030114140086

Devana Doanaresta

22030114130094

Bernadeth Ajeng

22030114130106

Atika Putri Widia A.

22030113130093

PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut International Council of Sport and education yang dikutip oleh Lutan
(1992:17) bahwa Olahraga adalah kegiatan fisik yang mengandung sifat
permainan dan berisi perjuangan dengan diri sendiri atau perjuangan dengan
orang lain serta konfrontasi dengan unsur alam. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Olahraga adalah /olahraga/ (n) gerak badan untuk menguatkan dan
menyehatkan tubuh (spt. sepak bola, berenang, lempar lembing).(1)
Klub (club) yaitu, perkumpulan atau persatuan orang-orang yang memiliki
minat yang sama terhadap suatu kegiatan yang biasanya bertujuan sosial, maupun
rekreasi dengan didukung kerjasama serta dengan mengadakan pertemuan
berkala. Perkumpulan orang-orang dari berbagai tujuan dengan minat yang
umumnya sama.
Sepak bola merupakan olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di
seluruh dunia termasuk di Indonesia. Di dalam dunia olahraga, tidak hanya
metode latihan atau bakat yang akan menentukan prestasi yang dapat diraih oleh
seorang atlet namun asupan zat gizi yang tepat juga akan memberikan pengaruh
yang positif terhadap peningkatan performa serta prestasi yang dapat diraih oleh
seorang atlet. Oleh karena itu, atlet yang memiliki tingkat kegiatan aktivitas fisik
yang tinggi akan membutuhkan konsumsi zat gizi yang tepat komposisinya agar
ketersediaan sumber energi di dalam tubuh dapat tetap terjaga baik untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari maupun saat akan menjalani program latihan
atau saat akan bertanding.
Peranan energi dan gizi dalam olahraga penting diperhatikan, misalnya
kelelahan dapat terjadi akibat tidak cukupnya ketersediaan nutrient energi yang
diperlukan dari glikogen otot atau glukosa darah. Mungkin juga akibat tidak
berfungsi sistem energi secara optimal akibat defisiensi nutrient lain seperti
vitamin dan mineral. Kelebihan lemak tubuh (obese) atau berkurangnya berat
badan akibat hilangnya jaringan otot akan mempengaruhi performance atlet.
Semua aktivitas fisik memerlukan energi. Kebutuhan energi yang diperlukan
bervariasi sesuai dengan derajat kegiatan/ aktivitas yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1.1.1 Bagaimana gambaran kehidupan sehari-hari atlet yang diteliti?
1.1.2 Bagaimana gambaran kondisi lingkungan latihan atlet?
1.1.3 Bagaimana gambaran pelatihan dan pertandingan pada atlet?
1.1.4 Bagaimana asupan makan pada atlet?
1.1.5 Bagaimana status gizi pada atlet?
1.1.6 Apa saja masalah gizi yang ditemukan pada atlet sepak bola yang diteliti?
1.1.7 Bagaimana pemecahan masalah gizi pada atlet?
1.3 Tujuan
1.1.1 Untuk mengetahui gambaran kehidupan atlet
1.1.2 Untuk mengetahui kondisi lingkungan latihan atlet
1.1.3 Untuk mengetahui gambaran pelatihan dan pertandingan pada atlet
1.1.4 Untuk mengetahui gambaran asupan makan pada atlet
1.1.5 Untuk mengetahui status gizi pada atlet
1.1.6 Mengetahui masalah gizi pada atlet yang diteliti
1.1.7 Untuk mengetahui pemecahan masalah gizi pada atlet
1.4 Manfaat
1.1.1 Mahasiswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman lapangan secara
langsung mengenai gizi olahraga.
1.1.2 Mahasiswa dapat memahami, menganalisa, dan menyelesaikan masalah
gizi yang terjadi pada atlet.

BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Peneliti melakukan pengamatan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Maret
sampai bulan Mei 2016. Tempat penelitian dilakukan di tempat latihan para atlet
SSB SSS (Sport Supaya Sehat), yaitu di lapangan Sidodadi Semarang (Home
Base).
2.2 Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel penelitian dari SSB SSS
(Sport Supaya Sehat) angkatan tahun 2001. Pada awal pengambilan sampel,
terdapat 15 atlet yang dilakukan obsevasi, namun pada pertengahan penelitian, 5
orang atlet mengundurkan diri dari SSB SSS sehingga 5 orang atlet tersebut
mengalami drop out.
Di bulan ke-2 saat penelitian, terdapat 6 orang atlet baru yang bergabung
dengan SSB SSS, sehingga peneliti menambahkan 6 orang atlet tersebut ke dalam
sampel penelitian. Saat melakukan pengukuran VO2max, 1 orang atlet mengalami
drop out karena berhalangan hadir, sehingga jumlah sampel yang diteliti ialah
sebanyak 15 orang atlet.
2.3 Metode
Penelitian yang dilakukan ialah dengan metode observasional, dimana peneliti
melakukan pengamatan langsung pada atlet SSB SSS tahun 2001. Metode
pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara (pengisian kuisioner),
pengukuran antropometri dilakukan dengan pengukuran langsung seperti
pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital, tinggi badan
menggunakan microtoise, lingkar pinggang menggunakan metlin, persen lemak
tubuh menggunakan Bioelectric Impendance Analyzer (BIA), tekanan darah
menggunakan alat tensi digital, status hidrasi menggunakan indikator warna urin.
Metode yang digunakan untuk mengetahui asupan harian atlet digunakan food
recall 24-jam sebanyak 3 kali dengan waktu yang berseling.

2.4 Kendala
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa kendala seperti saat pengambilan
sampel maupun pengambilan data. Kendala saat pengambilan sampel berupa
pengunduran diri atlet dari SSB SSS serta atlet yang tidak hadir setiap saat
adanya latihan sehingga pengambilan data harus dilakukan berulang kali. Kendala
saat pengambilan data ialah terbatasnya sumber daya peneliti dimana jumlah atlet
lebih banyak daripada sumber daya peneliti dan terbatasnya jumlah alat
pengukuran yang digunakan peneliti.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Atlet
Gambaran atlet merupakan deskripsi secara umum dan singkat mengenai atlet
SSB SSS tahun 2001.
3.1.1 Gambaran Umum Atlet
Responden dalam penelitian ini berjumlah 15 atlet. Gambaran umum
responden berdasarkan umur, berat badan, dan tinggi badan atlet sepakbola
SSS adalah sebagai berikut:
Usia responden berkisar antara 14-15 tahun, dengan rincian 6 orang
(40%) berumur 14 tahun dan 9 orang (60%) berumur 15 tahun.
Tabel 1. Gambaran Usia Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

14 tahun

40

15 tahun

60

14 tahun
40%
15 tahun
60%

Diagram 1. Gambaran Usia Atlet SSB SSS


Berat badan sebelum latihan responden berkisar antara 37,1 kg 62,4
kg dengan rata-rata berat badan 46,2 kg. Sedangkan berat badan setelah
latihan responden berkisar antara 37,1 kg 62 kg, dengan rata-rata berat
badan 45,7 kg. Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2013, pada
usia 13 15 tahun, berat badan laki-laki rata-rata di Indonesia adalah 46

kg.(2) Atlet yang memiliki berat badan di bawah 40 kg ada 1 orang (6,7%),
yang memiliki berat badan 40 kg 45 kg ada 2 orang (13,3%), yang
memiliki berat 45 kg 50 kg ada 5 orang (33%), yang memiliki berat 50
kg 55 kg ada 4 orang (26,7%), yang memiliki berat badan 55 kg 60 kg
ada 1 orang (6,7%) dan sisanya, 2 orang responden memiliki berat lebih
dari 60 kg (13,3%).
Tabel 2. Gambaran Berat Badan Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

< 40 kg

6.7

40 45 kg

13.3

45 50 kg

33

50 55 kg

26.7

55 60 kg

6.7

> 60 kg

13.3

55-60 kg
7%

>60 kg
13%

50-55 kg
27%

<40 kg
7% 40-45 kg
13%

45-50 kg
33%

Diagram 2. Gambaran Berat Badan Atlet SSS


Tinggi badan responden berkisar antara 144,8 cm 165,2 cm.
Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia, rata-rata tinggi badan anak lakilaki usia 13-15 tahun adalah 158 cm.(2) Responden yang memiliki tinggi
badan antara 140 cm 150 cm adalah 1 orang (6,7%), tinggi badan antara
150 cm 155 cm sebanyak 2 orang (13,3%), tinggi badan antara 155 cm

160 cm sebanyak 4 orang (26,7%) dan tinggi badan antara 160 cm 165
cm yaitu sebanyak 8 orang (53,3%).
Tabel 3. Gambaran Tinggi Badan Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

140 150 cm

6.7

150 155 cm

13.3

155 160 cm

26.7

160 165 cm

53.3

140-150cm
7%
150-155cm
13%

160-165
53%

155-160
27%

Diagram 3. Gambaran Tinggi Badan Atlet SSS


3.1.2 Identitas Diri Atlet
Tabel 4. Identitas Diri Atlet SSS
No

Nama

Usia

TTL

Agama

Pendidikan

Responden
1

BKR

15

Semarang, 15/12/01

Islam

SMP Kelas 2

BNR

15

Semarang, 15/12/01

Islam

SMP Kelas 2

MBP

14

Semarang, 3/07/01

Islam

SMP Kelas 3

DT

15

Semarang, 3/03/01

Kristen

SMA Kelas 1

15

Semarang, 1/12/01

Islam

SMP Kelas 2

SP

14

Semarang, 5/12/01

Islam

SMP Kelas 2

SBP

14

Banyumas, 14/05/01

Islam

SMP Kelas 3

TF

15

Semarang, 27/02/01

Islam

SMP Kelas 2

MF

15

Semarang, 24/06/01

Islam

SMP Kelas 2

10

ABP

14

Semarang, 8/08/01

Islam

SMP Kelas 3

11

15

Kendal, 23/11/01

Islam

SMP Kelas 2

12

15

Semarang, 17/10/01

Islam

SMP Kelas 2

13

BA

15

Semarang, 14/02/01

Islam

SMP Kelas 2

14

AB

14

Semarang, 30/07/01

Islam

SMP Kelas 2

15

14

Semarang, 24/12/01

Islam

SMP Kelas 1

3.1.3 Pengetahuan Atlet


Riyadi

(1996)

menyatakan

bahwa

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah


banyaknya informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai kebutuhan
tubuh akan zat gizi, kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan
gizi ke dalam pemilihan bahan pangan, dan cara pemanfaatan pangan yang
sesuai dengan keadaanya. Oleh karena itu, pengetahuan gizi sangat erat
hubungannya dengan baik buruknya kualitas gizi dari makanan yang
dikonsumsi. Pengetahuan gizi dapat diperoleh dari pendidikan formal
maupun non-formal. Pendidikan formal seperti pendidikan di sekolah serta
pendidikan non-formal seperti membaca koran, mendengarkan radio,
maupun menonton televisi yang menyajiakan liputan mengenai gizi.
Karyadi (1990) mengatakan bahwa masalah gizi yang timbul sebenarnya
disebabkan oleh prilaku yang salah, yakni adanya ketidakseimbangan
antara konsumsi dan kecukupan gizinya. Pengetahuan gizi yang kurang
akan menimbulkan anggapan bahwa makanan yang baik adalah makanan
yang mahal. Sedangkan pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan
seseorang dari paradigma yang salah.
Penentuan tingkat pengetahuan gizi responden didasarkan pada hasil
perhitungan nilai jawaban yang benar dari setiap pertanyaan yang
diberikan. Responden dikatakan memiliki tingkat pengetahuan gizi yang
baik apabila memiliki nilai 80, cukup apabila memiliki nilai 60-80, serta
kurang apabila 60.(3) Sebanyak 6 responden (40%) memiliki pengetahuan

gizi yang kurang serta 9 responden (60%) memiliki pengetahuan gizi


cukup. Tidak ada responden yang tergolong memiliki pengetahuan gizi
yang baik.
Tabel 5. Gambaran Pengetahuan Gizi Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Pengetahuan gizi kurang

40

Pengetahuan gizi cukup

60

Pengetahuan gizi baik

Total

15

100

Baik
0%

Kurang
40%
Cukup
60%

Diagram 4. Gambaran Pengetahuan Gizi Atlet SSS


3.2 Data Pengukuran
3.2.1 Tinggi Badan terhadap Umur
Tinggi badan menggambarkan gambaran fungsi pertumbuhan yang
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat
baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan
berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan
dapat dinyatakan dalam bentuk indeks TB/U (tinggi badan menurut umur),
atau BB/TB (berat badan menurut tinggi badan).(4)

10

Tabel 6. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks TB/U (Standart


Baku Antropometri WHO-NCHS)
Indeks yang

Batas

dipakai

Pengelompokan

TB/U

Sebutan Status Gizi

< -3 SD

Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD

Pendek

- 2 s/d +2 SD

Normal

> +2 SD

Tinggi

Sumber: Depkes RI, 2004


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada sekolah
sepak bola SSS, diketahui bahwa terdapat 13 atau sekitar 86.67% atlet
dengan kategori normal dan 2 atau sekitar 13.33% atlet yang termasuk
dalam kategori pendek.
Tabel 7. Kategori Status Gizi Berdasarkan Nilai Z-Score TB/U Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Normal

13

86.67%

Pendek

13.33%

Pendek,
13.33%

Normal,
86.67%

Diagram 5. Status Gizi Berdasarkan Nilai Z-Score TB/U Atlet SSS

11

3.2.2 Indeks Massa Tubuh terhadap Umur


Status gizi seorang remaja berusia 5-19 tahun dapat dilihan dengan
cara mengukur Indeks Massa Tubuh berdasarkan umur (IMT/U). IMT/U
remaja dianggap dapat menggambarkan tingkat masalah riwayat lahir dan
buruknya

gambaran

status

gizi

balita.

Nilai

IMT/U

kemudian

diinterpretasikan dengan menggunakan nilai z-score.


Tabel 8. Kategori Status Gizi Berdasarkan Nilai Z-Score (WHO)
Indikator Pertumbuhan
Z-score

PB/U atau
TB/U

BB/U

Di atas 3
Di atas 2

BB/PB atau
BB/TB

IMT/U

Obesitas

Obesitas

Overweight

Overweight

(Gizi Lebih)

(Gizi Lebih)

Kurus

Kurus

Sangat Kurus

Sangat Kurus

Di atas 1
0
(median)
Di bawah
-1
Di bawah

Perawakan

Gizi

-2

Pendek

Kurang

Di bawah
-3

Perawakan
Sangat
Pendek/Kerdil

Gizi
Buruk

Melalui hasil pengambilan data pada atlet SSS diketahui bahwa dari
15 atlet dilihat dari data nilai z-score IMT/U, 13 atlet atau sekitar 86.67%
termasuk dalam kategori normal dan 2 atlet atau sekitar 13.33% termasuk
dalam kategori overweight.

12

Tabel 9. Kategori Status Gizi Berdasarkan Nilai Z-score IMT/U Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Normal

13

86.67%

Overweight

13.33%

Resiko
Overweight,
13.33%

Normal,
86.67%

Diagram 6. Status Gizi Berdasarkan Nilai Z-Score IMT/U Atlet SSS


3.2.3 Lingkar Pinggang
Pengukuran lingkar pinggang dapat menjadi salah satu pengukuran
unutk mengetahui apakah seseorang termasuk kedalam obesitas sentral
atau

tidak,

karena

nilai

antropometri

lingkar

pinggang

lebih

menggambarkan distribusi lemak di daerah abdomen. Obesitas sentral


menurut populasi Asia jika lingkar pinggang >90 cm pada laki-laki dan
>80 cm pada perempuan.(5)
Menurut hasil observasi yang dilakukan terhadap atlet sepak bola di
sekolah sepak bola SSS, diketahui bahwa dari 15 atlet hanya 1 atlet (6.67%)
yang memiliki lingkar pinggang yang dikategorikan sebagai obesitas
sentral. Rata-rata lingkar pinggal atlet SSS adalah sebesar 70.06 cm
termasuk dalam kategori normal.
Tabel 10. Kategori Lingkar Pinggang (LiPi) Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Normal

14

93.33%

Obesitas Sentral

6.67%

13

Obesitas
sentral,
6.67%

Normal,
93.33%

Diagram 7. Kategori Lingkar Pinggang Atlet SSS


3.2.4 Persen (%) Lemak Tubuh
Persen lemak tubuh menggambarkan jumlah simpanan lemak dalam
tubuh seseorang. Lemak yang ada pada tubuh atlet digunakan untuk
penyediaan bahan bakar, melindungi tubuh, membantu dalam transmisi
saraf, dan mendukung aktivitas hormone.(6) Persen lemak tubuh merupakan
pengukuran antropometri yang digunakan untuk mengetahui komposisi
tubuh. Menghitung persen lemak tubuh pada atlet merupakan hal yang
penting untuk menentukan kondisi dan kekuatan otot atlet serta
mengevaluasi kebugaran fisik secara keseluruhan.(7) Atlet memiliki massa
lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan non-atlet dikarenakan
komposisi tubuh atlet memiliki lebih banyak massa otot dibandingkan
massa lemak.(8)
Tabel 11. Klasifikasi Komposisi Tubuh dari Persentase Lemak Tubuh(9)
PRIA
Usia

19 Tahun

20 29 Tahun

30 39 Tahun

40 49 Tahun

50 Tahun

Kurus

<3%

<3%

<3%

<3%

<3%

Baik Sekali

12 %

13 %

14 %

15 %

16 %

Baik

12.1 17.0 %

13.1 18.0 %

14.1 19.0 %

15.1 20.0 %

16.1 21.0 %

Cukup

17.1 22.0 %

18.1 23.0 %

19.1 24.0 %

20.1 25.0 %

21.1 26.0 %

Gemuk

22.1 27.0 %

23.1 28.0 %

24.1 29.0 %

25.1 30.0 %

26.1 31.0 %

Sangat

27.1 %

28.1 %

29.1 %

30.1 %

31.1 %

Gemuk

14

Melalui data hasil observasi ditemukan bahwa dari 15 atlet, 1 atlet


atau sekitar 6.67% termasuk dalam katergori baik sekali, 5 atlet atau
33.33% termasuk dalam kategori baik, 7 atlet atau sekitar 46.67% termasuk
dalam kategori cukup, 1 atlet atau sekitar 6.67% termasuk kategori gemuk
dan 1 atlet atau sekitar 6.67% termasuk dalam kategori sangat gemuk.
Tabel 12. Kategori Persen Lemak Tubuh (PLT) Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Sangat baik

6.67%

Baik

33.33%

Cukup

46.67%

Gemuk

6.67%

Sangat gemuk

6.67%

Sangat
gemuk,
6.67%

Sangat
baik,
6.67%

Gemuk,
6.67%
Baik,
33.33%
Cukup,
46.67%

Diagram 8. Kategori Berdasarkan Persen Lemak Tubuh Atlet SSS


3.2.5 Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang berada di pembuluhpembuluh darah pada waktu jantung berdenyut, hal ini disebut sistolik.
Sedangkan yang berada di antara denyutan jantung, tekanannya disebut
diastolic. Pada waktu istirahat, tekanan yang normal adalah 120 mmHg
sistolik dan 80 mmHg distolik (120/80). Selama melakukan olahraga,
tekanan sitolik naik secara cepat dan kadang-kadang dapat mencapai 200

15

atau 250 mmHg (respon akut). Sedangkan tekanan diastolic perubahannya


hanya sedikit.(10)
Tabel 13. Klasifikasi Hipertensi
The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7),
Tahun 2003
Tekanan Sistolik

Tekanan Diastolik

(mmHg)

(mmHg)

Rendah

< 90

< 60

Normal

<120

<80

Prehipertensi

120-139

80-89

Stage 1 Hipertensi

140-159

90-99

Stage 2 Hipertensi

160

100

Kategori

Melalui hasil observasi yang dilakukan terhadap 15 atlet, diketahui


bahwa atlet yang memiliki tekanan darah normal adalah sebanyak 6 orang
atau sekitar 40% dari total atlet, tekanan darah rendah 5 orang atau sekitar
33.33%, dan yang prehipertensi adalah 4 orang atau sekitar 26.67%.
Tabel 14. Kategori Tekanan Darah Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Normal

11

73.33%

Prehipertensi

26,67%

16

Prehipertensi
, 26.67%

Normal,
40.00%

Diagram 9. Kategori Tekanan Darah Atlet SSS


3.2.6 Level Hidrasi
Keseimbangan

cairan/elektrolit

sangat

penting

bagi

performa

ketahanan atlet.(11) Kurangnya konsumsi cairan yang menyebabkan


dehidrasi berbahaya bagi kesehatan serta membuat beban kerja tubuh
menjadi lebih berat. Saat berolahraga dehidrasi menyebabkan penurunan
kemampuan konsentrasi, kecepatan reaksi, meningkatkan suhu tubuh dan
menghambat laju produksi energi. Dehidrasi bersama dengan berkurangnya
simpanan karbohidrat merupakan 2 faktor utama penyebab penurunan
performa tubuh saat berolahraga. Oleh karena itu atlet/penggiat olahraga
diharapkan mempunya strategi minum yang baik agar hidrasi tubuh selalu
terjaga. Banyak sekali atlet ataupun individu yang tidak memandang
penting konsumsi cairan yang cukup sebelum latihan/pertandingan olahraga
dengan berbagai alasan.
Studi dan hasil riset menunjukkan bawah atlet/individu yang memulai
latihan/pertandingannya dengan level hidrasi tubuh yang baik akan
mempunyai performa daya tahan (endurance), kecepatan respon atau reaksi
dan juga performa olahraga yang lebih prima. Hal ini membuat strategi
hidrasi yang baik menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi atlet
professional dunia tidak hanya untuk menjaga performa olahraganya namun
juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Cara yang paling mudah
dan akurat untuk mengetahui status/level hidrasi tubuh sebelum olahraga
adalah dengan melihat warna dan volume urin saat buang air kecil. Warna
urin cerah dengan volume yang banyak menunjukkan level hidrasi yang
17

baik, sedangkan warna urin yang gelap atau keruh dengan volume yang
sedikit menunjukkan level hidrasi yang rendah di dalam tubuh.
Secara ideal pada saat latihan atau juga dalam pertandingan atlet
disarankan untuk minum air secara rutin agar level hidrasi di dalam tubuh
dapat terjaga. Penting bagi atlet untuk dapat menjaga level hidrasi di dalam
tubuh melalui pola konsumsi cairan secara rutin baik pada saar sebelum dan
sedang berolahraga dan setelah berolahraga agar fungsi-fungsi tubuh dapat
berjalan dengan baik terutama fungsi thermoregulasi (pengaturan panas).(12)
Maka melalui observasi level hidrasi sebelum latihan yang
dilakukan terhadap atlet sepak bola di SSS diketahui bahwa dari 15 orang, 8
orang atau sekitar 53.33% termasuk dalam indikator kurang dan 7 orang
atau sekitar 46.67% termasuk dalam kategori baik. Sedangkan untuk level
hidrasi setelah latihan, diketahui bahwa 12 orang atau sekitar 80% termasuk
dalam indikator kurang, 2 orang atau sekitar 13.33% termasuk dalam
indikator baik, dan 1 orang atau sekiat 6.67% termasuk dalam indikator
dehidrasi.
Tabel 15. Kategori Level Hidrasi Sebelum Latihan Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Kurang

53.33%

Baik

46.67%

Baik
47%
Kurang
53%

Diagram 10. Kategori Level Hidrasi Sebelum Latihan Atlet SSS

18

Tabel 16. Kategori Level Hidrasi Setelah Latihan Atlet SSS


Indikator

Persen (%)

Kurang

12

80%

Baik

13.33%

Dehidrasi

6.67%

Dehidrasi
7%
Baik
13%

Kurang
80%

Diagram 11. Kategori Level Hidrasi Setelah Latihan Atlet SSS


3.2.7 VO2 Max
VO2max adalah jumlah maksimum oksigen dalam milliliter, yang
dapat digunakan dalam satuan menit per kilogram berat badan.(13) Nilai
VO2max menggambarkan jumlah maksimal oksigen yang dapat diserap dan
digunakan oleh seseorang selama melakukan kegiatan fisik. Penilaian
VO2max umumnya dilakukan untuk mengukur daya tahan jantung. Semakin
besar nilai VO2max maka daya tahan tubuh atlet tersebut akan semakin baik
dan hal ini tentunya akan menentukan prestasi atlet yang bersangkutan.
Besarnya nilai VO2max sangat terkait dengan prestasi yang mungkin bisa
dicapai. Kemampuan tubuh menggunakan oksigen secara maksimum
(VO2max) merupakan cara yang efisien guna menyediakan energi bagi
tubuh atlet.(14)

19

Tabel 17. Penilaian VO2max (ml/kg.bb/menit)


Interval

Klasifikasi

>51,6

Baik Sekali

42,6 51,5

Baik

33,8 42,5

Sedang

25,0 33,7

Kurang

<25,0

Kurang sekali

Melalui observasi yang dilakukan, diketahui bahwa dalam sekolah


sepak bola tersebut terdapat 11 atlet atau sekitar 73.33% dengan kategori
hasil VO2max sedang, 2 atlet atau sekitar 13.33% dengan kategori hasil
VO2max baik dan 1 orang atlet atau 6.67% termasuk dalam kategori kurang.
Tabel 18. Kategori VO2max Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Baik

13,33%

Sedang

11

73,33%

Kurang

6,67%

Kurang,
6.67%
Baik,
13.33%

Sedang,
73.33%

Diagram 12. Kategori VO2max Atlet SSS


3.3 Gambaran Aktivitas
3.3.1 Jadwal Latihan
Metode latihan yang teratur dan terarah akan menentukan pencapaian
prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet.(15) Latihan yang baik adalah
20

latihan yang mampu mencakup seluruh fungsi dan tujuan dari latihan itu
sendiri. Latihan yang baik dapat terdiri dari latihan untuk mempertahankan
daya tahan jantung-paru seorang atlet, latihan untuk meningkatkan kekuatan
otot, latihan untuk memperkuat kelenturan tubuh, latihan untuk
meningkatkan kebugaran serta latihan teknik, keseimbangan tubuh dan
keterampilan dalam bermain sepak bola.(16)(17) Sekolah sepak bola SSS
(Sport Supaya Sehat) memiliki jadwal latihan yang tetap, yaitu setiap
Minggu pukul 08.00, Selasa pukul 15.00, dan hari Jumat pukul 15.00.
Meski ada jadwal tetap namun setiap responden memiliki absensi kehadiran
yang berbeda-beda, ada yang hanya mengikuti 2 kali latihan namun juga
ada yang melakukan ekstra latihan (4 kali latihan dalam satu minggu).
Jumlah responden yang melakukan latihan 2 kali dalam seminggu ada 2
orang (13.3%), yang melakukan latihan 3 kali dalam seminggu ada 8 orang
(53,3%) dan yang melakukan latihan 4 kali dalam seminggu ada 1 orang
(6,7%).
Tabel 19. Gambaran Jadwal Latihan Atlet SSS
Jumlah Latihan

Persen (%)

2 kali

13.3

3 kali

12

80

4 kali

6.7

Dalam Seminggu

4 kali
7%
2 kali
13%

3 kali
80%

Diagram 13. Gambaran Jadwal Latihan Atlet SSS


21

3.3.2 Durasi Latihan


Durasi latihan diartikan sebagai lamanya latihan dilaksanakan.
Durasi latihan juga akan mempengaruhi perubahan adaptasi tubuh.(18)
Durasi latihan sekolah sepakbola SSS berkisar antara 90 120 menit setiap
latihannya, tidak terkecuali bila ada pertandingan.
3.4 Analisis Riwayat Makan
3.4.1 Analisis Recall
Pengambilan data riwayat asupan pada atlet SSB SSS dilakukan
menggunakan metode recall 24-jam sebanyak 3 kali dengan hari yang
berselang, berikut merupakan hasil analisis data riwayat makan atlet SSB
SSS.
3.4.1.1 Energi
Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi
melalui sumber-sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu
melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi
sekitar 5% melalui pemecahan protein. Diantara ketiganya, simpanan
protein bukanlah merupakan sumber energi yang langsung dapat
digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai jika simpanan
karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan
energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan antara lemak ataupun
karbohidrat oleh tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung
kerja otot.(19)
Permainan sepakbola sangat membutuhkan energi tinggi dan
dapat disetarakan dengan kebutuhan energi/kalori pekerja sangat berat.
Secara umum seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar
4.500 kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal
dengan postur tubuh relatif sama, karena pemain sepakbola
dikategorikan dengan seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang
berat. Kebutuhan energi dihitung dengan memperhatikan beberapa
komponen penggunaan energi yaitu : Basal Metabolic Rate (BMR),
Specific Dynamic Action (SDA), Aktivitas Fisik dan Faktor
Pertumbuhan.(17)

22

Adapun 6 langkah cara untuk menghitung kebutuhan energi


yaitu:
1. Menentukan status gizi atlet dengan menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT) dan persentase lemak tubuh.
2. Menentukan Basal Metabolic Rate (BMR) yang sesuai dengan
jenis kelamin, umur dan BB. Tambahkan BMR dengan specific
dynamic action (SDA) yang besarnya 10% BMR.
3. Menentukan tingkat aktifitas fisik setiap hari dan hitung besarnya
energi untuk aktifitas fisik tersebut (tanpa kegiatan olahraga) yang
disesuaikan dengan tabel 20.
Tabel 20. Rata-rata Tingkat Aktivitas Harian
(di luar latihan)
Tingkat Aktivitas

Jenis kelamin
Laki-laki

Perempuan

Istirahat di tempat tidur

1,2

1,2

Kerja sangat ringan

1,4

1,4

Kerja ringan

1,5

1,5

Kerja ringan-sedang

1,7

1,6

Kerja sedang

1,8

1,7

Kerja berat

2,1

1,8

Kerja berat sekali

2,3

2,0

4. Kalikan faktor aktifitas fisik dengan BMR yang telah ditambah


SDA.
5. Menentukan penggunaan energi sesuai dengan latihan atau
pertandingan olahraga (gunakan tabel 21). Kalikan jumlah jam
yang digunakan untuk latihan per minggu dengan besar energi
yang dikeluarkan untuk aktifitas olahraga. Total energi yang
didapatkan dari perhitungan energi dalam seminggu, kemudian
dibagi dengan 7 untuk mendapatkan penggunaan energi yang
dikeluarkan per hari. Tambahkan besarnya penggunaan energi ini
dengan besarnya energi yang didapatkan dari perhitungan langkah
4.

23

Tabel 21. Kebutuhan Energi Aktivitas Olahraga Berdasarkan


Berat Badan (kkal/menit)
Aktivitas

Berat Badan (Kg)


50

60

70

80

90

10

12

5,5 menit/

10

12

14

15

17

5 menit/km

10

12

15

17

19

4,5 menit/km

11

13

15

18

20

4 menit/km

13

15

18

21

23

10 menit/km

8 menit/km

10

11

5menit/km

10

12

15

17

19

Sepak bola
Lari

Jalan kaki

6. Apabila atlet tersebut dalam usia pertumbuhan, maka tambahkan


kebutuhan energi sesuai dengan tabel 22.
Tabel 22. Kebutuhan Energi untuk Pertumbuhan (kkal/hari)
Jenis Kelamin

Umur

Tambahan

(Tahun)

Energi

10-14

2 kkal/kg BB

15

1 kkal/kg BB

16-18

0,5 kkal/kg BB

Laki-laki dan
Perempuan

Oleh karena itu pemenuhan energi sangatlah penting untuk


mendukung performance atlet saat latihan maupun bertanding.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah sepak
bola Sport Supaya Sehat, 33.3% atlet mengalami defisit asupan energi,
13.3% asupan kurang, 40% atlet dengan asupan cukup dan 13.3% atlet
dengan asupan energi yang berlebih.

24

Tabel 23. Analisis Asupan Energi Atlet SSS


Indikator

Persen (%)

Defisit

33,3%

Kurang

13,3%

Cukup

40%

Lebih

13,3%

Lebih
13%

Cukup
40%

DeFisit
34%

Kurang
13%

Diagram 14. Analisis Asupan Energi Atlet SSS


3.4.1.2 Karbohidrat
Bagi seorang atlet, konsumsi karbohidrat minimum yang
disarankan adalah sebanyak 250 gr atau sudah memenuhi kebutuhan
energi sebesar 1000 kkal. Walaupun kebutuhan energi seorang atlet
akan berbeda untuk tiap jenis olahraga, namun secara umum atlet
diharapkan untuk memenuhi kebutuhan energinya setidaknya 50%
atau idealnya 55-65% melalui konsumsi karbohidrat. Konsumsi
karbohidrat tinggi dalam seharihari terutama sebelum berolahraga
bertujuan untuk meningkatkan simpanan glikogen di dalam tubuh dan
untuk menjaga level glukosa di dalam darah sehingga laju produksi
energi melalui pembakaran karbohidrat saat berolahraga dapat tetap
terjaga. Selain mengonsumsi karbohidrat yang tinggi dalam seharihari, seorang atlet juga akan mendapatkan manfaat dengan
mengonsumsi karbohidrat pada saat berolahraga.(20)(21)
Konsumsi karbohidrat yang dilakukan pada saat berolahraga,
terutama olahraga dengan waktu yang panjang (> 45 menit), dapat
25

membantu tubuh dalam menjaga konsentrasi glukosa darah, menjaga


ketersediaan glikogen hati serta menjaga agar laju pembakaran
karbohidrat tetap tinggi sehingga terjadinya kelelahan dapat ditunda.
Selain itu, pada olahraga yang bersifat intermittiment atau stop & go
atau multisprints seperti sepakbola atau bola basket, karbohidrat yang
dikonsumsi juga dapat membantu tubuh dalam proses resintesi
glikogen otot serta dapat juga membantu untuk membatasi pemakaian
glikogen otot.(22) Sumber makanan karbohidrat dapat diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu jenis makanan padi-padian (beras, gandum, dan
jagung) dan jenis makanan umbi-umbian (kentang, singkong, dan
ubi).(23)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 53.3% atlet mengalami defisit
asupan karbohidrat, 20% asupannya kurang, 20% atlet dengan asupan
cukup dan 6.7% atlet dengan asupan karbohidrat berlebih.
Tabel 24. Analisis Asupan Karbohidrat Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Defisit

53,3%

Kurang

20%

Cukup

20%

Lebih

6,7%

Lebih
7%

Cukup
20%

Kurang
20%

DeFisit
53%

Diagram 15. Analisis Asupan Karbohidrat Atlet SSS


26

3.4.1.3 Protein
Kebutuhan protein bagi seorang atlet disebutkan berada berada
pada rentang 1.2-1.6 gr/kg berat badan per-harinya dan nilai ini berada
diatas kebutuhan protein bagi non-atlet yaitu sebesar 0.6-0.8 gr/kg
berat badan. Peningkatkan kebutuhan protein bagi atlet ini disebabkan
oleh karena atlet lebih beresiko untuk mengalami kerusakan jaringan
ototn terutama saat menjalani latihan/pertandingan olahraga yang
berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance)
dengan durasi panjang sebagian kecil asam amino dari protein juga
akan digunakan sebagai sumber energi terutama saat simpanan
glikogen sudah semakin berkurang. Oleh karena hal-hal tersebut diatas
maka kebutuhkan konsumsi protein seorang atlet dalam kesehariannya
akan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan nonatlet.(24)(25) Sumber makanan protein dapat dibagi menjadi dua yaitu
sumber makanan protein nabati yang di dapatkan dari tumbuhan
(kacang kedelai dan hasil olahannya) serta sumber makanan protein
hewani yang didapatkan dari hewan (telur, susu, daging, unggas, ikan,
dan kerang).(23)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 73.3% atlet mengalami defisit
asupan protein, 6.7% diantaranya mengalami kekurangan, 6.7%
lainnya sudah cukup akan asupan protein, namun 13.3% atlet
mengalami asupan protein yang berlebih.
Tabel 25. Analisis Asupan Protein Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Defisit

11

73,3%

Kurang

6,7%

Cukup

6,7%

Lebih

13,3%

27

Cukup
7%

Lebih
13%

Kurang
7%
DeFisit
73%

Diagram 16. Analisis Asupan Protein Atlet SSS


3.4.1.4 Lemak
Pada olahraga dengan intensitas rendah sepeti jalan kaki atau
lari-lari kecil, ketika kebutuhan energi rendah dan kecepatan
ketersediaan energi bukanlah merupakan hal yang penting, simpanan
lemak akan memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber energi
utama bagi tubuh. Kontribusi simpanan lemak sebagai sumber energi
tubuh akan berkurang apabila terjadi peningkatan intensitas dalam
berolahraga. Pada saat terjadinya peningkatan intensitas olahraga yang
juga akan meningkatkan kebutuhan energi, pembakaran lemak akan
memberikan kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
pembakaran karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam
tubuh. Walaupun pembakaran lemak ini memberikan kontribusi yang
lebih kecil jika dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat saat
intensitas olahraga meningkat, namun kuantitas lemak yang terbakar
tetap akan lebih besar jika dibandingkan saat berolahraga dengan
intensitas rendah. Pada saat berolahraga kompetitif dengan intensitas
tinggi, pengunaan lemak sebagai sumber energi tubuh akibat dari
mulai berkurangnya simpanan glikogen otot dapat menyebabkan
tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan
menurun. Kebutuhan lemak yang seharusnya dikonsumsi yaitu tidak
lebih dari 25% total energi.(26) Sumber makanan yang mengandung

28

lemak dapat ditemukan pada sumber lemak nabati (buah alpukat,


kacang-kacangan, biji kemiri, zaitun, kelapa) dan sumber lemak
hewani (mentega, susu, dan keju).(23)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 33.3% atlet mengalami defisit
akan asupan lemak, 13.3% lainnya mengalami kekurangan, 6.7%
cukup asupan lemak, dan 46.7% mengalami asupan lemak yang
berlebih.
Tabel 26. Analisis Asupan Lemak Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Defisit

33,3%

Kurang

13,3%

Cukup

6,7%

Lebih

46,7%

DeFisit
33%

Lebih
47%

Kurang
13%
Cukup
7%

Diagram 17. Analisis Asupan Lemak Atlet SSS


3.4.1.5 Serat
Serat berfungsi baik untuk kesehatan tubuh kita. Beberapa
fungsinya adalah untuk mempercepat proses penyerapan zat gizi,
membantu menurunkan kadar kolesterol darah, pada orang diabetes
membantu

menurunkan

kadar

glukosa

dalam

darah

dengan

memperlambat proses penyerapannya. Juga dapat membantu dalam


melancarkan proses pencernaan dalam tubuh. Pada survei yang
29

dilakukan, serta yang dikonsumsi pada atlet sangat kurang bahkan


jauh dari setengah kebutuhan mereka perharinya. Kebutuhan yang
dianjurkan ialah 38 g per hari. Sumber serat dapat berasal dari sayuran
dan juga buah-buahan.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 100% atlet tidak terpenuhi
kebutuhan seratnya dimana 20% atlet memiliki asupan serat < 20%
dari total kebutuhannya, 46.7% atlet memiliki asupan serat < 30% dan
33.3% atlet memiliki asupan serat < 50% kebutuhannya.
Tabel 27. Analisis Asupan Serat Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Asupan < 20%

20%

Asupan < 30%

46,7%

Asupan < 50%

33,3%

Asupan
<50%
33%

Asupan
<20%
20%

Asupan
<30%
47%

Diagram 18. Analisis Asupan Serat Atlet SSS


3.4.1.6 Cairan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu kunci
untuk mengoptimalkan performance saat berlatih maupun bertanding
adalah dengan melakukan pengaturan hidrasi. Bahkan kekurangan 2%
dari kebutuhan hidrasi tubuh dapat menghambat performa olahraga.

30

Hal ini dapat terjadi karena meningkatkan volume darah yang


berkurang akan menuntut sistem kardiovaskular untuk bekerja lebih
keras untuk menyesuaikan dengan kebutuhan oksigenasi akibat
aktifitas fisik yang pada akhirnya mengurangi performa fisiologi atlet.
Kurangnya konsumsi cairan yang menyebabkan dehidrasi berbahaya
bagi kesehatan serta membuat beban kerja tubuh menjadi lebih berat.
Pada saat berlatih atau bertanding, dehidrasi dapat menyebabkan
penurunan kemampuan konsentrasi, kecepatan reaksi, meningkatnya
suhu tubuh, dan menghambat laju produksi energi.
Studi dan hasil riset menunjukkan bahwa atlet yang memulai
latihan atau pertandingan degan level hidrasi tubuh yang baik akan
mempunyai performa daya tahan, kecepatan respo, reaksi dan juga
performa yang lebih prima. Menurut survei yang telah dilakukan maka
kebanyakan atlet mengonsumsi cairan yang kurang dari asupan
seharunya.(27)(28)
Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam
sehari rata-rata memerlukan 2500 ml air. Jumlah tersebut setara
dengan cairan yang dikeluarkan tubuh baik berupa keringan, yang
digunkana untuk proses pernafasan, maupun yang dikeluarkan
bersama feses. Sementara pada atlet kebutuhan akan air dapat menjadi
lebih tinggi lagi karena lebih banyak cairan yang digunakan untuk
berolahraga.(26)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 80% atlet mengalami
kekurangan asupan cairan, 13.3% cukup akan cairan, dan 6.7% atlet
mengalami dehidrasi.
Tabel 28. Analisis Asupan Cairan Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Kurang

12

80%

Cukup

13,3%

Dehidrasi

6,7%

31

Dehidrasi
6,7%

Cukup
13,3%
Kurang
80%

Diagram 19. Analisis Asupan Cairan Atlet SSS


3.4.1.7 Vitamin A
Vitamin A memiliki peran sebagai antioksidan dengan cara
mendonorkan elektron dari atomnya kepada radikal bebas untuk
berikatan dengan elektron yang tidak berpasangan (tunggal) dari
radikal bebas tanpa menjadi radikal bebas baru. Selain itu, vitamin A
juga berfungsi untuk mempertahankan stabilitas membran sel terhadap
radikal bebas. Vitamin A banyak terdapat pada hati, kuning telur, dan
susu. Pada makanan nabati vitamin A terdapat dalam bentuk karoten.
Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan
yang berwarna kuning jinga, seperti daun singkong, daun kacang,
bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya,
mangga, nangka masak dan jeruk.(29) Angka kecukupan asupan
vitamin A pada remaja laki laki usia 15 tahun berdasarkan AKG
adalah 600 mcg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 54% atlet mengalami defisit
asupan vitamin A, 13% atlet kurang, 13 atlet lainnya cukup, dan 20%
atlet mengalami kelebihan.

32

Tabel. 29 Analisis Asupan Vitamin A Atlet SSS


Indikator

Persen (%)

Defisit

54%

Kurang

13%

Cukup

13%

Lebih

20%

Cukup
13%

Defisit
54%

Lebih
20%
Kurang
13%

Diagram 20. Analisis Asupan Vitamin A Atlet SSS


3.4.1.8 Vitamin B1
Vitamin B1 merupakan salah satu bagian dari vitamin B kompleks yang mempunyai peran utama dalam oksidasi lemak,
karbohidrat, dan asam amino, terutama karbohidrat. Setiap sel dalam
tubuh membutuhkan vitamin B1 untuk membentuk Adenosine
Triphosphate (ATP). Vitamin B1 juga penting untuk sel-sel saraf agar
dapat berfungsi dengan baik. Sumber vitamin B1 adalah padi-padian
utuh (seperti beras pecah kulit), daging, hati, limpa, jantung, ragi.(17)
Angka kecukupan asupan vitamin B1 pada remaja laki laki usia 15
tahun yaitu 1,2 mg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 87% atlet mengalami defisit
asupan vitamin B1, 7% atlet kekurangan, 6% atlet lainnya cukup.

33

Tabel 30. Analisis Asupan Vitamin B1 Atlet SSS


Indikator

Persen (%)

Defisit

13

87%

Kurang

7%

Cukup

6%

Lebih

0%

Lebih
0%

Cukup
6%

Kurang
7%

Defisit
87%

Diagram 21. Analisis Asupan Vitamin B1


3.4.1.9 Vitamin B2
Vitamin B2 merupakan komponen penting dari dua enzim
utama dalam produksi energi pada metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein, menjaga fungsi reproduksi, kesehatan mata, kesehatan
kulit, kuku, rambut, mulut, bibir dan tenggorokan. Kekurangan
vitamin B2 dapat menyebabkan angular stomatis, cheilosis (sariawan),
atau glositis (radang lidah). Sumber utama vitamin B2 adalah susu,
ragi, telur, keju, hati, kacang-kacangan.(17) Angka kecukupan asupan
vitamin B2 pada remaja laki laki usia 15 tahun yaitu 1,5 mg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 87% atlet mengalami defisit
asupan vitamin B2, dan 13% atlet lainnya cukup.
Tabel 31. Analisis Asupan Vitamin B2
Indikator
Defisit

Persen (%)

13

87%

34

Kurang

0%

Cukup

13%

Lebih

0%

Kurang
0%

Lebih
0%
Cukup
13%

Defisit
87%

Diagram 22. Analisis Asupan Vitamin B2


3.4.1.10 Vitamin B3
Vitamin B3 merupakan vitamin penurun lemak yang
mencegah penyakit jantung dengan menurunkan kadar kolesterol dan
memperbaiki aliran darah. Disebut juga asam nikotinat yang
merupakan salah satu bagian dari vitamin B kompleks, berperan untuk
melakukan respirasi sel dan membantu melepaskan energi dalam
karbohidrat, lemak dan protein. Hal ini terjadi karena perannya dalam
pembentukan koenzim NAD (Nikotinamid Adenin Dinukleotida
Fosfat) sebagai bawaan hidrogen dalam reaksi oksidasi dan reduksi
dalam sel. Selain itu juga vitamin B3 berperan dalam sirkulasi darah,
kesehatan kulit, membantu fungsi sistem saraf, sekresi getah empedu
dan asam lambung, meningkatkan kemampuan memori, sintesis
hormon seks, pengobatan shcizophrenia dan penyakit-penyakit mental
lainnya. Sumber utama vitamin B3 adalah telur, buah mangga, dan
asparagus.(17) Angka kecukupan asupan vitamin B3 pada remaja laki
laki usia 15 tahun yaitu 14 mg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 53% atlet mengalami defisit,

35

7% atlet kekurangan asupan vitamin B3, 13% lainnya cukup, dan 27%
berlebih.
Tabel 32. Analisis Asupan Vitamin B3
Indikator

Persen (%)

Defisit

53%

Kurang

7%

Cukup

13%

Lebih

27%

Cukup
13%

Defisit
53%

Lebih
27%

Kurang
7%

Diagram 23. Analisis Asupan Vitamin B3


3.4.1.11 Vitamin B6
Vitamin B6 mempunyai fungsi penting sebagai koenzim pada
reaksi yang melibatkan asam amino, pada sintesis antibodi dalam
sistem kekebalan tubuh, sintesis sistein dan metionoin, sintesis porfirin
(bagian heme yang mengandung zat besi), sintesis niasin dari triptofan
membantu mempertahankan fungsi saraf dan juga berperan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin B6 juga dibutuhkan dalam
reaksi kimia yang diperlukan untuk mencerna protein. Semakin tinggi
asupan protein semakin tinggi kebutuhan vitamin B6. Kekurangan
vitamin B6 ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam
amino, sariawan mulut dan lidah, iritasi dan depresi. Sumber vitamin
B6 terutama banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Daging
sapi, hati kalkun, kacang-kacangan, ikan tuna, beras, dan gandum

36

merupakan makanan yang kaya akan kandungan vitamin B6.(17) Angka


kecukupan asupan vitamin B6 pada remaja laki laki usia 15 tahun
yaitu 1,3 mg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 40% atlet mengalami defisit
asupan vitamin B6, 13% lainnya kurang, 20% cukup, dan 27%
berlebih.
Tabel 33. Analisis Asupan Vitamin B6
Indikator

Persen (%)

Defisit

40%

Kurang

13%

Cukup

20%

Lebih

27%

Defisit
40%

Cukup
20%

Lebih
27%
Kurang
13%

Diagram 24. Analisis Asupan Vitamin B6


3.4.1.12 Vitamin B12
Vitamin B12 adalah salah satu vitamin larut air yang berfungsi
dalam menjaga aktivitas sistem saraf pusat, sintesis DNA dan asam
lemak, pembelahan sel, metabolisme sel dalam pelepasan energi, dan
pembentukan darah. Selain itu, vitamin B12 juga berperan dalam
metabolisme asam folat dan vitamin B6 untuk mengontrol kadar
homosisteine. Bahan makanan sumber vitamin B12 adalah makanan
hewani seperti produk susu, daging, ikan, unggas, dan telur.(17) Angka
37

kecukupan asupan vitamin B12 pada remaja laki laki usia 15 tahun
yaitu 2,4 mcg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 60% altet defisit, 7%
mengalami kurang asupan vitamin B12, 20% lainnya cukup, dan 13%
berlebih.
Tabel 34. Analisis Asupan Vitamin B12
Indikator

Persen (%)

Defisit

60%

Kurang

7%

Cukup

20%

Lebih

13%

Cukup
20%

Defisit
60%

Lebih
13%

Kurang
7%

Diagram 25. Analisis Asupan Vitamin B12


3.4.1.13 Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin larut dalam air, secara tunggal
dapat menghambat proses oksidasi LDL. Vitamin C bekerja bersamasama dengan vitamin E dalam menghambat reaksi oksidasi. Vitamin C
mengikat vitamin E radikal yang terbentuk pada proses pemutusan
reaksi radikal bebas oleh vitamin E, menjadi vitamin E bebas yang
berfungsi kembali sebagai antioksidan. Vitamin C banyak terdapat
pada jeruk, nanas, nangka, rambutan, papaya, tomat, sayuran daundaunan dan kol.(29) Angka kecukupan asupan vitamin C pada remaja
laki laki usia 15 tahun yaitu 75 mg.
38

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di


sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 100% atlet mengalami defisit
akan asupan vitamin C.
Tabel 35. Analisis Asupan Vitamin C
Indikator

Persen (%)

Defisit

15

100%

Kurang

0%

Cukup

0%

Lebih

0%

Lebih
0%

Cukup
0%

Kurang
0%

Defisit
100%

Diagram 26. Analisis Asupan Vitamin C


3.4.1.14 Magnesium
Zat gizi magnesium merupakan mineral yang mayoritas
terdapat pada tulang dan gigi. Keberadaan magnesium dapat
mempengaruhi kepekaan otot dan saraf. Sumber magnesium yaitu
tepung gandum, kakao, kacang kacangan, daging, makanan dari laut
dan susu. Berdasarkan hasil analisis recall responden yang dilakukan
pada 15 orang atlet didapatkan 8 orang lebih dan 7 orang kurang.(17)
Angka kecukupan asupan mineral magnesium pada remaja laki laki
usia 15 tahun yaitu 200 mg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 40% atlet mengalami defisit
asupan magnesium, 7% kurang, dan 53% lainnya berlebih.

39

Tabel 36. Analisis Asupan Magnesium


Indikator

Persen (%)

Defisit

40%

Kurang

7%

Cukup

0%

Lebih

53%

Cukup
0%

Defisit
40%
Lebih
53%

Kurang
7%

Diagram 27. Analisis Asupan Magnesium


3.4.1.15 Seng
Seng (Zn) berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti
reaksi-reaksi

yang

berkaitan

dengan

sintesis

dan

degradasi

karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat. Sumber seng paling baik
adalah makanan sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang
dan telur. Serealia tumbuh dan kacang-kacangan juga merupakan
sumber yang baik, namun mempunyai ketersediaan biologik yang
rendah. Jadi, seng juga merupakan salah satu mineral yang penting
bagi atlet pada saat melakukan latihan atau bertanding karena pada
proses metabolisme untuk menghasilkan energi, CO2 merupakan hasil
sampingan yang harus dikeluarkan tubuh. Sumber makanan seng yaitu
daging sapi, sayur bayam, biji labu, kerang, bawang putih, jamur, biji
wijen, dan hati sapi.(30) Angka kecukupan asupan mineral Zn pada
remaja laki laki usia 15 tahun yaitu 18 mg.

40

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di


sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 93% atlet mengalami defisit
dan 7% lainnya mengalami asupan seng yang berlebih.
Tabel 37. Analisis Asupan Seng
Indikator

Persen (%)

Defisit

14

93%

Kurang

0%

Cukup

0%

Lebih

7%

Cukup
0%

Lebih
7%

Kurang
0%

Defisit
93%

Diagram 28. Analisis Asupan Seng


3.4.1.16 Zat Besi
Atlet sepak bola memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk
pembakaran karbohidrat yang dapat menghasilkan energi, terutama
pada saat bermain. Untuk mengangkut oksigen (O2) ke otot diperlukan
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah yang cukup. Sumber zat gizi
bwai utama yaitu daging sapi (terutama daging tanpa lemak), sayuran
hijau, dan kacang-kacangan. Oleh karena itu, atlet sepakbola
dianjurkan untuk tidak menderita anemia, agar dapat meningkatkan
prestasi.(17) Angka kecukupan asupan mineral Fe pada remaja laki
laki usia 15 tahun yaitu 19 mg.

41

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di


sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 100% atlet mengalami defisit
akan asupan zat besi.
Tabel 38. Analisis Asupan Zat Besi
Indikator

Persen (%)

Defisit

15

100%

Kurang

0%

Cukup

0%

Lebih

0%

Lebih
0%

Cukup
0%

Kurang
0%

Defisit
100%

Diagram 29. Analisis Asupan Zat Besi


3.4.1.17 Kalsium
Atlet sepak bola yang masih remaja memerlukan kalsium yang
relatif lebih tinggi untuk pertumbuhan tulang. Sumber kalsium bisa
didapatkan dari susu (rendah lemak). Karena itu atlet sepakbola yang
masih remaja sangat dianjurkan untuk mengonsumsi susu setiap hari
agar mencapai tinggi badan optimal. Ikan juga merupakan sumber
kalsium, terutama ikan yang dikonsumsi dengan tulangnya (contoh:
ikan teri). Selain itu, tulang ikan juga mengadung fluor yang dapat
melindungi gigi agar tidak berlubang.(17) Angka kecukupan asupan
mineral Ca pada remaja laki laki usia 15 tahun yaitu 1200 mg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah sepak

42

bola Sport Supaya Sehat, 100% atlet mengalami defisit asupan


kalsium.
Tabel 39. Analisis Asupan Kalsium
Indikator

Persen (%)

Defisit

15

100%

Kurang

0%

Cukup

0%

Lebih

0%

Cukup
0%

Lebih
0%

Kurang
0%

Defisit
100%

Diagram 30. Analisis Asupan Kalsium


3.4.1.18 Vitamin D
Vitamin D dibutuhkan untuk membantu pembentukan dan
pemeliharaan tulang, membantu pengerasan tulang dengan cara
mengatur agar kalsium dan fosfor

tersedia di dalam darah untuk

diendapkan dalam proses pengerasan tulang. Vitamin D dibutuhkan


untuk pembentukan tulang bagi atlet sepakbola yang masih remaja.
Atlet sepakbola terutama remaja dianjurkan untuk berjemur setiap
pagi untuk memperkuat pembentukan tulang. Vitamin D terkandung
dalam minyak hati dari berbagai ikan, susu, mentega, kuning telur, dan
tumbuh-tumbuhan.(31) Angka kecukupan asupan vitamin D

pada

remaja laki laki usia 15 tahun yaitu 15 mcg.

43

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di


sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 100% atlet mengalami defisit
asupan vitamin D.
Tabel 40. Analisis Asupan Vitamin D
Indikator

Persen (%)

Defisit

15

100%

Kurang

0%

Cukup

0%

Lebih

0%

Kurang
0%

Cukup
0%

Lebih
0%

DeFisit
100%

Diagram 31. Analisis Asupan Vitamin D


3.4.1.19 Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan
hanya sejumlah kecil natrium berada dalam cairan intraselular.
Natrium juga menjaga keseimbangan asam basa didalam tubuh dengan
mengimbangi zat zat yang membentuk asam. Natrium berperan
dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Natrium berperan pula dalam
absorpsi glukosa dan sebagai alat angkut zat zat gizi lain melalui
membran, terutama melalui dinding usus. Sodium mudah ditemukan
dari makanan di sekitar. Makanan laut, daging sapi, daging unggas
adalah beberapa sumber dari jenis hewani. Sementara untuk sumber
nabati dapat diperoleh dengan mengonsumsi seledri, bit, wortel, dan
berbagai sayuran lainnya. Kebanyakanan makanan alami memberikan
44

sodium yang lebih sedikit karena tubuh memang tidak dianjurkan


kelebihan mineral ini.(31) Angka kecukupan gizi natrium pada remaja
laki laki usia 15 tahun yaitu 1500 mg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 93% atlet mengalami defisit
asupan natrium dan 7% cukup.
Tabel 41. Analisis Asupan Natrium
Indikator

Persen (%)

Defisit

12

80%

Kurang

0%

Cukup

7%

Lebih

13%

Cukup
7%

Kurang
0%

Lebih
13%

DeFisit
80%

Diagram 32. Analisis Asupan Natrium


3.4.1.20 Fosfor
Fosfor benfungsi dalam pembentukan matriks tulang, proses
metabolisme tubuh, proses kontraksi otot, dan dalam proses
pembelahan sel. Selain tiu fosfor juga berperan dalam proses
pemindahan sifat keturunan genetik. Jika mengalami defisiensi akan
menyebabkan pertumbuhan tulang tidak smepurna, darah sulit
membeku, kejang otot, dan karies gigi. Sumber fosfor dapat dipenuhi
dengan mengonsumsi ikan, jagung, dan kacang kacangan.(31) Angka

45

kecukupan gizi fosfor pada remaja laki laki usia 15 tahun yaitu 1200
mg.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 73% atlet mengalami defisit
asupan fosfor, 13% kekurangan, dan 14% lainnya berlebih.
Tabel 42. Analisis Asupan Fosfor
Indikator

Persen (%)

Defisit

11

73%

Kurang

13%

Cukup

0%

Lebih

14%

Cukup
0%
Lebih
14%
Kurang
13%

DeFisit
73%

Diagram 33. Analisis Asupan Fosfor


3.4.2 Analisis Kebiasaan Makanan
3.4.2.1 Konsumsi Makanan Kepercayaan
Sebagian atlet mempercayai bahwa makanan tertentu dapat
mendukung performa mereka saat bertanding. Beberapa contoh
makanan yang biasa dikonsumsi saat latihan maupun bertanding
adalah susu, telur mentah, madu, jahe, gula jawa, dan pisang.

46

Makanan tersebut dpat mempengaruhi psikologis atlet sehingga lebih


percaya diri saat bertanding.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah
sepak bola Sport Supaya Sehat terdapat beberapa atlet yang
mengonsumsi makanan yang dipercaya dapat menambah stamina
yaitu sebanyak 40%. Mereka mengonsumsi pisang, gula jawa, kopi,
dan STMJ (susu telur madu jahe). Namun ada juga atlet yang tidak
mengonsumsi makanan tersebut yaitu sebnyak 60%.
Tabel 43. Kategori Konsumsi Makanan Kepercayaan
Indikator

Persen (%)

Konsumsi

40

Tidak Konsumsi

60

Konsumsi
40%

Tidak
Konsumsi
60%

Diagram 34. Konsumsi Makanan Kepercayaan


Tabel 44. Kategori Jenis Makanan Kepercayaan
Indikator

Persen (%)

Pisang

16,7

STMJ

50

Gula Jawa

16,7

Kopi

16,7

47

Kopi
17%

Pisang
16%

Gula
Jawa
17%
STMJ
50%

Diagram 35. Jenis Makanan Kepercayaan


3.4.2.2 Konsumsi Suplemen
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang diperhatikan
seorang atlet untuk mencapai kesuksesan, atlet yang memperhatikan
kesehatan tubuhnya dapat mencapai performa maksimal dari hasil
latihan dan genetiknya. Kebutuhan gizi atlet yang tinggi dan berbagai
alasan terkadang membuat gizi pada atlet tidak dapat terpenuhi dari
makanan saja, sehingga untuk mencegah defisiensi gizi dan
meningkatkan performa, beberapa atlet mengonsumsi suplemen.
Suplemen sebenarnya tidak dibutuhkan jika asupan makan sehari-hari
sudah dapat mencukupi kebutuhannya. Namun beberapa atlet sering
mendapat

tuntutan

untuk

menang

sehingga

terdorong

untuk

mengonsumsi sulemen. Atet pada usia remaja perlu mendapatkan


perhatian khusus dalam penggunaan sulemen karena penggunaan
suplemen

harus

sesuai

dengan

kebutuhan

dan

dosis

yang

dianjurkan.(32)
Suplemen yang sering kali dipercaya untuk pertumbuhan dan
perkembangan atlet serta untuk meningkatkan performa atlet adalah
suplemen vitamin C, suplemen vitamin D, suplemen kalsium, dan
suplemen protein. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada
atlet di sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat terdapat beberapa atlet
yang penah dan sedang mengonsumsi suplemen sebanyak 40% dan
60% lainnya belum pernah mengonsumsi suplemen. Dari 40% anak
yang

mengonsumsi

suplemen

26.67%

diantaranya

pernah
48

mengonsumsi suplemen dan 13.33% sedang mengonsumsi suplemen,


sedangkan 60% lainnya tidak mengonsumsi suplemen.
Tabel 45. Kategori Konsumsi Suplemen
Indikator

Persen (%)

Konsumsi

40

Tidak Konsumsi

60

Konsumsi
40%

Tidak
Konsumsi
60%

Diagram 36. Konsumsi Suplemen


Tabel 46. Kebiasaan Konsumsi Suplemen
Indikator

Persen (%)

Pernah

26.67

Sedang Mengonsumsi

13.33

Tidak

60

49

Pernah
27%

Tidak
60%

Sedang
13%

Diagram 37. Kebiasaan Konsumsi Suplemen


3.4.2.3 Konsumsi Minuman Elektrolit
Keseimbangan air dan elektrolit sangat penting pada atlet cabang
olahraga endurance karena kekurangan cairan dan elektrolit dapat
mengganggu produksi energi dan pengaturan suhu tubuh. Cairan
sangat penting untuk mengalirkan zat gizi dan oksigen ke dalam otot
skelet yang bertujuan memberikan kontraksi. Minuman elektrolit
dibutuhkan untuk rehidrasi cairan yang hilang akibat berkeringat yang
berlebihan saat latihan.

Minuman elektrolit dibutuhkan

untuk

mengganti cairan tubuh yang hilang dan mempertahankan gula


darah.(33) Penggantian cairan pada atlet endurance hanya dengan
minum air tawar dapat menyebabkan hiponatremi,

karena dalam

tubuh jumlah air dan natrium tidak seimbang. Untuk itu, pemberian
cairan harus mengandung karbohidrat dan elektrolit. Hal ini
dimaksudkan selain untuk mencegah terjadinya hiponatremi, juga
untuk mencegah hipoglikemik.(34)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah
sepak bola Sport Supaya Sehat, 100% atlet pernah mengonsumsi
minuman elektrolit. Minuman elektrolit yang biasanya dikonsumsi
oleh atlet adalah pocari, mizone, hydro coco, dan isotonik. Dari hasil
wawancara kepada atlet mereka biasa mengonsumsi minuman
elektrolit ketika sedang bertanding.

50

Tabel 47. Konsumsi Minuman Elektrolit


Indikator

Persen (%)

Konsumsi

15

100

Tidak Konsumsi

Tidak
Konsumsi
0%

Konsumsi
100%

Diagram 38. Konsumsi Minuman Elektrolit


3.4.2.4 Konsumsi Susu
Atlet yang masih dalam pertumbuhan membutuhkan kalsium
untuk meningkatkan pertumbuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan
asupan kalsium dapat ditunjuang dengan mengonsumsi susu. Selain
mengandung kalsium, susu juga mengandung protein yang baik
dikonsumsi oleh atlet. Protein digunakan untuk memperbaiki jaringan
yang rusak pada saat latihan.(35)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di
sekolah sepak bola Sport Supaya Sehat, 26.6% dari atlet mengonsumsi
susu dan 73.3% lainnya tidak mengonsumsi. Dari 26.6% atlet yang
mengonsumsi hanya beberapa yang mengonsumsi susu secara rutin.
Tabel 48. Konsumsi Susu
Indikator

Persen (%)

Konsumsi

26.6

Tidak Konsumsi

11

73.3

51

Konsumsi
27%
Tidak
Konsumsi
73%

Diagram 39. Konsumsi Susu


3.4.2.5 Konsumsi Madu
Sepak bola merupakan olahraga endurance berintensitas tinggi,
dalam permainan sepak bola rata-rata atlet dapat berlari menempuh
jarak 10 12 km dan mengeluarkan energi sebanyak 800 1500
kalori. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap performa
endurance dalam sepak bola adalah ketersediaan glukosa darah selama
latihan atau pertandingan. Pada olahraga berdurasi lama, apabila
pemenuhan karbohidrat eksogen tidak diperoleh dari konsumsi oral,
maka laju pemecahan glukosa yang berasal dari glikogen hati tidak
akan cukup untuk mengkompensasi pemakaian glukosa oleh otot dan
jaringan lain. Sementara itu, glikogen otot menurun selama
pertandingan sepak bola, bahkan sebanyak 7% serat otot hampir
kehilangan semua cadangan glikogennya setelah pertandingan. Dalam
kondisi ini, hipoglikemia dapat terjadi, di mana kadar glukosa darah
turun hingga 3 mmol/liter (setara dengan 54 mg/dl). Pemberian
minuman dengan kandungan karbohidrat sederhana 6 8% selama
latihan atau pertandingan dapat membantu meningkatkan performa
atlet dengan menunda kelelahan.
Madu

merupakan

produk

pemanis

alami

yang

banyak

memberikan manfaat kesehatan, serta dapat menjadi sumber energi


yang baik bagi atlet Madu merupakan produk pemanis alami yang
banyak memberikan manfaat kesehatan, serta dapat menjadi sumber
energi yang baik bagi atlet. Komponen gizi utama dalam madu adalah

52

karbohidrat dengan unsur monosakarida glukosa dan fruktosa. Kadar


karbohidrat pada madu yang tinggi telah memberikan bukti klinis
bahwa madu dapat bertindak sebagai sumber energi pada olahraga
endurance.(36)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah
sepak bola Sport Supaya Sehat, 20% dari alet sering mengonsumsi
madu dan 80% lainnya tidak. Atlet di Sport Supaya Sehat yang
mengonsumsi madu biasanya mengonsumsinya dicampurkan dengan
susu, telur dan jahe menjadi minuman STMJ, meskipun terkadang
langsung dikonsumsi.
Tabel 49. Konsumsi Madu
Indikator

Persen (%)

Konsumsi

20

Tidak Konsumsi

12

80

Konsumsi
20%
Tidak
Konsumsi
80%

Diagram 40. Konsumsi Madu


3.4.2.6 Konsumsi Minuman Bernergi
Pemain sepak bola yang bermain dalam keadaan panas akan
mengeluarkan keringat kurang lebih 1,5 liter/jam.(37) Kompensasi
dari kehilangan cairan membuat 6% karbohidrat (CHO) keluar
bersama keringat. Oleh karena itu, sering kali atlet mengonsumsi
minuman berenergi. Minuman berenergi adalah jenis minuman ringan

53

yang diharapkan dapat menambah energi dan kekuatan seseorang yang


meminumnya.(38)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah
sepak bola Sport Supaya Sehat, 100% dari atlet tidak mengonsumsi
minuman bernergi.
Tabel 50. Konsumsi Minuman Berenergi
Indikator
Konsumsi
Tidak Konsumsi

Persen (%)

100

100

konsumsi
0%

tidak
konsumsi
100%

Diagram 41. Konsumsi Minuman Berenergi


3.4.2.7 Konsumsi Air Putih
Air merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di
dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan terdiri dari
air. Konsumsi cairan sebaiknya minimal 2.5 liter per hari.
Keseimbangan cairan selama latihan merupakan hal yang penting
untuk mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler dan pengaturan suhu
tubuh. Pada saat latihan, air dialirkan dari plasma ke dalam usus dan
ruang intraselular. Pemberian cairan pada atlet bertujuan untuk
mencegah dehidrasi dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan
tubuh.(39)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah
sepak bola Sport Supaya Sehat, 100% dari atlet mengonsumsi air

54

putih. Air putih yang dikonsumsi atlet dilakukan sebelum, saat, dan
sesudah latihan untuk menjaga status hidrasinya.
Tabel 51. Konsumsi Air Putih
Indikator

Persen (%)

Konsumsi

15

100

Tidak Konsumsi

Tidak
Konsumsi
0%

Konsumsi
100%

Diagram 42. Konsumsi Air Putih


3.4.2.8 Kebiasaan Sarapan
Sarapan pagi merupakan kegiatan yang penting sebelum
melakukan aktivitas fisik di pagi hari dan menyumbangkan energi
sebanyak 20 30% dari kebutuhan energi dalam sehari. Kebugaran
tubuh merupakan bagian yang penting dari pertumbuhan dan
perkembangan

remaja.

Kebugaran

jasmani

bermanfaat

untuk

mencegah kelebihan berat badan, menjaga daya tahan paru dan


jantung, kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan, dan komposisi
tubuh ideal dan sehat. Untuk itu diperlukan asupan makanan yang
cukup dari sarapan pagi sebagai penunjang kebugaran tubuh sebelum
melakukan aktivitas.(40)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah
sepak bola Sport Supaya Sehat, 20% tidak memiliki kebiasaan
sarapan, dan 80% dari atlet SSS selalu menyempatkan diri untuk
55

sarapan. Jenis sarapan yang dikonsumsi umumnya (70%) adalah nasi


yang ditambah sayur dan lauk, namun terdapat beberapa atlet yang
hanya mengonsumsi nasi dan lauk (25%).
Tabel 52. Kebiasaan Sarapan
Indikator

Persen (%)

Tidak Sarapan

20

Sarapan

12

80

Tidak
Sarapan
20%

Sarapan
80%

Diagram 43. Kebiasaan Sarapan


Tabel 53. Jenis Sarapan
Indikator

Persen (%)

Nasi & lauk

25

Nasi, sayur, & lauk

75

Nasi & lauk


25%
Nasi, sayur,
& lauk
75%

Diagram 44. Jenis Sarapan


56

3.5 Penyelenggaraan Makanan dan Contoh Rekomendasi Menu


Seluruh atlet mengonsumsi makanan buatan keluarga masing-masing sebelum
latihan dimulai karena pada saat proses latihan, pihak penyelenggara tidak
memberikan makanan atau minuman kepada para atlet. Sehingga, atlet juga
membawa bekal berupa minuman yang akan dikonsumsi saat latihan.
Hal tersebut berbeda ketika atlet sedang mengikuti pertandingan. Pada saat 3
jam sebelum pertandingan dimulai, pelatih memberikan suplemen susu berbentuk
padat. Selain itu, atlet juga hanya diperbolehkan mengonsumsi roti atau pisang,
dan bukan dalam bentuk nasi. Saat proses pertandingan berlangsung, atlet hanya
diberikan asupan berupa cairan yaitu air mineral dan minuman isotonik Pocari
Sweat. Atlet diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan berupa nasi apabila
pertandingan telah usai dan tidak ada lagi pertandingan di hari tersebut.
Menu yang diberikan pelatih kepada atlet tidak sepenuhnya salah. Namun
sebaiknya perlu diperhatikan beberapa hal dalam memberikan asupan makanan
dan cairan kepada atlet agar dapat mengikuti pertandingan dengan memberikan
hasil yang maksimal yaitu dengan mempertahankan prestasi yang sudah diraih.
Contoh rekomendasi menu yang dapat diberikan kepada atlet adalah sebagai
berikut:
Tabel 54. Contoh Makanan Sebelum Bertanding
Waktu

3 - 4 jam sebelum

Contoh Menu

Nasi (1 centong)

Ayam panggang tanpa kulit (1


potong sedang)

Sup isi wortel, kentang (1 mangkuk)

Tahu bakso (1 potong sedang)

Jus jambu (1 gelas)

Air mineral (1 gelas)

Roti selai (2 iris)

Krakers (3 buah)

Bakpia kacang hijau (4 buah)

1 - 2 jam sebelum

Jus Melon (1 gelas)

pertandingan

Air mineral (2 gelas)

pertandingan

2 - 3 jam sebelum
pertandingan

57

30 - 60 menit sebelum
pertandingan

Air mineral (1-2 gelas)

Tabel 55. Contoh Makanan Saat Bertanding


Waktu
Setiap 15-25 menit

Contoh Menu

Air mineral / Minuman Isotonik

Tabel 56. Contoh Makanan Setelah Bertanding


Waktu
Segera setelah pertandingan
selesai
30 menit setelah bertanding
1 jam setelah pertandingan

2 jam setelah pertandingan

4 jam setelah pertandingan

Contoh Menu

Air mineral (1-2 gelas)

Jus Melon (1 gelas)

Jus alpukat ( 1 gelas)

Biskuit 5 keping

Nasi (1/2 centong)

Soto ayam (1 mangkok)

Jus jeruk (1 gelas)

Nasi (1 centong)

Sayur asam (1 mangkok)

Tempe goreng (2 potong sedang)

Ikan panggang (1 potong sedang)

Setup pisang (1 gelas)

Air mineral (1-2 gelas)

Tabel 57. Contoh Makanan Masa Latihan (Persiapan)


Waktu

Contoh Menu
Makan Pagi

07.00

Nasi (1 centong)

Sayur sop (1 mangkuk)

Tahu bacem (2 potong sedang)

Air mineral

Selingan

58

09.00

Jus Alpukat

Agar-agar isi biskuit (2 potong)

Makan Siang

12.00

Nasi (1 centong)

Pepes ikan ( 1 potong sedang)

Tumis buncis + tauge + udang (1


mangkok)

Pepaya ( 1 potong sedang)

Teh manis (1 gelas)

Selingan
16.00

Es buah (1 mangkok)

Pisang bakar coklat (2 potong)

Makan Malam

19.00

Nasi (1 centong)

Telur dadar (1 butir)

Sayur asam (1 mangkok)

Tempe goreng (1 potong sedang)

Air mineral

Selingan
21.00

Susu skim (1 gelas)

3.6 Analisa Lingkungan


Tempat latihan pemanasan dan latihan inti oleh atlet dilakukan di wilayah
yang sama, yaitu di lapangan Sidodadi. Berdasarkan pengamatan, tempat yang
digunakan untuk latihan sudah sangat luas. Saat proses latihan berlangsung,
lapangan digunakan secara bersamaan dengan atlet lainnya baik anak-anak
maupun dewasa karena hanya terdapat satu lapangan yang di dalamnya sudah
terpasang beberapa gawang. Namun seluruh atlet merasa nyaman dengan kondisi
tersebut.
Fasilitas yang digunakan untuk berlatih juga sudah memadai seperti bola,
gawang, dan cone. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil angket yang
menunjukkan bahwa sebanyak 100% atlet merasa fasilitas latihan sudah
memadai.
59

Di sekeliling lapangan, terdapat pohon-pohon yang dibatasi oleh tembok


tinggi, sehingga menambah suasana sejuk di pinggir lapangan saat atlet sedang
beristirahat usai latihan. Selain itu, di dalam area latihan juga terdapat fasilitas
fisik berupa kamar mandi dan mushola. Terdapat pula beberapa bak sampah di
pinggir lapangan. Fasilitas fisik tersebut juga dirasa sudah cukup memadai oleh
atlet.

Tabel 58. Hasil Analisis Lingkungan Tempat Latihan


Analisis

Interpretasi

Persentase
(%)

Kondisi lingkungan tempat latihan

Nyaman
Tidak nyaman

15
0

100%

Fasilitas lingkungan tempat latihan

Memadai
Tidak memadai

15
0

100%

Memadai

15

Tidak memadai

Fasilitas peralatan latihan

100%

3.7 Analisa Kejuaraan


Dalam 3 bulan terakhir ini, atlet SSS telah mengikuti ajang kejuaraan
sebanyak 2 kali dengan selisih antar lomba sekitar 1 bulan. Seluruh lomba yang
diikuti berhasil meraih prestasi yang mengharumkan nama team sepakbola atlet.
Berdasarkan data yang diperoleh, pertandingan yang diikuti adalah Piala Asprop
U-2001 dengan meraih juara ke-3 dan pertandingan Piala Menpora yang
dilaksanakan di Solo selama 4 hari dan berhasil meraih juara ke-2.
3.8 Gaya Hidup Atlet
3.8.1 Riwayat Merokok
Dilihat dari data diatas, kebiasaan atlet digolongkan baik dalam hal
perilaku atau riwayat merokok karena para atlet tidak ada yang merokok
sama sekali. Diketahui bahwa merokok dapat menurunkan kapasitas vital
paru-paru atau sering disebut dengan VO2max. Menurut penelitian, atlet
yang merokok dapat menurunkan VO2max sebanyak 7-10%.(41)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah sepak
bola Sport Supaya Sehat, 100% atlet tidak memiliki riwayat merokok.
60

Tabel 59. Riwayat Merokok Atlet SSS


Indikator

Persen (%)

Merokok

Tidak Merokok

15

100

Merokok
0%

Tidak
Merokok
100%

Diagram 45. Riwayat Merokok Atlet SSS


3.8.2 Riwayat Konsumsi Kopi
Dalam hal konsumsi kopi, terdapat beberapa atlet yang gemar
mengonsumsi kopi dalam kesehariannya. Setelah menganalisis data,
ditemukan 46.67% atlet mengonsumsi kopi. Menurut penelitian, konsumsi
kopi yang berlebihan (dalam dosis yang tinggi 3 hingga 4 cangkir/hari)
dapat meningkatkan produksi urin yang berlebih sehingga atlet berisiko
mengalami dehidrasi.(42)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah sepak
bola Sport Supaya Sehat, 46.67% atlet mengonsumsi kopi dan 53.33% tidak
mengonsumsi kopi.
Tabel 60. Riwayat Konsumsi Kopi Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Konsumsi

46.67

Tidak Konsumsi

53.33

61

Konsumsi
Kopi
47%

Tidak
Konsumsi
Kopi
53%

Diagram 46. Riwayat Konsumsi Kopi


3.8.3 Riwayat Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol pada responden penelitian ini tidak ditemukan
sehingga diharapkan tidak ada kerusakan pada organ-organ tubuh atlet.
Kebiasaan konsumsi alkohol dapat menurunkan fungsi usus halus untuk
menyerap zat gizi, fungsi pankreas dan empedu akan bekerja sangat keras
dan berakhir pada kerusakan fungsi dari organ tersebut. Alkohol memiliki
efek reaksi sebagai diuretik, sehingga menyebabkan penurunan cairan tubuh.
Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa kebiasaan minum alkohol juga
berpengaruh buruk terhadap risiko kegemukan, penyakit jantung, kanker dan
berbagai penyakit lain yang tentunya akan memperburuk performa para
atlet.(42)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah sepak
bola Sport Supaya Sehat, 100% atlet tidak memiliki riwayat mengonsumsi
alkohol.
Tabel 61. Riwayat Konsumsi Alkohol Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Konsumsi

Tidak Konsumsi

15

100

62

Konsumsi
Alkohol
0%

Tidak
Konsumsi
Alkohol
100%

Diagram 47. Riwayat Konsumsi Alkohol


3.8.4 Riwayat Pola Tidur
Dilihat dari data pola tidur para atlet, ditemui bahwa hanya beberapa
atlet yang diteliti memiliki cukup tidur ( 8 jam sehari) dan mayoritas
diantaranya mengalami kurang tidur (< 8 jam sehari). Berdasarkan
penelitian, remaja membutuhkan waktu 9 hingga 9.25 jam untuk tidur dalam
sehari. Namun penelitian lain yang dilakukan oleh Iglowstein dkk terhadap
anak di Swiss mendapatkan hasil bahwa anak usia 12 sampai 15 tahun
memiliki rata-rata jumlah waktu tidur sebanyak 8.4 sampai 9.3 jam
perhari.(43)
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada atlet di sekolah sepak
bola Sport Supaya Sehat, 20% atlet tidur cukup dan nyenyak, 20% atlet
lainnya tidur dengan waktu yang cukup namun tidak nyenyak, terdapat pula
20% atlet dengan waktu tidur kurang namun nyenyak, serta 40% atlet tidur
dengan waktu yang kurang dan tidak nyenyak.
Tabel 62. Riwayat Pola Tidur Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Nyenyak - Cukup

20

Tidak nyenyak - Cukup

20

Nyenyak - Kurang

20

Tidak nyenyak - Kurang

40

63

Tidur kurang
dan tidak
nyenyak
40%

Tidur cukup
dan nyenyak
20%

Tidur cukup
dan tidak
nyenyak
20%
Tidur kurang
dan nyenyak
20%

Diagram 48. Riwayat Pola Tidur


3.8.5 Riwayat Screentime
Seiring dengan berkembangnya berbagai sarana modern, media
elektronik, dan kendaraan bermotor, banyak orang yang semakin
diperkenalkan dengan pola hidup tidak aktif. Salah satu bentuk perilaku
inaktif ialah penggunaan screen media (screen time) seperti menonton
televisi, video, bermain computer atau gadget lainnya.(44) Dari hasil analisis
dapat dilihat bahwa 80% atlet mengisi waktu luangnya untuk screentime.
Hal tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya beberapa gangguan
kesehatan terutama status gizi yaitu risiko terjadinya obesitas apabila atlet
berhenti berolahraga dan bertahan dengan gaya hidup yang inaktif.
Tabel 63. Riwayat Screentime Atlet SSS
Indikator

Persen (%)

Sering

12

80

Jarang

20

64

Jarang
20%

Sering
80%

Diagram 49. Riwayat Screentime


3.9 Identifikasi Masalah
3.9.1 Status Gizi
3.9.1.1 IMT
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 5 orang atlet
yang mengalami underweight, 1 orang atlet mengalami overweight,
dan 1 orang atlet lainnya mengalami obesitas. Kelima orang atlet yang
mengalami underweight memiliki IMT rata-rata dibawah 18.5 kg/m2,
sedangkan atlet yang mengalami overweight dan obesitas memiliki
IMT diatas 23 kg/m2 dan 25 kg/m2 berturut-turut.
Underweight adalah keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi
yang masuk lebih sedikit dibandingkan energi yang dikeluarkan.
Akibat yang dapat terjadi apabila seseorang mengalami kekurangan
gizi ialah menurunnya kekebalan tubuh, terjadinya gangguan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan, produktivitas kerja menurun,
serta meningkatkan kesulitan dalam menerima pesan yang ingin
disampaikan.(45)
Obesitas

atau

kelebihan

berat

badan

merupakan

hasil

ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dan aktivitas


fisik yang dilakukan. Banyak faktor yang mendasari peningkatan
prevalensi obesitas, seperti ukuran porsi makan yang berlebih,
frekuensi makan yang sering, screentime yang tinggi, sedentary
lifestyle.(46)

65

3.9.1.2 IMT/U
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 2 orang atlet
yang mengalami overweight.
Adapun penyebab masalah gizi pada kedua atlet tersebut setelah
dilakukan wawancara mendalam ialah karena adanya pengaruh
asupan, aktivitas fisik, pola tidur, dan screentime yang tinggi. Asupan
pada kedua atlet tersebut berlebih, aktivitas fisik tergolong sedang
sebab keduanya merupakan atlet baru di SSB SSS, pola tidur kedua
atlet tersebut tergolong kurang (waktu tidur kurang dari 6 jam), serta
keduanya mengaku sering bermain gadget, menonton TV serta ngemil
disaat waktu luang.
3.9.1.3 TB/U
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 2 orang atlet
yang mengalami stunting.
Stunting merupakan masalah gizi kronik yang disebabkan
langsung oleh penyakit infeksi dan asupan makan yang tidak memadai
seperti kurang energi dan protein. Stunting digambarkan dengan nilai
Z-Score TB/U kurang dari 2 SD.(47)
3.9.1.4 Lemak Tubuh
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 2 orang atlet
dengan persen lemak tubuh lebih dari batas normal sehingga
dikategorikan sebagai gemuk dan sangat gemuk.
3.9.1.5 Lingkar Pinggang
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, hanya terdapat 1 orang
atlet yang mengalami obesitas sentral ditandai dengan lingkar
pinggang yang lebih dari 90 cm.
3.9.1.6 Tekanan Darah
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 4 orang atlet
yang mengalami prehipertensi.

66

Prehipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik


berada pada rentang 120 139 mmHg dengan tekanan diastolic antara
80 89 mmHg.(48)
3.9.1.7 Status Hidrasi
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 8 orang atlet
yang memiliki status hidrasi kurang baik sebelum berlatih dan 12
orang atlet yang memiliki status hidrasi kurang setelah latihan
ditambah 1 orang atlet yang dehidrasi.
Dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan yang berlebihan
sehingga menyebabkan volume darah turun yang akan berakibat pada
penurunan suplai darah menuju organ. Dehidrasi dapat menurunkan
performa atlet sebab efek yang terjadi berupa kram otot, pusing, letih,
serta meningkatkan risiko cidera.(48)
3.9.2 Asupan Zat Gizi
Setelah melakukan analisis data recall, didapatkan masalah-masalah
seperti dibawah ini. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh tidak
adanya manajemen penyelenggaraan makanan yang khusus pada SSB SSS
dikarenakan bukan merupakan sebuah asrama sepak bola sehingga asupan
makanan atlet tidak dapat dipantau dengan baik, asupan atlet yang kurang
bervariasi, serta beberapa pemilihan makanan yang kurang tepat.
3.9.2.1 Energi
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 5 orang atlet
mengalami defisit asupan energi, 2 orang atlet kurang akan asupan
energi, dan 2 orang atlet mengalami asupan energi berlebih.
3.9.2.2 Karbohidrat
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 8 orang atlet
yang mengalami defisit akan asupan karbohidrat, 3 orang mengalami
kurang asupan karbohidrat, dan 1 orang asupan karbohidratnya
berlebih.

67

3.9.2.3 Protein
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 11 orang atlet
yang memiliki asupan protein yang tergolong defisit, 1 orang atlet
kurang asupan protein, dan 2 lainnya berlebih.
3.9.2.4 Lemak
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, terdapat 5 orang atlet
yang defisit asupan lemak, 2 orang atlet kurang asupan lemak, dan 7
lainnya berlebih
3.9.2.5 Serat
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 15 atlet mengalami
kekurangan akan asupan lemak.
3.9.2.6 Cairan
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 12 orang atlet
mengalami kekurangan asupan cairan dan 1 orang mengalami
dehidrasi. Berdasarkan hasil recall, atlet yang mengalami dehidrasi
disebabkan karena asupan cairan harian yang kurang serta kebiasaan
minum yang jarang. Atlet yang mengalami dehidrasi tersebut
mengaku bahwa ia biasa tidak minum sebelum latihan.
3.9.2.7 Vitamin A
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 8 orang atlet
mengalami defisit asupan vitamin A, 2 orang kurang, dan 3 orang
lainnya berlebih.
3.9.2.8 Vitamin B1
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 13 orang atlet
mengalami defisit, 1 orang atlet mengalami kekurangan.
3.9.2.9 Vitamin B2
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 13 atlet mengalami
defisit akan vitamin B2
68

3.9.2.10 Vitamin B3
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 8 orang atlet
mengalami deifisit asupan vitamin B3, 1 orang atlet kekurangan
asupan vitamin B3, dan 4 orang atlet.
3.9.2.11 Vitamin B6
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 6 orang atlet
mengalami defisit asupan vitamin B6, 2 orang mengalami kekurangan,
dan 4 orang atlet berlebih.
3.9.2.12 Vitamin B12
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 9 orang atlet
mengalami defisit asupan vitamin B12, 1 orang mengalami
kekurangan, dan 2 orang berlebih.
3.9.2.13 Vitamin C
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 15 orang atlet
mengalami defisit akan asupan vitamin C.
3.9.2.14 Magnesium
Berdsarkan data yang sudah dianalisis, 6 orang atlet
mengalami defisit, 1 orang atlet mengalami kekurangan asupan
magnesium, dan 8 orang atlet berlebih.
3.9.2.15 Seng
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 14 orang atlet
mengalami defisit asupan seng, dan 1 orang atlet berlebih.
3.9.2.16 Zat Besi
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 15 orang atlet
mengalami defisit asupan zat besi.
3.9.2.17 Kalsium
69

Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 15 orang atlet


mengalami defisit asupan kalsium.
3.9.2.18 Vitamin D
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 15 orang atlet
mengalami defisit akan asupan vitamin D.
3.9.2.19 Natrium
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 14 orang atlet
mengalami defisit asupan natrium.
3.9.2.20 Fosfor
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 11 orang atlet
mengalami defisit asupan fosfor, 2 orang atlet kurang, dan 2 atlet
berlebih.
3.9.3 Kepercayaan Akan Mitos Makanan dan Minuman
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 6 orang atlet mengonsumsi
makanan kepercayaan. Makanan kepercayaan tersebut berupa pisang (1
orang), STMJ (3 orang), Gula Jawa (1 orang), dan Kopi (1 orang).
Diketahui kepercayaan akan mitos makanan ini dipengaruhi atau disarankan
oleh orangtua terutama ayah, pelatih, dokter, dan motivasi dari diri sendiri.
3.9.4 Kebiasaan Sarapan
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 3 orang atlet tidak biasa sarapan.
Atlet yang tidak sarapan mengaku biasa tidak sarapan karena tidak sempat
dan sudah terbiasa.
3.9.5 Riwayat Penyakit
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, didapatkan 9 atlet memiliki
riwayat penyakit, diantaranya ialah seperti amandel, thypus, DBD, maag,
asma, dan bronkhitis. Tidak ada masalah yang ditemukan antara riwayat
penyakit yang diderita oleh atlet terhadap performa saat latihan ataupun

70

bertanding, hanya saja atlet yang memiliki riwayat penyakit asma dan
bronchitis memiliki kesulitan apabila penyakit tersebut kambuh mendadak.
3.9.6 Lingkungan
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 100% atlet mengaku kondisi
lingkungan tempat latihan sudah nyaman serta fasilitas fisik maupun fasilitas
untuk latihan sudah cukup memadai sehingga tidak ditemukan masalah pada
lingkungan SSB SSS.
3.9.7 Gambaran Gaya Hidup
3.9.7.1

Riwayat Merokok
Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 15 orang atlet
tidak memiliki riwayat merokok sama sekali.

3.9.7.2

Riwayat Konsumsi Kopi


Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 7 orang atlet
memiliki riwayat mengonsumsi kopi. Setelah dilakukan
wawancara mendalam, rata-rata alasan atlet mengonsumsi kopi
ialah karena rasa yang enak dan segar.

3.9.7.3

Riwayat Konsumsi Alkohol


Berdasarkan data yang sudah dianalisis, 15 orang atlet
tidak memiliki riwayat mengonsumsi alkohol.

3.9.7.4

Riwayat Pola Tidur


Berdasarkan data yang sudah dianalisis terdapat 9
orang yang tidur dengan waktu tidur kurang serta 9 orang yang
tidur kurang nyenyak.

3.9.7.5

Riwayat Screentime
Berdasarkan data yang sudah dianalisis terdapat 12
atlet yang sering melakukan screentime pada waktu luang.

71

3.10

Pemecahan Masalah
3.10.1 Status Gizi
3.10.1.1 IMT/U
Atlet sepakbola SSB SSS memiliki umur antara 14 15 tahun
yang masuk dalam kategori remaja. Indikator IMT/U lebih
menggambarkan status gizi pada remaja. Berdasarkan hasil
pengukuran IMT/U terdapat 13.33% atau 2 responden yang
mengalami overweight. Overweight pada remaja apabila tidak
segera ditangani akan berdampak pada timbulnya masalah
kesehatan ketika dewasa. Overweight pada atlet juga akan
mempengaruhi performanya. Untuk mengembalikan status gizi
atlet yang mengalami overweight dapat dilakukan saat periode
persiapan umum. Alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan untuk atlet tersebut adalah sebagai berikut.
1.

Penurunan berat badan dilaksanakan pada periode umum.


Apabila penurunan berat badan dilaksanakan pada periode
kompetisi akan mengurangi performa atlet.

2.

Mengurangi asupan energi sekitar 25% dari total kebutuhan


energi atau 500 kkal untuk penurunan 0,5 kg per minggu atau
1000 kkal untuk penurunan 1,0 kg per minggu. Rekomendasi
penurunan berat badan untuk atlet maksimum 0,5-1 kg per
minggu.

3.

Memberikan menu seimbang sesuai kebutuhan gizi atlet.

4.

Meningkatkan aktivitas fisik diluar jadwal latihan di SSB.

5.

Memberikan edukasi mengenai pentingnya gizi seimbang


untuk meningkatkan performa atlet dan edukasi mengenai
pentingnya aktivitas fisik untuk mengambalikan status gizi
menjadi normal.(49)

3.10.1.2 TB/U
Berdasarkan indikator TB/U terdapat 2 atlet yang mengalami
stunting. Anak yang mengalami stunting mempunyai massa bebas
lemak yang lebih rendah dan basal metabolic rate (BMR) yang
menurun sehingga beresiko mengalami kelebihan deposit jarigan
72

lemak. Rendahnya BMR mengakibatkan anak rentan terhadap


efek konsumsi tinggi lemak, oksidasi lemak lebih rendah dan
gangguan regulasi asupan makanan. Hal ini membuktikan bahwa
keadaan stunting berpengaruh terhadap resiko gemuk atau
obesitas. Selaras dengan teori tersebut terdapat 1 atlet yang
mengalami stunting dan obesitas.(50)
Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
atlet yang mengalami stuting tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Memberikan edukasi mengenai pentingnya makanan yang


mengandung tinggi kalsium.

2.

Menyarankan

agar

mengkonsumsi

makanan

yang

mengandung tinggi kalsium seperti ikan (contohnya ikan teri)


dan susu.
3.

Menyarankan agar rutin mengkonsumsi susu agar bisa


memperbaiki status gizinya.

4.

Meningkatkan aktivitas fisik di luar jadwal latihan di SSB


SSS.

3.10.1.3 Lemak Tubuh


Setiap energi yang diserap oleh tubuh yang melampaui batas
kebutuhan akan disimpan sebagai lemak sehingga pada dasarnya
kegemukan atau obesitas merupakan penimbunan lemak yang
berlebihan

di

dalam

jaringan

lemak

tubuh.

Alternative

peemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi


lemak berlebih pada atlet adalah sebagai berikut:
1. Memberikan edukasi mengenai dampak lemak tubuh berlebih
dalam tubuh terhadap kesehatan para atlet.
2. Meningkatkan aktivitas fisik yang dapat membakar kalori
dalam tubuh dengan berolahraga secara rutin di luar jadwal
latihan di SSB.
3. Makan makanan yang bergizi dan seimbang sesuai dengan
kebutuhan masing masing para atlet.
4. Mengurangi konsumsi makanan gorengan dan fast food.

73

3.10.1.4 Lingkar Pinggang


Berdasarkan penelitian terdapat 1 atlet yang mengalami
obesitas sentral yang ditandai dengan pengkuran lingkar pinggang
>90 cm. obesitas sentral merupakan merupakan kondisi kelebihan
lemak yang terpusat pada daerah perut. Menurut sebuah penelitian
menyebutkan bahwa terdapat peningkatan resiko kesehatan yang
berhubungan dengan obesitas sentral seperti timbulnya penyakit
penyakit degenerative.(51)
Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk
mengatasi obesitas pada atlet tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Memberikan edukasi kepada atlet mengenai dampak obesitas


sentral terhadap kesehatan dan edukasi mengenai pentingnya
hidup sehat agar menunjang performa atlet.

2.

Perbanyak olahraga. Dengan olahraga tubuh akan mengubah


lemak menjadi karbohidrat yang dijadikan sebagai sumber
energi untuk beraktivitas. Semakin banyak beraktivitas maka
semakin banyak lemak yang akan dibakar menjadi energi.
Olahraga yang dapat dilakukan seperti berenang, bersepeda
santai jogging dan senam aerobic

3.

Diet sehat. Mengurangi konsumsi makanan cepat saji dan


banyak mengandung lemak terutama asam lemak tak jenuh
dan mengurangi makanan yang mengandung tinggi gula.

4.

Mengurangi porsi makan. Makan banyak tetapi sedikit gerak


menyebabkan penumpukan lemak di dalam tubuh. Makanlah
makanan yang seimbang sesuai dengan aktivitas sehari-hari

5.

Mengurangi mengemil makanan ringan seperti makanan


instan dan jajanan yang mengandung tinggi natrium.

6.

Istirahat cukup akan membantu mengembalikan energi yang


dikeluarkan tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas.(52)

3.10.1.5 Tekanan Darah


Terdapat 4 atlet yang mengalami prehipertensi pada SSB SSS
tahun 2001. Banyak faktor yang menyebabkan atlet mengalami
74

prehipertensi, diantara adalah jenis kelamin, riwayat keluarga,


faktor genetik, obesitas, serta konsumsi garam yang berlebihan.
Pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk atlet yang
mengalami prehipertensi adalah sebagai berikut:
1. Mencegah atau mengatasi kelebihan berat badan.
2. Peningkatan aktivitas fisik dan olahraga diluar jadwal latihan
sepak bola di SSB SSS.
3. Modifikasi diet seperti mengurangi konsumsi garam. Jumlah
garam yang direkomendasikan 0.5-1 mEq/kgBB/ hari untuk
remaja dengan berat badan 20-40kg atau 1500 mg sesuai
AKG.
4. Menjaga pola makan dengan mengurangi konsumsi makanan
ringan atau makanan yang mengandung tinggi natrium.
5. Memberikan edukasi kepada para atlet mengenai dampak
prehipertensi terhadap timbulnya masalah kesehatan ketika
dewasa apabila tidak ditangani secara baik dan benar.(53)
3.10.1.6 Status Hidrasi
Untuk memecahkan masalah status hidrasi pada atlet sepak
bola di SSB SSS dapat dilakukan dengan memberikan
rekomendasi asupan cairan. Pemberian asupan ini dilakukan
secara terprogram sebagai berikut:
1. Sebelum pertandingan
Konsumsi cairan yang dilakukan sebelum berolahraga
membantu mengurangi resiko terjadinya dehidrasi, membantu
proses pengaturan panas di dalam tubuh, dan membantu agar
kerja sistem kardiovaskuler tetap berjalan dengan normal saat
pertandingan atau latihan berlangsung.
2-3 jam sebelum pertandingan atau latihan direkomendasikan
untuk mengonsumsi cairan sebanyak 500-600 ml. jenis cairan
yang dapat dikonsumsi adalah air putih, sport drink, jus dan
susu.

75

10-20

menit

sebelum

pertandingan

atau

latihan

direkomendasikan untuk mengonsumsi cairan sebanyak 200300 ml atau sebanyak 300-600 ml dengan kondisi lingkungan
yang panas. Jenis cairan yag dapat dikonsumsi adalah air dan
sport drink.
2. Saat pertandingan atau latihan
Ketika pertandingan atau latihan berlangsung diharapkan atlet
tidak bergantung kepada rasa haus untuk mengonsumsi cairan.
Hal ini disebabkan ketika rasa haus timbul, tubuh sebenarnya
sudah berada pada kondisi dehidrasi ringan. Karena sepak bola
merupakan olahraga yang bersifat kontinyu, maka atlet
disarankan untuk memanfaatkan berhentinya permainan untuk
mengonsumsi cairan.
Setiap 10-20 menit direkomendasikan untuk mengonsumsi
cairan sebanyak 200-300 ml, namun konsumsi ideal yang
disarankan untuk atlet sepak bola adalah setiap 15 menit. Jenis
cairan yang dapat dikonsumsi adalah air putih dan sport drink.
3. Setelah pertandingan atau latihan
Konsumsi cairan juga dilakukan setelah pertandingan atau
latihan yang berfungsi mengembalikan cairan yang hilang
melalui

keringat.

Pada

periode

ini,

atlet

diharapkan

mengonsumsi cairan dengan volume yang sama atau


sekurangnya 80% dari total cairan yang hilang melalui keringat
atau mengonsumsi cairan sebanyak 120-150% dari total cairan
tubuh yang hilang melalui keringat untuk rehidrasi yang
optimal.
Mengonsumsi 500-700 ml untuk setiap 0.5 kg berat badan yang
hilang. Jenis cairan yang dapat dikonsumsi adalah air putih,
susu, jus dan sport drink.(54)
Berdasarkan

sebuah

mengkonsumsi sport drink

penelitian

mengatakan

bahwa

selama pertandingan atau latihan

dapat mencegah dehidrasi, menjaga kadar glukosa darah, dan

76

mempertahankan performa. Kandungan dari sport drink ini adalah


karbohidrat dan elektrolit yang terdiri dari natrium, kalium,
magnesium, dan klorida yang dapat digunakan untuk mengganti
elektrolit yang keluar melalui keringat.(55)
Selain memberikan rekomendasi asupan cairan kepada para
atlet SSB SSS, alternatif lain yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan edukasi kepada para atlet mengenai dampak
dehidrasi terhadap performa fisik.
2. Memberikan informasi kepada para atlet tentang bagaimana
cara untuk memantau status hidrasinya yang dapat dilakukan
dengan melihat warna urin dan membandingkan dengan warna
di kartu PURI.
3. Menganjurkan pelatih agar memantau status hidrasi atlet
selama latihan maupun kompetisi (NATA).
3.10.2 Asupan Zat Gizi
Permasalahan

yang

sering

terjadi

pada

atlet

adalah

ketidakcukupan asupan gizi yang berhubungan dengan rendahnya


asupan kalori, bahkan atlet yang masih dalam masa pertumbuhan
beresiko terhadap keterlambatan pertumbuhan dan penundaan
kematangan sat latihan atau kompetisi jika atlet trsebut terus menerus
mengalami kekurangan asupan energi dalam jangka waktu yang lama.
Salah satu penyebab karena kurangnya pengetahuan untuk memilih
makanan yang cocok dan adanya kesalahan konsep tentang peranan
zat gizi spesifik untuk menunjang stamina olahraga.(42)
Sepakbola adalah olahraga yang dikategorikan sebagai
olahraga ketahanan tubuh (endurance) yang bersifat intermittent (stop
& go) dengan kombinasi aktivitas yang bersifat aerobik dan anaerobik
berintensitas sedang-tinggi. Untuk memperoleh hasil kinerja yang
optimal, perlu disusun pengaturan makanan pertandingan, meliputi
pengaturan makan sebelum bertanding, saat bertanding dan setelah
bertanding.

77

1. Makanan sebelum bertanding


Tujuan pengaturan makanan sebelum bertanding adalah untuk:
Mencegah rasa lapar dan kelelahan
Tubuh penuh energi meskipun perut kosong
Menjamin status hidrasi
Alat pencernaan tidak terbebani selama pertandingan
Agar atlet siap bertanding
Sebenarnya tidak ada makanan khusus untuk meningkatkan
prestasi atlet, namun pengaturan pola makan akan berpengaruh
terhadap performa atlet tersebut. Untuk itu diet menjelang
pertandingan perlu direncanakan dengan baik agar selama
bertanding atlet tidak merasa kekurangan makan, memberikan diet
secara teratur dan menghindari makanan berat yang sulit di cerna
tubuh. Hindari pemberian makanan yang mengandung tinggi
protein yang dapat menyebabkan tubuh mudah mengeluarkan urin.
Tabel 64. Makanan Sebelum Bertanding
Waktu
Sebelum

Jenis Makanan

Bertanding
Makanan Utama

3 4 jam
2 3 jam

(Nasi, Sayur, Lauk, Pauk, Buah)


Makanan Ringan Tinggi Karbohidrat

1 2 jam
30 60 menit

(Krakers, Roti, Biskuit)


Makanan Cair
(Jus)
Minuman
(Air Putih, Sport Drink)

2. Makanan saat bertanding


Tujuan memberi makanan dan cairan yang cukup untuk memenuhi
energi dan zat gizi agar cadangan glikogen tetap terpelihara. Syarat
makanan yang diberikan saat pertandingan adalah:

78

Cukup gizi sesuai dengan kebutuhan atlet


Protein dan lemak cukup
Banyak mengandung vitamin
Mudah dicerna, tidak bergas dan berserat, serta tidak
merangsang seperti pedas dan asam, seperti kol, sawi, durian,
dan nangka.
Cairan gula diberikan dalam konsentrasi rendah. Makanan
yang mengandung tinggi gula seperti sirup, soft drink, coklat
akan menyebabkan efek osmotic juga akan meningkatkan
sekresi insulin yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya
hipoglikemia
Makanan yang dapat diberikan saat bertanding ialah sebagai
berikut:
v Memberikan makanan dalam bentuk cair, mengadung 400500 kkal yang kaya akan zat gizi karena makanan cair lebih
cepat meninggalkan lambung daripada makanan padat.
Contoh makanan cair yang dapat diberikan kepada atlet
adalah jus.
v Ketika jeda istirahat disarankan untuk mengkonsumsi cairan
200-300 ml, contohnya adalah air putih.
3. Makanan setelah bertanding
Tujuan pemberian makan setelah pertandingan adalah memulihkan
simpanan energi dan zat gizi (memulihkan simpanan glikogen,
mengembalikan status hidrasi, dan keseimbangan elektolit). Hal
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

Setiap penurunan berat badan 500 gram memerlukan cairan


pengganti sejumlah 500 cc

Mengontrol berat badan setelah pertandingan

Memberikan cairan dengan suhu 10 derajat calcium setelah


pertandingan

79

Untuk mengembalikan kadar gula darah, tubuh memerlukan


karbohidrat

1g/KgBB

yang

diberikan

jam

setelah

pertandingan

Memberikan jenis karbohidrat kompleks dan disakarida.

Apabila atlet malas makan setelah pertandingan berikan


porsi dari biasanya dan menambahkan makanan cair yang
banyak karbohidrat.

Cara pemberian makanan untuk atlet setelah pertandingan adalah


sebagai berikut.
Tabel 65. Pemberian Makan Seteleah Pertandingan
Waktu Setelah
Bertanding

Jenis Makanan

Saat Selesai

Air dengan suhu sejuk 10 C sebanyak

Bertanding

1-2 gelas

30 menit

Jus buah 1 gelas


Jus buah dengan snack ringan atau cairan

1 jam

yang mengandung karbohidrat (300 kkal)

2 jam

Makanan lengkap, porsi kecil

4 jam

Makanan utama

Ketika atlet berada pada periode pemeliharaan status gizi,


diharapkan

atlet

dapat

mempertahankan

kondisinya

dengan

memperhatikan factor pengaturan makanan sehingga atlet tidak


mengalami defisiensi atau kelebihan zat zat gizi. Komposisi gizi
tetap seimbang dan perlu memonitoring status gizi atlet berdasarkan
berat bdan, presentase lemak, maka dari itu perlu memperhatikan hal
hal berikut untuk pemeliharaan status gizi atlet.
1.

Mengatur jadwal makan. Menyesuaikan waktu makan dengan


waktu latihan. Apabila atlet tidak sempat makan pagi, maka
makanlah snack yang tinggi karbohidrat misalnya roti. Apabila
harus berlatih pada sore hari usahakan makan snack pukul 15.00
dan

makan

setelah

pertandingan.

Hindari

makan

secara

berlebihan.

80

2.

Porsi makan lebih kecil, namun frekuensi sering dan ditambah


beberapa kali makanan selingan.

3.

Mengatur makanan sesuai gizi seimbang

4.

Istirahat yang cukup untuk pemulihan dan menghilangkan


kelelahan setelah berlatih. Makanlah makanan yang mengandung
karbohidrat kompleks untuk menambah simpanan glikogen otot.

5.

Konsumsi banyak sayuran dan buah-buahan segar khususnya yang


berwarna tua seperti sayuran hijau, wortel, labu kuning, mangga,
papaya, jeruk semangka dan lain-lain. Contoh makanan tersebut
mengandung vitamin dan mineral yang tinggi.

6.

Mengurangi makanan yang mengandung lemak dan minyak


dengan cara mengurangi makanan gorengan dan fast food.
Pilihlah makanan seperti daging merah dan daging ayam tanpa
kulit.

7.

Banyak minum air dan sari buah. Mengatur waktu latihan


sehingga selalu memperoleh tambahan minuman secara teratur.
Selama latihan sediakan waktu istirahat untuk minum, jangan
menunggu hingga rasa haus. Air dingin dengan suhu 10C

8.

Menimbang

berat

badan

setiap

hari

untuk

memonitor

keseimbangan gizi. Penimbangan dilakukan sbelum dan sesudah


latihan untuk mengetahui status hidrasi atlet. Data berat badan
akan digunakan untuk parameter kebutuhan gizi atlet.(16)
3.10.3 Kepercayaan Akan Mitos Makanan dan Minuman
Terdapat beberapa atlet yang memiliki mitos terhadap
makanan yang dapat meningkatkan performa. Contoh makanan
tersebut adalah telur mentah, susu, dan madu yang dikonsumsi
sebelum pertandingan. Makanan-makanan tersebut justru secara
fisiologis akan merugikan. Telur mentah mengandung tinggi protein
yang dapat menyebabkan atlet mudah mengeluarkan urin, susu
mengandung tinggi lemak sehingga tidak segera dapat diproses untuk
menghasilkan energi, demikian dengan madu meskipun tersusun atas
karbohidrat sederhana, namun karena sifatnya yang hipertonik (pekat)

81

akan

menyebabkan

rebound

insulin,

sehingga

menyebabkan

hipoglikemia.
Atlternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah mitos yang dimiliki atlet sepak bola tersebut
adalah sebagai berikut:
v Memberikan edukasi mengenai dampak STMJ terhadap tubuh para
atlet.
v Memberikan contoh makanan yang dapat dikonsumsi atlet
sebelum bertanding untuk meningkatkan performa atlet seperti jus
buah dan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks
seperti roti, crackers dan biscuit.(16)
3.10.4 Kebiasaan Sarapan
Sarapan memiliki manfaat untuk tumbuh kembang remaja
yang diantaranya adalah terpeliharanya fungsi tubuh yang optimal.
Dengan demikian remaja dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi,
kebugaran untuk mengikuti semua aktifitas dan terbentuknya sumber
daya manusia yang berkualitas. Akibat apabila tidak sarapan adalah
menurunya kadar gula darah dengan tanda tanda lemah, keluar
keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan.(56) Untuk
mengatasi atlet yang sering melewatkan sarapan adalah dengan:

Memberikan edukasi mengenai manfaat sarapan pagi untuk mencapai


fungsi optimal tubuh dan edukasi mengenai akibat tidak sarapan pagi
terhadap tubuh

Menyarankan agar bangun lebih pagi karena ada atlet yang mengaku
tidak sempat untuk sarapan

Memberikan edukasi kepada orang tua atlet mengenai pentingnya


sarapan,

menemani

atlet

tersebut

untuk

sarapan

pagi

dan

membawakan bekal ke sekolah apabila atlet tersebut tidak sempat


sarapan di rumah

Untuk atlet yang tidak terbiasa sarapan, untuk memulai membiasakan


sarapan pagi dapat dilakukan dengan cara bertahap dimulai dengan
porsi kecil lalu bertahap ke porsi yang besar.

82

3.10.5 Riwayat Penyakit


Riwayat penyakit merupakan deskripsi perjalanan waktu dan
perkembangan penyakit pada individu.(57) Berdasarkan penelitian
terdapat riwayat penyakit pada atlet seperti amandel, thypus, maag,
asma, dan bronchitis. Cara untuk mencegah timbulnya riwayat
penyakit tersebut kembali atlet disarankan untuk berperilaku hidup
sehat seperti:
1. Mengkonsumsi makanan sehat. Komponen zat gizi yang penting
di dalam tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral yang sesuai kebutuhan bermanfaat untuk menjaga organ
tubuh seperti tulang, otot, saraf, dan organ tubuh lain agar dapat
memproduksi hormone.
2. Olahraga secara teratur di luar jadwal latihan di SSB. Hal ini
disebabkan olahraga dapat melatih otot dalam tubuh dan
mengurangi tingkat kepenatan setelah beraktivitas.
3. Mencukupi asupan cairan dalam tubuh. Cukupnya cairan di dalam
tubuh menandakan bahwa tubuh tidak mengalami dehidrasi, selain
itu konsumsi cairan juga membantu menghilangkan racun-racun
dalam tubuh. Rekomendasi asupan cairan di luar latihan sepak
bola adalah 6-8 gelas per hari.
4. Istirahat yang cukup. Istirahat merupakan salah satu langkah yang
dapat digunakan untuk memulihkan tubuh serta mengembalikan
tenaga dan energi setelah melakukan berbagai macam aktivitas.
5. Menghindari rokok dan alcohol. Agar tubuh tetap sehat disarankan
agar menghindari paparan asap rokok atau senyawa berbahaya di
dalam minuman alcohol. Hal ini disebabkan senyawa di dalam
rokok dan alcohol bertindak sebagai racun di dalam tubuh.
3.10.6 Gambaran Gaya Hidup
3.10.6.1 Riwayat Konsumsi Kopi
Terdapat 7 atlet SSB SSS yang memiliki riwayat konsumsi
kopi.

Para

meningkatkan

atlet

mengaku

performa.

mengkonsumsi

Namun

ketika

kopi

untuk

mereka

tidak
83

mengkonsumsi kopi akan terasa lesu. Menurut Internasional


Olympic Comitte (IOC) berpendapat bahwa konsumsi kopi
dengan dosis tinggi 3-4 gelas setiap hari dapat menyebabkan
peningkatan produksi urin atlet dan berdampak pada dehidrasi.
Selain itu kopi dapat mengakibatkan iritasi lambung dan
tekanan saraf, khususnya pada orang yang jarang minum
kopi.(42)
Untuk mengatasi atlet yang mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi kopi adalah.
1.

Memberikan edukasi mengenai dampak konsumsi kopi


terhadap kesehatan atlet.

2.

Menyarankan untuk mengurangi atau membatasi konsumsi


kopi.

3.

Menerapkan pola hidup sehat secara teratur dengan pnuh


kedisiplinan seperti tidak begadang, olahraga secara rutin,
makan secara rutin, lebih memilih air putih saat minum,
serta makan makanan yang sehat.

4.

Menjaga konsistensi apabila telah berhasil membebaskan


diri dari kebiasaan mengkonsumsi kopi maka hendaknya
menjaga diri dari kambuhnya kebiasaan tersebut salah satu
caranya adalah menghindari konsumsi kopi secara rutin.

3.10.6.2 Riwayat Pola Tidur


Kebutuhan tidur bervariasi pada masing masing orang,
umumnya 6-8 jam per hari. Agar tetap sehat, yang perlu
diperhatikan adalah kualitas tidur. Menurut kesehatan,
kebutuhan tidur untuk anak anak adalah 8-10 jam, sedangkan
untuk orang dewasa membutuhkan 6-8 jam. Terdapat berbagai
macam factor yang mempengaruhi pola tidur seseorang antara
lain penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosi,
obat-obatan, diet, merokok dan motivasi.(58) Masih terdapat 9
orang yang tidur kurang dari rekomendasi sesuai umur mereka.
Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
84

1.

Memberikan edukasi mengenai pentingnya tidur yang


berkualitas untuk menjaga kesehatan atlet

2.

Agar atlet dapat tidur dengan baik dapat dilakukan dengan


teknik relaksasi, ruangan yang gelap ketika tidur dan
mandi air hangat sebelum tidur.

3.

Mengurangi aktivitas begadang untuk hal hal yang tidak


bermanfaat seperti menonton televisi dan bermain game
atau gadget.

4.

Mengurangi konsumsi kopi di malam hari. Hal ini


disebabkan kafein yang terdapat di dalam kopi dapat
memicu timbulnya insomnia.

3.10.6.3 Riwayat Screentime


Berdasarkan penelitian terdapat 80% atlet SSB SSS yang
mengisis waktu luangnya untuk screen time. Hal ini dapat
berdampak pada peningkatan risiko terjadinya beberapa
gangguan kesehatan terutama status gizi yaitu risiko terjadinya
obesitas apabila atlet berhenti berolahraga dan bertahan dengan
gaya hidup yang inaktif.(44)
Alternatif pemecahan masalah yang dapat diberikan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memberikan edukasi mengenai pentingnya hidup sehat
untuk menunjang segala aktiftas para atlet.
2. Memberikan edukasi mengenai dampak dari screentime
terhadap kesehatan jangka panjang para atlet.
3. Mengurangi frekuensi bermain gadget secara bertahap.
4. Mengganti aktivitas screen time dengan aktivitas lain
seperti berolahraga, bersosialisasi dengan mengikuti
kegiatan sekolah atau organisasi, dan istirahat yang cukup
setelah aktivitas di sekolah.

85

3.10.7 Rekomendasi Menu

WAKTU
BangunTidur 04.00

Sarapan
06.30

Selingan Pagi
10.00

Makan Siang 12.00

14.00
2 jam sebelum latihan

BAHAN
MAKANAN
Air putih
Air putih
Nasi
Nasi putih
Omelet
Telur ayam
Daging kornet
Daun bawang
Minyak
Cah tahu & Sayuran Tahu putih
Sawi
Air putih
Tauge
Air putih
Roti isi coklat
Roti tawar
Selai coklat
Jus jambu
Buah jambu
Drinking water
Gula pasir
Nasi putih
Nasi putih
Sayur sop
Wortel
Kentang
Kembang kol
Seledri
Daun bawang
Air kaldu
Tempe goreng
Tempe
Minyak kelapa
Buah semangka
Semangka
Air putih
Air putih
Biscuit crackers
Crackers
Jus mangga
Buah mangga
MENU MAKAN

BRT
(g)
480 ml
200
55
45
5
10
110
50
50
240 ml
70
10
100
240 ml
13
200
25
25
25
5
5
240 ml
50
10
90
240 ml
50
100

URT
2 gls
2ctg
1 btr
3 sdm
2 btg
1 sdm
1 bj bsr
gls
gls
1 gls
2 iris
1 sdm
1 bj bsr
1 gls
1 sdm
2 ctg
gls
gls
gls
2 btg
2 btg
1 gls
2 ptg
1 sdm
1 ptg
1 gls
5 bh
1 bj

Energi
(Kal)
0
260
85.3
121.1
1.1
86.2
83.6
7.5
30.5
0
191.7
2.2
50.9
0
50.3
260
11.2
23.2
6.3
0.6
1.1
18.9
109.5
86.2
28.8
0
223.5
65.0

KH
(g)
0
57.2
0.6
0.0
0.3
0.0
2.1
1.0
2.4
0
36.3
0.3
11.9
0
13
57.2
2.6
5.4
1.4
0.1
0.3
1.9
9.4
0
6.5
0
36.8
17.0

L (g)

P (g)

0
0.4
5.8
8.1
0.0
10
5.3
0.1
1.7
0
2.1
0.1
0.6
0
0
0.4
0.1
0.0
0.1
0.0
0.0
0.7
4.2
10
0.4
0
7.0
0.3

0
4.8
6.9
11.2
0.1
0.0
8.9
1.1
3.3
0
6.2
0.0
0.8
0
0
4.8
0.3
0.5
0.3
0.1
0.1
1.2
10.4
0
0.5
0
3.8
0.5

Cairan
(ml)
480 ml
0
0
0
0
0
0
0
0
240
0
0
0
240
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
240
0
0

86

15.10
20 menit sebelum
latihan
15.30-18.00 Selama
latihan
18.00
Sesaat setelah latihan
18.30

19.00

Drinking water
Gula pasir
Air putih

Air putih
Air putih

Air putih

Air putih suhu 10 Air putih


C
Jus mangga
Buah mangga
Drinking water
Gula pasir
Soto ayam
Bihun
Wortel
Tauge
Daging ayam
Air putih
Nasi putih
Tumis kangkung
Ayam bakar

20. 00
Makan malam
Es jeruk

21.00
Menjelang Tidur

Susu
Total

240 ml
13

1 gls
1 sdm

0
50.3

0
13.0

0
0

0
0

240
0

200300 ml

1-2 gls

300 ml

2L

8 gls

2000 ml

240 ml

1 gls

240 ml

100
240 ml
13
25
25
25
20

65.0
0
50.3
95.2
11.2
15.2
57

17.0
0
13.0
22.8
2.6
1.2
0.0

0.3
0
0
0.0
0.1
0.9
3.8

0.5
0
0
0.1
0.3
1.6
5.4

0
240
0
0
0
0
0

0
260
15.1
156.7

0
57.2
2.1
0.0

0
0.4
0.2
10.4

0
4.8
2.3
14.8

240
0
0
0

6.0
25.9
0
50.3

0.6
6.5
0
13

0
0.1
0
0

1.0
0.5
0
0

0
0
240
0

640.1

57.2

0.4

4.8

240

3302.2

521.3

90.9

112.7

Air putih
Nasi putih
Kangkung
Dada ayam

240 ml
200
100
55

Kecap manis
Jeruk
Drinking water
Gula
Susu kental manis

20
55
240 ml
13

1 bh
1 gls
1 sdm
gls
gls
gls
ptg
sdg
1 gls
2 ctg
1 gls
1 ptg
sdg
2 sdm
1 bh
1 gls
1 sdm

200

1 gls

4940
87

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kondisi umum dari atlet sepak bola SSB SSS masih tergolong belum
memenuhi kategori ideal dari segi kecukupan gizi dan hidrasi. Hal ini ditunjukan
dari hasil analisis recall asupan dan cairan dari 15 atlet sepak bola di SSB SSS.
Untuk status gizi berdasarkan pengukuran antropometri dengan indikator IMT/U
terdapat 2 atlet yang mengalami overweight, indikator TB/U terdapat 2 atlet
mengalami stunting, berdasarkan persen lemak tubuh terdapat 1 atlet termasuk
gemuk dan 1 atlet sangat gemuk, berdasarkan indikator lingkar pinggang terdapat
1 atlet mengalami obesitas sentral, dan terdapat 4 atlet yang mengalami
prehipertensi. Berdasarkan status hidrasi, masih terdapat terdapat 8 orang atlet
yang memiliki status hidrasi kurang baik sebelum berlatih dan 12 orang atlet yang
memiliki status hidrasi kurang baik setelah latihan ditambah 1 orang atlet yang
dehidrasi.
Berdasarkan hasil recall masih terdapat 33.3% atlet yang mengalami defisit
energi, defisit karbohidrat sebesar 53.3%, defisit protein sebesar 73.3%, defisit
lemak sebesar 33.3% dan asupan lemak berlebih sebesar 46.7%, dan 100% atlet
mengalami kekurangan asupan serat. Untuk asupan vitamin dan mineral atlet SSS
masih tergolong rendah seperti defisit vitamin A sebesar 54%, vitamin B1 sebesar
87%, vitamin B2 sebesar 87%, vitamin B3 sebesar 53%, vitamin B6 sebesar 40%,
vitamin B12 sebesar 60%, vitamin D sebesar 100%, dan vitamin C sebesar100%.
Asupan mineral juga mengalami defisit seperti asupan Magnesium sebesar 40%,
seng sebesar 93%, zat besi sebesar 100%, kalsium sebesar 100%, natrium sebesar
80%, dan fosfor sebesar 73%.
Untuk kepercayaan terhadap makanan masih terdapat beberapa atlet yang
mempercayai STMJ untuk meningkatkan performa mereka. Terdapat 40% atlet
mengkosumsi suplemen, dan 100% atlet mengkonsumsi minuman elektrolit.
Sedangkan hanya terdapat 27% atlet yang mengkonsumsi susu.
Kebiasaan screen time pada atlet SSS termasuk tinggi yaitu sebesar 80% yang
dapat mempengaruhi kesehatanya. Untuk analisis lingkungan sudah baik karena
semua atlet merasa nyaman, selain itu lapangan sepak bola di SSB SSS juga
dikelilingi oleh pohon pohon besar yang membuat lapangan tersebut terasa sejuk.

88

4.2 Saran
Untuk mengatasi ketidakseimbangan asupan zat gizi makro maupun mikro
dari atlet sepak bola di SSB SSS, kami menyarankan diadakannya edukasi dan
pendampingan berkala oleh ahli gizi untuk memberikan pemahaman terhadap
atlet dan pelatih sehingga terjadi keselarasan dalam pengawasan makan dari
pelatih. Kami juga menyarankan untuk mengajukan pengadaan snack
pendamping yang lebih mengandung banyak serat dan memiliki kandungan
energi cukup.
Kemudian diberikan edukasi tentang pentingnya pengamatan berat badan,
komposisi tubuh, dan pemenuhan cairan dalam pengaruhnya terhadap performa
dan status kesehatan. Sehingga tercapai pemahaman yang berdampak kepada
lebih mudahnya pengawasan asupan makan dan cairan atlet.
Kemudian dilakukan pendataan ulang untuk atlet yang memiliki penyakit
yang kemungkinan mempengaruhi performa, sehingga pelatih ataupun pihak
pengawas atlet diberikan pemahaman untuk lebih memperhatikan pola asupan
dari atlet yang memiliki riwayat penyakit.

89

DAFTAR PUSTAKA
1.

Meier JN. Effect Of Nicotine and Muscle Performance Using a Wingate


Anaerobic Test On Collegiate Football Players. University of Wisconsin
Whitewater; 2006.

2.

RI D. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 [Internet]. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia. 2013 [cited 2016 May 23]. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf

3.

Nugroho J. Gambaran Tingkat Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Dan Tingkat


Kecukupan Gizi Pendaki Gunung Di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Institut Pertanian Bogor; 2009.

4.

Ali AR. Penentuan Status Gizi Anak. Polewali Mandar; 2008.

5.

Aprilia M. Hubungan Pengukuran Rasio Lingkar Pinggang terhadap Tinggi


Badan dengan Glukosa Darah Puasa Lansia [Internet]. Diponegoro University;
2014.

Available

from:

http://eprints.undip.ac.id/44833/1/Methaaprilia_22010110120083_Bab0.pdf
6.

Rolfes SR, Pinna K, Whitney E. Understanding Normal and Clinical Nutrition.


8th ed. 2009.

7.

Ramirez R, Gonzales K. Body Adiposity Index in Colombian Elite Athletes: A


Comparison Between The Body Mass Index and Other Measures. Cardiologia.
2015;

8.

Radu L-E, Popovici I-N, Puni A-R. Comparison of Antropometric


Characteristics Between Athletes and Non-athletes. 2014;

9.

Susilo EA. Hubungan Persentase Lemak Tubuh Terhadap Daya Tahan


Kardiorespirasi Pencak Silat di Klub SMP Negeri 01 Ngunut Tulungagung.
Universitas Negeri Surabaya; 2013.

10.

Kadir A. Adaptasi Kardiovaskular Terhadap Latihan Fisik. Available from:


http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/ADAPTASI_KARDIOVASKULAR_T
ERHADAP_LATIHAN_FISIK.pdf

11.

Institue NN. Menjaga Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. 2009.

12.

Alim A. Persepsi Atlet Terhadap Kebutuhan Cairan (Hidrasi) Saat Latihan


90

Fisik dan Recovery pada Unit Kegiatan Mahasiswa Olahraga Universitas


Negeri Yogyakarta [Internet]. Universitas Negeri Yogyakarta; 2012. Available
from: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Abdul Alim, S.Pd. Kor.
M.or/Hidrasi bagi Atlet.pdf
13.

Budi MFS, Sugiharto. Circuit Training dengan Rasio 1:1 dan Rasio 1:2
terhadap Peningkatan VO2Max. J Sport Sci Fit [Internet]. 2015;4(3). Available
from:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ve
d=0ahUKEwiP4K3Aju_MAhVFwI8KHf_vCmAQFggcMAA&url=http://jour
nal.unnes.ac.id/artikel_sju/pdf/jssf/7386/5097&usg=AFQjCNFZnyepC5LoPPb
Ism3uyCkP7ZmORg&sig2=T3xqgCM5sG-ILYz3BwWS1w

14.

Anonim. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Status Gizi terhadap
Kebugaran Atlet Bulu Tangkis Jaya Raya pada Atlet Laki-laki dan Perempuan
di Asrama Atlet Ragunan. Universitas Esa Unggul; 2013.

15.

N.L.G K, K.T A. Tingkat Kecukupan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi
Atlet Sepakbola Remaja Putera Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di
Kota Denpasar Tahun 2011. J Ilm Kedokt. 2012;43.

16.

Rismayanthi. Gizi untuk Peningkatan Prestasi Olahragawan [Internet].


Universitas

Negri

Yogyakarta;

Available

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Cerika

from:
Rismayanthi,

S.Or./GIZI UNTUK PEMBINAAN PRESTASI OLAHRAGAWAN.pdf


17.

Masyarakat DBK. Pedoman Kesehatan Olahraga. Jakarta: Depkes RI; 2002.

18.

Cahyanto. Pengaruh Circuit Training terhadap Peningkatan Kebugaran


Jasmani dan VO2Max pada Siswa yang Mengikuti Ekstrakulikuler Sepak Bola
di SMP Negeri 2 Batanghari [Internet]. Universitas Lampung; 2014. Available
from: http://digilib.unila.ac.id/3774/16/BAB II.pdf

19.

Dini. Kebutuhan Nutrisi untuk Atlet [Internet]. 2015 [cited 2016 May 20].
Available

from:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-dr-

rachmah-laksmi-ambardini-mkes/kebutuhan-nutrisi-atlet.pdf
20.

Jenkins DG, Palmer J, Spillman D. The Influence of Dietary Carbohydrate on


Performance of Supramaximal Intermittent Exercise. Eur J Appl Physiol.
1993;67(4).
91

21.

F. CE, Montain SJ. Benefits of Fluid Replacement with Carbohydrate During


Exercise. Med Sci Sport Exerc. 1992;24(9).

22.

Burke LM, Kiens B, Ivy JL. Carbohydrate & Fat for Training & Recovery. J
Sports Sci. 2004;

23.

Sabar Surbakti. Asupan Bahan Makanan dan Gizi Bagi Atlet Renang. 2012;

24.

Benardot D. Advanced Sports Nutrition. 13th ed. USA; 2006.

25.

J.L I. Regulation of Muscle Glycogen Repletion,Muscle Protein Synthesis and


Repair Following Exercise. J Sport Sci Med. 2004;3(131-138).

26.

Irianto JP. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta:


Andi Offset; 2007.

27.

Burke LM. Hydration. J Sports Sci. 2006;24(7).

28.

B M. Hydration and Physical Performance. J Am Coll Nutr. 2007;26.

29.

Fitriana A. Gambaran Asupan Vitamin Sebagai Zat Antioksidan Atlet


Sepakbola Di Pusat Pendidikan Dan Latihan Pelajar Jawa Tengah Di Salatiga.
J Gizi Univ Muhammadiyah Semarang. 2014;3(1).

30.

Agustian E. Pengaruh Pendekatan Taktis Terhadap Penguasaan Teknik Dasar


Sepak bola: Study Eksperimen di SMAN 10 Bandung. Universitas Pendidikan
Indonesia; 2012.

31.

Veronica D. Gambaran Status Gizi Antropometri Dan Asupan Zat Gizi Siswa
Sekolah Sepak Bola Anyelir Dan Sekolah Sepak Bola Bangau Putra Makassar
Tahun 2013. 2013; Available from: http://repository.unhas.ac.id

32.

W. MQA, Riadi H. Konsumsi Suplemen Atlet Remaja di SMA Ragunan


Jakarta. J Gizi Pangan. 2015;

33.

Erkmen N, Taskin H, Kaplan T, Sanioglu A. Balance Performance and


Recovery After Exercise with Water Intake, Sport Drink Intake, and No Fluid.
2010;

34.

NI A. Pengaturan Gizi dan Penggunaan Suplemen Secara Tepat pada Atlet.


2012.

35.

Setiowati A, Hadi. Pengaruh Suplementasi Protein terhadap Komposisi Tubuh


pada Atlet. J Media Ilmu Keolahragaan Indones. 2013;3(2).

92

36.

Anggraeni AD. Pengaruh Konsumsi Minuman Madu Terhadap Kdar Glukosa


Darah Atlet Sepak Bola Remaja Selama Simulasi Pertandingan. Universitas
Diponegoro; 2013.

37.

OReilly J, Wong SH. Effect of a Carbohydrate Drink On Soccer Skill


Performance Following a Sport-Specific Training Program. J Exerc Sci Fit.
2013;11(95e101).

38.

I H. Gaya Hidup, Status Gizi, dan Stamina Atlet pada Sebuah Klub Sepak
Bola. Ber Kedokt Masy. 2007;23((4): 192-199).

39.

Krisnawati D, Pradigdo SF, Kartini A. Efek Cairan Rehidrasi terhadap Denyut


Nadi, Tekanan Darah dan Lama Periode Pemulihan. J Media Ilmu
Keolahragaan Indones. 2011;

40.

Rinjani MA. Hubungan Antara Asupan Energi Sarapan Pagi dengan


Kebugaran Jasmani Siswi Kelas VII di SMP Negeri 26 Semarang. Universitas
Negeri Semarang; 2013.

41.

Chotimah C. Pengaruh Konsumsi Rokok Terhadap Hasil VO2max Pada


Pemain Futsal Putra Hatrick Solo. 2015.

42.

Penggalih MHST, Huriyati E. Gaya Hidup, Status Gizi, dan Stamina Atlet
pada Sebuah Klub Sepakbola. 2007.

43.

Sofyani S. Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur pada Remaja.


Universitas Sumatera Utara; 2011.

44.

Kairupan TS. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan Screen Time Dengan
Status Gizi pada Siswa Siswi SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado. 2013.

45.

Anonim. Underweight [Internet]. [cited 2016 Mar 23]. Available from:


www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122525-S%205254-Faktor-faktorTinjauan%20literatur.pdf+pengertian+underweight.)

46.

L. Kathleen Mahan, Sylvia Escott-Stump dan JLR. Krauses Food and the
Nutrition Care Process. 13th ed. USA: Elsevier Saunders; 2012.

47.

Rahmaniah. Riwayat Asupan Energi dan Protein sebagai Faktor Risiko


Stunting pada Anak Usia 6-23 Bulan di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul.
2015;

48.

RI KK. Pedoman Gizi Olahraga Prestasi [Internet]. 2014. Available from:


93

http://180.250.43.170:1782/poltekkes/Bahan_Ajar/IGDK/atlet/Pedoman

Gizi

Olah Raga Prestasi.pdf


49.

Anonim. Gizi Untuk Peningkatan Prestasi Olahragawan. Yogyakarta;

50.

Simbolon D. Model Prediksi Indeks Massa Tubuh Remaja Berdasarkan


Riwayat Lahir dan Status Gizi Anak. Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Bengkulu; 2013.

51.

Pujianti S. Prevalensi dan Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Penduduk


Dewasa Kota dan Kabupaten Indonesia tahun 2007. Universitas Diponegoro;
2010.

52.

Wijayanti DN. Analisis Faktor Penyebab Obesitas dan Cara Mengatasi


Obesitas Pada Remaja Putri. Semarang. Universitas Negeri Semarang; 2013.

53.

Saing JH. Hipertensi Pada Remaja. Universitas Sumatera Utara; 2005.

54.

Amstrong DJCLE, Hilman SK, Montain, J. S, Reiff R V., S.E.Rich B, et al.


National Athletic Trainers Association Position Statement: Fluid Replacement
for Athletes. 2000;

55.

Immawati A. Pengaruh Pemberian Sport Drink Terhadap Performa dan Tes


Keterampilan Pada Atlet Sepak Bola Usia 15-18 tahun. Universitas
Diponegoro; 2011.

56.

Anonim. Hubungan Perilaku Sarapan dengan Prestasi Belajar Siswa di SMK


Akutansi Gapura Kasih, Dadap- Tangerang. Universitas Esa Unggul;

57.

Murti B. Riwayat Alamiah Penyakit. Universitas Sebelas Maret;

58.

Anonim. Hubungan Aktivitas Fisik Judo Dengan Insomnia pada Atlit Judo Jad
Tiang Bendera Jakarta Barat. Universitas Esa Unggul; 2013.

94

Lampiran 1
DATA IDENTITAS ATLET
Tingkat

Jadwal

Pendidikan

Latihan/minggu

Islam

SMP Kelas 2

Smg, 15/12/2001

Islam

SMP Kelas 2

15

Smg, 3/07/2001

Islam

SMP Kelas 3

Daniel Tegar

15

Smg, 3/03/2001

Kristen

SMP Kelas 1

Fauzan

15

Smg, 1/12/2001

Islam

SMP Kelas 2

Surya P.

15

Smg, 5/12/2001

Islam

SMP Kelas 2

Selvin B. P.

15

Banyumas, 14/05/2001

Islam

SMP Kelas 3

Taufiq Febri

15

Smg, 27/02/2001

Islam

SMP Kelas 2

M. Faizin

15

Smg, 24/06/2001

Islam

SMP Kelas 2

10

Abi Bagus P.

15

Smg, 8/08/2001

Islam

SMP Kelas 3

11

Yosidane

15

Kendal, 23/11/2001

Islam

SMP Kelas 2

12

Alvindo

15

Smg, 17/10/2001

Islam

SMP Kelas 2

13

Bagas A.

15

Smg, 14/02/2001

Islam

SMP Kelas 2

14

Agung Bintoro

15

Smg, 30/07/2001

Islam

SMP Kelas 2

15

Rico Dwi Maulana

15

Smg, 24/12/2001

Islam

SMP Kelas 1

No

Nama

Usia

TTL

Agama

Bangkit Ramadhan

15

Smg, 15/12/2001

Bangun Ramadhan

15

M. Bagus P.

95

Lampiran 2
DATA ANTROPOMETRI
BB

BB

Selisih

Sebelum

Sesudah

BB

Bangkit Ramadhan

43.1

42.7

Bangun Ramadhan

37.1

M. Bagus P.

No

Nama

TB

IMT

Interpretasi IMT/U Interpretasi

TB/U

Interpretasi

PLT

Interpretasi

0.4

156.4

17.62

Underweight

-0.82

Normal

-0.78

Normal

14.8

Baik

37.1

144.8

17.70

Underweight

-0.78

Normal

-2.72

Pendek

21.2

Cukup

54.1

53.5

0.6

165

19.87

Normal

0.08

Normal

-0.43

Normal

15.1

Baik

Daniel Tegar

52.2

51.7

0.5

162.2

19.84

Normal

-0.04

Normal

-1

Normal

19.8

Cukup

Fauzan

45.8

45.6

0.2

156.1

18.80

Normal

-0.25

Normal

-1.29

Normal

17.8

Cukup

Surya P.

44.2

44.4

-0.2

159.9

17.29

Underweight

-1.01

Normal

-0.8

Normal

13.7

Baik

Selvin B. P.

53.4

52.9

0.5

163

20.10

Normal

0.12

Normal

-0.78

Normal

17

Cukup

Taufiq Febri

45.5

45.2

0.3

160

17.77

Underweight

-1.01

Normal

-1.28

Normal

16.9

Baik

M. Faizin

48.2

47.5

0.7

162.3

18.30

Underweight

-0.74

Normal

-0.8

Normal

10.6

Sangat Baik

10

Abi Bagus P.

52.8

52.4

0.4

161.2

20.32

Normal

0.28

Normal

-0.86

Normal

13.5

Baik

11

Yosidane

46.8

46.4

0.4

153.5

19.86

Normal

-0.01

Normal

-1.64

Normal

17.9

Cukup

12

Alvindo

61.3

61.1

0.2

150.5

27.06

Obese

1.93

Overweight

-2.1

Pendek

27.2

Sangat Gemuk

13

Bagas A.

48.9

48.4

0.5

160

19.10

Normal

-0.47

Normal

-1.3

Normal

18.9

Cukup

14

Agung Bintoro

65.4

65

0.4

165.2

23.96

Overweight

1.15

Overweight

-0.36

Normal

23.1

Gemuk

15

Rico Dwi Maulana

46.4

45.6

0.8

156.5

18.94

Normal

-0.35

Normal

-1.2

Normal

17.6

Cukup

96

Level Urin

No

Nama

Lipi

Interpretasi

Bangkit Ramadhan

64

Normal

Baik

Bangun Ramadhan

65

Normal

M. Bagus P.

67

Normal

Daniel Tegar

72

Fauzan

Level Urin

Interpretasi

Tensi

Kurang

125/70

Normal

Kurang

Kurang

110/57

Normal

Baik

Baik

132/86

Prehipertensi

Normal

Baik

Kurang

132/73

Prehipertensi

67

Normal

Baik

Baik

106/58

Normal

Surya P.

73

Normal

Kurang

Kurang

113/55

Normal

Selvin B. P.

70

Normal

Kurang

Kurang

131/87

Prehipertensi

Taufiq Febri

66.5

Normal

Kurang

Kurang

115/69

Normal

M. Faizin

66

Normal

Baik

Kurang

127/69

Normal

10

Abi Bagus P.

72

Normal

Kurang

Kurang

121/72

Normal

11

Yosidane

73

Normal

Baik

Kurang

105/73

Normal

12

Alvindo

94

Obes Sentral

Kurang

Kurang

124/69

Normal

13

Bagas A.

80

Normal

Baik

Kurang

128/81

Normal

14

Agung Bintoro

79

Normal

Kurang

Kurang

132/67

Prehipertensi

15

Rico Dwi Maulana

66

Normal

Kurang

Dehidrasi

124/79

Normal

Sebelum

Interpretasi

Sesudah

Interpretasi

97

Lampiran 3
DATA PENGUKURAN VO2MAX
No

Nama

LEVEL

BALIKAN

HASIL

INTERPRETASI

Bangkit Ramadhan

38.5

Sedang

Bangun Ramadhan

42.1

Sedang

M. Bagus P.

10

43

Baik

Daniel Tegar

42.1

Sedang

Fauzan

11

50.4

Baik

Surya P.

38.5

Sedang

Selvin B. P.

10

48.4

Baik

Taufiq Febri

40.8

Sedang

M. Faizin

42.4

Sedang

10

Abi Bagus P.

39.5

Sedang

11

Yosidane

41.4

Sedang

12

Alvindo

25

Kurang

13

Bagas A.

42.4

Sedang

14

Agung Bintoro

41.4

Sedang

15

Rico Dwi Maulana

38.5

Sedang

98

Lampiran 5
DATA ASUPAN MAKAN DAN MINUM
No

Nama

Bangkit Ramadhan

Sebelum
Latihan

Sarapan

Jenis Makanan

Jajan

Nasi + Lauk + Sayur

Jenis
Jajanan
-

Bangun Ramadhan

Makanan Pokok

Snack Gurih

Nasi + Lauk + Sayur

Gorengan

M. Bagus P.

Buah

Makanan Pokok

Nasi + Lauk

Ciki

Daniel Tegar

Makanan Pokok

Nasi + Lauk + Sayur

Fauzan

Buah

Makanan Pokok

Nasi + Lauk + Sayur

Roti

Surya P.

Makanan Pokok

Roti

Selvin B. P.

Makanan Pokok

Buah

Nasi + Lauk + Sayur

Taufiq Febri

Makanan Pokok

Makanan Pokok

Nasi + Lauk + Sayur

Ciki

M. Faizin

Makanan Pokok

Makanan Pokok

Nasi + Lauk + Sayur

10

Abi Bagus P.

Makanan Pokok

Ciki

11

Yosidane

Makanan Pokok

Snack Gurih

Nasi Rames

12

Alvindo

Makanan Pokok

Snack Gurih

Nasi + Lauk

Nasi Rames

13

Bagas A.

STMJ

STMJ

Nasi + Lauk + Sayur

Gorengan

14

Agung Bintoro

Snack Gurih

Makanan Pokok

Nasi + Lauk

Gorengan

15

Rico Dwi Maulana

Makanan Pokok

Makanan Pokok

Nasi + Lauk + Sayur

Ciki

Jenis Makanan
-

Saat
Jenis
Setelah
Jenis Makanan
Latihan Makanan Latihan
Makanan Pokok

99

DATA ASUPAN MAKAN DAN MINUM

Bangkit Ramadhan

Sebelum
Latihan

Jenis
Minuman
Air Mineral

Saat
Latihan

Jenis
Minuman
Air Mineral

Setelah
Latihan

Jenis
Minuman
Air Mineral

Freq.
Minum
Sering

Pernah

Jenis
Supl.
tdk ingat

Bangun Ramadhan

Air Mineral

Air Mineral

Kopi

Sering

Pernah

tdk ingat

Pelatih

M. Bagus P.

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

-4

Daniel Tegar

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

Fauzan

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

Surya P.

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

Selvin B. P.

Air Mineral

Air Mineral

Sering

Zevitgro

Taufiq Febri

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

STMJ

Pelatih

M. Faizin

Min. Isotonik

Air Mineral

Air Mineral

Kadang

STMJ

Ayah

10

Abi Bagus P.

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

Pernah

tdk ingat

Ayah

11

Yosidane

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

Pernah

Vit. C

Ayah

12

Alvindo

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

Kopi

13

Bagas A.

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

STMJ

Dokter

14

Agung Bintoro

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Sering

tdk ingat

Pisang

Ayah

15

Rico Dwi Maulana

Air Mineral

Air Mineral

Air Mineral

Jarang

No

Nama

Suplemen

Mitos

Jenis

Sumber

Pelatih

Gula
Jawa

100

Ayah

Lampiran 6
DATA GAYA HIDUP ATLET

Bangkit Ramadhan

Waktu
Bangun
05.30

Waktu
Tidur
22.00

Jumlah Jam
Tidur
7 jam 3 menit

Kenyenya
kan Tidur

Bangun Ramadhan

05.00

20.00

9 jam

M. Bagus P.

04.10

21.00

-4

Daniel Tegar

05.30

Fauzan

No

Nama

Merokok

Kopi

Alkohol

Screentime

Riwayat Penyakit

Sering

Keluarga: Stroke

Sering

Keluarga: Stroke

7 jam 10 menit

Sering

Amadel

22.00

7 jam 30 menit

Sering

Thypus

04.30

22.00

6 jam 30 menit

Sering

Surya P.

04.00

21.00

7 jam

Sering

Thypus, DBD, Kel.: PJK

Selvin B. P.

04.30

22.00

6 jam 30 menit

Sering

Thypus

Taufiq Febri

05.30

21.30

8 jam

Sering

Thypus, Kel: Hipertensi

M. Faizin

04.30

21.00

7 jam 30 menit

Jarang

Thypus

10

Abi Bagus P.

06.00

21.00

9 jam

Sering

11

Yosidane

05.50

21.30

8 jam 20 menit

Sering

Maag, Keluarga: Hipertensi

12

Alvindo

04.30

00.00

4 jam 30 menit

Sering

Asma, Keluarga: DM

13

Bagas A.

05.30

21.00

8 jam 30 menit

Jarang

Bronkhitis, Kel: DM, PJK, HTN

14

Agung Bintoro

04.00

23.00

5 jam

Sering

15

Rico Dwi Maulana

06.00

21.00

9 jam

Jarang

101

Lampiran 7
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI MAKRO
Energi
Ratarata
Asupan
(kkal)

Kebutu
han
(kkal)

Kecuku
pan

Bangkit
Ramadhan

2080,5

2310,4

90%

2.

Bangun
Ramadhan

2121,9

2264,5

93,7%

3.

M. Bagus
Pamungkas

2283,3

3527,5

4.

Daniel Tegar

2457,9

5.

Fauzan

Karbohidrat

Lemak

Protein

Ratarata
Asupan
(gr)

Kebutu
han
(gr)

Kecuku
pan

Interpre
tasi

Ratarata
Asupan
(gr)

Kebutu
han
(gr)

Kecuku
pan

Interpre
tasi

Ratarata
Asupan
(gr)

239,97

346,5

69,3%

82,57

64,2

128,6%

191,5

339,6

56,4%

101,2

62,9

160,8%

64,7%

292,73

343,5

85,2%

90,10

97,7

3243,5

75,7%

367,1

486,5

75,4

62,3

1956,6

2532,4

77,26%

195,2

379,8

51,4%

6.

Surya
Pratama
Putar

2367,5

2907,6

81,4%

383,40

436,1

87,9%

7.

Selvin Budi
Pratama

1930,5

2978,5

64,8%

221,63

446,7

8.

Taufih Febri
Nugroho

3045,1

3269

93,1%

376,73

490,3

No

Nama

1.

Interpre
tasi

Kebutu
han
(gr)

Kecuku
pan

Interpre
tasi

88,70

78,1

113.6%

61,56

84,9

72,5%

92.2%

75,03

132,3

56,7%

90,1

69,1%

78,9

121,6

64,8%

104,1

70.3

148,1%

57,3

94,9

60,4%

59,57

80,7

73,7%

67,33

109,1

61,6%

49,6%

65,77

82,7

79,4%

55,93

111,7%

50,1%

76,8%

83,85

63,8

142,8%

71,5

122,5%

58,1%

102

9.

M. Fauzin

2954,1

3346,1

88,3%

354,63

501,9

70,6%

128,10

92,9

137,8%

73,27

125,5

58,4%

10.

Abi Bagus P

1215,1

3290,3

36,9%

171,40

493,5

34,7%

45,90

91,4

50,2%

26,43

123,4

21,4%

11.

Yosidane

1060,5

2798,5

37,9%

170,50

419,7

40,6%

25,53

77,7

32,8%

34,23

104,9

32,6%

12.

Alvindo

3445,1

3011,5

114,3%

459,7

451,7

101,7

129,7

83,6

155,1%

110,3

112,9

97,6%

13.

Bagus A

1077,1

2942,1

36,6%

106,63

24,1%

62,9

110,3

39,6%

14.

Agung
Bintoro

3430,9

3258,5

105,3%

452,1

488,7

92,5%

145,7

90,5

160,9%

157,2

122,2

128,6%

15.

Rico

2462

2862,4

86%

258,9

429,4

60,3%

52,1

79,5

65,5%

44,17

107,34

41,14%

441,3

51,47

81,7

43,70

Keterangan : D= Defisit (< 70% Kebutuhan ) K= Kurang (70-80% Kebutuhan ) C= Cukup (80-100% Kebutuhan ) L= Lebih (>100% Kebutuhan)

103

Serat
No

Nama

Cairan

Rata-rata Asupan
(kkal)

Kebutuhan
(kkal)

Kecukupan

Interpretasi

Kecukupan

1.

Bangkit Ramadhan

7,77

38

20,4%

Kurang

2.

Bangun Ramadhan

8,43

38

22,1%

Kurang

3.

M. Bagus P

9,00

38

23,6%

Cukup

4.

Daniel Tegar

12,6

38

33,1%

Kurang

5.

Fauzan

8,4

38

22,1%

Cukup

6.

Surya P

9,97

38

26,2%

Kurang

7.

Selvin B.P

7,67

38

20,1%

Kurang

8.

Taufiq Febri

15,97

38

42,1%

Kurang

9..

M. Faizin

11,8

38

31,1%

Kurang

10.

Abi Bagus P

6,87

38

18,1%

Kurang

11.

Yosidane

5,50

38

14,4%

Kurang

12

Alvindo

12,8

38

33,6%

Kurang

13.

Bagus A

3,13

38

8,2%

Kurnag

104

14.

Agung Bintoro

14,6

38

38,4%

Dehidrasi

15.

Rico

8,87

38

23,3%

Kurang

105

Lampiran 6
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI MIKRO
Vitamin A (mcg)
Interpr
etasi

Rata
rata
Asupan

Keb.

Kecuku
pan

Interpr
etasi

Rata
rata
Asupan

Keb.

Kecuku
pan

Interpr
etasi

Rata
rata
Asupan

Keb.

Kecuku
pan

Interpr
etasi

543,8

600

90,6

0,4

1,2

33,3

0,7

1,5

46,7

13,4

14

95,7

989,2

600

164,9

1,1

1,2

91,7

1,4

1,5

93,3

18,8

14

134,3

M. Bagus P.

660,2

600

110,0

0,6

1,2

50,0

0,7

1,5

46,7

14,0

14

100,0

Daniel Tegar

181,8

600

30,3

0,8

1,2

66,7

0,6

1,5

40,0

3,4

14

24,3

Fauzan

185,4

600

30,9

0,5

1,2

41,7

0,5

1,5

33,3

8,7

14

62,1

Surya P

384,0

600

64,0

0,7

1,2

58,3

0,8

1,5

53,3

9,0

14

64,3

Selvin B. P.

527,4

600

87,9

0,5

1,2

41,7

0,9

1,5

60,0

10,1

14

72,1

Taufiq Febri

419,9

600

70,0

0,9

1,2

75,0

1,3

1,5

86,7

18,3

14

130,7

M. Fauzin

381,3

600

63,6

0,7

1,2

58,3

0,9

1,5

60,0

14,5

14

103,6

Abi Bagus P.

406

600

67,7

0,3

1,2

25,0

0,4

1,5

26,7

2,9

14

20,7

Yosidane

199,7

600

33,3

0,37

1,2

30,8

0,5

1,5

33,3

5,5

14

39,3

Alvindo

1286,
0

600

214,3

0,43

1,2

35,8

1,0

1,5

66,7

4,7

14

33,6

Bagus A.

98,8

600

16,5

0,2

1,2

16,7

0,5

1,5

33,3

6,5

14

46,4

Agung
Bintoro

349,7

600

58,3

0,4

1,2

33,3

0,4

1,5

26,7

9,0

14

64,3

1.

Bangkit
Ramadhan
Bangun
Ramadhan

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.

Vitamin B3 (mg)

Kecuku
pan

Nama

3.

Vitamin B2 (mg)

Keb.

No

2.

Vitamin B1 (mg)

Rata
rata
Asupa
n

106

15.

Rico Dwi M.

459,6

600

76,6

0,5

1,2

41,7

0,4

1,5

26,7

14,4

14

102,9

107

Vitamin B6 (mg)
No

Nama

1.
2.

Bangkit Ramadhan
Bangun Ramadhan

Rata

rata
Asup
an
1
2,0

3.

M. Bagus P.

4.

Vitamin B12 (mcg)

Interpretasi

Rata
rata
Asupa
n

76,9
153,8

K
L

1,3

100,0

1,9

1,3

Fauzan

0,5

6.

Surya P

7.

Vitamin C (mg)

Interpretasi

Rata
rata
Asupa
n

Keb.

Kecuk
upan

Interpretasi

391,7
179,2

L
L

5,8
13,1

75
75

7,7
17,5

D
D

2,4

91,7

8,0

75

10,7

1,0

2,4

41,7

0,1

75

0,1

1,2

2,4

50,0

1,5

75

2,0

69,2

1,8

2,4

75,0

2,0

75

2,7

1,3

84,6

1,4

2,4

58,3

26,4

75

35,2

1,8

1,3

138,5

2,2

2,4

91,7

7,5

75

10,0

M. Fauzin

1,8

1,3

138,5

1,5

2,4

62,5

19,0

75

25,3

10

Abi Bagus P.

0,4

1,3

30,8

0,5

2,4

20,8

2,1

75

2,8

11.

Yosidane

0,7

1,3

53,8

1,2

2,4

50,0

19,1

75

25,5

12.

Alvindo

1,1

1,3

84,6

1,4

2,4

58,3

42,0

75

56,0

13.

Bagus A.

0,6

1,3

46,2

2,0

2,4

83,3

3,9

75

5,2

14.
15.

Agung Bintoro
Rico Dwi M.

0,5
1,0

1,3
1,3

38,5
76,9

D
K

0,7
1,5

2,4
2,4

29,2
62,5

D
D

0,5
14,7

75
75

0,7
19,6

D
D

Keb.

Kecuk
upan

Keb.

Kecuk
upan

1,3
1,3

9,4
4,3

2,4
2,4

1,3

2,2

Daniel Tegar

146,2

5.

1,3

38,5

0,9

1,3

Selvin B. P.

1,1

8.

Taufiq Febri

9.

108

Mg (mg)
No

1.
2.

Nama

Bangkit
Ramadhan
Bangun
Ramadhan

Rata

rata
Asup
an

Zn (mg)

Keb.

Kecu
kupa
n

Inter
preta
si

Rata
rata
Asup
an

251,2

200

125,6

314,9

200

157,5

Fe (mg)

Ca (mg)

Keb.

Kecu
kupa
n

Inter
preta
si

Rata
rata
Asup
an

Keb.

Kecu
kupa
n

Inter
preta
si

Rata
rata
Asupan

Keb.

Kecu
kupa
n

Inter
preta
si

9,9

18

55,0

6,4

19

33,7

1214,3

1200

101,2

9,2

18

51,1

10,3

19

54,2

237,1

1200

19,8

3.

M. Bagus P.

277,7

200

138,9

8,0

18

44,4

7,5

19

39,5

220,8

1200

18,4

4.

Daniel Tegar

103,6

200

51,8

27,7

18

153,9

3,9

19

20,5

254,9

1200

21,2

5.

Fauzan

135,6

200

67,8

4,1

18

22,8

3,7

19

19,5

115,9

1200

9,7

6.

Surya P

260,7

200

130,4

7,6

18

42,2

6,8

19

35,8

163,3

1200

13,6

7.

Selvin B. P.

159,1

200

79,6

6,0

18

33,3

5,6

19

29,5

347,8

1200

29,0

8.

Taufiq Febri

397,5

200

198,8

12,4

18

68,9

11,7

19

61,6

296,0

1200

24,7

9.

M. Fauzin

289,7

200

144,9

8,4

18

46,7

7,9

19

41,6

208,3

1200

17,4

10

Abi Bagus P.

100,8

200

50,4

3,3

18

18,3

2,6

19

13,7

77,6

1200

6,5

11.

Yosidane

128,4

200

64,2

3,7

18

20,6

3,0

19

15,8

192,0

1200

16,0

12.

Alvindo

205,9

200

103,0

4,5

18

25,0

7,4

19

38,9

492,8

1200

41,1

13.

Bagus A.

89,0

200

44,5

4,8

18

26,7

3,2

19

16,8

51,5

1200

4,3

14.
15.

Agung Bintoro
Rico Dwi M.

116,4
240,5

200
200

58,2
120,3

D
L

3,6
5,1

18
18

20,0
28,3

D
D

4,5
7,5

19
19

23,7
39,5

D
D

84,3
282,7

1200
1200

7,0
23,6

D
D

109

Vitamin D (mcg)
No

1.
2.

Nama
Bangkit
Ramadhan
Bangun
Ramadhan

Na (mg)

P (mg)

Rata
rata
Asupa
n

Keb.

Kecuku
pan

Interpre
tasi

Rata
rata
Asupan

Keb.

Kecuku
pan

Interpre
tasi

Rata
rata
Asupan

Keb.

Kecuku
pan

Interpr
etasi

1,5

15

10,0

738,2

1500

49,2

1432,9

1200

119,4

2,2

15

14,7

346,0

1500

23,1

684,9

1200

57,1

3.

M. Bagus P.

3,3

15

22,0

1602,2

1500

106,8

948,7

1200

79,1

4.

Daniel Tegar

1,2

15

8,0

486,3

1500

32,4

444,4

1200

37,0

5.

Fauzan

4,1

15

27,3

120,7

1500

8,0

591,1

1200

49,3

6.

Surya P

3,8

15

25,3

993,7

1500

66,2

805,1

1200

67,1

7.

Selvin B. P.

1,0

15

6,7

839,5

1500

56,0

706,3

1200

58,9

8.

Taufiq Febri

0,7

15

4,7

1280,6

1500

85,4

1287,4

1200

107,3

9.

M. Fauzin

0,2

15

1,3

500

1500

33,3

906,8

1200

75,6

10

Abi Bagus P.

0,5

15

3,3

84,8

1500

5,7

292,3

1200

24,4

11.

Yosidane

3,1

15

20,7

157,5

1500

10,5

556,6

1200

46,4

12.

Alvindo

1,3

15

8,7

427,9

1500

28,5

540,2

1200

45,0

13.

Bagus A.

0,7

15

4,7

122,4

1500

8,2

367,8

1200

30,7

14.
15.

Agung Bintoro
Rico Dwi M.

0,3
0,2

15
15

2,0
1,3

D
D

1548,3
578,6

1500
1500

103,2
38,6

L
D

404,3
590,6

1200
1200

33,7
49,2

D
D

110

Lampiran 7
DOKUMENTASI

Gambar 1. Pengukuran TB

Gambar 2. Pengukuran BB

Gambar 4. Pengukuran Persen Lemak Tubuh

Gambar 5. Pengukuran
Tekanan Darah

Gambar 3. Pengukuran Lingkar Pinggang

Gambar 4. Melakukan Wawancara Kuisioner

Gambar 6. Atlet Kembar

Gambar 7. Pengukuran
Lingkar Pinggang

111

Gambar 7 & 8. Lapangan SSB SSS, Sidodadi

Gambar 9 & 10. Kamar Mandi SSB SSS, Sidodadi

Gambar 11 & 12. Tampak Luar Ruang Pertemuan dan Musholla

Gambar 13. Musholla

Gambar 14. Ruang Pertemuan

112

Gambar 15. Hasil Urin Setelah Latihan

Gambar 16. Atlet SSS Setelah Latihan

Gambar 17. Hasil Urin Atlet R 1

Gambar 18. Hasil Urin Atlet R 2

Gambar 19. Edukasi Atlet SSS

Gambar 21. Jus Jambu untuk Atlet SSS

Gambar 20. Penyampaian Materi Edukasi

Gambar 22. Komunikasi dengan Pelatih

113

Gambar 23, 24, 25, 26. Pengukuran VO2Max

Gambar 23. Foto Bersama Atlet SSB SSS Tahun 2001

114

Anda mungkin juga menyukai