LAPORAN RESMI
PEMBUATAN TEMPE KEDELAI DAN TAPE SINGKONG
I. Tujuan
I.1 Pembuatan Tempe Kedelai
Tujuan dari percobaan pembuatan tempe kedelai adalah untuk mengetahui
bahwa jamur dapat memfermentasikan suatu bahan sehingga mudah
dicernakan oleh usus.
I.2 Pembuatan Tape Singkong
Tujuan dari percobaan pembuatan tape singkong adalah:
1. Untuk mengetahui cara penerapan bioteknologi dengan fermentasi tape.
2. Mengetahui peranan organisme Saccharomyces cereviceae dalam peragian.
II. Data Pengamatan
II.1 Pembuatan Tempe Kedelai
Tabel II. 1 Hasil Pengamatan Percobaan Pembuatan Tempe pada Petri dish
Waktu
Pengamatan
Variabel
Petri dish Terbuka
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
21 Jam
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
Tidak terkontaminasi,
warna putih
2. Kondisi Tempe:
- Warna : coklat
khas tempe
- Tekstur : keras, renggang
- Tekstur : padat
45 Jam
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
Tidak terkontaminasi,
putih kehitaman
2. Kondisi Tempe:
- Warna : coklat
khas tempe
- Tekstur : keras,
Tabel II. 2 Hasil Pengamatan Percobaan Pembuatan Tempe pada Daun Pisang
Waktu
Pengamatan
Variabel
Daun Pisang Terbuka
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
21 Jam
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
Tidak terkontaminasi,
2. Kondisi Tempe:
- Tekstur : padat
- Tekstur : renggang
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
45 Jam
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
Tidak terkontaminasi,
hitam
2. Kondisi Tempe:
- Warna : kuning pucat
- Bau : bau khas tempe
- Tekstur : sangat padat
2. Kondisi Tempe:
- Warna : kuning pucat
- Bau : bau khas tempe
- Tekstur : padat, pada
bagian tengah lebih
renggang
Variabel
Plastik Terbuka
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
21 Jam
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
Tidak terkontaminasi,
- Tekstur : padat
- Tekstur : renggang
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
45 Jam
Plastik Tertutup
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak tumbuh
2. Kondisi Tempe:
- Warna : kuning pucat
tempe
- Tekstur : sangat renggang
Variabel
Daun Pisang Terbuka
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
jamur tumbuh, warna
21 Jam
putih
2. Kondisi Tape:
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
jamur tumbuh, warna putih
2. Kondisi Tape:
- Warna : kuning pucat
masam
masam
45 Jam
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
jamur tumbuh
2. Kondisi Tape:
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
jamur tumbuh
2. Kondisi Tape:
- Warna : putih
- Warna : putih
kekuningan
kekuningan
berair
berair
- Rasa : manis
- Rasa : manis
Variabel
Plastik Terbuka
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
21 Jam
Plastik Tertutup
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
Tidak terkontaminasi,
putih
2. Kondisi Tape:
- Warna : kuning pucat
- Bau : bau khas tape
- Tekstur : lunak, lembek
2. Kondisi Tape:
- Warna : kuning pucat
- Bau : bau khas tape
- Tekstur : lunak, lebih
keras daripada terbuka
45 Jam
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
jamur tumbuh
2. Kondisi Tape:
- Warna : putih kekuningan
- Bau : bau khas tape
- Tekstur : sangat lunak,
Keterangan:
1. Kondisi jamur:
Tidak terkontaminasi,
jamur tumbuh
2. Kondisi Tape:
- Warna : putih kekuningan
- Bau : bau khas tape
- Tekstur : lunak
berair
- Rasa : lebih manis, agak
asam
III. Pembahasan
III.1 Pembuatan Tempe Kedelai
Percobaan pembuatan tempe kedelai ini adalah untuk mengetahui bahwa
jamur dapat memfermentasikan suatu bahan sehingga mudah dicernakan oleh
usus. Fermentasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang:
1. Menghasilkan energi dari suatu gula atau molekul organik lainnya, seperti
asam amino, asam organik, purin, dan pirimidin;
2. Tidak membutuhkan oksigen (tapi terkadang
bisa
terjadi
pada
kebalikannya);
3. Tidak membutuhkan penggunaan siklus krebs dan transpor elektron;
4. Menggunakan molekul organik sebagai aseptor elektron terakhir;
5. Menghasilkan hanya sedikit ATP (hanya satu atau dua molekul ATP dari
masing-masing molekul dari materi awal).
(Totora. 2010, hal 132-133)
Bahan yang digunakan dalam pembuatan tempe ini adalah kacang kedelai.
Kedelai merupakan salah satu leguminosa (kacang-kacangan) yang mengandung
semua jenis asam amino esensial yang sangat diperlukan oleh tubuh. Asam amino
tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh, sehingga harus dikonsumsi/disintesis
dari luar dengan cara fermentasi.
(http://www.pembuatan tempe.digilib.ipb.ac.id)
Tempe merupakan salah satu makanan hasil fermentasi kacang kedelai,
berbentuk padatan kompak, dan berwarna putih karena diliputi oleh miselium
kapang secara merata pada permukaannya. Selama fermentasi berlangsung, sangat
banyak kapang yang ikut berperan, tetapi kapang dari genus Rhizopus merupakan
kapang yang paling dominan dibanding kapang lainnya. Di Indonesia, tempe
biasanya dibuat dengan menggunakan kapang Rhizopus oryzae. Tempe
mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari kacang kedelai. Hal ini disebabkan
oleh kapang yang mudah pada tempe dapat menghidrolisis sebagian selulosa
menjadi bentuk yang mudah dicerna oleh tubuh. Protein dihidrolisis bentuk yang
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
lebih sederhana yaitu dipeptida, peptida, dan asam-asam amino. Sedangkan lemak
dapat dipecah oleh enzim lipase menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol
serta terjadi peningkatan vitamin B12.
(http://www.pembuatan tempe.digilib.ipb.ac.id)
Proses pembuatan tempe kedelai diawali dengan menyiapkan kedelai yang
berkualitas baik, lalu membersihkan dan mencuci kedelai dengan air bersih.
Setelah bersih, kemudian merebus kedelai selama kurang lebih 30 menit dan
merendam kedelai dalam air perebus dengan menambahkan 10 ml asam cuka per
liter air perebus selama 1 malam. Kacang kedelai (Glycine max (L) Merril) jika
difermentasikan dan dimasak akan memiliki mutu dan nilai protein yang lebih
baik daripada jenis kacang-kacangan lain.
(http://www.pembuatan tempe.digilib.ipb.ac.id)
Selama proses perebusan, biji mengalami proses hidrasi, sehingga kadar air
biji naik kira-kira dua kali kadar air semula, yaitu mencapai 62-65%. Proses
perendaman memberikan kesempatan pertumbuhan kedelai bakteri-bakteri asam
laktat sehingga terjadi penurunan pH dalam biji menjadi 4,5-5,3 dengan adanya
penambahan asam cuka. Penurunan pH biji kedelai menghambat pertumbuhan
bakteri-bakteri kontaminan yang bersifat pembusuk. Pada pH diatas 7,0 dapat
menyebabkan penghambatan perturmbuhan atau kematian jamur tempe. Setelah
semalam direndam dalam air perebus, kulit ari kedelai dibuang. Tujuan kulit ari
kedelai dibuang adalah untuk memudahkan pertumbuhan jamur. Biji yang telah
mengalami hidrasi lebih mudah dipisahkan dari kulit arinya. Kedelai yang telah
dibuang kulitnya direbus lagi dengan air baru dan bersih. Perebusan dilakukan
selama 90 menit sampai titik didih tercapai. Proses pemanasan atau perebusan biji
setelah perendaman bertujuan untuk
menonaktifkan senyawa tripsin inhibitor, membantu membebaskan senyawasenyawa dalam biji yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur. Setelah merebus
kedelai, kemudian rebusan kedelai ditiriskan pada nyiru yang beralaskan daun
pisang, lalu didinginkan sambil diaduk dan diratakan. Tahapan ini bertujuan untuk
mengurangi kandungan air dalam biji, mengeringkan permukaan biji dan
menurunkan suhu biji sampai sesuai dengan kondisi pertumbuhan jamur. Air yang
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
pertumbuhan
bakteri-bakteri
kontaminan,
sehingga
menyebabkan pembusukan.
(http://www.pembuatan tempe.digilib.ipb.ac.id)
Setelah rebusan kedelai dingin dan diratakan, kemudian menaburkan bibit
tempe secara merata dengan alat pengaduk atau tangan. Inokulum tempe disebut
sebagai starter tempe dan banyak menyebutnya dengan nama ragi tempe. Starter
tempe adalah bahan yang mengandung biakan jamur tempe, digunakan sebagai
agensia pengubah kedelai rebus menjadi tempe akibat tumbuhnya jamur tempe
yang merubah karakteristik kedelai menjadi tempe. Ragi tempe mengandung
beberapa jenis bakteri dan jamur. Salah satu contoh bakteri dalam ragi tempe
adalah bakteri Aerobacter aerogenes yang berfungsi untuk mendapatkan vitamin
B12 selama proses fermentasi. Bakteri tersebut tidak menyebabkan pembusukan
pada tempe, tunbuh baik pada suhu 15-45oC dengan suhu optimum untuk
menghasilkan vitamin B12 pada 37oC dapat tumbuh bersama-sama dengan jamur
tempe yaitu Rhizopus oligosporus dan dapat tumbuh sampai pH 3,5. Sedangkan
kandungan jamur yang paling dominan dalam ragi tempe adalah
Rhizopus
setelah
aktifitas
pertumbuhan
Rhizopus
sp.
melampaui
masa
10
Langkah
selanjutnya
setelah
menaburkan
ragi
tempe
kemudian
membungkus kedelai dengan enam variabel wadah yang berbeda. Wadah yang
pertama menggunakan plastik, yang dibagi menjadi plastik tertutup dan plastik
dengan lubang. Wadah yang kedua menggunakan daun pisang, yang dibagi
menjadi daun pisang tertutup dan daun pisang dengan lubang. Sedangkan wadah
yang ketiga menggunakan petri dish, yang dibagi menjadi petri dish tertutup dan
petri dish terbuka. Masing-masing wadah berisi 100 garm kedelai. Selanjutnya
menginkubasikan keenam wadah yang telah berisi kedelai pada suhu 30oC selama
2 x 24 jam. Hal ini sesuai dengan tujuan inkubasi sendiri yaitu menyediakan
kondisi yang sesuai untuk pembiakan mikroorganisme.
(http://www.alatlabor.com/article/detail/65/co2-inkubator-inkubator)
Pengamatan pertama dilakukan pada waktu fermentasi mencapai 21 jam
dan kedua dilakukan ketika waktu fermentasi mencapai 45 jam. Pengamtan
pertama dilakukan sebagai pembanding sedangkan pengamatan kedua dilakukan
dikarenakan fase optimum fermentasi terjadi pada waktu 30-60 jam fermentasi.
Pengamatan pertama dilakukan ketika waktu fermentasi mencapai 21 jam.
Hasil pengamatan pada wadah pertama yaitu plastik. Pada variabel plastik dengan
lubang, kondisi fisik tempe yang terlihat adalah tempe memadat dan kedelai
menyatu. Miselium dari inokulum tempe terbentuk seluruhnya yang ditunjukkan
dengan adanya warna putih pada seluruh permukaan tempe dan tidak ada
kontaminasi. Tempe berbau dan berwarna khas tempe (kuning pucat). Pengamatan
kedua dilakukan ketika waktu fermentasi mencapai 45 jam. Pada pengamatan
kedua, kondisi fisik tempe sangat memadat dan kedelai menyatu. Miselium dari
inokulum tempe terbentuk pada permukaan tempe ada yang berwarna kehitaman
dan tidak ada kontaminasi. Warna kehitaman menunjukkan bahwa spora Rhizopus
sp telah cukup tua dan matang.
(Tortora. 2010, hal 137)
Pada pengamatan pertama, tampak tempe pada variabel plastic tertutup
tidak terbentuk sehingga teksturnya renggang. Tidak ada jamur yang tumbuh,
yang ditandai dengan tidak ditemukannya hifa pada tempe dengan plastik tertutup.
Warna khas tempe (kuning pucat) tetapi tidak ada bau khas tempe. Hal ini juga
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
11
tampak pada pengamatan kedua. Tempe pada plastik dengan lubang bisa
terbentuk dengan baik karena proses fermentasi berlangsung bisa secara aerob dan
anaerob. Pada wadah pertama plastik diberi lubang yang tidak terlalu besar dan
jarak antar lubang juga berjauhan. Sehingga kondisi tersebut memungkinkan
untuk jalan masuknya oksigen. Karena dalam pertumbuhnnya kapang/ragi
membutuhkan oksigen. Tempe pada plastik tertutup tidak terbentuk dengan baik
karena wadah tertutup dengan rapat dan tidak berlubang. Sehingga ragi tempe
yang mengandung jamur Rhizopus sp. tehambat pertumbuhannya karena
kurangnya udara.
(Tortora. 2010, hal 137)
12
(kuning pucat). Pada pengamatan kedua, kondisi fisik tempe sangat memadat dan
kedelai menyatu. Miselium dari inokulum tempe terbentuk pada permukaan tempe
ada yang berwarna kehitaman dan tidak ada kontaminasi. Warna kehitaman
menunjukkan bahwa spora Rhizopus sp telah cukup tua dan matang. Tempe pada
daun pisang dengan lubang bisa terbentuk dengan baik karena proses fermentasi
berlangsung bisa secara aerob dan anaerob. Pada daun pisang dengan lubang,
lubang yang dibuat tidak terlalu besar dan jarak antar lubang juga berjauhan.
Sehingga kondisi tersebut memungkinkan untuk jalan masuknya oksigen. Karena
dalam pertumbuhnnya kapang/ragi membutuhkan oksigen.
(Tortora. 2010, hal 137)
Pada pengamatan pertama, kondisi fisik tempe pada variabel daun pisang
tanpa lubang yaitu kedelai tidak menyatu dan kedelai tidak memadat (renggang).
Hanya sebagian terbentuk miselium dari inokulum tempe. Tempe pada wadah
kedua ini berbau khas tempe dan berwarna kuning pucat. Pada pengamatan kedua,
tekstur tempe menjadi lebih padat, namun renggang di bagian tengahnya. Tempe
pada daun pisang tertutup ini tidak terbentuk dengan baik karena wadah tertutup
dengan rapat dan tidak berlubang. Sehingga ragi tempe yang mengandung jamur
Rhizopus sp. tehambat pertumbuhannya karena kurangnya udara. Miselium yang
terbentuk hanya sebagian merupakan akibat dari sifat fermentasi yang terjadi pada
kondisi aerob dan anaerob. Fermentasi dapat berjalan dengan baik jika terdapat
oksigen dengan jumlah oksigen yang cukup untuk pertumbuhan jamur pada ragi
tempe. Jika jamur kekurangan oksigen juga akan menghambat proses fermentasi
seperti pada wadah daun pisang tanpa lubang.
(Tortora. 2010, hal 137)
13
Hasil pengamatan pada wadah ketiga yaitu petri dish. Pada pengamatan
pertama, kondisi fisik tempe pada variabel petri dish tertutup yang terlihat adalah
tempe memadat dan kedelai menyatu. Miselium dari inokulum tempe terbentuk
seluruhnya yang ditunjukkan dengan adanya warna putih pada seluruh permukaan
tempe dan tidak ada kontaminasi. Tempe berbau dan berwarna khas tempe
(kuning pucat). Pada pengamatan kedua, kondisi fisik tempe sangat memadat dan
kedelai menyatu. Miselium dari inokulum tempe terbentuk pada permukaan tempe
ada yang berwarna kehitaman dan tidak ada kontaminasi. Warna kehitaman
menunjukkan bahwa spora Rhizopus sp telah cukup tua dan matang. Tempe pada
petri dish tertutup bisa terbentuk dengan baik karena proses fermentasi
berlangsung bisa secara aerob dan anaerob. Pada petri dish tertutup, tetap ada
celah antara bagian atas petri dish dan bagian bawah petri dish. Sehingga kondisi
tersebut memungkinkan untuk jalan masuknya oksigen. Karena dalam
pertumbuhnnya kapang/ragi membutuhkan oksigen.
Pada pengamatan pertama, kondisi fisik dari tempe pada petri dish terbuka
yaitu tempe tidak memadat dan kedele tidak menyatu. Miselium dari inokulum
tempe tidak terbentuk dibagian atas tapi dibagian bawah terbentuk sedikit
miselium dari inokulum tempe dan miselium yang terbentuk berwarna putih.
Tempe yang terbentuk tidak berbau dan kedele menjadi kering (berwarna cokelat)
serta ukurannya menyusut. Hal ini juga tampak pada pengamatan kedua, namun
miselium yang terbentuk kini menjadi putih kehitaman. Tempe pada petri dish
Laboratorium Mikrobiologi Teknik
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
14
terbuka tidak terbentuk dengan baik karena kedele terbuka ke udara luar sehingga
terlalu banyak oksigen yang diserap oleh jamur ragi. Adanya aliran udara yang
terlalu cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga
dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan jamur. Sehingga walaupun
proses fermentasi dapat berlangsung dalam kondisi aerob, jika jumlah oksigen
yang berlebihan, maka hal tersebut juga akan menghambat proses fermentasi dan
tempe tidak terbentu dengan baik. Ukuran kedele yang menyusut bisa disebabkan
karena terlalu banyak oksigen sehingga sehingga menghasilkan panas yang dapat
menghambat metabolisme jamur. Adanya miselium di bagian bawah petri dish
menunjukkan aktifitas jamur yang belum mati karena adanya panas. Namun pada
bagian bawah petridish terdapat warna hitam yang menunjukkan miselium telah
berubah menjadi spora yang nantinya juga akan rusak karena adanya panas.
Proses fermentasi dapat terjadi secara aerob dan anaerob. Walaupun proses
fermentasi dapat terjadi pada kondisi aerob, jumlah dari oksigen juga harus
diperhatikan karena jika terlalu banyak proses fermentasi juga akan terhambat
bahkan produk yang dihasilkan yaitu tempe juga akan rusak. Dalam
pertumbuhannya, jamur Rhizopus sp. yang terdapat dalam ragi tempe akan
menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 yang akan menghambat beberapa
organisme perusak. Dalam pertumbuhannya, Rhizopus sp. membutuhkan oksigen
yang tidak terlalu banyak sehingga metabolisme yang dilakukan oleh jamur
tersebut dapat berjalan dengan baik dan tempe terbentuk dengan baik. Sehingga
jika akan membuat tempe dapat menggunakan wadah yang mengandung sedikit
lubang yang dapat menjadi jalur masuknya oksigen untuk mendukung proses
fermentasi sehingga proses fermentasi dapat berjalan dengan baik.
(Hidayat. 2006, hal 99)
15
Saccharomyces
cereviceae
dalam
peragian.
Biteknologi
16
singkong
dan
meletakkan
pada
suatu
wadah
kemudian
17
variabel plastik tertutup dan plastik dengan lubang. Singkong yang telah diberi
ragi ini harus benar-benar tertutup agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Setelah sinkong ditutup, kemudian mendiamkan selama 1-2 hari hingga sudah
terasa lunak dan manis. Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu 28-30oC dan
membutuhkan waktu 45 jam.
(Hidayat. 2006, hal 114)
Pengamatan pertama dilakukan setelah waktu fermentasi berlangsung
selama 21 jam. Kondisi fisik dari singkong pada daun pisang tertutup dan plastik
tertutup telah berhasil menjadi tape. Jamur tumbuh di sekeliling tape yang
ditandai dengan hifa berwarna putih. Rasa tape manis (agak masam) dan berbau
khas tape. Tekstur tape lunak dan berwarna kuning pucat. Sedangkan pada
pengamatan kedua yang dilakukan waktu fermentasi berlangsung selama 45 jam,
hifa tumbuh semakin banyak, sehingga warna tape kini menjadi putih kekuningan.
Tekstur tape menjadi lebih lunak dan tape mengandung air. Rasa tape semakin
enak, sama-sama manis dan ada rasa masam. Proses fermentasi dapat berlangsung
dengan baik karena adanya peran dari mikroorganisme yang terdapat dalam ragi
tape. Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi adalah
Endomycopsis fibuliger. Mikroba ini merupakan kelompok mikroorganisme yang
dapat merombak pati menjadi gula yang menjadikan tape pada awal fermentasi
berasa manis. Sehingga rasa manis yang dihasilkan pada tape terjadi karena
adanya peran dari mikroba ini. Selain peran dari mikroba perombak pati, juga
terdapat peran dari jamur Saccharomyces cereviceae dan Cabdida yang berperan
dalam menguraikan sumber karbon gula menjadi alkohol. Sehingga kandungan
alkohol pada tape yang dihasilkan karena peran dari jamur ini. Adanya alkohol
juga memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter aceti
yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebabkan rasa masam pada
tape yang dihasilkan.
(Agus marjok.ugm.ac.id)
Proses fermentasi yang terjadi pada tape dapat digambarkan pada kedua
reaksi dibawah ini.
C12H22O11
H2O
2 C6H12O6
(glukosa)
18
C6H12O6
2C2H5OH
CO2
19
Hasil pengamatan pertama pada wadah daun pisang dengan lubang dan
plastik dengan lubang, kondisi fisik dari singkong, yaitu singkong berhasil
menjadi tape. Rasa tape manis (agak masam) dan berbau khas tape. Tekstur tape
lunak. Sedangkan pada pengamatan kedua yang dilakukan waktu fermentasi
berlangsung selama 45 jam, hifa tumbuh semakin banyak, sehingga warna tape
kini menjadi putih kekuningan. Tekstur tape menjadi lebih lunak
dan tape
mengandung sedikit air. Rasa tape semakin enak, sama-sama manis dan ada rasa
masam. Hasil proses fermentasi pada plastik hampir sama dengan tape pada daun
pisang tertutup dan pada plastic tertutup. Rasa tape pada daun pisang dengan
lubang dan plastik dengan lubang juga berasa manis sama seperti tape pada daun
pisang tertutup dan plastik tertutup. Namun, kandungan air tape pada daun pisang
dengan lubang dan plastik dengan lubang lebih sedikit dari daun pisang dan
plastik tertutup. Hal ini bisa terjadi karena pada daun pisang dan plastik tertutup
rapat, sehingga pada proses pembentukan air pada tape, tidak ada air yang
menguap pada saat proses fermentasi dalam inkubator. Sehingga kandungan
airnya lebih banyak daripada daun pisang dan plastik dengan lubang. Sedangkan
pada daun pisang dan plastik dengan lubang, kandungan air lebih sedikit. Hal ini
terjadi karena adanya udara yang masuk menerobos sela-sela daun dan plastik
sehingga ada sebagian air yang menguap yang menyebabkan kandungan air pada
wadah kedua ini menjadi lebih sedikit daripada wadah pertama. Hasil pengamatan
pada wadah kedua ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
20
21
22
oleh
khamir
(Saccharomyces
cerevisiae)
menjadi
23